Fungsional Perencana

Semenjak hari Rabu tanggal 8 Maret 2017, diriku sudah mendapat kabar gembira itu.  Tapi baru hari Jum’at 11 Maret 2017, diriku benar-benar melihat apa yang telah diupayakan dalam 1 tahun 9 bulan terakhir.  Apa ? Terbitnya Surat Keputusan Kepala Daerah tentang pengangkatan diriku menjadi tenaga  fungsional perencana.  Alhamdulillah.

Kenapa mau jadi tenaga fungsional perencana ? Setelah perjalanan hampir 20 tahun menjadi PNS (ASN), diriku jadi mengerti bahwa menjadi pejabat struktural bukanlah satu-satunya jalur untuk berkarir di lingkungan pemerintah.  Ada alternatif lain, menjadi tenaga fungsional.  Dan untuk diriku yang sepanjang perjalanan menjadi aparatur negara selalu bertugas di unit perencanaan, menjadi tenaga  fungsional perencana adalah pilihan jalur yang bisa diriku ambil.

Tapi  kok lama ya upayanya?

Sebenarnya keinginan menjadi tenaga fungsional perencana sudah hadir sejak beberapa tahun yang lalu, ketika rasa  gelisah  (baca : Curhat Sebuah Hilir) selalu melanda diri ini. Bahkan pada tahun 2013, saat menghadiri Rapat Trilateral di Bappenas, diriku singgah di Koperasi Pegawai Bappenas, untuk membeli buku Kumpulan Peraturan tentang Jabatan Fungsional Perencana.

Tapi upaya untuk menjadi tenaga fungsional perencana baru ku mulai setelah aku merasa sangat jenuh  (baca : Diam)  dengan pekerjaanku.  Ditambah lagi pada awal tahun 2015 aku ditugaskan di institusi yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerjaku.  Institusi yang saat aku masuki sungguh terasa bagai dunia yang gelap gulita.  Alhamdulillah aku bisa belajar untuk memahami pekerjaan di situ, tapi butuh waktu, tenaga dan pikiran yang besar untuk bisa memahami dan menjalankannya sesuai dengan apa yang dicantumkan dalam peraturan.

Ditugaskan di tempat yang kita tak kenal sama sekali, bisa menjadi sebuah anugrah, karena menjadi kesempatan untuk belajar hal-hal baru.  Tapi  ketika ketidaktahuan membuat kita bisa terkait dengan hal-hal yang high risk, sungguh rasanya bukan hal yang nyaman untuk tetap dijalani.  Aku lalu meminta atasanku saat itu untuk menyetujui pengusulanku untuk menjadi tenaga fungsional.  Usulan tersebut ternyata ditindaklanjuti oleh instansi pengelola kepegawaian dengan mengirimkan surat usulan diriku untuk bisa mengikuti diklat fungsional perencana yang diadakan Bappenas .  Sebagai catatan, untuk bisa menjadi tenaga fungsional, calon tenaga fungsional harus mengikuti diklat fungsional, yang diakhiri dengan ujian kompetensi.  Untuk pegawai dengan pangkat seperti diriku, diklatnya dilakukan oleh Bappenas.

Namun untuk bisa ikut diklat, calon peserta diklat harus mengikuti placement test yang diadakan Bappenas terlebih dahulu.  Pada akhir Desember 2015, ada placement yang dilaksanakan di Pekanbaru, dan diriku diberi kesempatan untuk mengikutinya.  Alhamdulillah.

Selanjutnya aku berada dalam antrian untuk mengikuti diklat.  Ketika aku mendapatkan informasi bahwa aku dalam beberapa bulan lagi akan mengikuti diklat perencanaan, aku mengajukan diri kepada pimpinan daerah melalui institusi pengelola kepegawaian, untuk dipindahkan ke institusi yang mengurus perencanaan daerah, agar bisa fokus menyiapkan diri untuk menjadi tenaga fungsional perencana.  Alhamdulillah, pada pertengahan tahun 2016, setelah sekitar 15 tahun memegang jabatan,  diriku dilepaskan dari jabatan struktural, dan menjadi fungsional umum alias staff.  Apa rasanya ? Lega. Seperti ada beban berat di pundak, yang telah dibawa kemana-mana bertahun-tahun, terlepas.  Alhamdulillah.

JFP

Pada bulan Sepetember 2016, panggilan diklat yang sudah kuupayakan akhirnya datang.  Aku dipanggil untuk ikut  diklat fungsional perencana madya spasial  (baca : Diklat JFP Madya Spasial),    pada minggu kedua bulan oktober.  Diklat yang berlangsung selama 3 minggu.  Selesai diklat, semua seperti meluncur dalam track-nya.  Meski kadang tersendat-sendat, tapi alhamdulillah akhirnya  surat keputusan pengangkatanku menjadi fungsional perencana keluar juga.

Aku tahu, menjadi fungsional perencana bukanlah jalan yang mudah, karena aku harus belajar banyak, dan juga harus bekerja keras untuk mengumpulkan kredit point agar aku bisa naik pangkat ke jenjang yang lebih tinggi.  Mungkin butuh 2 sampai 3 tahun untuk mencapainya.  Tapi insya Allah dengan menjadi tenaga fungsional, dunia kerja yang aku jalani akan lebih sejuk, lebih tenang.  Semoga Allah meridhoi langkah yang diriku ambil. Aamiin.***

Diklat JFP Madya Spasial

Tanggal 10 sampai dengan 28 Oktober 2016 yang lalu diriku mendapat kesempatan kembali ke Yogya untuk waktu yang lumayan lama..  TIGA MINGGU..  Waktu yang sebenarnya gak cukup panjang bagi diriku untuk menikmati Yogya yang Selalu DiHati

Iya buat aku, tiga minggu di Yogya gak lama… Secara diriku pernah di Yogya selama 6 bulan  buat ikut kursus PUSPICS.. Lalu sekitar 2 tahun 6 bulan untuk menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana Penderaan Jauh di lingkungan Fakultas Geografi UGM…

Ngapain 3 minggu di Yogya…? Ikut diklat alias pendidikan dan pelatihan..  Diklat Fungsional Perencana Madya Bidang Spasial..

Diklat apa siyy itu, kok istilahnya bikin kepala nyut nyut nyut..??  😀 😀

Diklat Jabatan Fungsional adalah diklat yang harus diikuti oleh seorang Aparatur Sipil Negara untuk menduduki Jabatan Fungsional.

Apa itu jabatan fungsional ?

Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian/dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. *sorry guys, ini asli copy paste dari salah satu peraturan*. Jabatan Fungsional Perencanaan itu jabatan fungsional yang bertugas di bidang perencanaan pembangunan, yang secara berjenjang terdiri dari Perencana Pertama, Muda,  Madya  dan Perencana Utama.

Khusus diklat untuk Jabatan Fungsional Madya, diklat dibagi dalam 3 bidang, yaitu ekonomi, sosial dan spasial.  Ketiga diklat itu sama-sama mengajarkan perencanaan, bedanya pada persentase materi tentang pendekatan perencanaannya yang berbeda. Bidang sosial, sekitar 60% dari materi yang diajarkan adalah perencanaan dengan menggunakan pendekatan sosial.  Bidang ekonomi, lebih kurang 60% dari materinya adalah perencanaan dengan menggunakan pendekatan ekonomi, sedangkan bidang spasial, lebih kurang 60% materinya adalah perencanaan dengan menggunakan pendekatan keruangan atau spasial.

Diklat jabatan fungsional perencanaan madya spasial, sebagaimana madya sosial dan ekonomi, diadakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.  Dan sesuai dengan bidangnya, diklat JFP Madya Spasial dilakukan bekerjasama dengan Magister Perencanaan Kota dan Daerah Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik, UGM.  Itulah yang menjadi penyebab diriku kembali ke Yogya selama tiga minggu… 😀

img1476928711078

@ MPKD, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fak Teknik UGM

Sebelum ikut diklat ini, diriku sudah rada-rada senewen…Karena menurut seorang teman yang sudah duluan ikut diklat, namun untuk bidang yang berbeda, selama diklat tiap hari ada tugas yang harus dikumpulkan sehari kemudian sebelum jam 05 pagi. Sumpe gw keder dengernye..!! Gimana enggak…? Masa-masa begadang buat bikin tugas sudah berlalu seiring pertambahan usia… Ditambah dengan diriku beberapa tahun terakhir sudah memberlakukan prinsip “Tugas kantor kerjakan di kantor, gak boleh dibawa pulang.  Kalo ada kerjaan yang belum selesai saat jam kantor usai, lembur aja.. Tapi gak boleh dibawa pulang”.

Dan.. akhirnya tanggal 09 Oktober tiba.. Saatnya aku terbang ke Yogya untuk mengikuti diklat…  Aku berangkat bareng dengan salah satu peserta Diklat yang juga berasal dari Pekanbaru, tapi dari instansi yang berbeda.  Karena pesawat yang terbang direct dari Pekanbaru ke Yogya adanya jam 08 pagi, jadilah jam 10 lewat diriku dan teman seperjalanan sudah menginjakkan kaki di Yogya dan melihat salam “Sugeng Rawuh” di pintu ruang kedatangan bandara Adi Soetjipto.   Ada rasa senang…, rasa yang selalu menghampiri diri bila kembali ke Yogya…  Mungkin karena  #Yogya #SelaluDiHati..

Diklat kali ini pesertanya 23 orang, dari berbagai provinsi di 5 pulau besar di Indonesia.  Dari Pulau Sumatera ada yang dari Sumut, Sumbar,  Riau, Jambi dan Bengkulu.  Dari Pulau Jawa ada yang dari Jabar, Jateng dan Jatim.  Dari Kalimantan ada yang dari Kalsel dan Kaltim.  Dari Kalimantan ada yang dari Sulsel dan Sulteng. Daannn ada Elvira dari Papua. Kami benar-benar  presentasi keragaman Indonesia..  Ini yang paling diriku suka kalau ikut diklat yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, jadi punya kesempatan bertemu, berkenalan, menjalin silaturahmi dengan teman-teman dari daerah lain, yang suku, latar belakang dan budayanya berbeda…

Selama diklat kami di”kos”kan pihak MPKD sebagai pelaksana diklat di Hotel Cakra Kusuma, di Jl. Kaliurang Km. 5.2.  Gak jauh dari kampus UGM… Gak jauh juga dari tempat kosku saat kuliah dulu..  Senang donk, bisa kembali ke daerah yang dikenal…? Senang banget.. 😀

Di “kos-kosan” ini diriku dijodohkan oleh mba Esti, pihak MPKD yang mengurus diklat, untuk sekamar dengan dengan mba Widia dari Pemko Sungai Penuh, Provinsi Jambi selama diklat berlangsung.

Awalnya ada rasa khawatir sekamar dengan orang yang asing (lagi), secara pernah ikut diklat sebulan dan dapat teman sekamar yang cuek banget.. Yang bisa ninggalin handuk lembab di tempat tidur (tempat tidurnya single tapi dempetan), yang jemur pakaian dalam masih basah di lemari baju bercampur dengan baju bersih.. yang bulak balik menyalakan hairdryer di kamar mandi buat ngeringin pakaian dalam… Rasanya seperti tidur dan mimpi buruk gak kelar-kelar..  Hahaha 😀  Tapi… alhamdulillah, kali ini diriku beruntung…, dapat teman sekamar yang jiwanya seirama… Sama-sama santai, gak rapi-rapi banget, tapi kita juga gak jorok.  😀  Sama-sama bisa berbagi dan menikmati banyak hal bersama..  Dan di akhir diklat, menurut teman-teman peserta diklat yang perempuan, kami adalah teman sekamar yang paling kompak.. Alhamdulillah.. *Terima kasih sudah menjadi teman sekamar yang menyenangkan, mba Wid.. Saya jadi tambah teman, tambah saudara..*

Hari senin, 10 Oktober 2016, diklat dimulai… Pesertanya 23 orang, 12 orang ibu-ibu dan 11 orang bapak-bapak… Kok ibu-ibu dan bapak-bapak?  Karena memang pesertanya semua berusia  di atas 35 tahun…  Tapi alhamdulillah, meski udah pada bapak-bapak dan ibu-ibu, tapi semua bawaannya santai…, gak sok tua… Hehehe…  Alhamdulillah juga meski di antara peserta ada yang sudah pakar, ada yang sudah senior banget di pekerjaan…, tapi tetap pada humble…, sehingga menghadirkan suasan pertemanan yang menyenangkan…

Materi yang dipelajari…, ya tentang perencanaan dan pengendalian tata ruang, lebih ke kebijakan.  Gak sampai ke level teknis, yang sempat dicemaskan beberapa peserta. Tapi salah satu pengajar, Pak Bobby, yang juga ketua Program MPKD, merubah metode saat jam mengajar beliau.  Dari materi yang seharusnya diberikan di kelas, beliau rubah menjadi belajar di lapangan.  Beliau membawa kami ke kawasan pemukiman Code, pemukiman padat di pinggiran kali Code di pusat Kota Yogyakarta.  Ini menurutku salah satu kegiatan yang menyenangkan selama diklat.

img14804162434401

Belajar di Kawasan Permukiman Code

Alhamdulillah diklat JFPM Spasial ini gak seserem diklat JFPM yang diikuti temanku..  Boro-boro begadang ngerjain tugas, hampir setiap malam diriku dan mba Wid, teman sekamar mulai tidur jam 21.00-an, dan bangun jam 04.00 pagi…Kita-kita bisa jalan kaki setiap jam 5 pagi… Ada juga yang berenang pagi-pagi atau sore setelah kelas usai..  Hidup sehat, kita… !! Bahkan aku dan mba Widia sempat ngabur ke 21,  nonton petualangan Prof. Langdon di Inferno.  😀 Suasana seperti ini bisa kami jalani karena  dari awal tugas-tugas yang diberikan adalah tugas kelompok yang diselesaikan di jam-jam belajar, ditambah lagi semua peserta ikut diklat dengan semangat berlibur dan “kabur” sejenak dari rutinitas kantor… 😀 😀 😀

Hanya minggu pertama yang waktu terasa berjalan lambat…  Di minggu kedua dan ketiga waktu terasa seperti berlari… Mungkin karena di minggu kedua kita para peserta sudah akrab dan merasa seperti keluarga..   Gimana enggak, teman-teman yang mudik di akhir pekan kembali ke “kos-kosan” dengan membawa oleh-oleh makanan khas daerah masing-masing.. Sehingga minggu malam dan senin pagi selain menikmati makanan yang disediakan hotel, kami juga menikmati berbagai oleh-oleh.. Ada bandeng presto, lumpia, cake gandjalreel dari Semarang, ada bika ambon dan bolu meranti dari Medan, ada serabi notosuman dari Solo..  Ada juga amplang dari Banjarmasin yang jadi cemilan tambahan saat rehat diklat…  Meriah pokoknya…!!

Ada juga acara piknik bareng di wiken kedua yang dilakukan 12 orang peserta diklat yang gak mudik, termasuk diriku.. Kemana..? Ke obyek-obyek wisata yang dijadiin lokasi syuting AADC 2 :  Punthuk Setumbu, Gereja Ayam, Ratu Boko,  juga ke Borobudur, Prambanan dan Kaliurang.  Piknik yang seru karena dimulai jam 03.00 pagi..  Dan karena takut telat, ada yang sampai udah bangun jam 12 malam, dan main mandi aja tanpa lihat jam… Hahahaha… 

Over all… Diklat JFP Madya Spasial yang diriku ikuti sungguh menyenangkan…  Salah satu diklat yang asyik dari diklat-diklat yang pernah aku ikuti..  I’m gonna miss you mba Widia, Ika, teh Ani, kak Lita, mba Dewi, kak Linda, mba Nissah si Little Missy, Lupi, Vira, Erni, kak Poppy, Pak Pur si Kepala suku, Pa Moer, Pak Sorjum, Hapriadi, Pak Mustakin, Pak Tatag, Pak Fir, dan teman-teman yang tak tertulis namanya… Makasih juga mba Esti dan Pengelola Diklat…

Alhamdulillah 2 minggu setelah diklat usai, kami menerima kabar dari Mba Esti, bahwa seluruh peserta diklat lulus ujian kompetensi yang dilaksanakan di 2 hari terakhir diklat.  Tinggal  nunggu sertifikat dan Berita Acara Penetapan Angka Kredit (BAPAK) yang akan menjadi dokumen untuk usulan bisa memegang jabatan fungsional perencana.

Semoga diriku dan teman-teman peserta diklat bisa segera memegang jabatan fungsional perencana… Aamiin  ***

Makan Bareng…

Postingan ini ditulis dari hasil dengar curhatan sohib-sohib… Curcol tentang perasaan yang “sakitnya tuuhh di sini” sambil nunjuk dada….   😀  Perasaan yang pernah juga aku rasakan, dulu…  Mungkin teman-teman juga pernah merasakan…  Perasaan apa siyyy…? Perasaan gak nyaman… Hahahaha…

Makan barengOrang-orang yang bekerja, seperti diriku, dan mungkin juga teman-teman, makan siang kan biasanya dilakukan  di luar rumah.. Bisa di kantin kantor…, di resto atau food court…  Ada juga siyy yang bawa lunch box…  Makannya biisa sendiri atau bareng-bareng dengan teman temin…

Buat sebagian orang, makan sendiri, terkadang bisa menimbulkan rasa gak nyaman, apa lagi kalo di resto atau food court..  Apa lagi di negeri kita, duduk makan sendiri di tempat umum, acap kali terasa seperti makhluk yang tak mampu bersosialisasi, sehingga tak punya teman, bahkan untuk makan… hiks...   Dan makan bareng-bareng, sambil ngobrol juga memang rasanya lebih menyenangkan…, karena sudah takdirnya manusia itu makhluk sosial, butuh bergaul, butuh orang lain di sekitarnya…

Karena kedua alasan itu, kita selalu berusaha mencari teman saat makan di luar rumah…  Tapi ternyata makan bareng orang lain, yang bukan keluarga itu juga tidak mudah… 😀  Kenapa…? Karena manusia lain, meski itu teman, adalah makhluk lain yang punya hati dan pikiran yang berbeda… Belum tentu sama pikiran dan perasaannya soal hak dan kewajiban… 😀

Maksudnya….?

Maksudnya ketika kita makan bersama di resto atau food court, pasti lah akan ada biaya yang harus keluar untuk membayar makanan yang dimakan..  **nenek-nenek juga tau… hehehehe*  Naaahhh, kalo makan bareng, sering pula, siapa yang harus membayar?

Kita, yang katanya orang timur, penuh tenggang rasa, sering kali belum bisa bersikap seperti orang Belanda yang hanya membayar apa yang mereka makan..  Kita merasa gak enak kalau bersikap begitu.. Sekan tak ada basa basi…  😀  Tapi kan kita juga gak bisa sering-sering mengeluarkan uang hasil kerja keras kita untuk membayari makan orang lain, yang juga punya uang…

Kalau makannya di food court yang self service, ambil makanan, lalu langsung ke kasir…, itu akan lebih mudah… Setiap orang tinggal bayar, apa yang dia ambil…  Tapi kalau makanannya diorder, dihidangkan, lalu tagihannya mucul dalam satu tagihan…., ini yang jadi masalah…

Sebenarnya, hal ini gak perlu jadi masalah.., kalau yang makan bareng itu sama-sama memakai perasaan dan pikiran… Bisa dengan membayar apa yang dimakan dan minum, bisa dengan membagi sama besar seluruh tagihan, bisa juga dengan gantian membayar..  Tapi kita kerap berurusan dengan orang-orang yang memakai perasaan dan pikiran hanya untuk hal-hal yang terkait dengan dirinya, hal-hal yang menguntungkan dirinya, saja… 😀

Aku dulu pernah merasakan, ada teman yang selalu makan bareng, tapi hampir gak mau mengeluarkan uang untuk apa yang dia makan..  Bahkan pernah satu kali saat makan bareng, dia mengeluarkan uang yang bahkan tak cukup untuk membayar apa yang dia makan dan minum.. Jadi secara halus dia suruh aku nombokin apa yang dia makan..  Kalo bang Haji Rhoma Irama bilang, terlalu……  😀  Kalau temanku itu gak punya duit, aku dengan sangat senang hati, nombokin.. Tapi saat itu, teman ku itu jauh, jauh, jauh lebih berpunya dari diriku, yang saat itu adalah PNS yang baru pulang tugas belajar… Nyaris bangkrut, booo…. Hehehe… Capek berurusan dengan teman yang begitu, aku memutuskan untuk kabur dari pergaulan yang satu itu…  Memang gak bagus jadinya… Tapi dari pada bikin hati gak nyaman terus menerus.. Kabur adalah pilihan terbaik… 😀

Naahhh, curhatan teman-teman baik ku kali ini juga begitu.. Kami biasa main dan makan bareng, biasa berbagi rezeki.., meski hanya sepotong kue, atau sebungkus keripik..  **Aiihhh jadi ingat ada yang dengan wajah sumringah mengantarkan 2 buah lepat pisang ke ruang kerjaku minggu lalu… Terima kasih kak In.. Aku sayang sama kakak.. Sungguh…* Kami malah biasa rebutan bayar, kalo pergi makan bareng.  Bukannya apa-apa, karena kami bisa saling merasakan bahwa uang yang kami miliki itu diperoleh dengan bekerja, dengan keras bahkan..  Kalau kita sebagai pribadi, masing-masing mendapatkan uang dengan bekerja keras, bukankah teman yang lain juga mendapatkannya dengan bekerja keras.. Bagaimana bisa kita menikmati hasil kerja keras teman kita tanpa memberi secara seimbang…?

Teman-teman ku itu, yang akhir-akhir ini sering makan bareng dengan orang lain cerita… “Sondha gak tau aja… Sekarang ada tricknya menghindari bayar makan…  Ada 2 cara, terbaru ‘Ndha.. Yang pertama, pura-pura ngobrak ngabrik tas…, tapi gak selesai-selesai… Entah apa yang diobarak-abrik… Yang kedua, nelpon berlama-lama.. Padahal entah iya nelpon entah tidak…  Sampai kita niyy gerah, akhirnya ambil inisiatif untuk membayar.. padahal hari-hari sebelumnya kita juga yang bayar.. Keterlaluan nggak tuuhhhh…?”  Hmmmmm….  Teman ku itu melanjutkan, “Ada lagi yang bisa dengan tambeng dan tebal muka, tetap cuek dan pura-pura tak dengar, meski sudah dibilang bahwa kali ini giliran dia yang bayar…”  **gubbbbrrrrraaaaakkkkkssssss*

Hmmmmm….. Mungkin memang sudah waktunya untuk lebih selektif dalam memilih teman makan bareng…  Sudah saatnya gak perduli meski orang mencap kita dengan stempel yang aneh-aneh.. Yang penting hati kita nyaman..   Kalau orang yang suka gak fair dalam urusan bayar membayar itu ngajak makan, bilang aja lagi diet.. Hahahahaha...

Atau kalau memang harus makan bareng juga dengan mereka, karena kan gak mungkin juga selamanya bisa menghindar, begitu tagihan makanan datang, kita keluarkan saja uang sedikit diatas jumlah harga makanan dan minuman yang kita nikmati saja…  Sisanya, suruh yang lain bayar, sesuai dengan yang dia makan….  Peduli amat mereka bilang apa..  Karena hati kecil masing-masing sebenarnya tahu kok, yang benar itu seperti apa..  ***

Percakapan di Pagi Hari..

Ini cerita tentang percakapan di suatu pagi, antara aku dan kak Mentel (KM, nama samaran, bahasa Melayu, yang artinya centil), seorang teman kantor yang secara usia beberapa tahun lebih tua dari ku..  Beliau sama dengan aku sejak akhir tahun 2008 diberi amanah untuk memegang posisi setingkat supervisor..

gossipKM : Sondha, coba kau lihat si A tuuhh.. Menurut kau, pantas dia memegang jabatan kepala bidang?

Aku : Entah lah kak.. Aku gak mikirin itu… Enggak mau juga ngomongin hal itu… Sudah ya, aku banyak kerjaan.. *sambil aku bergerak meninggalkan Kak Mentel*

KM *sambil memegang lenganku agar tidak bergerak menjauh dari dirinya* : Tunggu dulu…Coba lah kau jujur.. Menurut kau pantas, ga..?

Aku : Banyak kerja aku yang lain, kak..   Tak usah lah kita bahas.. Tak ada guna..

KM dengan suara gemas penuh emosi : Eh, kau kan sudah S2, aku juga. Kau sudah sekian tahun di posisi yg sekarang, aku  sebelum pindah ke kantor ini juga sudah pagang jabatan.  Sudah 6 tahun aku di posisi yang setingkat dengan posisi ku sekarang. Kita juga pantas lho mendapat promosi… Ya, kan..? *guuubbbbbrrrrkkkkkssssssssssssssssssssss*

Ternyata ohhh ternyata ada yang gak tahan pengen dipromosiin…   Ternyata ada yang cari dukungan…  Ternyata ada yang mencari teman seperjuangan….  *tepokjidat.com*

Aku dengan segala kejahilan ku : Kakak berapa tahun? 6 tahun..? Aku sudah 12 tahun.  Terus mau apa?

KM  dengan  wajah kaget nyaris ileran : Haaaa…..? Kau 12 tahun…? Gila itu namanya… Lama kali…  Gak adil itu namanya…

Aku sambil senyum2.. :  Jabatan itu amanah, kak.  Bukan kita yang berhak menentukan apa kita pantas diberikan suatu amanah  atau tidak.  Kalau belum sampai ke kita, terus mau apa? Apa mau nyorong-nyorongin diri? Kita kerjakan saja apa yang dipercayakan pada kita saat ini dengan sebaik yang bisa kita lakukan. Tak usah dibandingkan orang dengan diri kita.   Kakak sudah lakukan tugas kakak dengan baik belum…?  *coel abis si  kakak mentel*

Buka Bareng Keluarga Besar Bappeda Kota Pekanbaru..

Minggu lalu jeng Boge Peni, mantan teman se-kantor di Bappeda Kota Pekanbaru, bbm aku..

Teman lama sejak di Bappeda : L - R : Lily Kusumawardhani, Randra Aprileni, Sondha Siregar, Boge Peni Sunestri..

Boge : Kak Son, ikut buka puasa Bappeda?

Aku : Siapa yang ngadain? Kapan? Siapa aja yang ikut? Dimana rencananya?

Boge : Yang ngadain kita-kita kak.. Bukan acara resmi Bappeda.. Rencana hari Selasa 23 Agustus di hotel A, kak..  Ini Boge lagi mendata siapa aja yang mau ikutan..

Aku : Mau lah…  Berapa kita urunan?

Boge : Seratus kak…

Aku : Baik lahhh…

So, akhirnya hari Selasa 23 Agustus 2011aku menghadiri acara Buka Bersama dengan Teman-teman Bappeda Kota Pekanbaru di The Premiere Hotel..

Siapa aja yang hadir…?  Lumayan ramai, ada sekitar 50 orang..  Ada beberapa senior yang sudah purna karya, teman-teman yang sudah mutasi dari Bappeda, juga yang teman-teman masih berkarya di Bappeda.  Bahkan banyak juga teman-teman yang gak sempat ketemu saat aku  bertugas di Bappeda..  Tapi alhamdulillah suasananya akrab banget… Kalau teman-teman mau lihat foto-foto buka puasa ini, teman-teman bisa lihat di album foto di sini

Sebagian karyawan/wati serta para mantan karyawan/wati Bappeda Kota Pekanbaru

Ya, buat aku Bappeda Kota Pekanbaru memang tak kan terlupakan… Why oh why…?  Hehehe..  Bukan hanya karena kantor ini merupakan institusi tempat tugas pertama ku sebagai Pegawai Negeri Sipil, tapi karena saat aku kerja di sana, para senior nya membina para junior dengan baik, bahkan mengayomi.., seperti yang pernah aku ceritakan di postingan yang ini dan ini….   Jadi meski telah 3 tahun 6 bulan pindah ke instansi lain, rasanya sebagian  hati tetap tinggal di Bappeda Kota Pekanbaru…

Mudah-mudahan silaturahmi yang kembali dirajut ini bisa tetap terjaga yaa….

Ok.. Sekarang waktunya ngebahas makanannya… 😀

Sebenarnya kami ingin buka puasanya di Resto Hotel Premiere..  Karena ada teman yang merekom menu buffet buka puasanya banyak pilihan dan uenak-uenak…  Aku siyy baru sempat ngerasain maksi di sini, yang rasanya lumayan siyyy menurut aku..  Tapi karena bagian resto yang paling nyaman buat di-block sudah direserve duluan oleh sebuah big company, terpaksa untuk kami dibuatkan di sebuah ruangan di lantai 3 hotel tersebut…  Nah karena enggak di Resto, kami tidak bisa menikmati buffet yang katanya seru itu… Jadi buat kami disediakan makanan dengan paket menu yang dipilih oleh panitia kagetan.. Hahaha.. Tapi jumlah, jenis dan rasanya juga lumayan..  Not bad laahhh…  Apalagi buat kami di ruangan yang sama disediakan space buat sholat, sehingga bisa sholat berjamaah… Alhamdulillah…

Serunya buka puasa bareng… ***

 

2010 : Work Hard, Travel Hard & Play Hard (Part 3 – Final)

@ Bandara Ngura Rai, June 2010

Minggu ke-4 bulan Juni aku ditugaskan untuk ikut mendampingi Tim Kesenian Riau yang tampil di Pesta  Kesenian Bali.. Seperti biasa, di sela2 pekerjaan aku menyempatkan diri untuk, menikmati perjalanan…  Pagi2 sebelum beraktivitas aku menyempatkan jalan kaki menyusuri Legian sampai ke pantai Kuta…, pulang pergi.. Seru juga melihat toko2 dgn barang2 yang cantik dari balik etalase, meski toko masih tutup..,  kafe yang lagi beberes setelah buka semalaman..,  panta Kutai yang masih sepi dan relatif hening…

Setelah usai mendampingi Tim Kesenian tampil, keesokan harinya kami mendapat kesempatan buat jalan2 di Bali bagian Selatan… Hmm, lumayan heboh.. Apalagi “kenekatan” ku untuk melayang dengan parasailing membuat beberapa teman lain yang tadinya mikir sejuta kali, jadi berani untuk melayang juga…

Pulang dari Bali, aku kembali ke rutinitas pekerjaan..  Di minggu ke2 Juli aku kembali ada kerjaan yang  mengharuskan aku stay di RedTop Pecenongan selama 5 hari..  As usual, main tetap diusahakan… Aku berangkat hari minggu pagi, sehari sebelum rapat..   Dijemput sahabatku Ati di bandara Soeta jam 09 pagi, kami main2 di Bogor seharian… Dan sebelum ke bandra untuk terbang ke Pekanbaru, aku bersama Ati & Linda  wiskul dulu di Pasar Modern BSD…

Lunch with old friends…

Pulang dari ngurus kerjaan di Jakarta selama seminggu, aku sempat ke Jakarta for one night.. Just for attending a meeting at night… Besoknya, setelah makan siang dengan teman2 lama, aku pulang ke Pekanbaru… It was tired days….

Awal Agustus, aku dapat tugas ke Batam.. Klo udah ke Batam, rugi donk gak nyeberang ke Sing..  So, aku memesan tiket  pulang 2 hari setelah rapat usai, supaya sempat nyebrang..   but something happened, a night  before I flew I was robbered..  I lost my bag with its contain..  : money, camera, external hardisk (isinya file kerjaanku selama 2 tahun terakhir, termasuk arsip foto2), usb modem, buku2 tabungan bahkan passport.  Rencana ke Sing tinggal angan2..

Seusai rapat, karena tiket sudah dipesan dan menggeser jadwal akn kena biaya yang harganya nyaris bahkan sama dengan beli tiket baru, terpaksa aku main di Batam.. Aku dan Yuli, teman kantor yang ikut ke Batam, pergi ke Pulau Galang ngeliat bekan Kamp Pengungi Vietnam..

Sepulang dari Batam, aku baru merasakan dampak psikoplogis dari perampokan yang terjadi satu malam sebelum aku berangkat..  Begitu masuk ke Pekanbaru, jantung ku berdebar dengan detak yang tidak biasa.. Ada rasa cemas yang berlebihan… Rasanya kota ini bukan lagi “rumah” tempat aku tumbuh dan dibesarkan..  Sudah begitu banyak pendatang, yang bisa berbuat apa saja di kota ini..  Berusaha melawan rasa cemas yang berlebihan aku memaksa diriku untuk menjalankan mobilku melewati lokasi perampokan pada jam yang nyaris sama… Astafigirullah aladzim…,  bukannya meringankan tapi justru aku jadi trembling… Gemetar hebat…, dan airmata ku mentes deras…  Semoga tidak ada lagi yang mengalami seperti aku yaa….

Untuk menenangkan hati, di akhir minggukedua bulan Agustus  aku memutuskan untuk pulang sejenak ke Medan, menemui Papa & Mama.. Berharap mendapatkan support yang akan menguatkan dan mengatasi rasa trauma..

Setelah pulang dari Medan, kembali mengurus kerjaan.., anggaran perubahan.. Ini siyyy hampir bagian akhir dari Anggaran Perubahan.. Sebelumnya ada banyak cerita di dalam prosesnya… Seperti biasa, ada banyak kecaman dan kesinisan bila ada kehendak2 tidak terpenuhi… “Satu tahapan sekolah kesabaran lagi”…

Lalu, September pun menjelang… Saatnya Idul Fitri.. Aku memutuskan untuk ber-Idul Fitri di Medan, suatu pencapaian yang luar biasa dalam hubungan Anak – Orang Tua, bagi aku.. Alhamdulilah ya Alloh…

Selesai Idul Fitri, bulan Oktber pun datang.. , aku berkejar mengurus anggaran 2011.. , dan mengurus persiapan admnistrasi Anggaran Perubahan 2010…  But alhamdulillah semua lancar, apalagi ada 2 anggota baru yang memperkuat tim ku…

Akhir Oktober, aku mendapat kesempatan untuk mendampingi Tim Kesenian ke Brunei.. Negeri kecil namun kaya yang berada di Kalimantan bagian utara…  Ceritanya Tim Kesenian Riau mendapat kesempatan untuk tampil di TV Brunei..

@ Masjid Jamee, Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Oct 2010

Aku sebenarnya sudah memulai tulisan tentang perjalanan ke Brunei, cuma belum sempat diselesaikan..  I hope ASAP, aku bisa menyelesaikan tulisan tentang itu yaa…

@ Safari Garden, Nov 2010

Pulang dari Brunei beberapa hari aku harus menghadiri meeting di Safari Garden Hotel.. Alhamdulillah aku dikasi atasanku kesempatan untuk membawa teman kantor yang bisa membantu bekerja..  Kerja keras dalam 2 hari, membuat kami mempunyai waktu untuk menikmati Safari Garden di hari terakhir, sebelum kembali…  Lumayan… bisa refreshing….  Mana aku berangkat ke Jakarta sehari sebelum rapat supaya gak terlambat, sehingga masih sempat main bareng Veny & Linda..  Bahkan pakai cara beli sepatu bareng pula… hebbbooohhhhhhhhh….. Heheheehehe…

Kelar dari Safari Garden, aku kembali harus bersiap-siap… Kemana…??? Ke United Arab Emirate… Serrruuuu bangetsss…. Perjalanan yang luar biasa, yang gak pernah terduga sebelumnya… Tentang perjalanan ini teman-teman bisa baca di sini, sini, sini sini dan di sini….

Lalu seperti biasa, kerja kerja dan kerja…. Dan akhir tahun ku tutup dengan liburan bersama keluarga di Medan…

2010 really was good year, an extra ordinary year.. Semoga akan ada tahun-tahun yang lebih dan semakin menyenangkan…

Alhamdulillah….

1st Working Day in 2011

1st working day of 2011 has been not well.. I lost my spirit since morning…  Now I plan 2 go home and take a rest…

Hope tommorow will be better…

Ingat-ingat Pesan…

Civil Servant is not my first job… It’s my 4th job, kalo gak salah ingat… Hehehe.. Tapi ini adalah job kedua setelah aku memutuskan untuk kembali ke daerah tempat aku dibesarkan.. Job pertama, kerja di bank kecil. Job yang memang hanya untuk mengisi waktu (dan mengisi kantong, pastinya..) sementara menunggu proses menjadi PNS yang butuh waktu sekitar setahunan..

Saat menjelang kerja di dunia PNS, aku diwanti2 oleh ortuku, berkali-kali… Pesannya :

  1. Kalau udah masuk kantor nanti, kamu diam2 aja dulu.. Jangan tunjukkan pada orang2 di kantor apa yang bisa kamu kerjakan. Nanti mereka pikir kamu sok pinter. Jadi diam saja… Lihat2 saja… Jangan sombong, harus rendah hati…

 

  1. Jangan minta kerjaan sama siapa pun. Nanti orang pikir kamu mau nyampurin kerjaan mereka, meski niat kamu baik, ingin menolong.

  2. Kalau kamu diminta membantu atau mengerjakan sesuatu, kerjakan secara maksimal, sepenuh kemampuan kamu, sehingga hasilnya maksimal dan orang pun akan tahu bahwa kamu punya kemampuan untuk bekerja.

So, begitu mulai masuk sebagai PNS dan ditempatkan di Sekretariat Bappeda Kota Pekanbaru sekitar tahun 1997, aku hanya duduk diam…, memperhatikan aktivitas orang2 di sekitarku, termasuk kebiasaan mereka buat ngaburr pada jam2 tertentu… hehehehe…  Biasanya siyyy buat pergi makan siang rame2… (Setelah membaur dengan teman2 d kantor, aku juga ikutan ngabr buat makan siang ramai2.. Hahahaha…).  Untuk menghindari kebengongan, aku biasanya membekali diri dengan buku dari rumah…

Naaahhh suatu kali, sekitar sebulan setelah aku kerja di situ, setelah kembali dari suatu urusan, aku menemukan ruang kerja yang kosong melompong..  Karena gak tau mau kemana, aku memutuskan untuk duduk diam dan membaca di salah satu pojok di ruangan yang besar itu…  Gak lama, Bang Zul (BZ), Sekretaris Bappeda saat itu keluar dari ruangannya, masuk ke ruang sekretariat…

Beliau lalu menyapa ku (BZ) : Ndha, kemana orang niyy semua..?

Aku : Ndak tau ‘Ndha, bang.  Tadi ‘Ndha keluar, pas kembali, ruangan udah kosong.. Mungkin padapergi makan siang, bang.

BZ : Ndha, kamu bisa ngetik di komputer…? Ini ada surat yang harus diketik, tapi tidak ada orang nih.  (Ini mungkin pertanyaan yang wajar di tahun 1997… Tapi rasanya juga aneh kalo kita sudah lulus S1 tapi gak bisa ngetik di komputer.. Karena siapa donk yang ngerjain skripsi kita…?)

Aku : Bisa, bang.  Apa yang mau diketik?

BZ lalu menyerahkan konsep surat yang harus aku ketik..

Setelah selesai, aku menyerahkan hasil ketikan kepada beliau.. Lalu beliau bertanya :

BZ : Kamu ngetik pakai huruf apa ‘Ndha? Kok hurufnya bagus dan halus..

Aku : Pakai huruf tipe x, bang.

BZ : Ada ya tipe huruf itu di WS.  Kok gak pernah ya dipakai sama teman2 sebelum ini?

Aku : Saya gak pakai WS, bang.  Saya pakai Microsoft Word.

BZ : Waaahhh, anak2 sini masih pakai WS lho ‘Ndha.  Emang program itu ada di komputer kantor kita? Kamu kursus dimana?

Aku :  Saya enggak pernah kursus bang, cuma dulu ada pelatihan pengenalan komputer aja selama 3 hari waktu di kampus.   Zaman skripsi iya pakai WS dan Lotus.  Tapi setelah ada  Windows biasanya pakai MS Word dan Excell.

Sejak itu aku nyaris tidak pernah lagi menganggur di kantor… Alhamdulillah… Pesan ortu ku ternyata BENAR BANGET…  Jangan pernah pamer.., supaya gak bikin orang lain tidak suka dengan kita.  Tapi kalau dikasi kesempatan, lakukan semaksimal yang bisa dilakukan…

Prinsip itu aku coba terapkan  kembali saat aku pindah kantor baru sekitar 2 tahun yang lalu…, 12 tahun setelah jadi anak baru di Bappeda..   Ternyata hasilnya berbezaaaaa (kata orang Malaysia).  Berbeza…? Berbeza bagaimana…?

Ya, aku tetap melangkah masuk kantor dengan gaya yang santai… Tidak menunjukkan embel2 berupa pengalaman kerjaku sebelumnya.., atau siapa yang merekomendasikan aku untuk pindah ke tempat baru… Pokoknya santai…

Ternyata oh ternyata… Kesantaian  dipandang berbeda oleh seseorang yang merasa senior di kantor.. Apa yang aku alami dengan orang tersebut menjadi cerita yang menggelikan… sekaligus pelajaran buat aku agar lebih bijak kalau ketemu orang baru… Juga lebih sabar…  Hehehehe…

Ceritanya saat aku masuk, di kantor itu lagi ada kegiatan..  Gak mau, dianggap mau ikut campur atau apa..  Aku terapkan pesan ortu.  Duduk diam… mengamati saja… Sampai pada sekitar hari ke2 atau ke3.. Tiba2 orang yang merasa lebih senior, anggaplah namanya Mpok Atik menyapaku..

Mpok Atik : Heeeh…!!! (sambil melihat ke aku, sehingga aku yakin dia berbicara padaku). Lu, bisa ngetik, gak..?

Sumpeee aku kaget, sekaligus bingung.  Apa dia bertanya pada aku apa bukan..? Lagi pula cara menyapa dengan sebutan “Heeeh…!” rasanya gak sopan ya.. Perasaan aku punya nama…, dan tertera di papan nama yang ada di baju dinasku.  Terus…, waktu tinggal di Bogor dan Jakarta selama lebih kurang 10 tahun, aku dan teman2ku juga memakai kata “LU – GUA”, tapi kok rasanya enak aja tuuuuhhhh… Gak sakit di telinga.. Kok yang ini rasanya sakit ya…? Mungkin karena nada yang biasa aku dan teman2ku pakai relatif lunak… Jadi kata “LU” tidak membuat kita merasa direndahkan…

Trus kalau diingat sikap Bang Zul dulu, rasanya sikap Mpok Atik ini bener2 ajaib..  Karena Bang Zul aja yang saat itu adalah orang kedua di Bappeda Kota, sangat baik dan ramah. Nah Mpok Atik ini, tanya punya tanya pada teman2 di sekitarku saat itu, ternyata saat itu statusnya  juga sama dengan aku, staff.

Aku menatap ke Mpok Atik dan bertanya untuk meyakinkan diri : Ibu bicara dengan saya?

Mpok Atik dengan nada keras :  Iya.. Lu bisa ngetik gak…?

Hmmmmm….. Aku jadi mikir, ada apa ya ini orang..? Kenal juga belum ama aku kok nanyanya begitu… Dari penampilan ku yang relatif sudah berumur, dia pasti tau lah aku bukan anak kemaren sore di dunia pegawai negeri.  Tapi aku tiba2 ingat pesan orang tuaku “harus rendah hati”, meski rasanya geleuuuhhh banget ditanya dengan cara yang sembarangan oleh orang yang belum kita kenal..

Aku menjawab : Bisa bu.. Apa yang mau diketik?

Mpok Atik : Nanti gua bikin konsep surat, lu ketik yaa…!!!

Aku hanya mengangguk… Hmmmm… Manusia ajaib….

 

Gak berapa lama kemudian, Mpok Atik kembali berbicara padaku..

Mpok Atik : Lu bisa ngonsep surat, gak?

Astagafirullah al adzim…. Underestimate banget orang ini sama aku, orang yang belum dia kenal… Apa siyy aku, manusia yang belum dia kenal ini di matanya..? Apa dia pikir aku ini adalah salah satu dari sekian pegawai yang cuma makan gaji buta, gak tau kerja…?  Kok sepertinya menghina ya…??!!!! Tapi lagi-lagi ingat pesan orang tua, untuk rendah hati, humble… dan juga sabar…

Aku lalu menjawab omongan manusia ajaib itu : Surat apa yang mau dikonsep, bu? Biar saya bantu..

Mpok Atik : Lu bikin surat ya, buat si anu, isinya tentang anu… Kalo sudah selesai, lu tunjukin ke gua, biar gue periksa..

Aku lalu mengerjakan perintah Mpok Atik yang ajaib itu… Membuat konsep surat dengan tulisan tangan, karena kedua komputer sedang dipakai staf2 lain (gak berani nurunin laptop yang ditinggal di bagasi mobil karena takut dianggap pamer, hiks).  Setelah selesai, aku menunjukkan konsep surat ke Mpok Atik.  Respon beliau, setelah membacanya…

Mpok Atik : Ya sudah, lu ketik ya. Trus ntar lu kasi ke gua…

Aku, lagi2 hanya diam dan menjalankan perintah beliau..

Ada beberapa kejadian lagi yang ajaib dalam minggu2 itu.. Misalnya dia menyuruh aku bergegas mengangkut barang2 dengan mobilku ke tempat acara.  Nyuruh ngangkat, lho.. , bukan minta tolong…  Sebelumnya,  karena kamar tempat aku seharusnya tidur dengan seorang staff  yg lebih junior  (menurut pengaturan beliau), dipakai untuk bekerja oleh beberapa anggota team yang laki2, aku menumpang tidur di kamar Mpok Atik.   Saat itu jatah pekerjaanku udah kelar, dan tubuh sudah capek banget.  Lewat tengah malam, beliau membangunkan aku agar pindah tidur ke kamar yang satunya lagi… , dengan cara yang sama sekali tidak bersahabat. Padahal sebenarnya kalau aku pun tetap dibiarkan tidur di situ, tidur dia tidak akan terganggu, karena kamar itu berisikan 2 buah tempat tidur single.  Tapi aku teteuuuppp sabar, lalu bangun dan pindah kamar…

Kenapa aku jadi membahas masalah gak penting ini setelah dua tahun lebih berlalu…? Karena orang yang sama, tanpa alasan yang aku mengerti selalu memasang muka masam padaku berhari-hari, beberapa bulan terakhir ini… Dia keluar masuk ruang kerjaku tanpa pernah menyapaku, memerintah adik2 yang bertugas membantuku, tanpa permisi atau basa-basi padaku..  Satu kali, dia bahkan memandang penuh kebencian padaku.., karena sebel aku balas kembali tatapannya dengan tatapan “Mau apa siyy lu? Siapa elu, kok marah2 ama gua…? Emang gue ngerugiin apa? Hehehehe…

Tapi, ternyata oh ternyata, dari cerita banyak orang, ingat BANYAK lho, bukan satu dua orang, dia memang suka bossy.. Memerintah sana sini.. Padahal sebenarnya orang yang dia perintah2 itu, ada yang pangkatnya lebih tinggi, ada yang posisinya di kantor lebih tinggi dari dia.  Lucu kan…? Beneran kayak dagelan ketoprak yang dimainkan di panggung2 pasar malam..  Bahkan dari cerita beberapa teman, dia selalu bercerita ke orang2 tentang hal2 yang negatif yang menyangkut diriku.  Hmmmm… Mudah2an itu bisa melapangkan jalanku nantinya yaa…  Mungkin ini cuma satu ujian buat kesabaranku… Atau ini satu sesi dagelan yang bisa jadi pelajaran buat aku supaya lebih awas, lebih peka membaca lingkungan… Mudah2an yaaa…

Urrrrrggghhhhh…………!!!

Pagi saat tiba di kantor rasanya tenang banget… Semua orang sedang ikutan wirid di lantai 3…  Kesunyian menimbulkan rasa tenang.., nyaman…  Gak lama, mulai berbagai pihak yang datang dengan berbagai masalah… Yang kadang bikin aku terheran2 dengan jalan pikiran mereka…

Pertanyaan mereka antara lain :

“Sondha, kami ada anggaran untuk 2 kegiatan.. Boleh gak, kegiatan yang satunya gak dikerjakan, tapi duitnya digunakan buat kegiatan yang satunya lagi?”

Ya jelas aja jawabnya gak boleh…  Kegiatan yang sudah dianggarkan itu sudah menjadi Peraturan Daerah, artinya itu produk hukum yang harus dijalankan sesuai dengan aturan.. Mana bisa dialihgunakan.. Pengalihgunaan berarti pelanggaran hukum.  Kalau mau dirubah penggunaannya, ada proses yang harus dijalani terlebih dahulu…

Herannya yang nanya itu masa kerjanya sebagai pegawai lebih lama… Terus selama ini kemana aja? Heran gak siyyy….?

Gak lama, ada yg ngomong dengan nada galak… Let’s say namanya  Ani.

Ani  : “Kak Sondha, gimana siyy kakak nyusun anggaran buat pengadaan bacaannya…? Kakak salah hitung yaa…? Gak cukup tuhhh uangnya… Coba lihat ini Dokumen Pelaksanaan Anggarannya?”

Di situ tertulis :

Pengadaan koran :

Koran A :  180  EB @ Rp.150.000,- Jumlah Rp. 27.000.000,-

Koran B :  24 EB @Rp.110.000,- Jumlah Rp.2.640.000,- dst..

Aku lalu menjelaskan : “Ani, itu semua kan buat setahun, artinya 12 bulan. Kalo dia 180 EB, artinya untuk koran itu kita langganan 15 edisi setiap bulan.”

Ani : “Gak cukup uangnya.. Kalau 15 eksemplar kali 30 hari kan sebulan aja sudah 450.  Di anggaran cuma ada 180 setahun.  Mana cukup…!!!!”

Aku : “Ani, koran A itu berappa siyy harga langganannya per bulan?”

Ani : “Rp.100.000.-”

Aku : “Ani lihat dianggarannya berapa? Rp. 150.000,-.  Itu justru artinya uangnya masih lebih.”

Ani : “Lebih dari mana? Anggarannya cuma untuk 180 setahun, sedangkan sebulan aja udah 450.”

Aku : “Ani,  langganan korannya bulanan, kan? Bukan per eksmplar per hari kan?  Artinya Rp.100.000,-  itu untuk 30 lembar atau 31 lembar, tergantung jumlah hari pada bulan tersebut. Kalau kamu langganan 15 eksemplar per hari dan biaya langganannya Rp.100.000,-/bulan, artinya biaya koran tersebut sebulan Rp.1.500.000,-, setahun Rp.18.000.000,-.  Anggarannya justru lebih banget…. Iya gak siyyy?”

Ani : “Enggak, saya gak ngerti.  Menurut saya anggaran ini gak cukup.”

Urrgggghhhhhhhhhhhhhh….!!! Aku gak tahan lagi… Aku gak tau mau menjelaskan bagaimana lagi…. Kemampuanku untuk menjelaskan rasanya udah habis…  Pusinkkkkkkkkkkkkkkkkkk pusinkkkkkkkkkkkk…

It Has Been A Year…

career-womanTerhitung tanggal 5 Februari yang lalu..  Setahun sudah aku pindah kerja…

Banyak hal baru yang aku dapat…  Bener emang kata orang2.., jangan bertahan terlalu lama di suatu sistem, karena akan membuat kita stagnant…   Lingkungan baru, kerjaan baru, segala sesuatu yang baru akan memperkaya diri…

Tapi kalo menurut aku, jangan pula keinginan untuk memperoleh sesuatu yang baru membuat kita jadi kutu loncat..  Karena klo begitu kita juga gak akan dapat apa-apa..  Kita gak sempat berproses yang akan “memperkaya” diri, meningkatkan kapasistas…  Dan juga gak sempat meninggalkan track record yang baik, yang bisa menjadi modal dasar untuk “menjual diri”…

Gak Semua……..

hard-work-woman1Facebook memang luar biasa…  Membuat aku bisa terkoneksi kembali dengan teman2 yang udah berpuluh, berbelas tahun tidak muncul dalam semesta kehidupanku…  Bukan sekali dua kali, saat membuka “home” di facebook aku menemukan friend request dari mereka yang pernah mengisi hari-hari ku… Teman saat SD, teman SMA daaannn teman2 kuliah yang seru dan heboohhh…

Beberapa minggu yang lalu, aku menemukan friend request dari seorang teman lama..  Teman yang selama berbelas tahun tak diketahui kabarnya bahkan oleh teman2 main kita dulu yang masih terkoneksi dengan ku…  Aku hanya ingat, saat terakhir bertemu sekian belas tahun yang lalu, saat aku masih bekerja dan menetap di Jakarta,  temanku ini mengkritik aku sebagai orang yang materialistis, duniawi karena aku emang saat itu selalu menghabiskan akhir pekanku di cinema grup 21 di Grand Wijaya, kongkow2 dengan teman2 dan saudara di mall2…

Sebenarnya yang dikritik bukan cuma aku, tapi teman2 yang lain juga…  Sehingga kita2 yang dikritik merasa aneh dan gak ngatri… Apa lagi kita tahu persis kalo teman kita yang mengkritik ini juga bioskop mania… Karena dulu2nya kita selalu nonton bareng2…

Tapi kita berusaha menerima kritikan itu sebagai masukan..  Meski kadang gak nyaman juga, karena gak merasa ada yang salah dengan hobby nonton dan kongkow..  Toh kita gak ke cinema tiap hari, kita gak ke mall tiap hari…  Kita tetap bekerja dan bertanggung jawab dengan pekerjaan dan aspek2 lain kehidupan kita…  Nonton dan kongkow2 cuma satu sisi dari beratus, beribu atau berjuta sisi kehidupan yang bisa meringankan hati  setelah lelah bekerja 5 hari dalam seminggu…  Kita waktu itu berpikir kalo teman kita ini sudah mendapat suatu paradigma berpikir yang lebih maju, yang kita2 belum nyampe…

Lalu… beberapa hari yang lalu di suatu hari kerja sekitar jam 3 siang, saat aku emang lagi harus meneyelesaikan beberapa kerjaan,teman lama yang telah terkoneksi di FB ini men’chat’…

Teman Lama (TL) :  Masihh di kantor..?

Aku (A) : Iya…

TL : Kok…? Kan kalo PNS jam segini udah gak ada di kantor…

A :  Maksudnya..?  Gak semua lho PNS seperti itu.  Tolong jangan digeneralisasi.  Sorry aku lagi ada kerjaan…

Setelah pulang kantor, aku mengirim pesan ke teman lamaku itu…

Gak semua PNS itu gak punya dedikasi dan serius dgn pekerjaannya.. Memang gak banyak.. Tapi ada…

Gue bertahun2 selalu berada dalam tim bersama orang2 yg punya dedikasi.. Kita biasa pulang kantor tengah malam bahkan subuh pada saat penyusunan anggaran dan pertanggungjawaban. Kita juga total ngerjain kegiatan2 yang diamanahkan ke kita..

Jadi jangan lah digeneralisir..

Teman lamaku me-reply

Kok segitu sewotnya……. Fakta keseharian ya begitu adanya…. Di Asia saja Rate dedikasinya Goverment Oficcer of Indonesia cuma rangking 36 setingkat di atas kamboja….

Hhhhmmmmm… Ternyata setelah bertahun2 tidak terkoneksi, temanku itu tetap gak nyambung dengan aku…

Aku tau persis, ngerti dan sadar kalo banyak, banyak sekali rekan2 di dunia PNS yang belum serius dengan pekerjaannya..  Aku tidak menutup mata dengan kenyataan itu.  Aku bahkan pernah menulis tentang hal itu di sini…  Tapi di kalimat awal aku kan udah bilang “Gak semua PNS itu gak punya dedikasi dan serius dgn pekerjaannya.. Memang gak banyak.. Tapi ada…”

Malas berdebebat lebih jauh…  Aku lalu mengrimkan pesan…

Bukan sewot, aku cuma kasi tau gak semua PNS seperti itu.. Jangan digeneralisir.. Masih ada pegawai pemerintah yang serius dgn pekerjaannya.. 

Tapi kalo lu mau menutup mata akan keberadaan pegawai yg telah serus bekerja.. silahkan aja.. itu gak akan mengurangi semangat mereka mengabdi.. Apa siyy artinya pendapat satu orang yang gak tau apa-apa tentang keberadaan mereka yang mengabdi di dunia pemerintahan…?

Temans…  Ini sama sekali bukan pembelaan atas sebuah profesi..  Ini juga bukan tulisan untuk pamer atau apa…  Tapi ini adalah sebuah realita, bahwa meski gak banyak, tapi masih ada kok PNS yang bekerja dengan serius dan sungguh2..  Justru tantangan yang mereka hadapi besar : lingkungan dan rekan2 kerja yang punya paradigma berpikir yang berbeda.   Tapi mereka tetap bergerak, berkarya…. mengikuti tawaf alam semesta….

Justru bukankah mereka harus didukung agar kuat dan tetap konsisten…  Bukankah masyarakat yang anggota keluarga juga berprofesi sebagai PNS seharusnya mendorong anggota keluarganya itu untuk mulai bekerja sungguh2…   Sebaliknya, tidak melakukan segala daya upaya untuk memasukkan anggota keluarganya menjadi PNS untuk mendapat jaminan hidup tanpa mengerti hakekat PNS…
Btw, kenapa judul postingannya jadi kayak judul lagunya Basofi Sudirman “Tak semua laki-laki……” yaaa??  Hehehe…

New Challanges…

Tahun 2008 buat aku dan 1200-an orang PNS di lingkungan Pemerintah tempatku bekerja ditutup dengan mutasi besar2an..  Aku, alhamdulillah, mendapat amanah untuk tugas yang lebih besar, yang diikuti dengan tanggung jawab  yang juga kebih besar, pasti…!!!

Sejujurnya meski aku sebelumnya  sudah pernah memegang level ini selama 7 tahun saat kerja di tempat lama, tapi  skop pekerjaan yang dipegang kali ini jauuuuhhh lebih besar.  Kalo dulu skop-nya cuma kota dengan luas wilayah 63.323 Ha.  Sekarang, 11 kabupaten/kota, bow..!!!  Jumlah teman yang harus dimanage juga lebih banyak dari sebelumnya..  Rumitnya, teman2 ini sebagian besar memang sudha beberapa tahun bertugas di bagian ini, dan mereka sudah lelah karena merasa tak diperhatikan.. Ada yang desperate, ada yang cuek gak perduli dan ngabur dari kerja..

Saat aku diskusi dengan Papa.. Papa bilang kalo aku harus melihat ini sebagai kesempatan untuk belajar, untuk meningkatkan kapasitas.. So, I have  to be unafraid…  Dan Papa ngingatin agar aku membangun system kerja, sehingga kalo aku gak ada di kantor, pekerjaan tetap jalan dan gak kesendat2..  Papa juga ngingatin agar aku melakukan kaderisasi..  Memberi kesempatan yang luas bagi teman2, yang harus aku manage, untuk maju dan berkembang..

Ini yang sedang diupayakan…..  Alhamdulillah setelah 3 minggu, suasana di ruang kerja mulai menghangat…  Ada keceriaan di wajah teman2 selama jam kerja..  Ada tawa dan canda, sembari bekerja..  Apalagi ruang kerja kita emang asyyyiiikk banget…  Ya fasilitasnya, ya pengaturannya….

Sebaris kalimat yang aku coba selalu ucapkan di akhir hari kerja, yang aku perhatikan bikin teman2 pulang dengan wajah ceria meski telah lelah adalah… “Teman…, terima kasih ya atas kerja samanya hari ini…!!!  Sampai jumpa besok…!!!”

Semoga keadaan akan mebaik dari hari kehari…  Semoga aku bisa memegang amanah..  Bisa memberikan rasa aman dan nyaman buat teman2.., serta menghasilkan hal-hal yang lebih baik dari pekerjaan ini…

Spionase…

detective-womanSekali lagi cerita tentang bidang studi yang aku pelajari saat mengambil strata 2..

Ada seorang teman di kantor.. Anggap aja namanya Pak Ahmad.  Pak Ahmad ini  PNS yang jam terbangnya jauh lebih tinggi dari aku..  Beliau bertugas di bagian personalia di kantor.  Beliau sedang diberi tugas untuk meng-update Daftar Urut Kepangkatan (DUK).  yaitu sebuah daftar PNS yang bekerja di satuan kerja yang disusun berdasarkan pangkatnya mulai dari yang paling senior sampai yang paling junior..  Salah satu data yang ada di DUK adalah histori pendidikan si PNS..

Naaaahhhh si Pak Ahmad ini tadi pagi nanya ke atasanku, orang kedua di kantor,  apa siyy sebenarnya sekolahku itu..  Karena dia baca di copy-an ijazah ku PORGRAM STUDI PENGINDERAAN JAUH.  Dia belum pernah liat ijazah dengan program studi itu sebelumnya..  So, beliau nanya apa itu Penginderaan Jauh…?

Bossku lalu menjelaskan kalo Penginderaan Jauh itu adalah suatu ilmu yang menggunakan citra satelit atau foto udara untuk mendapatkan informasi mengenai kenampakan yang ada di permukaan bumi.. dst dst dst..

Selesai boosku bicara, si Bapak itu lalu mengutarakan kesimpulannya…  “Jadi mbak Sondha itu belajar tentang SPIONASE ya pak….? “ Gubbbbbrrrrrraaaaaakkkkkk………………………………..!!!!

Oooooaaaallllaaahhhhh… bapak, bapak….!!!  Kok tiba2 aku teringat acting Tom Cruise di Mission Imposible…  Ingat James Bond juga..  Hehehe

Cerita Lama di Suatu Masa…

Tadi malam seorang teman di lingkungan kerja yang lama tapi di lain unit kerja nelpon.  Kebetulan teman Tati ini adik kelas saat di SD dan SMP.  Ceritanya dia minta masukan tentang langkah2 yang akan dia lakukan untuk pengembangan karirnya….  Karena setahun terakhir, setelah menyelesaikan pendidikan untuk strata 2, beliau di tempatkan di birokrasi.  Sebelum sekolah, beliau menjadi kepala unit pelayanan kesehatan masyrakat di tingkat kecamatan.  Hmmm.. pekerjaan yang menurut Tati luar biasa pahalanya…

confused-womanTeman Tati ini merasa tidak diberi kesempatan untuk berkiprah lebih banyak.   Selama setahun terakhir dia diberi tanggung jawab untuk berbagai hal, tapi pada saat pengusulan nama calon pemegang jabatan esselon IV/a nama dia tidak tercantum, bahkan untuk posisi yang selama ini pekerjaannya dia lakukan.  Dalam kondisi seperti ini, seorang kenalannya menyarankan dia untuk masuk ke sebuah organisasi kemasyarakatan perempuan yang dibina dan dibiayai kegiatan-kegiatannya  oleh pemerintah.  Organisasi ini biasanya dikelola oleh ibu-ibu yang suaminya merupakan pejabat di wilayahnya.  Berkiprah di organisasi ini membuat kita terkoneksi dengan lingkaran inti sekaligus terlihat kiprahnya..  Sehingga membuat kita lebih punya kesempatan untuk mendapat promosi, katanya…..

Naaahhhh… si teman ingin mendapat masukan dari Tati, karena dia dengar dari orang-orang kalo I was involved in it, I was in there…

Hmmmmm….. Gimana yaaa….?  Ini benar-benar cerita lama di suatu masa….

Tati beberapa tahun yang lalu dilibatkan di organisasi tersebut, tapi sungguh Tati gak niat sama sekali, bahkan cenderung terpaksa…  Ceritanya istri atasan Tati saat itu menelpon Tati.   Istri atasan itu bilang, dia ditelpon oleh istri pimpinan yang lebih tinggi, beliau meminta Tati menjadi salah seorang dari 4 sekretaris di organisasi kemasyarakatan yang beliau pimpin.  waktu Tati bilang supaya jangan dilibatkan di situ, karena pekerjaan yang diserahkan ke Tati di kantor sudah cukup banyak, Tati takut nanti gak bisa memuaskan hati semua pihak.  Tapi saat itu istri atasan Tati bilang agar Tati jangan menolak karena nanti posisi dia yang terpojok..  Aihhhhh repotnya dunia yang diikat oleh struktur yang kaku…

Setelah dijadikan salah seorang sekertaris, penelpon Tati jadi bertambah..  Jadi makin krang kring krang krong..   Kalo biasanya telpon berasal dari atasan di kantor, rekan2 kerja, keluarga, teman2, sekarang nambah… ya dari teman2 di organisasi tersebut, dari sekretariat dan juga pimpinan organisasi..  Kadang rasanya pengen ninggalin HP di rumah, sehingga gak mesti nerima telpon2 yang kerap membuat bingung, mana yang harus didahulukan.  Karena atasan di kantor kalo ngasi perintah harus dikerjakan SEKARANG, sementara pimpinan organisasi juga maunya HARUS SEKARANG. Mereka gak kenal kalimat, “Boleh gak saya mengerjakan yang itu dulu..?”  Sering kali Tati harus bergerak dari kantor ke sekretariat organisasi atau sebaliknya dengan terburu-buru karena panggilan yang harus dipenuhi SEKARANG… Belum lagi kalo terjebak dikemacetan lalu lintas, lalu telpon berdering2 dengan pertanyaan, “Dimana kamu? Kok lama amat siyy?” Huahahahaha…..  Mau nangis jejeritan rasanya…  !!!

Sebenarnya apa siyy tugas yang diberikan kepada Tati di organisasi tersebut…?  Tati ditugaskan untuk membuat bahan-bahan presentasi pimpinan organisasi, secara beliau memang senang sekali menjadi pembicara di berbagai kesempatan dan membawakan tentang berbagai topik.  Mulai dari peranan wanita sampai masalah home decorating…!!!  Membuat bahan presentasi sebenarnya gak terlalu sulit asal kita diberi bahan2, serta waktu yang memadai untuk mempelajari bahan2 tersebut, atau kita dibantu oleh tenaga yang ahli di bidang yang akan dibicarakan sebagai narasumber.  Tapi seringkali, kita ditugaskan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, di bidang yang bukan bidang ilmu atau pekerjaan kita, tanpa diberi bahan atau tenaga ahli pula…  Lengkaplah penderitaan…!!!  Padahal resikonya, kalo bahan yang dibuat gak sempurna atau salah…  Kita yang membuat bahan persentasi lah yang akan kena duluan…  Yang repotnya lagi, pimpinan organisasi, maunya kita membuat bahan-bahan itu di sekretariat, jangan di tempat lain..  Padahal, kalo Tati siyy maunya : kasi tau apa yang diinginkan, serahin bahan dan peralatan, lalu kasi tau tenggat waktu.  Soal kerja dimana dan kapan, jangan dipersoalkan, sehingga Tati bisa ngatur waktu dan tempat untuk penyelesaian pekerjaan..

Itu baru berurusan dengan pimpinan organisasi…  Belum dengan sesama teman di organisasi…  Ada banyak teman yang kalo di depan ibu pimpinan “heboh banget memberikan sumbang saran” tetapi begitu ibu pimpinan berlalu, mereka ngomongnya “Sondha, bikin lah ya seperti apa yang sudah saya bilang tadi.  Saya mau pulang…!!!”.  Buseeeetttt banget gak siyyy…? Yang kayak gini terakhir terjadi saat Tati disuruh datang ke sekretariat tanpa diberitahu untuk apa.  Ternyata Tati diminta bikin bahan persentasi ibu pimpinan yang akan menjadi pembicara keesokan harinya di suatu seminar bertema poligami.  Saat itu di Indonesia sedang heboh2nya isu poligami akibat pernikahan kedua seorang ustad kondang.

Saat Tati sampai di sekretariat, di situ sudah duduk ibu pimpinan dan seorang ibu pengurus organisasi yang bekerja di lingkungan pemberdayaan masyarakat.  Mereka membicarakan tentang materi yang akan disampaikan si ibu pimpinan di seminar esok hari.  Si ibu yang dari lingkungan pemberdayaan masyarakat memberikan banyak masukan dengan berapi-api.  Tati silence abis, karena emang gak punya wawasan di bidang ini.  Belum diperoleh ketetapan tentang materi, ibu pimpinan meninggalkan ruang sekretariat karena suaminya kembali dari kantor.  Begitu ibu pimpinan pergi, si ibu yang tadinya bicara dengan semangat langsung berkemas juga.  Beliau bilang beliau mau pulang, dan dia juga bilang supaya Tati membuat bahan presentasi si ibu berdasarkan apa yang sudah dibicarakan tadi.  Ketika Tati tanya jam berapa dia akan kembali supaya bisa memfinalisasi materi, dia bilang dia tidak akan datang lagi.  Tati lalu bilang, kalo pembicaraan itu belum final, belum menghasilkan sesuatu yang matang.  Si ibu bilang, ya pandai2lah Tati menyelesaikannya.  Whhhhhhaaaaaaattttt……?  Pandai-pandai….?

Tati lalu bilang, “Ibu, ini topiknya tentang poligami, artinya tentang perkawinan.  Saya gak ngerti sama sekali, karena bukan bidang ilmu saya, bukan bidang pekerjaan saya dan gak punya pengalaman.”

Ketika si ibu masih ngotot untuk lepas tangan, Tati akhirnya terpaksa mengatakan dengan lebih tegas, “Ibu, saya bukan seorang psikolog yang mengerti psikologi keluarga, saya bukan orang hukum yang mengerti undang-undang perkawinan, saya bukan orang dengan ilmu agama yang mengerti aturan agama tentang perkawinan, daaaaaannnnn…. SAYA JUGA BELUM BERKELUARGA SEHINGGA SAYA BELUM MENGERTI BAGAIMANA RASANYA BERUMAHTANGGA DAN MENGHADAPI SEGALA PEROBLEMNYA….!!!!

Si ibu lalu terdiam, namun tidak menyurutkan langkahnya untuk pergi.  Nyebelin gak siyyy….?  Hehehehe… Saat itu rasanya siyy nyebelin, tapi kalo sekarang siyy Tati bisa ketawa2..  Karena sebenarnya percuma Tati ngotor kayak apa, teteup aja si ibu itu gak akan menyurutkan langkah, karena emang dia gak mau dan enggak perduli..  jadi Tatinya aja yang kayak orang tolol mabok sendiri….  Hehehe..

Lalu ada lagi teman yang seneng banget mengambil dari tangan kita berkas pekerjaan yang sudah selesai kita kerjakan berhari-hari dan akan kira serahkan ke ibu pimpinan, lalu dia yang menyerahkannya…  Hihihihi…  Kalo sama orang yang begini siyy, Tati cuma senyam senyum ajahh…  Karena sebenarnya ibu pimpinan tau kok siapa yang mengerjakan, soalnya ordernya langsung ke Tati by phone.

Naahhhh, ada lagi teman2 yang suka mencatut nama ibu pimpinan untuk menyuruh Tati melakukan pekerjaan2 yang sebenarnya diserahkab ke dia… Sebel…  Mau di-iya-in kok kayaknya “gue dikerjain ya..”, mau di-enggak-in ntar jangan2 beneran si ibu yang nyuruh… Halaaahhh…  Belum lagi persaingan diantara anggota organisasi dalam rangka mendapatkan hati si ibu, daaannnn tentu saja peluang promosi dari suaminya si ibu, seringkali membuat anggota organisasi mendiskreditkan teman-teman yang tidak mereka sukai.

Buat Tati yang biasa apa adanya, seenaknya (dalam artian gimana enak dan nyaman-nya Tati dalam melakukan segala sesuatu tanpa merugikan orang lain), lingkungan seperti ini gak nyaman.  Bikin Tati merasa “Cappeeeeekkkkk deeehhhh….!!”.  Tati gak bisa 24 jam kali 365 hari jadi orang yang sempurna, memenuhi kehendak semua orang…   I’m not kind of that person..  Tati gak bisa main sandiwara…  Apalagi menjilat….  (kata teman Tati yang nelpon tadi malam, kita dulu di sekolah kan gak ada mata pelajaran MENJILAT,  jadi ya kita gak tau bagaimana cara melakukannya… Hehehehe…).

Tati lalu mengambil langkah mundur perlahan2..  Gak pamit terang-terangan.. Karena kata “BERTERUS TERANG” DAN “SPORTIF” kayaknya belum masuk dalam kosa kata di lingkungan itu..  Tati hanya meminimalisir kontak.  Kalo dipanggil buat ngerjain sesuatu, Tati datang, kerjakan secepat mungkin, lalu pergi.  Kalo ada undangan seremonial, Tati tidak hadir lagi….  Kayaknya sikap Tati terbaca oleh ibu pimpinan, dan pada saat penyusunan pengurus baru, nama Tati tidak lagi tercantum.  Alhamdulillah.  Tapi ya harus berlapang dada menerima konsekuensinya, dianggap sebagai orang yang tidak loyal mungkin ya..  Yang penting hati dan pikiran tenang…

Semua itu Tati sampaikan kepada teman Tati yang juga adik kelas zaman sekolah.  Tati persilahkan dia mengambil keputusan, apa mau tetap memilih jalur yang sangat berat tapi sekaligus sangat rapuh itu untuk mendapatkan promosi.  Kalo menurut Tati siyy, lebih bagus dia ambil jalur di luar sistem, menunjukkan eksistensi yang outstanding di masyarakat…  Itu akan lebih baik…  Kalo kita udah punya track record yang luar biasa, kayaknya atasan dehh yang akan minta kita membantu pekerjaan beliau.  ya gak siyyy…?

Note :  Pics diambil dari sini….

Office Tale…

tired-womanBeberapa minggu yang lalu, Tati dipanggil oleh atasan 2 level di atas Tati.  Beliau memberi tau kalo mereka mengirimkan nama Tati untuk menjadi contact person unit kerja kita ke Badan Administrasi Kepegawaian dalam rangka penyusunan Struktur Organisasi & Tatalaksana..  Waktu itu Tati bilang, apa gak ada orang lain? Secara Tati tuh bukan orang dengan latar belakang kerja di bidang personalia dan organisasi.  Tati tuh orang perencanaan..  Tapi waktu itu beliau bilang, Tati cuma sebagi contact person, dan Tati mereka pilih karena cenderung lebih gesit, lebih cepat bergerak.. Hhhhmmmmmm..  Emangnya Tati pesawat concorde kali yaaa…

Naaahhhh  kira2 2 minggu yang lalu, pejabat yg berwenang di bidang personalia di kantor bilang klo Tati harus nyusun job description setiap bidang, sub bagian dan seksi di kantor dalam rangka memenuhi permintaan Badan Administrasi Kepegawaian.  Lho kok jadi Tati…?  Trus Tati coba jelasin, kalo Tati gak punya latar belakang di bidang personalia, Tati juga baru di kantor ini (baru 8 bulan….!!!), jadi sangat sedikit sekali mengerti tugas2 dari masing-masing bidang, sub bagian dan seksi.  Jadi Tati mohon kalo pun ini harus dikerjakan, ya dikerjakan dalam bentuk tim, Tati biarlah bagian mengkoordinir ajahhh..

Pejabat di bidang personalia mengahadap ke orang nomor 2 di kantor..  Hasilnya….   Jedaaarrrrrrrrr….!! Kata orang nomor 2, “Kasi tau Sondha,  dia susun ajalah sendiri, saya aja bisa kok ngerjain sendiri yang kayak gitu.  Masak dia gak bisa…..!!!!”   Dipikir Tati tuh bisa ngerjain apa ajahhhh…………………..!!!  Hmmmm..  Jadi ingat lagu  “ku bukan wonder womanmu….”

Malas ribuuuuuttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt.  Tati nyoba baca apa siyy ini…  Lalu nyoba bikin konsep2 semampunya… Tapi kok jadi malah takut ya…  Secara ini akan jadi peraturan kepala daerah lo..  Bakal jadi rujukan semua pejabat esselon II, III dan IV di kantor ini nantinya…  Kalo ntar bikin masalah karena ketidaksempurnaannya sehingga menyebabkan kekacauan dalam pelaksanaan pekerjaan, pasti Tati yang disumpah2 7 turunan…..!!  Mana si pejabat personalia asal ngeliat muka Tati pasti langsung bilang “Udah? Cepat laaaahhh,… Saya udah ditanya nii sama orang Badan Administrasi Kepegawaian.  Saya kan jadi gak enak hati…!!”  Lha.., Tati bukan cuma gak enak hati, tapi juga gak enak makan, gak enak pikiran, gak enak tidur dan gak enak rasa mau ke kantor…!!!”

Tati lalu menghadap orang nomor 3 di kantor, Tati kasi tau kalo Tati gak bisa menerima beban seperti ini..  Akhirnya, dibuatkanlah nota dinas, semacam perintah dari kepala kantor kepada orang-orang yang dianggap punya kompetensi untuk menyusun…  Tapi, hasil yang dari mereka… Entah lah….

Sampai kapan ya kantor pemerintah seperti ini…  Menunjuk orang-orang untuk melakukan pekerjaan tanpa mempertimbangkan kompetensinya..  Lalu, orang-orang yang ditunjuk untuk membantu juga pada lepas tangan…  Padahal ntarnya mereka juga yang rebutan buat menduduki jabatan tersebut..

I’M TIRED OF THIS SITUATION…………………………………………..!!!!

Satu Bangsa….

Ide tulisan ini sebenarnya sudah muncul di benak Tati berkali-kali..  Saat peringatan Hari Jadi Provinsi Riau tahun 2007, lalu tahun 2008 ini, juga saat hari jadi Kota Pekanbaru beberapa bulan yang lalu.  Tapi selalu gak sempat ditulis karena ada hal yang lain yang harus dilakukan… Akhirnya moment-nya lewat…  Mau di-publish, kok kayaknya basi yaaaa… Nah, di moment hari Sumpah Pemuda, Tati kepikiran lagi buat nulis tentang hal ini..  Tulisan tentang apa siyyy?

Hmmmm…. Ini tulisan yang topiknya rada sensi, karena banyak terjadi di negeri ini terutama setelah reformasi terjadi di tahun  1998..  Sebenarnya sebelum tahun 1998 juga terjadi, tapi biasanya dalam kesenyapan dan tidak transparan…

Ini cerita tentang pengalaman Tati si nona berdarah batak yang tumbuh besar dan mengisi sebagian besar hidupnya di tanah Melayu, Riau, tepatnya di kota Pekanbaru..

Tati sejak kecil gak pernah dididik untuk bersifat sukuisme..  Orang tua mengajarkan untuk menghormati orang tua dan leluhur, tapi tidak sukuisme..  Orang tua Tati memberikan contoh yang luar biasa, karena rumah kami sangat terbuka bagi anak-anak tetangga dan anak-anak teman mereka.  Bahkan ada anak tetangga yang tinggal dan besar di rumah kami, menjadi bagian keluarga kami, padahal tidak ada hubungan darah sama sekali, mereka berasal dari Sumatera Barat sementara kami dari Sipirok.  Dan bukan sekali dua tetangga kami yang bukan orang Batak ikut keluarga kami pulang ke Sipirok.

Rasa tidak sukuisme ini didukung pula oleh lingkungan tempat tinggal Tati saat dibesarkan, perumahan kompleks Gubernur Riau di Kota Pekanbaru yang tahun 1970-an sangat heterogen karena dihuni berbagai suku : Melayu, Batak, Minang, Jawa bahkan Manado, Ambon dan Irian meski dalam jumlah yang gak banyak.  Bahkan orang Melayu-nya pun berbeda-beda, ada orang Rengat, orang Siak, orang Kepulauan, orang Bengkalis, orang Tembilahan dan sebagainya.

Di lingkungan sekolah sejak TK sampai  SMA di Pekanbaru, teman Tati juga gak banyak yang orang Batak.  Sahabat Tati, Syahida adalah orang Solok, Sumatera Barat.  Juga teman main Tati saat SMA yang lain, Inda dan I-in.  Inda adalah orang Riau, kampungnya di Pangean, Kabupaten Kuantan Singingi, sedangkan I-in orang Palembang campur Lampung.

Rasa kesukuan ini semakin tidak ada setelah Tati kuliah di Bogor, secara teman dekat Tati sedikit yang orang Batak.  Avita..? Ayahnya Sumatera Barat, Ibunya Batak.  Mia Bachtiar? Orang Makassar.  Opi, Miko dan Riza orang Sumatera Barat, Diana Chalil orang Batak campur Melayu, namun Melayunya lebih dominan.   Linda Omar? Arab campur Belanda campur Jawa.  Chi2, orang Sunda..

Tati dengan cara pandang yang tidak sukuisme ini terkaget-kaget, saat mengurus melengkapi syarat administrasi untuk proses penerbitan SK pengangkatan PNS tahun 1996-an. Zaman itu masuk PNS sudah mulai pake ujian2 plus wawancara.  Tapi tetap pada tahapan tertentu, link menentukan diterima  atau tidak.  Jujur saja, Tati mendapat kemudahan untuk menjadi PNS karena abang Papa yang menjadi orang tua Tati di sini adalah salah seorang PNS yang mengabdi di negeri Melayu ini sejak Propinsi Riau dilepas dari Propinsi Sumatera Timur.  Untuk itu pada tahun 1950-an beliau pindah dari Medan ke tanah Melayu.  Mula-mula ke Tanjung Pinang, lalu setelahnya ke Pekanbaru.

Saat Tati sudah diterima sebagai PNS di lingkungan Pemda Riau, tapi Sk belum keluar,  Tati harus mengantarkan berkas yang perlu dilengkapi ke Bagian Kepegawaian di lingkungan pemerintah kota tempat Tati tinggal dan mendaftarkan diri jadi PNS.   Setelah menyerahkan berkas,  Tati berbincang-bincang dengan salah seorang staff di situ yang sudah Tati kenal.  Tiba-tiba Kepala Bagian Kepegawaian keuar dari ruang kerjanya.  saat dia melihat Tati, dia lalu menunjuk ke arah Tati seraya berkata dengan keras sehingga terdengar ke sepenjuru Bagian Kepegawaian, “Itu tuh… Mestinya dia gak masuk pegawai di daerah sini..!  Dia kan Batak, mestinya dia daftar di Medan saja…!!”.

Tati kaget banget mendengar ucapannya…  Karena orangtua Tati kenal dengan beliau.  Bahkan he was my agent insurance, karena alm ibu mengambil asuransi pendidikan Tati sama dia, sebelum dia menjadi PNS.  Tati yang rada-rada gokil, dengan wajah dipasang sepolos mungkin (padahal sumpe pake ngamuk2 di dalam hati) menjawab ucapan beliau dengan suara lembut sembari tersenyum, “Maaf pak… Saya memang pakai marga.  Tapi setahu saya, saya adalah orang Pekanbaru.  Saya besar di sini, sekolah dari TK sampai dengan SMA di sini.  Kalo saya daftar jadi PNS di Medan, saya rasa saya gak akan diterima karena rasanya gak ada orang di pemerintahan di Medan yang kenal dengan saya.” Setelah mengucapkan sederet kalimat itu, Tati lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut dan pulang…

Sempat siyy Tati meminta pada orangtua untuk tidak ditempatkan di lingkungan itu saat penempatan tugas.  Tapi orangtua memberikan pertimbangan-pertimbangan yang masuk akal, dan juga mendorong untuk tegar menghadapi orang seperti itu.  Akhirnya Tati bisa melewati tekanan-tekanan yang beliau lancarkan selama kurang lebih 1.5 tahun di awal masa PNS Tati.  Tapi kemudian beliau dimutasikan dari bagian kepegawaian, pindah ke unit kerja lain dan hampir tidak pernah ketemu lagi.  Pernah, sebelum beliau pensiun dan masih menjadi kepala unit kerja, beliau (terpaksa kali yaaaa…..) datang ke meja kerja Tati untuk minta dibuatkan bahan presentasi bagi kepala daerah untuk menyambut tamu dari Singapore.  Saat itu Tati bersikap seakan tidak pernah terjadi apa-apa di masa lalu.., dan emang gak ada rasa dendam di hati Tati..

Itu satu peristiwa yang terjadi secara terbuka…  Tati untungnya gak pernah lagi mengalami hal yang seperti itu…  Cuma sekali itu saja..   Tapi Tati sering lihat dan dengar ada banyak peristiwa sukuisme yang terjadi di lingkungan kerja di daerah secara tertutup, terutama di lingkungan Pemda.  Gak cuma di lingkungan Tati, tapi hampir di seluruh Indonesia.  Tidak ada ucapan atau pernyataan apapun, tapi ada double, triple bahkan seribu standard dalam promosi dengan alasan kesukuan..

Padahal buat Tati dan juga teman2 lain yang senasib, tanah tempat kita tinggal adalah  habitat kita.  Enggak kepikiran lah untuk mengeruk harta di situ lalu dibawa pulang ke tanah leluhur..  Kalaupun ada yang dibawa pulang ke kampung, paling sebatas pemberian buat sanak keluarga dalam jumlah yang gak seberapa…

Pekanbaru, adalah hometown-nya Tati… Di sini Tati tumbuh dan berkembang..  Di sini ada komunitas Tati..  Ada ikatan yang luar biasa dengan kota ini…  Di sisi lain, Sipirok adalah tanah leluhur Tati, tanah orang-orang yang mewariskan berjuta-juta sifat dalam wujud genetik ke tubuh Tati.  Tanah orang-orang yang berjuang untuk masa depan yang lebih baik bagi anak dan keturunannya..  Apa tidak pantas Tati punya keterikatan yang luar biasa dengan Sipirok?

Apakah kita hanya boleh berkembang di negeri yang diwariskan oleh leluhur kita? Apa kita tidak berhak tinggal dan mencari kehidupan di negeri yang bukan negeri leluhur kita?  Tidak berhak kah kita berkarya di situ?  Toh tanah itu juga masih dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia..   Masih dalam SATU NUSA, SATU BANGSA.. Tidak bisakah orang-orang seperti Tati menyatakan diri sebagai ORANG PEKANBARU BERDARAH BATAK…????

Note :

Sampai saat ini Tati masih menggunakan nama “SONDHA SIREGAR” di name-tag yang  setiap hari dipasang di bagian dada kanan pakaian dinas Tati.  Bukan buat pamer “GUE BATAK” tapi untuk menghormati leluhur yang mewariskan nama itu pada Tati, untuk mereka yang telah berjuang dan berkorban demi masa depan yang lebih baik bagi anak dan keturunannya…

Tati Pengecut..?

Suatu malam beberapa hari yang lalu…

Kriiiiiing… kriiiingggg…. Telpon Tati berdering.  Di layar HP terlihat tulisan “Bang Samiun”.  Bang Samiun masih kerabat dekat Tati, bahkan pernah tinggal di rumah Papa dan Mama saat Papa masih tugas di Banda Aceh…  Tati lalu mengangkat telpon, tapi yang terdengar bukan suara Bang Samiun, tapi suara “Oom Jeger”  masih kerabat Tati juga.  Oom Jeger pernah menjadi pejabat penegak hukum di negeri seribu satu malam, tapi sekarang sudah tidak lagi…

Oom Jeger (OJ) : Sondha, coba kau telpon dulu Boss mu, bilang aku mau ketemu sama dia.

Tati (Tt) : Lho… Ada masalah apa, oom?  Oom mau ngapain?

OJ : Aku mau bersilaturahmi dengan dia.

Tt : Ya, oom datang aja lah langsung ke rumahnya.  Oom tau kan alamatnya.  Saya sungkan kalo nelpon atasan saya buat  ngasi tau oom saya mau datang.  Ada urusan apa? Siapa lah kita ini…  Saya gak ikutan aahhh… Oom langsung datang aja.. Jangan pake suruh saya yang ngetuk pintu duluan…

OJ : ini, ada urusan si Samiun.  Dia minta saya nemanin dia menghadap Boss-mu itu.  Kau bicara sajalah sama si Samiun ini…

Tt, sesaat setelah telpon diberikan OJ pada Bang Samiun (BS) : Ada apa bang?

BS : Aku mau ketemu Boss-mu.

T : Mau ngapain…?

BS : Mau minta swaka politik, lagi pula ntar lagi orang bakal nyusun SOT (Struktur Organisasi dan Tatalaksana).  Jangan sampai kita gak masuk.  Susah nanti…

Sebagai informasi, di negeri antah berantah tempat Tati tinggal baru dilaksanakan pemilihan Tumenggung.  Saat kampanye si BS ini pro kepada calon Tumenggung yang ternyata tidak menang.  Pada saat itu dia dengan berani2nya telpon sana sini agar milih calon yang dia dukung..  Padahal sebagai pamong, seharusnya dia tidak boleh menunjukkan keberpihakan.  Pamong adalah abdi rakyat, pekerja professional yang mengabdi bagi kepentingan masyarakat jadi tidak boleh menunjukkan keberpihakan kepada seseorang atau golongan…  Siapa pun yang jadi tumenggung, kita harus bekerja dengan baik, dengan loyal, karena tumenggung itu adalah pilihan rakyat.  Itu aturan baku.  Prinsip  itu juga yang selalu didengung-dengungkan orang tua di kuping Tati saat mulai masuk ke dunia pamong.

Kebetulan Boss Tati saat ini adalah bagian dari keluarga dalam Tumenggung yang baru terpilih, yang sebenarnya juga Tumenggung lama.  Tati  kenal dengan Boss Tati sejak kecil, secara kita tumbuh dan besar di lingkungan yang sama di kota ini.  Orang tua kita juga berteman baik.  Bahkan istri si Boss, yang lahir dan besar di luar daerah ini, pernah sekantor dengan Tati, dan sejak saat itu kita menjadi teman baik.

Tapi saat ini posisi kami kan sudah tidak setara.. Dalam artian, si Boss saat ini adalah atasan Tati, sehingga ada aturan, ada tata krama..  Tapi sebenarnya tidak hanya sama Boss, sama siapa aja kita harus pake tata krama kok dalam bergaul.

T : Bang, langsung aja lah ke sana..  Kalo aku pake nelpon Boss-ku dulu buat ngasi tau dia bahwa abang dan Oom Jeger mau datang, emangnya kita ini siapa?  Kan yang punya kepentingan kita..

BS : Nanti kalo dia gak ada di rumah, kan repot.

T : Itu resiko orang yang mau namu.  Bisa yang punya rumah ada, bisa tidak…

BS : Kau mau tolong aku apa tidak ?

T : Kok ngomongnya gitu, bang?  Abang yang punya keperluan, tolong jangan libatkan hubunganku dengan atasanku.

BS : Kau takut ya sama dia?

T : Bukan takut bang, tapi segan, hormat.  Dia Boss-ku, atasanku.  Mana bisa sembarangan…  Ada aturan, ada tata krama.

BS : Dasar penakut kau, bodoh kau…!!

T : Apaaaa….? Apa hak abang bilang saya penakut dan bodoh? Apa karena saya gak mau ngikut maunya abang?

Bang Samiun lalu memutuskan telpon.

Dalam hati Tati berkata. “Bukannya kamu yang bodoh?  Berbuat tanpa berpikir panjang, lalu tidak berani menanggung resiko.   Berani mendukung suatu pihak, lalu ketika pihak yang didukung kalah, langsung berupaya ngambil muka ke pihak yang menang supaya tidak kehilangan kesempatan untuk memegang jabatan.  Itu namanya manusia gak punya prinsip”.  Kalau manusia kayak gini dibiarkan memegang posisi penting, bakal jadi apa….?  Dia gak pernah mikir orang lain, kecuali dirinya sendiri, kepentingannya sendiri… Kalo menurut Tati siyy orang yang kayak gini niyy yang namanya kampungan, norak…!!!!

Btw anyway busway… ini kan masih bulan Syawal..  Baru aja maaf2an kok udah marah dan ngata-ngatain orang lagi siyyy….?

Updated on October 11th 2008

Kemaren bang Samiun sms minta nomor telpon Boss Tati.  Ketika tidak Tati balas, dia nelpon.  Tati tidak angkat telponya.  Naahhhh, pagi ini bang Samiun mencoba menghubungi Tati dari nomor telepon yang gak Tati kenal…  Apa siyyy….  Kenapa selalu memaksakan keinginan pada orang lain, sementara di sisi lain tidak ada upaya untuk menghargai orang sebagaimana mestinya..  What a shallow person you are, bang Samiun…!!!

Orang Muda…

Siang ini ada seorang anak muda datang ke kantor Tati.. Dia orang yang sebelumnya telah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan IT di kantor ini.. Sepertinya semua orang mengenal dia, kecuali Tati dan orang-orang baru di sini. Kita harus bertemu untuk membicarakan kegiatan yang kebetulan dipercayakan pada Tati. Dari CV-nya yang sudah sampai ke tangan Tati, dia lebih muda 12 tahun dari Tati. Boleh lah ya Tati menganggap dia sebagai orang muda.

Sambil menunggu atasan Tati datang, Tati mencoba untuk berkenalan.

Tati : Dude Herlino, ya?

DH : Iya. Bu Sondha kan ?

Tati : Ya. Silahkan duduk dulu ya. Kita nunggu atasan saya dulu.

Dude Herlino lalu mengambil posisi di kursi di depan meja kerja Tati. Lalu…

DH : Ibu baru ya di sini?

Tati lalu mengangguk.

DH : Ibu orang Melayu, kan?

Tati bengong dengar pertanyaannya. Maksud lu…? Kok belum-belum udah sukuisme sihh…? Emang kalo gue Melayu kenapa? Kalo bukan kenapa? Asal lu tau, gue tuh Batak… Batak… B A T A K, Batak….!!! Kenapa emang? hhhhrrrrrrggggggggg……. Hehehehe

Tati : Kenapa begitu ?

DH : Udah berapa bulan ibu di sini? Sebelumnya ibu dimana?

Tati : Baru beberapa bulan. Sebelumnya di kantor X.

DH : Ibu kenal si Y? Saya sepupunya.

Tati : Oh begitu.

DH : Suami ibu kerja dimana? Pegawai Negeri juga?

Waduuhhhh… baru ketemu udah tanya2 kehidupan pribadi gue.. Lu nyadar gak siyy kalo lu nemuin gue tuh untuk urusan kerja? Emang lu petugas sensus yang khusus ngumpulin data pekerjaan suami orang ya…? Baru tau gue kalo ada petugas untuk itu… Hehehe…

Tati : Bukan.

DH : Suami ibu pemborong ya?

Tati cuma senyum ajah…

DH : Ibu sudah golongan IV/a, ya..?

Tati : Maksud kamu?

DH : Iya, calon kasubdin bukan?

Kok, belum-belum udah ngukur posisi gue di kantor siyy…? Sapa elu…? Elu kan bukan atasan gue yang nanya2 pangkat karena mau promosiin gue, kan? Btw, gue belum golongan IV/a lagee… Hehehe.. Dan itu juga gak ada urusannya sama elu…!!!

Tati sambil tersenyum dengan suara yang diusahakan selemah lembut mungkin : Dek, ati-ati ya kalau bicara..

DH terdiam, lalu berkata : Kenapa ibu tersenyum?

Tati : Saya ternyata harus belajar banyak tentang orang muda..

DH : Oh iyaa…. ibu harus banyak belajar…

Gubraaaaakkkkkkk…………………!!!

Iya niyy kayaknya gue harus banyak belajar gimana caranya bisa nampol orang kayak elu tanpa merasa bersalah atau malah jadi turun derajat jadi setara tololnya sama elu…!!!  Hehehe…

Pic diambil dari sini

Emak Tiri…

Awal bulan May yang lalu, teman2 seruangan yang semuanya laki ngeledekin Tati.. Mereka bilang “Di ruangan kita ada perempuan satu, tapi kok berasa kayak gak ada perempuan…” Maksudnya..?

Maksud mereka Tati tuh terlalu cuek dan gak peduli banget dengan kebutuhan teman-teman seruangan… Tati emang tipe orang yang cuek siyy ya… Gak feminim dan ngurus2 keperluan orang.. Karena pikiran Tati, gue ke kantor kan buat kerja, dan kerja gue tuh jelas … bukan ngurusin makan minum orang.. Hehehe.. Palingan Tati tuh nyediain kebutuhan pribadi Tati yang boleh2 aja dikonsum oleh teman2… Atau sesekali emang bawa buat dikonsum bersama2.. Tapi ngurusin orang2…? Gak kepikiran sama sekali…

Tati kerjanya kan di kantor pemerintah, jadi gak kayak di kantor2 swasta yang ada OB-nya… So, kalo mo minum silahkan bikin sendiri… Untungnya fasilitas dispenser ada di ruangan kita.. Terus kita2 suka bawa coffee mix atau lemon tea instant buat dikonsum bareng-bareng…

Naahhh, yang problem di kantor kita tuh soal makanan.. Ada sih kantin di lantai 3 tapi stoknya terbatas.., seringkali jam berapa udah gak ada apa-apa.. Mau beli makan di luar, pilihan terbatas secara pada jauh2 dari kantor kita…

Nah para lelaki di ruangan, minta kalo Tati mengkoordinir makan siangnya kita2 seruangan (7 orang). Karena the only girl (shhaaaaassshhhhhh………. G I R L…. !! Empat puluh tahun kok girl siyy…? Hehehe) di ruangan, Tati terpaksa menerima tugas tersebut.. Meski rasanya aneh juga. Secara ini kan kantor, Tati kan kerja sebagai suatu pribadi yang tidak dinilai berdasarkan gender.. Kok urusan makanan jadi diserahin ke Tati ya…? Hhhrrrgggggg… Tapi secara yang ngomong penghuni satu ruangan, di-back-up Kepala Tata Usaha, yang seruangan ama kita, manalah mampu Tati menolak… Pasrah deh gue…!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Tati lalu jadi emak-emak deehhh… Ke pasar, belanja piring, gelas, sendok dan magic com… Lalu Tati menghubungi ibu katering yang direkomendasi I-am si Duren. Kita juga meng-hire anak cleaning service yang kerja di kantor untuk membersihkan piiring2 dan peralatan kotor lainnya..

Tati sendiri kebagian tugas istimewa.. Apaan…? Tiap hari kerja, menjelang jam 10 pagi, Tati akan mencuci beras lalu memasak dengan menggunakan magic com.. Di kantor, bow….!!! Gak apa-apa deh…, meski rasanya aneh… Seumur2 Tati kerja di kantor baru kali ini kebagian jatah tugas masak nasi buat teman2 se-ruangan. Hehehe. Kan, insya Alloh jadi kebaikan buat Tati dan teman-teman seruangan..

Nah… karena sekarang sebagian teman-teman seruangan lebih banyak kerja di ruang panitia lelang yang terletak di komplek Museum, sekitar 300 meter dari kantor induk, Tati tuh hampir setiap menjelang jam 12 siang nelpon mereka kalo makanan udah siap.. Dan Tati akan nelpon dengan suara yang disetel guaaallllaaacckkkk banget… “Heh, makanan udah siap tuh.. Mau makan, gak? Kalo gak makan, udah besok gak usah masak aja lagi…!!!” Hehehe… Akibatnya, Tati dipanggil teman2 seruangan sebagai EMAK TIRI… Hehehe…

Biar emak tiri, tapi kan baik hati yaaa…..?? Hehehe

Stormy Water…

Beberapa waktu yang lalu saat Tati mengurus izin pindah kerja, Tati ditanya atasan di kantor lama, mengapa Tati ingin pindah? Saat itu Tati beberapa kali bilang kalau Tati ingin mencari tantangan baru, ingin mencoba masuk ke sungai yang lebih besar dari pada sungai yang selama 11 tahun lebih Tati layari..

Sebenarnya keinginan untuk pindah disebabkan berbagai hal yang terakumulasi…. :

Mulai dari rasa jenuh karena berada di posisi yang sama selama 6 tahun, sementara tugas pokok dan fungsi dari jabatan itu lebih banyak tidak bisa kita laksanakan karena adanya kebijakan “pemerataan kegiatan” yang telah bertahun-tahun. Jadi meski punya jabatan, kita lebih berfungsi sebagai tukang sapu, menyapu berbagai kerjaan yang datang atas perintah atasan. Lebih banyak pekerjaan datang di luar tugas pokok dan fungsi kita. Lebih banyak pekerjaan yang sifatnya penyelesaian sesaat… We were the planner but we worked almost without a plan…

Sempat merasa exhausted karena merasa tereksploitasi, sementara kesempatan untuk mengembangkan kapasitas diri, melalui kursus2 atau pelatihan2, nyaris ditutup, karena kata boss, Tati gak boleh pergi, gak ada orang yang kerja di kantor . Lha emangnya pegawai lain yang seabrek2 itu pada kemana dan ngapain, pak…? Hehehe… Si boss ternyata bisa hyperbole mode on juga. Jadi teman2…, supaya bisa pergi-pergi jangan mau jadi orang yang kerja di kantor, ya… Hehehe… Sementara seperti teman2 tahu, Tati kan Tukang Jalan.., jadi yaa tersiksa lah ya kalo dikurung… Hehehe..

Lalu, adanya tuduhan kalo Tati mendirect proses pengadaan sebuah kegiatan di satker yang Tati urus penganggarannya. Padahal.. enggak sama sekali… Memang kegiatan itu bermula dari Tati.. Laporan Pendidikan yang Tati buat setelah mengikuti suatu kursus direkomendasi atasan buat dijadikan kegiatan di tahun berikutnya. Karena menurut Tati kerjaan itu lebih baik dilaksanakan oleh instansi teknis, kegiatan tersebut diletakkan di instansi teknis. Tati hanya memberikan bahan yang Tati peroleh kepada seorang junior yang bertugas di intansi teknis tersebut, tidak lebih. Dan karena memang si junior itu orangnya pintar dan punya latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya, jadi gak ada masalah. Dia bisa membantu merencanakan kegiatan itu secara teknis. Dalam pelaksanaannya, si junior itu menjadi anggota panitia pengadaan, sementara Tati rnggak terlibat sama sekali. Eh ujug2 Tati mendapat telpon ajaib yang menuduh Tati mengendalikan pekerjaan. Secara yang telpon ajaib tersebut dari seseorang yang penting, Tati rasanya mendingan pergi aja…. Sementara si junior harus mengalami penderitaan yang panjang akibat pekerjaan tersebut.. Karena dia dianggap sebagai pelaksana pengendalian pekerjaan tersebut.. Tati sungguh menyesal telah membuat si junior itu terlibat dalam urusan yang satu ini.. Padahal tidak ada niat lain selain melakukan yang terbaik bagi kota tempat Tati tinggal, tempat Tati mengabdi…

Terakhir Tati ditanya oleh seseorang yang penting, tentang apa yang telah Tati lakukan, karena orang yang bertanya tersebut mendengar kalo Tati sudah bersikap tidak loyal.. Yang nanya itu heran, karena sejauh yang dia tahu Tati tuh cuma kerja dan kerja… Gak berurusan dengan hal-hal donkel mendongkel orang… Yang Tati herankan, kok bisa ada tuduhan seperti itu.. Tidak kah mereka lihat apa yang sudah Tati upayakan selama berada di lingkungan itu.. Tidak kah semua itu bisa menjadi referensi untuk menilai…?

Kondisi-kondisi ini yang membulatkan tekad Tati untuk mencari dunia baru… Dengan harapan akan ada warna lain dalam kehidupan Tati…, warna-warna yang lebih cerah..

Naah sekarang setelah beberapa bulan di dunia baru, Tati akhirnya bisa merasakan kalo sungai yang kali ini Tati arungi memang lebih besar dari sungai yang dulu…, arusnya jauh lebih besar bahkan cenderung berbadai.. A stormy water….!!!

Tapi secara pribadi Tati merasa nyaman tidak ada rasa sesal…, karena setelah beberapa bulan di situ Tati merasa orang di dunia baru cukup menghargai diri Tati sebagai suatu pribadi. Tati mulai punya teman2 baru meski gak akrab2 banget…

Yang repot itu justru kondisi kerjanya… Ada senior yang sulit dihubungi…, mesti dikejar-kejar baru bisa ketemu… Ada senior dan teman-teman yang berani jalan tanpa perduli dengan aturan yang seharusnya jadi rambu-rambu dalam melangkah… Ada pihak luar yang mencoba mengintervensi pekerjaan, tanpa mencoba melihat kapasitas mereka untuk melakukan pekerjaan tersebut… Itu yang bikin repot.. bikin pusing…

Tapi kayaknya itulah tantangan dalam pekerjaan kali ini.. Mana ada siyy jalan hidup yang mulus-mulus aja. Bukan kah kesulitan berjalan seiring dengan kemudahan? Tati hanya berharap Tati bisa menjalani dengan baik, dengan niat yang baik yaitu ibadah… Tati berdoa semoga pihak-pihak yang aneh-aneh, diberi hati yang terang dan pikiran yang jernih, sehingga bisa meilihat dengan perspektif yang lebih baik…

Pics diambil dari sini….

 

Handphone…

Tiap pagi di hari kerja, saat siap-siap mau ke kantor, Tati selalu ingat untuk memasukkan handphone alias hp ke saku baju kantor… Entah gimana ceritanya… tadi pagi saat udah sampai di kantor Tati baru nyadar kalo hp gak ada di saku baju.. Tati nyoba nyari di dalam tas… Gak ada.. Cari di mobil, biasanya suka di tarok di tempat-tempat yang ada di pintu mobil bagian dalam.. Ternyata gak ada juga… Kesimpulan… : HP KETINGGALAN DI RUMAH NIYY…

HP ketinggalan bukan hanya kali ini Tati alami.. Udah sering… Solusinya siyy ya DIJEMPUT… Pernah gak dijemput, dibiarain ajahh… Pulang2, ada seabrek misscall dan sms, yang akhir-akhirnya berisi pertanyaan : KAMU DIMANA, ‘NDHA? APA BAIK-BAIK AJA? TOLONG HUBUNGI SEGERA..

Kok heboh siyy…? Ya.. karena Tati home alone, kayaknya keluarga, teman dan kerabat tuh worry banget kalo Tati gak bisa dihubungi (hmmmm GR deh gue..!!!). Tati sendiri juga nervous kalo orang2 gak bisa menghubungi.. Takut ada kabar penting yang gak bisa nyampe,. Khawatir juga ada kereta api pembawa rezeki yang lewat di depan Tati, tapi gak diketahui karena gak ada hp.. Hehehe..

Terus terang Tati juga terheran-heran dengan pengaruh dan peran hp dalam hidup Tati.. Sepertinya pergi tanpa bawa hp menjadi suatu aktifitas yang gak nyaman.. Padahal hp baru masuk dalam kehidupan Tati selama 8 tahun..

Tati jadi ingat sebelum ada hp, kalo dicariin saat jam kantor ya keluarga or teman nelponnya ya ke kantor.. Kalo lagi di rumah, ya telpon aja ke rumah… Kalo mo pergi kemana, ya tinggalin pesan aja di rumah. Tati mau ke sana, pulangnya tanggal sekian jam sekian, di sana telepon yang bisa dihubungi nomor sekian. Gak ada masalah deeh kayaknya..

Ini beberapa cerita sebelum dan setelah punya hp…

Saat jadi anak kost di Bogor, jauh dari rumah dan baru pertama kali tinggal terpisah dari keluarga, membuat komunikasi dengan keluarga jadi penting banget… Karena di kost2an di Cirahayu 4 Baranangsiang belum ada telpon, so anak kost deh yang harus aktif kabar-kabari ke rumah… Secara budget terbatas (yang jelas siyy gak mau uang sakunya keluar buat nelpon.. hehehe), kalo nelpon ke rumah Tati biasanya memanfaatkan fasilitas Collect Call alias PTD. Btw, apa siyy kepanjangan PTD..? Sampai sekarang Tati gak tau tuuhh…

Waktu awal2 tinggal di Bogor, yang namanya Wartel tuh belum ada.. Jadi kalo mo nelpon ke rumah kita mesti ke kantor Telkom Bogor yang di Jl. Pengadilan.. kebayang gak siyy mesti naik angkot dulu ke Jl. Juanda, turun di depan istana Bogor, nyebrang ke depan sekolah Regina Pacis, nyusurin Jl. Sudirman kira-kira 50 meter, terus belok kiri., lalu jalan sekitar 50 meter lagi, baru deh nemu kantor telepon. Lalu…… kalo anda beruntung, gak ada orang lain yang juga mau nelpon, silahkan deehhh…. Kalo enggak…? Silahkan ngantri deh… Lama enggaknya tergantung nasib. Kalo orang sebelum kita tipenya orang yang doyan ngoceh kayak Tati, selamat deh…, bisa ngantri sampai jam 11 malam… Yang berkesan, karena ke kantor telpon jauh, anak-anak Cirahayu 4 selalu pergi bareng-bareng…, diantar pasukan Cirahayu 7 pula…

Beberapa tahun kemudian, di bagian belakang Internusa, mall pertama di Bogor, yang dekat dengan kampus dan daerah Tati tinggal, tersedia wartel yang juga nyediain jasa collect call.. So, selamat tinggal Kantor Telkom di Jl. Pengadilan, Bogor.

Saat udah kost Pangrango 16 Bogor, yang sekarang udah jadi Met Liefde Cafe, urusan telpon rada lumayan. Karena, mbak Jane Mohede si ibu kost bersedia telponnya dipakai buat terima telpon atau nelpon dengan cara collect call. Cuma karena teleponnya berada di dalam rumah beliau, ngomongnya gak bisa semberengan… Gak enak ati kalo segara urusan diketahui keluarga pemilik kost.. Hehehe..

Saat kost-kostan karena kuliah di Yogya, urusan telepon juga mudah. Karena Ibu Suhaimi, sang ibu kost, berbaik hati untuk memparalel telpon ke kamar tati yang berada di paviliun. Bahkan Ibu pesan, kalo ada telpon masuk, Tati aja yang angkat supaya ibu gak repot2 lari-lari buat angkat telpon. Telpon Tati tarok di meja di samping tempat tidur… Jadi siapa aja yang nelpon, jam berapa aja, Tati tinggal angkat. Nelponnya juga bisa berjam2, dan tati bisa nerima sambil tidur2an.. Buseeetttt daaaaahhhh…. Masih ada apa tempat kost yang kayak gini…? I was lucky…!

Lalu dunia per-handphone-an dimulai.. Tati mulai punya hp sekitar pertengahan tahun 2000. A Philip Genie warna biru, warna favorite Tati. Ini hp pemberian Kak Lintje, kakak Tati. Tati seneng banget dengan hp ini, meski pake anten (tapi kecil dan gak menyolok), tapi modelnya slim sehingga bisa disimpan di saku belakang celana jeans..

Punya hp memang sangat memudahkan dalam berkomunikasi. Every body can contact us at anytime (kecuali hp dimatikan atau di luar service area) dan kita juga bisa ngubungin siapa aja (selagi dia punya hp dan berada dalam jangkauan.. hehehe…)

Tapi punya hp juga pernah membuat Tati merasa geuleh.. Kenapa..?

Di suatu masa, Tati tuh merasa bosan banget dengan kerjaan kantor. Merasa terlalu terbebani… Hampir tiada hari tanpa dipanggil menghadap boss besar, yang orangnya nervous-an dan perfectionist pula. Tati tuh sepanjang hari duduk di meja kerja dan kutak-katik di depan laptop.. Teman-teman pada jalan-jalan saat jam kantor, Tati terikat di kursi kerja.. Orang-orang udah pulang, Tati masiyy aja kutak katik di kantor.. Lalu…., rasa jenuh jadi melanda, jiwa pemberontak menggelora… Hehehe.. Akibatnya, Tati selalu telat masuk kantor. Selalu datang ke kantor sekitar jam 08-an, padahal jam kantor tuh dimulai 07.30. Tati jadi merasa berhak (hehehe…) menikmati pagi dengan duduk-duduk di teras rumah, menatap bunga2 sembari menikmati secangkir kopi, mengumpulkan energi sebelum menghadapi satu hari yang menjenuhkan lagi… Tapi, boss besar gak merasa begitu…, so tiap pagi sebelum Tati nyampe di kantor, hp Tati bisa dipastikan berdering.. Dari siapa ? dari beliau lah… Dengan sapaan yang khas… “Awak (Bahasa Melayu = Kamu) dimana, ‘Ndha? Cepatlah sikit ke kantor.. Saya tunggu..” Watau watau watau…. Semangat yang terkumpul di pagi hari, langsung drop drop dan drop… Hehehe…

Bahkan ada kejadian di suatu hari yang bikin air mata Tati meleleh keluar, di kantor… Ceritanya, si boss besar minta Tati ngecek suatu data. Data itu tidak Tati masukkan kedalam bahan presentasi yang akan dipaparkan orang nomor satu di depan tamu-tamu dari pusat sekitar 2 jam yang akan datang. Hasil penulusuran Tati saat membuat bahan peresentasi, data itu memang enggak masuk karena itu data tahun sebelumnya. Tapi si boss besar minta Tati cek lagi… buat make sure. Dia menyuruh Tati by phone. Dia sedang berada di ruangannya di lantai 2, Tati sedang berada di ruangan Tati yang saat itu berada di lantai 1. Begitu diberi perintah, Tati harus ngecek data tersebut di buku Anggaran, yang tebalnya minta ampun.

Baru Tati buka beberapa halaman, si boss besar nelpon lagi dan bertanya : Udah ketemu ‘Ndha?

Gimana mau ketemu, nelusurinnya juga baru lima halaman… Tati jawab : Belum pak. Saya lagi nyari niih.. Sebentar ya..

Hubungan lalu diputus..

Baru beberapa halaman lagi…, hp berdering lagi. dari boss besar lagi..

Boss besar : Ada ‘Ndha?

Tati : Belum pak. Saya masih nyari..

Telpon diputus.. Baru hp diletakkan, eeeehhh bunyi lagi… dari boss besar lagi.. Begitu diangkat :

Boss besar : Ada gak, ‘Ndha?

Tati : Sebentar, pak. Saya lagi nyari..

Telpon lalu Tati putus dan hp Tati matikan sama sekali.. Dalam pikiran Tati, gimana mau nyari kalo telpon berdering-dering melulu…

Beberapa menit kemudian ajudan beliau, yang sebenarnya saat itu adalah staff Tati tapi difungsikan sementara jadi ajudan karena gak ada yang mau duduk diam menjaga pintu ruang kerja boss, datang ke ruangan Tati. Dia datang ke ruangan Tati dengan wajah juteg habis… Mungkin habis dimarahin juga..

Ajudan boss : Kak, dipanggil bapak ke ruangannya. Ditunggu sekarang.

Tati : Bilangin ke bapak, kakak lagi nyari data yang dia mauin. Kalo sekarang kakak naik, nanti kerjanya malah tertunda. Nanti setelah dapat, kakak akan naik ke ruang bapak. Tolong sampaikan ke Bapak, ya..

Ajudan boss : Tapi kata bapak. kakak harus ngadap sekarang.

Tati : Kalo saya naik dan datanya belum dapat, pasti akan disuruh nyari lagi. Biar kakak selesaikan dulu lah.. Sampaikan aja ke bapak, ya…

Si ajudan pergi. Gak lama si boss besar datang ke ruangan Tati dengan muka tegang..

Sondha, kenapa hp dimatikan? Saya telpon awak tu gak bisa-bisa.

Tati : Soalnya, saya lagi nyari data yang bapak mauin, bapak nelpon terus, nanya terus udah dapat apa belum. Saya kan jadi gak bisa nyari, pak. Saya matikan hp bukan berarti saya lari. Saya di sini, kerja.

Si boss memandang Tati dengan melotot dan berkata dengan suara sangat keras (sampai orang-orang di lorong kantor pada melihat) sambil berlalu meninggalkan Tati : Jangan coba-coba kau matikan handphone kau, tu ya..!!

Tati hanya terdiam, air mata Tati meleleh… Sedih banget rasanya diomelin, padahal kita udah berusaha sedemikian rupa.. Sementara orang lain sedang duduk-duduk sambil baca koran, ngobrol-ngobrol kiri kanan..

Dalam hati Tati berkata : Hp, hp gue. Belinya pake duit gue.. Kok elu yang ngatur kapan gue mau matiin, kapan gue mau nyalain..

Tapi itu cuma ucapan dalam hati… Gak berani lah ya ngomong begitu sama boss besar. Bisa dikutuk jadi kodok ijo ‘ntar, budug pula.. Hehehe..

Tapi Tati sebenarnya mengerti boss besar menggangap Tati adalah staff yang bisa dia pegang, sehingga dia ingin bisa mengakses Tati kapan dia perlu. Sekarang, setelah Tati enggak jadi anak buahnya lagi, kita tetap punya hubungan baik. Kalo ketemu ngobrol panjang lebar… Bahkan Tati dengar dari beberapa kolega-nya kalo dia muji-muji Tati sebagi staff yang bisa diandalkan.. Mungkin maksudnya yang bisa dimarah-marahin kali ya.. Hehehe…

Gambar diambil dari sini.