Museum Sumpah Pemuda

Teman-teman  Warga Negara Indonesia,  yang mejalani pendidikan di Indonesia, tahu donk tentang Sumpah Pemuda….?  Keterlaluan, kalau gak tahu…  Hehehehe…  Secara cerita tentang sumpah yang satu ini disampaikan ke kita melalui pelajaran Sejarah dan pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) berkali-kali selama 12 tahun mengikuti pendidikan Dasar sampai Menengah… 😀  Masih ada gak siyy pelajaran ini sekarang…?

Ceritanya pada tanggal 11 Mei 2015 sampai dengan 10 Juni 2015, diriku mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang Perencanaan Pembangunan Daerah yang diadakan Pemerintah Daerah tempatku bekerja, bersama Lembaga Penyelidikan dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Universitas Indonesia (LPEM – FEB UI).  Pelatihan dilaksanakan di gedungLPEM FEB UI di Kampus UI Salemba.  Akomodasi kami disediakan di hotel Ibis Kramat Raya…  Jadi selama sebulan Kramat dan Salemba menjadi wilayah beredar diriku dan teman-teman.. 😀

Museum Bag DepanSekitar hari kedua pelatihan, salah satu narasumber, klo gak salah namanya Pak Budi, nanya dimana kami diinapkan.  Saat kami jawab  kami diinapkan di Hotel Ibis Kramat, beliau bilang, “Yang di sebelah Museum Sumpah Pemuda, ya?” Upppssss….  Ternyata, Museum Sumpah Pemuda itu hanya beda satu kavling dari tempat kami menginap.. Bahkan atapnya menjadi pemandanganku saat melihat ke luar jendela kamarku, kamar 612..

So…, pada hari Kamis tanggal 14 Mei 2015, yang kebetulan hari libur, aku memutuskan untuk berkunjung ke tetangga tersebut…  Tapi apa daya, karena hari libur, Museum ditutup…  sad  Dan aku baru bisa kembali ke Museum tersebut hari Sabtu, tanggal 06 Juni 2015, di hari-hari terakhir di Jakarta…

Museum Sumpah Pemuda dari kamar ku nampak terdiri dari satu bangunan yang cukup besar, dan satu bangunan tambahan di bagian belakang dan sebuah taman alias ruang terbuka di depannya…

Apa yang dipamerkan di Museum Sumpah Pemuda…?

Ruang UtamaDi teras museum terdapat beberapa patung setengah badan dari tokoh-tokoh Sumpah Pemuda, antara lain Prof. M. Yamin dan Dr. Leimena…  Dari catatan di dinding sisi utara teras museum terdapat keterangan bahwa Gedung Ex-Indonesisch Club-Gebouw ini dipugar pada 5 April – 20 Mei 1973 oleh Pemda DKI.  Menurut bincang=bincang dengan petugas museum tersebut, pada saat ini museum itu dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Bangunan induk museum ini terdiri dari 2 ruangan di sayap selatan, 3 ruangan di sayap utara, dan dua ruang besar di tengah..  Pintu masuk museum membawa kita masuk ke ruang tengah.. Yang di dalamnya ada patung-patung yang mengambarkan aktivitas para pemuda penggagas Sumpah Pemuda..

Dari ruang tengah ini kita bisa bergerak ke ruang selatan, di situ ada deskripsi tentang Jong Java, Jong Sumatera dan lain-lain. Ada juga patung pemuda yang lagi mendengar radio, media komunikasi yang menebarkan semangat persatuan saat itu..

Museum Bag Dalam

Di ruang belakang di bagian tengah ada patung-patung yang menggambarkan pemimpin sidang pemuda, juga ada patung WR Supratman yang memainkan biola.. Di dinding-dinding di ruangan tersebut terdapat salinan undangan kerapan pemuda, undangan hasil rapat pemuda, serta notasi dan teks lagu Indonesia Raya..

Sumpah Pemuda

Di ruangan-ruangan di bagian utara rumah, terdapat ruang yang bercerita tentang WR Supratman, juga terdapat biola milik beliau, serta deskripsi biola beliau…

WR Supratman1

Di ruang terdepan di sisi utara terdapat display dari tulisan-tulisan para pemuda pencetus Sumpah Pemuda.. Tulisan-tulisan yang seharusnya disosialisasikan saat ini untuk menumbuhkan kembali semangat kebangsaan, semangat untuk membangun bangsa dan negeri kita, yang hanya bisa dilakukan salah satunya dengan menghentikan perilaku korup yang telah begitu merajalela, dan nyaris mendarah daging…

Tanah Air

Tulisan KH. Dewantoro

Api Sumpah Pemuda

Apa yang terdapat di bangunan tambahan gedung ini…? Selain kantor, terdapat juga ruang tentang sejarah kepanduan di Indonesia…, kepanduan yang merupakan salah satu wadah untuk membangun rasa cinta tanah air bagi para pemuda..  Sedangkan di ruang terbuka, selain terdapat Monumen Sumpah Pemuda yang berupa sebuah tangan kanan yang terkepal, juga terdapat dinding direlief berupa diorama Proklamasi..

Museum Kepanduan

Oh ya…   Berapa harga tiket masuk ke museum ini…?  Mahal kah…   Tidak…, hanya Rp.2.000,- (Dua Ribu Rupiah), saja.  Rasanya tidak mahal untuk masyarakat dari berbagai kelas ekonomi, terutama para pelajar dan mahasiswa..  Pada saat kunjungan diriku yang kedua, aku bahkan bertemu dengan rombongan pelajar salah satu SMA di Jakarta yang sedang touring mengunjungi museum-museum sejarah yang berada di sekitar Jakarta Pusat..  Menurut diriku, itu proses belajar yang keren…  Karena insya Allah akan lebih bisa dihayati, dirasakan, dibanding bila mereka hanya mengetahui dari buku-buku pelajaran sejarah..

Buat teman-teman yang akan berkunjung ke Jakarta, apa lagi akan membawa anak-anak berlibur ke Jakarta, mari berkunjung ke museum Sumpah Pemuda..  Agar tidak datang pada saat museum sedang tutup, silahkan lihat info museumnya di sini… ***

#CintakuNegeriku #CintaMuseum #WonderfulIndonesia #PesonaIndonesia

Museum Charlie Checkpoint

Museum Charlie Checkpoint  adalah sebuah museum yang berlokasi  di Friedrichstraße 43-45, D-10969 Berlin-Kreuzber, Jerman…   Jerman…? Iya, Alhamdulillah diriku menginjakkan kaki di tempat itu pada bulan Agustus 2014..

Checkpoint Charlie 2a

Ya…, dalam hidup kadang ada banyak kejutan yang hadir tanpa direncanakan..  Aku tak pernah merencanakan untuk menginjakkan kaki di Jerman pada tahun 2014..  Aku hanya merencanakan untuk pergi ke Tanah Suci.. Tapi Allah menentukan lain… Di tahun 2014, aku alhamdulillah bisa pergi ke Tanah Suci daannn, aku juga sampai ke Jerman.  Alhamdulillah..

Museum Charlie Checkpoint  berada di pusat kota tua Berlin..  Daerah yang merupakan  perbatasan Berlin Barat dan Berlin Timur… Dulunya  di lokasi ini terdapat pintu keluar-masuk Berlin Barat – Berlin Timur, tempat pemeriksaan di perbatasan,  yang dinamakan Charlie Point.     Sekarang hanya nampak sisa-sisa tembok di beberapa lokasi..   Sisa-sisa tembok itu pun banyak yang diambil  dan dijadikan souveniers, dengan label “Berlin Wall”.    Tempat yang dulu merupakan lokasi pemeriksaan, sekarang  menjadi tempat berfoto bagi turis yang datang.., tentu dilengkapi dengan petugas yang berpakaian ala tentara Amerika Serikat..  Untuk berfoto ddi tempat itu, lengkap dengan didampingi sepasang “tentara”,  kalau gak salah ingat, dipungut bayaran  Euro $ 3.. Sekitar IDR 50 K..  Ya, samalah dengan biaya 2 kali berfoto dengan si Bapak Kuping Panjang… 😀

Checkpoint Charlie 1a

Museum Charlie Checkpoint  didirikan pada tahun 1962 oleh Dr. Rainer Hildebrandt, pejuang hak azazi manusia..  Bermula hanya dari 2,5 ruang untuk display tentang Tembok Berlin yang saat itu baru dibangun (Tahun 1953), museum ini berkembang, tidak lagi hanya menunjukkan tentang perjuangan orang-orang yang berusaha menyebrangi Tembok Berlin, tapi juga tentang Perjuangan Hak Azazi di muka bumi ini…

Entah mengapa, masuk ke museum ini ada suasana tegang…, kaku…  Ada sederet peraturan di pintu masuk…  Ada kamera  pengawas dimana-mana..  Entah kenapa, aku tidak aware kalau di museum ini tidak boleh memotret…  Dendanya (kalau gak salah ingat, lagi) Euro $ 300, setara dengan 5 Jeti..   Jadi lah aku motret-motret… Pas dikasi tahu salah seorang teman serombongan, huuuuuhhhh rasanya stress…. Gimana enggak stress, bisa lenyap uang jajan untuk selama perjalanan..  Dan begitu menghirup udara di luar gedung museum, rasanya lega…. Hahahaha…

Checkpoint Charlie a

Museum ini punya story line yang bagus, menurut aku…  Informasi dan koleksi yang di-display cukup runut… , meski dalam ruang-ruang yang sempit dan bertingkat-tingkat…  Di situ dipamerkan berbagai wahana yang digunakan orang-orang yang berusaha melarikan diri dari Jerman Timur ke Jerman Barat..  Ada yang sembunyi di dalam kap mobil VW, ada yang diluncurkan dengan menggunakan tali… Yang jelas dari apa yang dipamerkan itu kita bisa merasakan betapa kuatnya keinginan orang-orang itu keluar dari wilayah Jerman Timur, wilayah Komunis… Ada apa? Tentu karena merasa tertekan,  tidak aman, tidak nyaman..  Mungkin rasa tertekan ini begitu kuat, sehingga melihat barang-barang yang menjadi saksi bisu perjuangan mereka pun menimbulkan rasa tertekan…

Di bahagian yang baru dari museum ini dipamerkan tentang berbagai perjuangan untuk menegakkan Hak Azazi manusia.. Ada patung Mahatma Gandi (bahagian dada ke atas), ada foto-foto dan cerita tentang berbagai pejuang Hak Azazi Manusia dari berbagai belahan dunia, termasuk Aung San Suu Kyi.. Ada juga paparan tentang berbagai agama dan kepercayaan, dalam upaya agar manusia bisa saling menghormati dan menghargai..  Intinya museum ini berpesan agar Manusia di dunia ini hidup saling menghargai antar agama-agama yang ada,  berusaha mewujudkan Perdamaian Abadi dan hidup dengan Etika Global (Global Ethic).

Bila teman-teman punya kesempatan ke Berlin.., berkunjunglah ke tempat ini..  Agar  bisa mendapat gambaran betapa mengerikan hidup dalam negara yang diktator…  Betapa indah kebebasan, saling menghargai…  Semoga kita bisa belajar untuk melakukan sesuatu demi kebaikan umat manusia, bukan untuk kepentingan pribadi, golongan.. Apakah itu kelompok berdasarkan ras, etnis, mau pun agama..  Semoga yaa…  ***

Museum Batak

Tanggal 22 Desember 2014 yang lalu aku  ke Medan untuk menemani Papaku pulang kampung ke Sipirok.. Ya, tanggal 24 Desember 2014, tepat 100 hari kepulangan alm Mama, dan Papa ingin berziarah…  Jadi kami, aku, Papa adikku Ivo dan ponakan ku Ananda, berangkat ke Sipirok tanggal 23 Desember 2014.

Poda na 5

Semula kami berencana akan berangkat pagi-pagi sekali dari Medan, agar bisa singgah di Pematang Siantar untuk membeli Roti Ganda, minum teh dan makan roti bakar di kedai kopi Sedap, serta singgah di Balige   untuk berkunjung ke Museum Batak.   Namun karena sebelum berangkat Papa mengajak kami membeli mesin potong rumput pesanan salah seorang kerabat di kampung,  jadi lah kami berangkat jam 11 siang dari Medan.   Karena kami jalannya santai, dan pakai singgah makan siang di Tebing Tinggi, kami sampai di Pematang Siantar sekitar jam 4 sore,  dan tak bisa sampai ke Balige pada jam museum masih buka..  😀

Kami akhirnya menggeser rencana untuk ke museum tersebut.   Jadinya saat pulang dari Sipirok tanggal 26 desember 2014.  Hari itu kami berangkat dari Sipirok jam 06.30 pagi.  Agar aman melewati Aek Latong, kami membawa supir tambahan, salah satu tetangga di kampung, untuk menyetirkan mobil sampai di Balige dan sekitarnya.  Maklum lah, kami pergi berempat…  Nyetirnya gantian.., kalo enggak Ivo, ya diri ku..   belajar jadi supir medan, coy…!!!   Karena enggak tega ngeliat Papa nyetir jarak jauh di usia beliau yang menjelang 77 tahun..  Meski beliau merasa masih kuat nyetir…., dan merasa lebih jago nyetir di medan-medan yang menantang dibanding kami, putri-putrinya.. Hehehehe…

Gerbang a

Berangkat pagi tanpa mandi, hanya cuci muka, sikat gigi dan bebersih sekedarnya… 😀  Kami bisa sampai di Sipaholon, pinggiran Kota Tarutung sekitar jam 09.30 pagi..  Di situ kami mandi pagi di permandian air panas, air belerang, sekaligus brunch.. Puas mandi dan makan, kami lanjut perjalanan, dan sampai ke Balige jam 11 siang.

Di Balige kami langsung menuju Museum Batak yang berlokasi di Desa Pagar Batu, tak jauh dari tepian Danau Toba.. Museum Batak ini merupakan bahagian dari TB Silalahi Center…  Semacam sebuah pusat kebudayaan Batak  yang didirikan oleh Jenderal TB Silalahi di kampung beliau, Desa Pagar Batu, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir.. TB Silalahi Center merupakan sebuah kawasan yang lokasinya tidak jauh dari Danau Toba..  Di kawasan itu terdapat Museum TB Silalahi, Museum Batak, Huta Batak..  Ada juga beberapa sarana pendukung…  Terus kami kemana aja…?

Museum TB Silalahi 2 a

Begitu masuk, kami menuju gedung yang  kami temui pertama kali saat masuk ke kawasan…  Museum TB Silalahi..  Apa isinya…?  Di bagian depan terdapat deretan foto-foto presiden Indonesia, dari pertama sampai akhir…  Lalu, dilanjutkan dengan cerita tentang riwayat hidup seorang TB Silalahi, dan koleksi-koleksi pribadi, seperti pakaian untuk berbagai kesempatan, jam tangan, pena, handphone, ijazah dan diploma-diploma serta berbagai penghargaan..  Juga souveniers dari berbagai negara yang pernah dikunjungi dan cendera mata yang pernah diberikan kolega-kolega beliau dari berbagai negara…

Huta Batak a

Keluar dari Museum TB Silalahi, kami menuju Huta Batak…   Apa itu Huta Batak…? Itu sebuah kawasan, yang di dalamnya ada 7 unit rumah adat Batak yang sudah tua…  Tapi masih cantik dan sangat terawat..  Miniatur perkampungan orang Batak..  Di situ juga ada 2 unit kuburan batu..  Ada juga pangulu balang di pojok kawasan huta Batak, dan ada si Gale-gale di depan salah satu rumah Batak…

Apa itu Pangulu Balang…?  Temen-teman baca sendiri ya di pic ini…  Biar jelas…  😀 Pangulu Balang 1

Ngomong-ngomong soal Pangulu Balang…, Papa ku pernah membuat tulisan tentang kampung kami Sibadoar yang hikayatnya  juga punya Pangulu Balang.. Tulisan itu bisa teman-teman bisa lihat di Cerita Rakyat Tentang Marga Siregar dan Bonabulu Huta Sibadoar (11). Tapi ini aku kutipkan…

Huta Sibadoar “tempo doeloe” ada penjaganya yang dikenal dengan nama “pangulubalang”, konon satu-satunya huta di Luat Sipirok na mar pangulubalang. Pangulubalang adalah patung batu (di gorga) bentuk manusia mini. Konon patung itu sebelumnya “di-isi” dengan jasad manusia yang sengaja dikorbankan dan diolah sedemikian rupa khusus untuk membuat “pangulubalang”. Pangulubalang pada saat-saat tertentu (periodik) di-pele (diberi makan) oleh majikannya yang menunya berupa padi yang digonseng (bertih), telur ayam kampung, dll. Seandainya majikannya terlambat ma-mele (memberi makan), ada harapan telur ayam sekampung yang sedang dierami akan “bayuhon” (tidak jadi menetas) karena sebelumnya telah disantap oleh pangulubalang. Roh manusia yang jasadnya ada dalam pangulubalang, dipercaya dapat berfunggsi sebagai penjaga huta. Jika ada musuh (zaman doeloe sering kejadian) mau menyerbu masuk huta, ataupun akan timbul wabah kolera (begu attuk) dan lain-lain bencana, maka sebelumnya oleh pangulubalang akan diberikan peringatan-peringatan dini dengan tanda-tanda umpamanya, semut-semut merah bermunculan disekeliling huta secara menyolok, dan atau tanda-tanda alam lainnya yang tidak lazim, bahkan katanya suara-suara aneh yang bersumber dari pangulubalang. Berdasarkan ini semua (majikannya biasanya cepat tanggap) orang sekampung dapat mengambil tindakan berjaga-jaga (mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya).

Terus apa itu si Gale-gale..? Si Gale-gale 2a

Si Gale-gale itu patung untuk menghibur orang yang mengalami kesedihan karena kematian anggota keluarganya.. Patung itu bisa beergerak.., menari mengikuti musik.. Kalo dulu digerakkan oleh roh yang dipanggil oleh datu..  Kalo sekarang digerakkan secara mekanik…  Di Huta Batak ini, si Gale-gale ditampilkan setiap 30 menit, kalau tidak salah..  Pengunjung bisa duduk-duduk di kursi-kursi yang terbuat dari semen di seberang rumah yang ada si Gale-galenya..  Tapi kalau mau, penonton juga bisa ikut menari.. 😀

Si Gale-gale 3 a

Oh ya, di dekat gerbang Huta Batak juga ada rumah adat Toraja… Mengapa? Karena katanya suku Toraja yang berada di wilayah Sulawesi Selatan itu punya kedekatan budaya dengan suku Batak..

Halaman Museum Batak a

Dari Huta Batak, kami berjalan menuju Museum Batak.. Karena  Huta Batak berada di belakang Museum TB Silalahi, yang sejajar dengan Museum Batak, jadi lah kami menyusuri halaman belakang Museum Batak…  Ada apa di sana? Ada patung yang menggambarkan aktivitas panen raya.., dan ada papan catur raksasa, yang tinggi buah caturnya setengah tinggi orang dewasa… Yaa…, orang Batak memang identik dengan catur dan domino.. 😀

Museum Batak a

Apa yang ada di dalam Museum Batak…? Banyak…. 😀  Selain memberikan berbagai informasi dan memamerkan benda-benda yang menggambarkan 7 unsur kebudayaan (Sistem bahasa, Sistem peralatan hidup dan teknologi, Sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, Sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial,  Ilmu pengetahuan, Kesenian, dan Sistem kepercayaan, atau agama) dari berbagai etnis Batak (Toba, Angkola, Pakpak, Mandailing dll), di museum Batak juga ada bahagian yang menggambarkan sejarah perjuangan Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII, sejarah masuknya agama Kristen ke Tanah Batak, juga tentang interaksi antar agama yang ada di masyarakat Batak.

Di Museum ini juga dijelaskan tentang filosofi hidup orang Batak seperti CICAK.. What….?   Iya Cicak.. makanya di rumah-rumah adat batak, atau peralatan orang-orang Batak sering terdapat ornamen berbentuk cicak..  Apa artinya…? Dalam masyarakat Batak hewan ini adalah hewan yang mempunyai filosofi terutama dalam pergaulan. Kepercayaan para leluhur mengatakan bahwa setiap etnis Batak harus dapat bergaul dengan siapa saja tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam satu lingkungan.  Filosofi ini juga ditanamkan dari orang tua kepada anak-anaknya yang hendak merantau ke suatu daerah, anak-anak tersebut harus dapat menyesuaikan diri (adaptasi) dengan pemukiman barunya dan orang-orang disekitarnya, seperti halnya hewan cicak yang dapat menempel di dinding bangunan apa saja tanpa harus takut dan tertutup dari lingkungan di sekitarnya.

Di dekat pintu keluar Museum Batak juga terdapat tampilan tentang Poda Na Lima, yaitu prinsip hidup orang Batak yang 5.. Paias Rohamu (Bersihkan Hatimu), Paias Pamatangmu (Bersihkan Tubuhmu), Paias Paheonmu (Bersihkan Pakaianmu), Paias Jabumu (Bersihkan Rumahmu), Paias Paharanganmu (Bersihkan Halaman Rumahmu).  Di situ juga ada tampilan Nasehat Leluhur Tanah Batak, Carilah Rezeki dan Peruntungan, Carilah Kesempurnaan Hidup, Carilah Kehormatan dan Kemuliaan.. Kalau pesan-pesan ini dilakukan dengan konsep religi…, rasanya pesan-pesan ini akan menjadi pegangan yang sangat indah… Nasehat leluhur Batak a

Oh ya, makam Sisingamangaraja XII juga terdapat di kawasan ini, di bahagian depan..  Tapi kami tidak sempat singgah.. Karena tanpa sadar kami sudah menghabiskan waktu 4 jam di tempat ini.. Tak terasa..Karena tempat ini memang sangat layak untuk dikunjungi…  Tempatnya nyaman.. Story line museum-nya bagus..  Informasi-informasi yang disampaikan sangat banyak dan jelas..  Tempat ini sangat layak untuk dikunjungi, bukan hanya bagi yang di dalam tubuhnya mengalir darah Batak..  Tapi bagi mereka pencinta Budaya dan Sejarah…

Dari informasi yang saya dengar di sana, Museum ini merupakan Museum milik pribadi (non pemerintah) yang terbaik di Indonesia.  Saya gak bisa kasi komentar tentang hal ini.. Secara saya baru mengunjungi 4 museum pribadi saja di Indonesia, yaitu  museum ini, Museum Rahmat di Medan,  Museum Sapoerna di Surabaya. dan Museum Kata di Belitung Timur.  Tapi memang informasi yang ada di Museum Batak ini jauh lebih kaya dan dalam maknanya, karena menyangkut sebuah etnis..  Dan menurut saya, story behind the object yang ditampilkan juga jauh lebih bagus dibanding Musee’ de Louvre di Paris..  Sungguh… Dan sebagai peminat sejarah dan budaya, berkunjung ke tempat seperti ini buat Papa dan kami anak-anaknya merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan..   Semoga kami bisa segera jalan-jalan bersama Papa lagi, segera…  Doain ya teman-teman.. ***

Berkunjung ke Museum Rahmad…

@ Museum Rahmat….

Museum Rahmat…?  Teman-teman pernah dengar atau berkunjung ke museum ini…? Yaaa, bener museum ini adalah wildlife museum yang memamerkan koleksi berbagai jenis binatang hasil buruan pak Rachmat Shah yang diproses sedemikian rupa sehingga bisa dipamerkan..  Museum ini berlokasi di jalan S. Parman di Medan, lokasi yang gak asing sama sekali buat aku.  Karena kalau aku lagi pulang ke Medan dan “driving Mrs. Annie” alias bawa Mama jalan-jalan, sering kali lewat di depannya…  Bahkan lokasi museum ini tepat berada di seberang rumah Opungnya Monda, rumah kerabat yang kerap aku kunjungi saat usiaku sangat belia…

Kami berkunjung ke museum tersebut beramai-ramai… : 4 orang dewasa, 1 remaja, 3 kids dan 1 balita..   Harga tiket masuk per orang Rp.35.ooo,-

Kami lalu menyusuri ruang demi ruang… Hmmmmm, museum ini benar-benar sebuah rumah yang dialihfungsikan menjadi museum, yang memamerkan hasil buruan pak Rachmat, sang pemilik dari segala penjuru dunia…

Aldy & Enek menikmati Museum Rahmat..

Ini tempat yang cukup baik untuk mengenalkan keanekaragaman hayati, agar kita semakin mencitai hutan dan alam, serta mau berpartisipasi dalam pelestariannya, meski dengan langkah yang kecil sekali pun yang mampu kita lakukan…  Oh ya, meski sederhana, di Museum ini juga ada Safari Night nya lho…  Silahkan teman-teman berkunjung juga bila teman-teman ke Medan… ****

Menikmati Museum Rahmat dan Night Safarinya….

Djakarta Old City Tour (2) : Museum Wayang dan Alun-alun

Keluar dari Museum Fatahillah. Kami bergerak ke sisi barat alun-alun.. Di sana kami melihat dua bangunan tua yang berdampingan dengan arsitektur yang indah.. Arsitekturnya mengingatkan aku pada sepotong adegan film Diary of Anna Frank, yang menampilkan deretan bangunan-bangunan tua dan indah di pinggir kanal di salah satu pojok Amsterdaam.. Menurut informasi dari petugas di Museum Fatahillah, bangunan2 itu pada zaman Belanda berfungsi sebagai gereja, tapi sekarang keduanya digunakan sebagai Museum Wayang (Puppet Museum).

Di depan Museum Wayang, kami melihat sederetan sepeda, yang dicat warna warni… Lucu dan cantik.. Oooo la laaaa…. Ternyata sepeda-sepeda itu disewakan, dan penyewa bisa bersepeda mengelilingi alun2 yang ada di tengah2 bangunan-bangunan tua ini.. Bahkan para wisatawan bisa menyewa lengkap dengan pengayuhnya, alias ojek sepeda untuk ke obyek-obyek wisata yang masih terkait dengan Wisata Kota Toea Djakarta, seperti Museum Maritim dan Menara Bandar Djakarta….

Museum Wayang ternyata masih dalam tahap renovasi. Yang baru berfungi itu baru satu gedung.. Di lantai 1, dibelakang lobby terdapat ruang untuk pementasan wayang…, sedangkan lantai 2 dimanfaatkan sebagai galeri untuk menampilkan berbagai koleksi wayang yang dimiliki Museum.

Di museum ini, defini wayang bukan hanya wayang yang terbuat dari kulit yang selalu dimainkan oleh dalang sampai dii hari… Yang dipamerkan di sini termasuk topeng bahkan panggung boneka (puppet show), seperti di Unyil.. Wayang dan boneka yang ditampilkan terbuat dari berbagai bahan dan berasal dari berbagai negara…

Ada wayang yang terbuat dari kulit, sebagaimana yang umum kita lihat. Ada wayang yang terbuat dari susunan lidi, tangkai padi dan berbagai bahan lainnya.. Ada wayang dari kulit yang tidk berwarna, hanya diberi prada alias cat emas. Ada juga wayang yang dihiasi warna-warna cantikk.. Mengenai asal, selain produk dalam negeri, ada juga wayang dari Cina, ada boneka yang berasal dari Eropa… Semua lucu-lucu dan unik… Mungkin kalo renovasi sudah selesai kita kan bisa melihat lebih banyak wayang dari berbagi daerah di Indonesia bahkan dari Manca Negara…

Selesai menyusuri vitrin2 tempat wayang2 didisplay…, Kami keluar dari Museum tersebut, lalu menyusuri alun2 Kota Tua di sisi utara.. Di sini ada gedung tua yang dimanfaatkan sebagai caffe, Batavia Caffe.. Lalu ada gedung tua yang tidak digunakan, yang menurut aku arsitekturnya keren banget…, lalu ada gedung tua yang dimanfaatkan sebagai Kantor Pos..

Hmmmm berakhir sudah muter2 di Poesat Kota Batavia Tempoe Doeloe… Tapi perjalanan kami belum berakhir… Kemana…? Hayyuuuhhh kita lanjutkan….


Ini juga update-an postingan ini setelah mebaca buku Informasi Pariwisata Nusantara dan Indonesia Perjalanan Sejarah Budaya yang dirilis oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. Buku yang enurut aku cukup informatif..

Pada lahan Museum ini tadinya berdiri gereja Belanda Oude Hollandsche Kerk (1640 – 1732) dan Nieuw Hollandsche Kerk (1736 – 1808) yang kemudian hancur akibat gempa bumi. Adapun gedung yang sekarang berdiri pada tahun 1912 yang tadinya berfungsi sebagai gudang perusahaan Geo Wehry.

Djakarta Old City Tour (1) : Museum Fatahilah

Sebelum berangkat ke Samarinda tanggal 17 Oktober 2009, aku tuh ke Jakarta dulu, ngurus kerjaan selama 2 hari… Seperti biasanya selama setahun terakhir, kalo aku ke Jakarta, aku pasti main dengan teman2 lamaku, teman2 sejak zaman kuliah di Bogor : Ati, Venny dan Linda. Bahkan acap kali aku nginap di rumah Venny di kawasan Fatmawati.

Kali ini aku nginap di Formule 1 (F1) Hotel di Cikini. Nah selama 2 malam aku nginap temanku datang buat ngobrol. Hari pertama Ati datang. Ehhh kita bukannya ngobrol tapi karena sama2 kecapekan dgn kerjaan masing2, kita malah ketiduran.. Hahahaha… Kita akhirnya kebangun jam 11 malam, trus Ati pulang dehh… Besoknya Ati dan Linda yang datang. Venny gak bisa datang karena gak dapat taxi akibat macet cet cet cet. Maklum Jum’at sore… Kita ngobrol, bahkan sempat nyari makan ke Menteng segala… Saat ngobrol…. Linda dan Ati bilang supaya aku singgah lagi di Jakarta saat akan pulang ke Pekanbaru nantinya. Supaya bisa ngobrol dan saling menguatkan…

So, saat mau mesen tiket kembali ke Pekanbaru aku tanya teman2ku dulu apa mereka punya waktu buat ketemuan dengan aku pada hari kepulanganku. Karena mereka ok dengan jadwalku, jadilah aku berangkat dari Samarinda/Balikpapan hari Jum’at 29 Oktober sore dan melanjutkan ke Pekanbaru hari Minggu 31 Oktober sore.

Naahhhh, pada hari Sabtu 30 Oktober, aku dengan Ati dan Venny mengisi hari dengan jalan-jalan ke Kota Toea Djakarta … Apa itu….? Kota Toea Djakarta adalah daerah yang merupakan pusat kota Jakarta Tempo Doeloe, alias Batavia… Dimana itu…? Lokasinya di utara Stasiun Kota, dengan obyek yang akan dikunjungi Museum Fatahilah, Museum Keramik, Museum Wayang

Perjalanan dimulai sejak pagi.., karena Ati udah jemput aku dan Venny (aku nginap di rumah Venny) jam 08.00-an… Padahal aku dan Venny pengen nyobain naik busway sampai ke daerah Kota. Tapi Ati ngotot jemput supaya gak cari2an…

Saat kami sampai jam 09-an, Museum Keramik, yang berada di sisi timur alun-alun Kota Batavia Tempo Doeloe, belum dibuka… Jadi kami melanjutkan perjalanan ke Museum Fattahilah yang berada di sisi selatan alun-alun.

Ini kunjunganku yang kedua ke Museum Fatahillah. Kunjungan pertama kulakukan pada awal tahun 1997, saat berlibur bersama kakakku dan temannya. Jadi lebih kurang 32 tahun yang lalu.. Tapi setelah 32 tahun tidak ada yang tersisa dalam ingatanku apa yang telah aku lihat di Museum ini dulu.

Di pintu masuk, kami membeli karcis masuk dengan harga Rp.2.000- per orang. Di situ juga dijual Buku Petunjuk Museum seharga Rp.5.000,-. Begitu masuk kami melihat tangga yang besar dan kokoh berwarna merah di sisi kanan pintu masuk. Tangga itu sangat eye catching… Tapi kami memutuskan untuk bergerak ke Ruang Pra Sejarah yang ada di sisi kanan pintu masuk.

Di ruang pertama kami melihat berbagai temuan Pra Sejarah di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Ada berbagai macam kapak batu yang merupakan peninggalan teknologi Pra Sejarah.

Di ruang kedua kami melihat beberapa prasasti, antara lain Prasasti Telapak Kaki Raja Purnawarman dar Kerajaan Tarumanegara. Terus terang aku merasa surprise bisa meihat prasasti ini, karena wujudnya persis seperti yang aku lihat di buku pelajaran Sejarahku dulu..

Untuk teman2 ketahui, pada usia sekitar 10 – 12 tahun, aku sangat menyenangi pelajaran Sejarah, bahkan sempat bercita-cita menjadi Arkeolog dengan harapan dapat berkeliling dunia sampai ke Mesir untuk ikut mengali-gali peninggalan sejarah di sekitar Piramid… Hahahaha…

Keluar dari Ruang Pra Sejarah, kami masuk ke ruang yang menunjukkan pengaruh Portugis pada kebudayaan Betawi, antara lain pada musik dan alat2 musik Pada kosa kata dan sebagainya. Di ruang Portugis ini juga terdapat gambar meriam “Si Jagur”. Apa siyy istimewanya meriam ini…? Entahlah… Tapi uniknya dan entah apa maksudnya, kepala meriam ini bentuknya seperti tangan, dengan jari jempol berada diantara jari telunjuk dan jari tengah… Yuuupppp….. Simbol yang tidak sopan alias menyatakan f**k… Apa hubungannya antara senjata dengan lambang itu yaaa…?

Keluar dari Ruang Portugis, kami naik ke lantai 2 melalui tangga merah yang cantik dan kokoh . Di lantai 2 terdapat ruang2 yang berisikan benda2 peninggalan zaman Belanda. Ada ruang yang berisi rak file yang sangat besar, meja rapat juga pedang yang dulunya digunakan untuk menjatuhkan hukuman pancung bagi pemberontak. Ahhhhh…. Entah sudah berapa nyawa yang dicabut dengan menggunakan pedang tersebut.. Semoga arwah mereka beristirahat dengan tenang. Btw, lemari arsip di ruang tersebut kalo dilihat sekilas bentuknya seperti lemari Palembang yang indah..

Di ruang lain di lantai 2 ada tempat tidur dengan 4 tiang (foster bed) dari kuningan dengan ukiran yang sangat cantik, ada juga tepat tidur bayi yang bisa diayun. Sayangnya gak banyak info “story behind d object”.. Jadi kita gak tau itu tempat tidur siapa dan kapan, dimana lokasi awalnya sebelum dimasukkan ke Museum tersebut.

Setelah berkeliling di lantai 2, kami turun ke lantai 1 dan menuju bagian belakang Museum yang ternyata ada inner court alias taman di dalam rumah. Di bawah tangga yang menghantarkan kami dari bangunan utama ke inner court, terdapat patung Hermes yang indah..

Di seberang Hermes terdapat sebuah meriam, yang seteah kami amati bagian kepalanya, ternyata………….. Yuuppp, si Jagur. Sekali lagi muncul pertanyaan di benak, “Apa maksudnya kepala meriam berbentuk seperti itu? Apa hubungannya…?

Di sisi2 inner court terdapat beberapa bangunan yang sepertinya berfungsi sebagai kantor pengelola Museum.. Dari inner court, kita bergerak ke sisi barat Bangunan Utama Museum, disana ternyata ada ruang semi basement yang terkoneksi dengan basement. Ruang semi basement ini berisi koleksi gerabah tua, sebuah bath up jadul, dan bagian2 dari kandelir2 yang terlepas. Ruang semi basement ini terhubungkan langsung dengan sebuah ruang di lantai 2 melalui sebuah tangga yang sempit. Mungkin ini dulunya tangga buat service yaa..

Dari lantai 2 yang telah kami kunjungi sebelumnya, kami lalu turun ke lantai 1, langsung keluar dari gedung yang dulunya berfungsi seperti Gubernuran pada masa sekarang, dan melanjutkan perjalanan ke Museum Wayang…


Ini update-an postingan ini setelah mebaca buku Informasi Pariwisata Nusantara dan Indonesia Perjalanan Sejarah Budaya yang dirilis oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. Buku yang menurut aku cukup informatif..

Gedung ini dibangun tahun 1627, dan diperluas pada tahun 1707 sd 1710, dengan fungsi sebagai Staadhuis (balai kota), sekaligus Gedung Pengadilan yang mempunyai penjara bawah tanah. Pada tahun 1830, Pangeran Diponegoro sepat dipenjara di sini sebelum diasingkan ke Makssar. Memang siyy di salah satu ruang di lantai 2 yang terkoneksi dengan penjara bawah tanah, kami menemukan reproduksi lukisan Raden Saleh yang berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro. Tapi repro itu pun sudah tua dan pudar….

Lalu soal bentuk kepala “Si Jagur” yang tidak senonoh.., ternyata menurut buku tersebut, kepalan tangan seperti itu di Eropa tidak berarti porno, malah berarti “jitu”.. Hmmm.. lain padang lain belalang yaaa….

Lalu… patung Hermes.. Ternyata patung ini direlokasi dari Persimpangan Harmoni, Jakarta Pusat. Bahkan sebelum ditempatkan di Museum Fatahilah, patung ini sempat hilang dan dirusak…

Ke Museum Sampoerna

Di depam Museum1

di depan Museum Sampoerna, Surabaya

Tanggal 7 Agustus 2009, Uti, mamanya Nana, istri David, adikku menyarankan Musem Sampoerna sebagai “a must visit object”, saat aku menanyakan tempat-tempat yang sebaiknya aku kunjungi di Surabaya setelah menyelesaikan tugas Jum’at 7 Agustus 2009 siang.

So, dengan diantar supir yang ditugaskan Uti mengantarku puter2 Surabaya, aku pun pergi mengunjungi Museum Sampoerna, dengan hanya sedikit pengetahuan tentang The Sampoerna : mereka produsen rokok Dji Sam Soe dan A Mild, rokok produksi mereka mempunyai iklan yang asyik (how low can you go, bukan basa basi, tua itu pasti dewasa itu pilihan), mereka menjual perusahaan mereka kepada Philip Morris di London dengan harga sekian belas Trilyun. Selebihnya, aku gak tau apa-apa….

Museum Sampoerna berada di bagian kota tua Surabaya. Kawasan yang padat dan dipenuhi bangunan2 tua yang sepertinya masih berfungsi sebagai gudang2. Sampai di sana, aku menemukan sebuah gedung besar dengan empat pilar berbentuk rokok di bagian depannya. Fasad depan gedung yang dulunya auditorium ini mengingatkan kita pada asitektur Yunani. Di bagian atas ada tulisan :

Symbol China, SAMPOERNA, NV. HANDEL MIJ SAMPOERNA, Sigaretten Fabriek, LIEM SEENG TEE

Aku lalu menanyakan pada petugas Satpam yang berjaga-jaga di halaman, dimana pintu masuk ke Museum. Dia menunjuk ke arah pintu yang terdapat di tengah-tengah fasad gedung tersebut.

Begitu masuk, aku langsung mencari2 petugas yang menjual tiket masuk. Ternyata no ticket.. It’s free. Gedung ini terdiri dari 3 lapis ruang yang besar, seperti hall, yang dihubungkan oleh pintu2 tanpa daun ditengah2nya.

Aku lalu menyakan pada penjaga museum yang nampak di ruang depan, dimana aku bisa melihat orang melinting rokok, seperti yang dikatakan Uti “Wajib Dilihat”. Petugas tersebut menyuruhku untuk segera naik ke latai 2 gedung melalui tangga yangterdapat di kiri kanan ruang ketiga..

Melinting1

para pekerja melinting rokok di Museum Sampoerna

Aku langsung menuju ruang ketiga, tanpa melihat-lihat dulu ruang pertama dan ruang kedua. Karena kata Uti, “pemandangan orang melinting rokok itu” hanya ada sampai jam 15-an lewat, karena setelahnya para pekerja sudah pulang…

Setelah menaiki tangga kayu di sebelah kiri ruang ketiga, aku sampai di lantai dua gedung.. Lantai ini bentuknya seperti balkon gedung bioskop, dan belakangan aku dapat info, ternyata itu memang balkon saat gedung ini berfungsi sebagai teater. Menghadap ke arah dalam gedung aku melihat dinding kaca dengan pemandangan hall besar di bagian bawah alias lantai satu. Hall ini ternyata adalah ruang keempat dari gedung. Hall tersebut berisikan barisan meja-meja yang dihadapi puluhan, bahkan mungkin lebih dari seratus orang pelinting rokok.. Semua bergerak dalam pola yang sama… Spontan, aku mengeluarkan camera untuk merekam pemandangan tersebut.. Setelah mendapatkan dua petikan, tiba-tiba ada suara di belakangku “Maaf ibu, di sini dilarang memotret”… Upsss… Aku baru ngeh kalo di jendela kaca tersebut terdapat beberapa stiker dengan gambar camera yang disilang dan tulisan “no picture”.. Aku langsung meminta maaf, pada pemilik suara tersebut, yang ternyata petugas museum.

the-sampoerna-legacy

buku The Sampoerna Legacy by Michelle SampoernA

Puas menatapi para pelinting rokok, aku mengamati isi lantai 2 ini.. Ternyata lantai ini tempat menjual memorabilia Museum Sampoerna, berupa pin, buku2 notes yang cantik yang bergambar beberapa barang yang didisplay di museum ini. Tiba-tiba aku melihat sebuah buku di atas case yang memajang berbagai memorabilia. Buku itu covernya begitu cantik… dengan gambar dan warna yang mengingatkan ku pada buku2 cerita anak2 dari luar negeri. Judul buku itu “The Sampoerna Legacy, A Family & Bussiness History”. Aku lalu melihat sample yang disediakan… Ooohhh…, buku itu cantik banget…, penuh dengan gambar yang dibuat dengan cat air.., kertasnya juga bagus.. Saat kutanyakan harganya, petugas mengatakan Rp.270.000,-. Mahal yaaa…., tapi rasanya deserve lah buat buku secantik ini.. Lagian aku ingin tahu sejarah keluarga ini…

Setelah membeli buku cantik dan beberapa memorabilia buat adik-adik di kantor, aku memutuskan untuk turun ke lantai 1 melalui tangga di sisi kanan gedung. Begitu turun tangga, aku sampai di ruang ketiga. Di situ didisplay sample bahan baku rokok Sampoerna, beberapa peralatan untuk berproduksi, berbagai merk rokok yang diproduksi mereka, peralatan untuk mencetak kemasan rokok, juga kenderaan yang pernah digunakan untuk distribusi rokok zaman dulu, dll. Di ruang ini juga didisplay kostum yang pernah dipakai oleh Sampoerna Marching Band saat tampil di Pasadena Parade tahun 1990.

Produk Sampoerna2

berbagai rokok produksi Sampoerna

Dari ruang ketiga, aku bergerak ke ruang kedua. Di sini didisplay foto-foto dan lukisan proses produksi rokok zaman dulu.. Juga ada foto beberapa tokoh nasional yang merpakan konsumen rokok produksi Sampoerna. Di ruang ini juga terdapat foto-foto orang2 yang pernah mengelola pabrik rokok pada saat masih menjadi milik keluarga Sampoerna.

Me @ Sampoerna1

dengan alat pengurai tembakau

Dari ruang kedua, aku bergerak ke ruang pertama. Di sini terdapat foto leluhur keluarga Sampoerna, Lim Seeng Tee dan istrinya Tjiang Nio, lalu ada koleksi keramik, kebaya dan kain batik koleksi keluarga Sampoerna. Di pojok lain di ruang lantai 1 terdapat miniature warehouse tembakau dan alat untuk mengurai tembakau yang telah disimpan beberapa tahun, untuk diproses lebih lanjut. Museum ini juga dilengkapi dengan beberapa computer dengan touch screen yang berisi berbagai informasi sesuai dengan tema kelompok property yang didisplay..

Puas melihat-lihat, aku bergerak keluar… Mula-mula ke Sampoerna Gallery yang memamerkan karya-karya seni yang juga dijual… Gallery ini adalah sebuah rumah kecil yang terdiri dari 2 ruang dengan lantai kayu diatasnya. Ada 2 karya seni yang menarik di mataku.. Yang pertama, sebuah bench yang diduduki oleh 3 pasang sexy legs.., yang satunya lagi, sederet meja-meja kecil yang di atasnya ada piring2 lebar yang di atasnya ada pecahan keramik yang disusun dan dihias sedemikian rupa…

Sexy Legs

Three pair sexy legs…

Susunan Piring

Keluar dari Gallery Sampoerna, aku menuju gedung yang terdapat di depan Gallery, yang difungsikan sebagai Sampoerna Caffee. Interior caffee ini berkesan retro… sangat unik dan nyaman. Secara perut terasa lapar, aku memesan black pepper beef dan segelas iced lemon tea. Ternyata… rasanya passs di lidahku…, dan harganya juga deserve lah.. untuk kedua pesanan terebut aku discharge gak sampai Rp.40.000,-.

Caffee Sampoerna1

Caffee Sampoerna

Caffee Sampoerna2

inside of Caffee Sampoerna

Setelah puas melihat2, dan juga mengisi perut… Aku pun kembali ke mobil, dan mengajak supir meninggalkan Museum Sampoerna…. Benar2 kunjungan yang mengasyikkan..

Adapun riwayat keluarga Sampoerna yang dituangkan Michelle Sampoerna (anak tertua Putra Sampoerna) dalam “The Sampoerna Legacy, A Family & Bussiness History” adalah suatu riwayat yang begitu inspiring… : berasal dari keluarga petani miskin di dataran tinggi Anxi China, dalam empat generasi keluarga ini mampu menjadi satu salah keluarga papan atas Indonesia. Ada desire yang luar biasa yang mengalir dalam darah keluarga ini, yang patut dicontoh… Mudah2an aku berkesempatan membagi cerita yang kubaca ini pada ponakan2ku untuk membakar semangat mereka untuk meraih yang terbaik dalam kehidupan mereka…

Note :
@ Michelle Sampoerna : Buku kamu indah banget….. Makasiyy udah berbagi riwayat keluarga yang luar biasa…