Arisan !

Arisan ! adalah judul film satir karya Nia Dinata yang beredar tahun 2003.  Film yang keren abis, menggambarkan kehidupan 3 sahabat serta kehidupan sosialita di ibukota.  Film yang menurut diriku asyik banget buat ditonton, sampai diriku beli  DVDnya.  😀

Tapi kali ini, diriku bukan buat ngebahas film tersebut.  Tapi mau sharing tentang pengalaman ikut arisan.  Kenapa jadi terpikir untuk nulis tentang arisan? Karena hari minggu tanggal 9 April 2017, aku kebagian tugas mendampingi kakakku yang menjadi tuan rumah arisan kompleks perumahan tempat kami dibesarkan.  Arisan yang sebagian  pesertanya adalah tetangga kami sejak zaman bahuela.  Tapi sebahagian lagi adalah warga baru, orang-orang yang membeli rumah di daerah tersebut dari pemilik lamanya.

Senang sekali bisa hadir di arisan tersebut, karena jadi ketemu teman-teman lama, yang tak lagi sering berjumpa.  Maklumlah, meski secara adminsitrasi kependudukan kami masih warga di kompleks tersebut, tapi realnya kami sudah pindah tempat tinggal sejak tahun 1981. Peserta arisan yang datang juga senang, karena kakakku yang memang suka masak, dan punya toko kue menjamu para peserta arisan dengan karya-karyanya dalam jumlah yang cukup juga untuk dibawa pulang.  Hahahaha..

Back to the topic…, teman-teman sudah pernah ikut ARISAN ?  Sudah berapa kali ? Diriku gak ingat persis sudah berapa kali ikut arisan.  Ini beberapa yang daku ingat.

Aku ikut ARISAN pertama kali saat baru lulus S1 dan bekerja di Jakarta.  Arisan dengan sahabat-sahabat sepermainan sejak di Kampus Rakyat.  Tujuan arisannya supaya kami ketemu dan kumpul-kumpul secara rutin.  Judulnya tak ingin terlepas dari kenyaman persahabatan masa kuliah. Hehehe.   😀  Peserta arisannya cuma 6 orang : diriku, Venny, Linda, Ati, Idien dan Chi-chi.  Arisan ini diledekin bang Salim, suami Idien sebagai arisan aneh, peserta cuma 6, sehingga tempat arisannya mutar-mutar di rumah yang itu itu lagi. 😀   Arisan ini umurnya  tak lama, sekitar 2 putaran saja.  Karena saat itu, dalam waktu yang berdekatan  2 pesertanya pindah  dari wilayah Jabodetabek.  Diriku  kembali ke Pekanbaru, Venny ikut suami  pindah tugas ke negeri tetangga.

Setelah itu aku  baru  ikut arisan lagi beberapa tahun kemudian,  di kantor dan di lingkungan tempat tinggal.

ArisanArisan  di kantor itu arisan ibu-ibu Dharma Wanita Unit Bappeda Kota Pekanbaru.  Ini kegiatan wajib setiap bulan yang dilakukan dalam rangka pembinaan istri Pegawai Negeri.  Tapi karyawati juga dilibatkan.  Kalau gak salah, saat itu uang arisannya sekitar Rp.20.000,- per bulan.   Diriku saat itu kebetulan ditunjuk jadi pengelolanya.  Gak susah buat mengelola arisan Dharma Wanita, karena gak harus mengingatkan peserta arisan buat bayar.  Uang arisan diperoleh dari potongan gaji para karyawan dan karyawati. Begitu juga uang sosial dan uang konsumsi arisan. .  Diriku hanya harus berkoordinasi dengan ibu pimpinan tentang jadwal dan kegiatan yang akan dilakukan.  Acara bisa berupa beauty class, table manner class, parenting, ceramah agama, atau kunjungan ke rumah anggota yang baru melahirkan, atau berduka cita.  Mencari pengisi acara, membuat undangan, mengatur tempat dan konsumsi juga menjadi tanggung jawab diriku.  tentu aku tidak sendiri.  Saat itu ada sahabatku  alm Eko (baca : Rest in peace, Eko !), yang selalu setia dan tanpa lelah membantuku.

Arisan tetangga dibuat untuk membangun silaturahmi  kami yang tinggal di jalan yang sama.   Arisan dengan setoran Rp.50.000,- per orang per bulan ini seru karena menjadi ajang kami para ibu-ibu yang sehari-hari sibuk dengan kegiatannya masing-masing.  Dan lebih seru lagi karena  jumlah konsumsi yang disediakan harus berlipat ganda dari jumlah peserta arisan.  Kenapa?  Karena konsumsinya ikut dinikmati oleh anak-anak, bahkan pasangan dari peserta arisan. Seruuuu yaa.. !!!  Sayang arisan ini berakhir karena ada warga yang pindah, dan diriku juga semakin lebih sering di luar rumah.  Hikss..

Arisan berikutnya yang aku ikuti adalah arisan dengan teman-teman kantor saat bertugas di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau.  Ini arisan benar-benar cuma ngumpulin duit setiap terima tunjangan.  Gak ada acara kumpul-kumpul dan makan-makan.  Uang dipotong langsung oleh bendaharawan gaji, untuk diserahkan ke pengelola arisan, dan selanjutnya diserahkan kepada yang dapat bulan itu.  ini arisan pertama yang iurannya lumayan bagiku,   Rp.1.000.000,- per bulan.  Alhamdulillah, setiap dapat arisan uangnya bisa aku pakai buat beli logam mulia sebagai tabungan.  Sebagian tabungan logam mulia ini lah yang beberapa tahun kemudian diriku jual untuk biaya umroh.  Alhamdulillah.

Arisan berikutnya, arisan dengan teman-teman lama (baca :  Bersahabat Sampai Tua), teman-teman main saat kuliah di Kampus Rakyat.  Teman arisanku yang pertama, yaitu Venny, Linda dan Ati.  Arisan ini arisan long distant,  3 peserta berdomisili di Jakarta, hanya diriku yang di Pekanbaru.  Kami bertemu, berkomunikasi lagi setelah bertahun-tahun tak berkomunikasi intens, bahkan sempat kehilangan kontak.  Arisan dilakukan tiap bulan, uang ditransfer tapi gak mesti ketemuan tiap bulan.  Kalau diriku pas lagi ke Jakarta, waktu untuk kumpul-kumpul disesuaikan.  Kalau tidak, yang kumpul Venny, Ati dan Linda saja.  Arisan dengan nominal Rp.1.000.000,- per bulan ini  juga tidak berlangsung lama, hanya beberapa putaran,   Tapi acara ketemu-ketemu begitu ada kesempatan selalu diusahakan.

Arisan EmasArisanku yang berikutnya adalah arisan emas, dengan Veny dan sahabat sekaligus partner bisnisnya, Meggy.  Caranya, pengelola tiap bulan bertugas membeli emas dengan berat sesuai kesepakatan di awal.  Harga emas tersebut  dibagi dengan jumlah peserta arisan.  Itulah besar uang arisan bulan tersebut.  Jadi uang arisan tiap bulannya fluktuatif, tergantung harga emas.   Untuk arisan emas keluaran Aneka Tambang (Antam) 10 gram yang bersertifikat seama 3 bulan, uang arisannya sekitar Rp.1.7000.000,- – Rp.1.800.000,- per bulan.  Arisan emas ini benar-benar sebuah upaya untuk menabung.  Gak banyak-banyak tiap bulannya, sesuai dengan kemampuan saja.  Arisan ini sudah berlangsung beberapa tahun, dan alhamdulillah masih berlangsung sampai saat ini.

Arisan lain adalah arisan dengan teman-teman alumni sekolah.  Uang arisannya gak banyak.  Hanya Rp.100,.000,- plus uang konsumsi Rp.30.000,- dan uang sosial Rp.20.000,-.  Arisan ini agak ribet menurutku, karena pesertanya buanyak,  70 orang dengan durasi 10 bulan.  Jadi direncanakan ada 7 orang peserta yang menerima uang masing-masing Rp.1.000.000,-  di setiap bulannya.  Tapi realnya, bisa 60% peserta saja hadir di pertemuan bulanan sudah luar biasa.  😀  Karena rendahnya tingkat kehadiran,  menyebabkan ribet juga pengumpulan uangnya.  Ribet untuk mengelolanya.

Arisan yang baru beberapa bulan ini aku ikuti adalah arisan umroh dengan beberapa teman seangkatan di SMA.  Gak ramai-ramai, hanya sekitar 12 orang saja.  Tujuannya untuk mengumpulkan uang untuk membiayai umroh bareng-bareng di tahun yang akan datang.  Semoga Allah memudahkan.   Mekanismenya, siapa yang dapat uang arisan akan dibukakan tabungan umroh atas namanya, tapi buku dan atm dipegang oleh pengelola arisan.  Yang punya tabungan bisa menambahkan setoran ke rekening tersebut untuk meingkatkan jumlah uang persediaan biaya umrohnya.

Dari sederet perjalanan arisan yang telah diriku ikuti,  berikut diriku buat beberapa catatan yang mungkin bisa jadi masukan bagi kita yang menyukai arisan.

  1.  Jumlah peserta arisan sebaiknya gak banyak.  10 – 20 orang rasanya sudah jumlah yang optimal. Khusus arisan emas, sebaiknya hanya dilakukan dengan jumlah peserta hanya beberapa orang saja, namun rutin.
  2.  Peserta sebaiknya adalah teman-teman dekat, yang sudah diketahui karakter, terutama komitmennya atas janji dan kesepakatan.  Ini sangat penting, agar tidak ada peserta arisan yang gak bayar-bayar setelah dapat duluan.
    Pengelola arisan harus orang yang bisa dipercaya, mengerti pembukuan sederhana, punya waktu dan mau untuk melakukan pembukuan.  Ini SANGAT PENTING !!
  3. Bila arisan dilakukan dalam bentuk pertemuan, sebaiknya ada pemisahan antara uang arisan dan uang konsumsi, agar konsumsi tidak menjadi tanggung jawab si penerima arisan.  Karena arisan pada prinsipnya adalah sebuah upaya menabung. Kasihan donk tuan rumah kalo uang yang dia dapat harus diambil sebagian buat biaya konsumsi ramai-ramai.
  4.  Bila arisan dikembangkan menjadi  sebuah komunitas, bisa juga diadakan pengumpulan dana sosial di setiap kesempatan arisan.  Namun harus ditetapkan Peraturan Operasional seperti apa pengelolaan dana sosial tersebut.  Misalnya, siapa saja, dan dalam kondisi bagaimana peserta arisan bisa memperoleh dana sosial tersebut.  Peraturan tersebut sebaiknya cukup detil dan disepakati bersama oleh seluruh perserta arisan.  Sebainya harus dibicarakan juga akan dikemakan sisa uang sosial tersebut, bila suatu saat arisan tak lagi dilanjutkan.  Dan penggunaan uang sosial sebaiknya dilaporkan dalam pertemuan arisan.
  5. Bila ada uang konsumsi, sebaiknya harus dibuat juga kesepakatan, apakah uang konsumsi yang telah diumpulkan itu harus diserahkan utuh pada tuan rumah, atau hanya sebesar pengeluaran sang tuan rumah.  Ada pengalaman, beberapa teman menyarankan untuk melakukan negosiasi harga konsumi pada tuan rumah, karena harga konsumsi lebih murah bila disediakan sendiri, tidak dibeli di restaurant atau tempat pertemuan.  Sisa uang bisa untuk menambah kas komunitas.  Tapi upaya nego yang dilakukan juga bisa membuat sang tuan rumah merasa tidak nyaman karena merasa haknya dikurangi.  Jadi harus dibicarakan dan ditetapkan aturan main, agar semua pihak merasa nyaman..

Mungkin ada catatan lain dari teman-teman yang berpengalaman ikut arisan ? Yukk dishare di sini, untuk jadi masukan bagi kita-kita yang senang dengan kegiatan arisan sebagai upaya menabung sambil bersilaturahmi. ***

satu-minggu-satu-cerita

Mengurus Izin Beredar Sparky…

Tanggal 23 Januari 2015 ini si Sparky, yang selalu mengantarkan ku dari rumah ke kantor dan ke tempat-tempat lain di sekitar Pekanbaru genap 7 tahun menjadi milikku.. Sudah tua juga, yaa… Biasanya kalau di neraga maju, kendaraan itu usia pakainya 5 tahun saja.. Setelahnya harus ganti…  Mau siyy ganti…, tapi entar dulu yaa…  ada prioritas lain juga yang harus diurus…  Sebagai PNS, yang pure, sudah beberapa tahun gak bisa nyambi seperti sebelum-sebelumnya, ya berat lah klo harus ganti mobil dan ngurus kepentingan lain di saat yang sama..  😀

sparkyIya…, jadi ingat asal usul si Sparky..  Si Sparky ini dibeli secara patungan dengan adik ku David Siregar.. David yang kasi uang mukanya, aku bayar sisanya dengan cara mencicil.. Sumber uangnya…, dari hasil kerja sebagai agen asuransi…  Yuuupppp, I was agent for a well-known insurance company for 5 years.. Lumayan yaaa… Tapi akhirnya gak bisa lagi meneruskan, karena kerjaan yang sekarang ini menyerap banyak waktu, pikiran dan tenagaku… 😀

Balik ke pokok bahasan.. Untuk sebuah kendaraan bisa beredar di jalan umum, sang pemilik harus membayar Pajak Kenderaan Bermotor..  Biasanya ada dua jenis tuuhhh… Pajak tahunan dan pajak 5 tahunan..

Pajak 5 tahunan biasanya diikuti dengan penggantian Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau plat…  Untuk mengurus pajak jenis ini, mobil harus dicek nomor mesin dan nomor body-nya…  Kalau untuk pajak tahunan, lebih simple.. Hanya bawa dokumen-dokumen, seperti salinan Surat Bukti Pemilik Kenderaan Bermotor (BPKB), plus nunjukin yang aslinya, Surat Tanda Nomor Kenderaan (STNK) yang asli dan salinan, juga KTP asli dan salinan pemilik kenderaan..

Jadi klo ulang tahun kepemilikan mobil, itu artinya saatnya bayar pajak.. Klo telat dendanya besar.. Kalo gak bayar, ya mobil gak boleh beradar di jalan.. 😀

Sejak tahun kedua membayar pajak Sparky…, aku melakukannya sendiri..  (pajak tahun pertama (tahun pembelian), kan diurus oleh dealer…).  jadi aku bisa merasakan bagaimana layanan pengurusan pembayaran pajak ini semakin mudah dan cepat…

Dulu, setelah ngantri di loket kita akan dikasi form yang harus kita isi.. Kadang ngisinya juga bingung… 😀  Tapi sekarang lebih mudah.. Caranya… ?

PERTAMA, Bawa aja semua dokumen-dokumen asli ke kantor SAMSAT… Fotocopy dokumen-dokumen tersebut di jasa layanan fotocopy yang ada di samping kantor SAMSAT tersebut.  Mereka akan membuat salinan sesuai kebutuhan… Upahnya hanya Rp.3.000,-.

KEDUA, Bawa ke loket pendaftaran…  Dari loket pendaftaran kita akan dikasi formulir yang sudah berisi data kita dan mobil kita.. jadi gak perlu nulis lagi… 😀

KETIGA, Dari loket pendaftar kita disuruh ngambil nomor antri di mesin yang tersedia.. Ada 3 (pilihan) kalau tak salah.. Antrian pajak tahunan, pajak 5 tahunan, dan penerbitan STNK baru..  Setelah dapat nomor antrian, silahkan duduk manis di kursi-kursi yangtersedia di depan loket.. Ruangannya luas dan sejuk.. Jumlah kursi cukup banyak… 😀

KEEMPAT, Saat nomor antrian kita dipanggil ke loket yang sesuai dengan jenis pajak yang akan kita bayarkan, serahkan semua dokumen yang ada di tangan kita.. Lalu mereka akan mengecek data kita di komputer.. Menyebutkan besaran pajak yang harus kita bayar..Setelah kita bayar di tempat tersebut, mereka akan memprint STNK baru, yang merupakan bukti bahwa kita sudah bayar pajak.. SELESAI..

Simple dan cepat.. Pagi ini, mungkin kebetulan karena yang antri gak banyak.. Waktu yang aku habiskan untuk menyelesaikan urusan pajak ini gak sampai 15 menit.. Keren kan…?

Buat DISPENDA PROVINSI RIAU dan SAMSAT KOTA PEKANBARU, 2 thumbs up…  Masyarakat senang lah.., Mau bayar pajak (nyerahin duit buat daerah) gak perlu ngabisin banyak waktu, apa lagi harus pakai calo..

Semoga kedepannya bisa bayar online yaa.. Terus tinggal bawa bukti pembayaran online ke kantor SAMSAT buat ambil print out STNK baru..  Semoga-semoga…

Tenzing Norgay…

Tenzing Norgay…?

Siapa dia…? Bagi para pencinta alam, pencinta sejarah, pengikut berita, nama ini pasti tidak asing, meski tidak se-populer Sir Edmund Hillary, manusia yang pertama menginjakkan kakinya di Puncak Mount Everest, gunung tertinggi di dunia..

Tenzing is a sherpa… alias penunjuk jalan dalam bahasa Nepal..  Ya, beliau adalah penunjuk jalan bagi para pendaki Himalaya..

Apa istimewanyam beliau…? So many sherpa in Himalaya, pasti…

Aku sudah pernah membaca cerita tentang Tenzing Norgay.. Majalah National Geographic pernah memuat artikel tentang manusia luar biasa yang satu ini…  Tapi bbm yg aku dapat dari adik ku Nana menggugah hati dan pikiran ku…  Menggugah apa…?  Coba teman-teman baca bbm Nana yaku copy paste di bawah ini..

Setelah Sir Edmund Hillary bersama Tenzing Norgay (pemandu/sherpa) kembali dari puncak Mount Everest, hampir semua reporter dunia berebut mewawancarai Sir Edmund Hillary, dan hanya ada satu reporter yang mewawancarai Tenzing Norgay, berikut cuplikannya:

Reporter :
“Bagaimana perasaan Anda dengan keberhasilan menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia?”

Tenzing Norgay :
“Sangat senang sekali!”

Reporter :
Anda khan seorang Sherpa (pemandu) bagi Edmund Hillary, tentunya posisi Anda berada di depan dia, bukankah seharusnya Anda yg menjadi org pertama yg menjejakkan kaki di puncak Mount Everest?”

Tenzing Norgay :
“Ya, benar sekali. Pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya persilahkan dia (Edmund Hillary) utk menjejakkan kakinya & menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di dunia”.

Reporter :
Mengapa Anda lakukan itu?”

Tenzing Norgay :
“Karena itulah IMPIAN Edmund Hillary, bukan impian saya. Impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih IMPIAN-nya”.

Lalu bagaimana dengan kita…?

Apakah kita sanggup bekerja keras tapi menyerahkan pengakuan terhadap pekerjaan itu kepada pihak lain yang sebenarnya kita berikan jalan?

Apakah kita menyadari kehadiran “Tenzing Norgay” – “Tenzing Norgay” dalam kehidupan kita..? Sudah kah kita menghargai mereka…??***

Sales Mobil Kreatif….

Beberapa minggu yang lalu, saat ke sebuah Mall di Pekanbaru untuk nonton,  aku melihat ada pameran mobil dari merk mobil yang sama dengan mobil ku saat ini…  Salah satu mobil yang dipamerkan adalah seri terbaru city car yang telah menemani ku selama 5 tahun terakhir….

Isenk sambil menunggu waktu pemutaran film, aku pun melihat-lihat pameran tersebut..  Salah seorang Sales Promotion Girl (SPG) yang bertugas memintaku untuk mengisi semacam buku pengunjung..

Saat aku menuliskan namaku, dia berkata : “Bu Sondha yaa? Yang rumahnya di Perumahan ABCDE kan?

Aku : “Kok tahu?”

SPG : “Saya kan yang pernah telpon ibu beberapa waktu yang lalu.  Saya dapat nama dan nomor telpon ibu dari database customer di perusahaan.. Mobil yang ibu pakai ambil tahun berapa ya bu?”

Aku : “Tahun 2007, mba”

SPG : “Gak mau ganti, bu?  Bisa tukar tambah, kok dengan yang edisi baru ini.”

Aku isenk nanya : “Emang mobil saya mau dihargai berapa?”

SPG : “Sekian sekian, bu…  Tapi kasi saya alamat rumah atau kantor ibu deh, biar kita bisa lihat dan nilai keadaan mobilnya”

Aku menanggapi celotehan si SPG dengan senyum dan berkata : “Ntar-ntar aja ya mba..  Saya belum niat ganti mobil.  Belum ada post-nya.  Nanti kalau saya kasi alamat, mba bulak balik datang, kan gak enak.”

Setelah pertemuan di pameran tersebut si SPG beberapa kali menelpon ku untuk kembali menawari mobil seri terbaru itu.”

Dan aku selalu jawab : “Saya belum mau ganti mobil, mba… Nanti-nanti saja ya…”

Lalu beberapa hari yang lalu si SPG yang sama menelpon ku.. Begitu telpon kuangkat, terdengar suaranya merdu merayu menyapa dengan penuh semangat…

SPG  : “Bu Sondha, ada orang cari spark edisi lama. Saya tawarin mobil ibu ke dia  Rp.xxx.  Lebih tinggi dari harga kalau ibu jual ke showroom kami.”

Lalu tanpa  jeda dan mendengarkan respon ku, dia melanjutkan…

SPG : “Ibu ok kan? Biar saya jual.”

Aku lalu menjawab : “Mba…., Mba mau jual mobil saya? Mobil itu mobil saya satu-satunya. Kalau mobil saya  mba jual, mba mau suruh saya kemana-mana naik apa?”

SPG :  “Oohh, ibu  bisa pakai mobil dr showroom kami.”

Aku membalas : “Ooohh…..  Terus yang bayar mobil yang akan dikeluarkan dr showroom itu siapa, mba?”

Si SPG  diammmmmmm tak bersuara… Beberapa aat kemudian dia kembali bicara dengan suara agak gemetar dan  perlahan  : “Jadi  ibu gak setuju mobil ibu saya jual?”

Aku :  “Siapa yg mau jual mobil, mba  ?  Nanti kalau saya mau jual, dan mau  minta tolong mba, saya akan  kasi tahu.”

Si SPG langsung terdiam dan aku pun meuntup telpon setelah bilang  : “Udah ya, mba……”

Aneh-aneh aja deh….  Ngerti siyy kalau sebagai tenaga marketing dia dikejar target penjualan.  Tapi ya jangan kebablasan dehh, sampai mau menjual mobil orang tanpa bicara dulu dengan yang punya….. 😀  Terlalu kreatif….

Mencoba Pola Baru….

Aku mencoba pola baru…, pola makan dan juga kegiatan harianku… Pola lama bagaimana, pola baru gimana…? Kenapa harus dirubah….???

my lunch box..

Pola lama…, pola yang sudah aku jalankan sejak pertama kali kerja, tahun 1993-an..,enggak  pernah bawa bekal ke kantor… Makan semau dan seadanya  pas jam makan siang datang…  Klo lagi pengen dan punya energi, bisa pergi makan kemana-mana…  Tapi klo lagi gak pengen, atau gak sempat, ya pesan aja ke warung makan yang ada di sekitar kantor..

Naaahhh di Pekanbaru, warung makan sebagian besar dimiliki oleh saudara-saudara kita dari Sumatera Barat yang makannya acap kali bersantan dan banyak minyak…  Secara aku udah berusia 18 tahun dan nyaris 26 tahun pengalaman, hehehe, tubuh tidak lagi seperti dulu, yang bisa menerima apa aja..  Memakan santan yang terlau pekat aja bisa bikin tubuh gak nyaman… That’s why aku memutuskan untuk merubah pola…

Tapi menjalankan pola baru ini tidak semudah membalikkan telapak tangan..  Rasa malas, gak mau repot sering kali menggoda… 😀

my another lunch box

Untuk menguatkan hati, aku memesan lunch box pada seorang teman yang menjadi agen Tupperware di lingkungan kantor…  Tapi ternyata setelah aku memesan barang, temanku itu cuti, sehingga barang pesanan tertunda sampai pada ku… Jadi punya alasan dehh buat menunda perubahan pola… 😀

Lalu, hari Sabtu 24 September yang lalu.., saat jalan-jalan dengan Mama di Brastagi Pasar Buah di Medan, aku melihat berbagai jenis lunch box keluaran Lock & Lock..  Setelah berdiskusi dengan Mama akhirnya, aku pun menenteng pulang satu set lunch box yang manis…

Maka sejak Senin 26 September, aku memulai pola baru, yaitu setelah sholat subuh, aku masak sendiri makanan untuk makan siang ku.. Diolahnya tidak menggunakan santan dan sedikit minyak..  Lalu makanan itu dikemas dalam lunch box yang lucu, sehingga menjadi sesuatu yang menyenangkan…, dan ternyata memang menyenangkan.. Semoga akan selalu begini yaaa.., agar kesehatanku menjadi lebih baik, dan hidupku juga lebih sehat dan berwarna…  Hehehe…

sup sayur dan makaroni, ikan disambel, plus cah cai sim dan jagung muda...

Ini contoh jatah makan siang made by my self… ***

 

 

Untung Gak Miara Kucing…

Minggu2 ini waktuku tersita dengan suatu urusan tahunan yang menjadi bagian dari tugasku… Urusan ini menyita waktu, bahkan hari dan malam di akhir pekan…  Tapi ini bukan kali pertama dalam hidupku…  Bahkan rasanya sudah sejak awal aku bekerja di instansi pemerintah tahun 1997 aku jarang sekali pulang tepat waktu.. Bukannya lebih cepat dari yang seharusnya tapi lebih lambat….  Saat jam kerja PNS masih senin -kamis 07.30 sd 15.00,  jum’at 07.30sd 11.30 dan sabtu 07.30 sd 13.00, aku acapkali pulang kantor jam 17.00.. bahkan entah berapa puluh malam aku dan teman2 yang masuk di “kelompok penyapu pekerjaan”  pulang kantor lewat tengah malam…  Jadi aku dan beberapa temanku adalah pihak2 yang paling merasa bahagia ketika diberlakukan jam kerja Senin – Rabu  07.30 sd 16.00  dan Kamis & Jum’at 07.30 sd 16.30, serta libur di hari Sabtu bagi PNS.., karena biasanya kita juga pulang jam segitu dan jadi dapat bonus libur hari Sabtu… Horrreeee…..!!!!

Lalu setelah pindah ke kantor yang sekarang…  Hmmmm….  Beberapa bulan pertama siyy enak bisa pulang tepat waktu.. Kalo pulangnya telat paling2 karena bantu2 kerjaan teman… Tapi setelah tahun kedua…., jangan ditanya.. Urusannya bukan cuma kerja sampai malam, tapi juga tugas keluar kota… Hehehehe…

Tapi aku menikmatinya… Tugas keluar kota memberi kesempatan melihat dunia, bertemu dengan orang2 baru.., bahkan bertemu dan berkumpul dengan sahabat2 lama…..  Yaa senang laahhh….!!!!

Ada cerita tugas keluar kota yang heboh bangetsss… Suatu hari aku dapat telpon dari bossku, saat itu beliau sedang di Jakarta untuk suatu urusan..

Begitu telponnya aku terima, beliau bilang… “Sondha, kamu saya tunggu besok pagi jam 8 di Departemen Keuangan yaaa…  Si Anu (temanku yang pergi sama beliau sejak 2 hari sebelumnya) harus pulang besok karena malamnya ada tahlilan 7 hari ayahnya berpulang ke Rahmatullah.”

Aku lalu melihat jam.. Subhanallah jam 4 sore lewat…

Lalu aku bilang ke atasanku itu, “Pak ini udah jam 4 sore.. Kalau saya harus menemui Bapak besok  jam 8 pagi di Depkeu artinya saya harus berangkat hari ini,  donk…?” (Karena penerbangan paling pagi dari Pekanbaru ke Jakarta jam 07 pagi.  Jam setengah sembilan baru landing di Sukarno Hatta.. Jam berapa mau sampai di daerah Lapangan Banteng?)

Atasanku : “Ya iya ‘Ndha… Kamu coba cari tiket yaa….. Saya tunggu yaa….”

Aku pun dengan terhege-hege menelpon travel biro langganan… Udah tutup…!! Lalu salah seorang adik2 di kantor menelpon travel kenalannya… Ada tiket untuk penerbangan terakhir… Garuda jam 17.40 dari Pekanbaru.. Harganya Rp.1.500.000,-….  Padahal normalnya aku naik Lion atau Mandala gak sampai 700ribu…  tapi apa daya, gak punya pilihan…, terpaksa di-ok-kan sajah….

Mengingat sudah jam 16 lewat… padahal pesawat bakal take off jam 17.40, aku buru2 pulang dengan minta salah seorang adik yang membantu di kantor untuk ikut.. Supaya dia bisa mengantar aku ke bandara dan lalu membawa mobilku pulang ke rumahnya selama aku pergi…

Jangan tanya apa yang terjadi… Hehehehe… Pokoknya begitu nyampe rumah langsung ambil koper, masukin baju2 serta perlengkapan secukupnya… Lalu mandi, pakaian daaaannnnnn pergi deeehhhhh…..!!! Tanpa persiapan yang memadai… Apalagi beres2 rumah sebelum berangkat…

Untungnya… (hmmmm…. untung yang sangat tidak untung sebenarnya…), di rumah gak ada orang lain…, gak juga kucing atau piaraan lainnya…  Coba kalau ada, siapa yang mau ngurusin mereka kalau aku pulangnya malam melulu plus keluar kota dan sesekali pake acara berangkat mendadak…  Untung gak miara kucing yaaa….

Sebenarnya aku ingin juga siyy punya piaraan…  Ingin miara ikan mas koki yang kalau dipandang saat hati resah bisa menyejukkan…  Bahkan Mamaku dan beberapa teman bilang kenapa aku gak adopt baby aja, supaya hidupku lebih berwarna…  Tapi ya itu…, gimana mau ngurusin bayi, kalo pola hidupnya masih begini… Mau merubah pola hidup, berarti mesti mencoba alternatif pekerjaan yang bisa memberi kepuasan hati dan juga  menghasilkan “cring-cring“…  Atau bisa juga tetap di pekerjaan yang sekarang dengan mendelegasikan pekerjaan kepada rekan kerja…, tapi harus ada “pihak lain”  yang mensupport secara finansial… Hahahaha…  Ya iyaa…, karena kalau berani mengurangi pekerjaan, kemungkinan menghasilkan juga bisa berkurang…   Ya kan…?

Tapi untuk sementara mungkin dijalani saja dulu… Mudah2an ada rezeki di masa yang akan datang, sehingga aku bisa meng’hire orang untuk mengurus keperluanku sehari2, bisa mengurus baby kalau aku memutuskan untuk mengadopsi.. Dan juga bisa mengurus kucing serta ikan kalau aku ingin memelihara mereka… Semoga…

Yang jelas untuk saat ini…, untung aku gak miara kucing….!!! Hehehehehe…

Mencari Bintang di Siang Hari…

Posisi di kantor saat ini membuat 2 buah kursi yang terletak di depan meja kerjaku kerap diduduki orang… Ada rekan2 dari kantor, ada yang dari luar kantor… Kedatangan orang2 ini umumnya siyy just so so…  Tapi terkadang bisa juga menghadirkan cerita ajaib..  Aku sebenarnya udah hampir lupa dengan suatu kejadian, yang lucu alias menggelikan..  Aku menjadi ingat kembali saat aku sedang bertamu ke sebuah instansi di Kabupaten Siak pada awal minggu ini.. Saat aku sedang duduk di ruang kerja Pimpinan di kantor tersebut, aku melihat seseorang yang pernah mencari bintang ke ruang kerjaku…

Mencari BintangMencari bintang….?

Ceritanya di suatu siang, saat aku dan rekan2 kerja di ruangan sedang sibuk berkutat dengan pekerjaan, tiba2 ada seorang laki2 bertubuh tambun (aku juga gendut, tapi dia benar2 gendut, khususnya di bagian perut…) masuk ke ruangan kerja kami..

Lalu tanpa mengucapkan salam atau preambul apa pun dia bertanya pada ku yang kebetulan sedang duduk di depan pc dan menghadap pintu masuk : “Pak Kadis, ada?”

Aku jawab : “Kayaknya keluar kota, pak”

Dia menatap aku dengan ekspresi tidak percaya, lalu bertanya lagi : “Dimana ruangannya?”

Aku lalu menunjuk ke arah ruangan Kepala Dinas, yang kebetulan satu lantai dan sejejeran dengan ruang kerjaku.  Dia langsung keluar dari ruanganku tanpa mengucapkan apa2..

Gak lama, dia muncul lagi di ruanganku, dan berkata : “Kok ruangannya terkunci? Kemana Kadisnya? Kemana ajudan2nya?”

Aku menjawab : “Bapak keluar kota, pak. Para ajudan mungkin sedang istirahat.”

Dia berkata lagi : “Kalo bapak sekretaris mana?”

Aku menjawab :”Sedang keluar kota, pak.”

Dia bertanya lagi dan lagi-lagi dengan ekspresi tak percaya : “Ruangannya dimana?”

Aku menunjuk ke ruangan kecil yang menyatu dengan ruang kerjaku..

Dia lalu menghampiri staff yang duduk di samping pintu masuk ke ruang pak Sekretaris, staff tersebut tugasnya mengurus admnistrasi dan berbagai kepentingan pak Sekretaris, lalu bertanya tentang keberadaan pak Sekretaris. Ketika mendengar jawaban staff tersebut bahwa pak Sekretaris sedang keluar kota, orang tersebut langsung keluar ruangan dengan wajah jengkel… Sangat jengkel… Kita2 yang di ruangan tersebut cuma senyum2 aja melihat tingkah lakunya…

Tapi enggak lama, orang tersebut masuk lagi ke ruangan.. Lalu menghampiri meja kerjaku dengan sikap yang berbeda… Santun dan penuh hormat… Lalu dia berkata “Ibu, saya ke sini mencari matahari kantor ini, ternyata matahari tidak ada. Saya cari rembulan, ternyata rembulan tidak ada.. Lalu saya mencari bintang…, saya tidak tahu kalau dari tadi saya berhadapan dengan bintang.. Orang yang saya temui di depan ruangan ini memberi tahu saya kalau ibu lah sang bintang. Bisakah saya meminta waktu ibu sedikit?”

Sang Bintang….? Hmmmmm… Aku gak merasa seperti itu… Sama sekali enggak…, dan kenyataannya memang aku bukan sang bintang di kantor ini.. I’m just an ordinary employee…, sama seperti pegawai lain di kantor ini.. Rayuan gombal yang memuakkan.., tapi biar gak membuat masalah yang gak perlu, aku harus menghadapi orang ini.. Aku lalu menggeser dudukku, dari yang menghadap pc di sisi kanan meja kerja, menjadi menghadap kursi tamu yang ada di depan meja kerjaku..

Aku kemudian bertanya : “Ada apa, pak? Apa yang bisa saya bantu?”

Dia lalu menyebutkan namanya (aku gak ingat sama sekali siapa nama yang dia sebutkan itu), dia bilang : “Saya ini sastrawan, bu.. Saya membuat puisi yang bersifat pribadi bagi pejabat2 di Riau ini.. Ini saya buatkan puisi buat Kepala Dinas di sini, karena beliau tidak ada di tempat, biarlah saya menitipkannya pada Ibu, bintang di kantor ini. Mohon disampaikan pada beliau. Ini amanah, bu”

Dia lalu mengeluarkan sebuah amplop coklat berukuran folio dari tasnya, lalu mengeluarkan isinya : sebuah kertas berwarna hijau pupus yang ditulisi kalimat2 yang tersusun dalam beberapa bait. Dia lalu menandatangani kertas tersebut di bagian bawah, lalu menyodorkannya padaku. Aku membacanya, ternyata beberapa bait puisi dari seorang suami untuk istrinya..  Di otakku langsung terbayang berbagai dugaan  reaksi atasanku kalau membaca kertas ini…. hihihihi…

Dengan wajah tetap tanpa ekspresi, aku lalu memasukkan kembali, kertas tersebut ke dalam amplop, dan berkata : “Baik pak, nanti setelah pak Kadis kembali dari luar kota saya akan menyampaikan ini pada beliau.”.

Aku lalu meletakkan amplop tersebut di meja, dan bersiap-siap untuk melanjutkan pekerjaanku.. Tapi tiba2 aku merasakan sorot mata yang tajam ke arahku.. Aku mengangkat wajahku, ternyata laki-laki itu sedang menatapku…

Aku lalu berkata dengan lembut : “Ada lagi, pak…?”.

Dia bilang : “Ibu, tak punya kah ibu selembar merah atau biru untuk diberikan pada saya? Saya akan kembali ke Jakarta nanti malam naik bus Lorena, jadi saya mungkin tak bertemu dengan matahari. Sudilah kiranya sang bintang yang mewakili matahari.”.

Hahaha….   Benerkan rayuan gombal…. bal.. bal…  It’s all about the money… !!! Aku lalu menjawab dengan perlahan tapi tegas : “Maaf bapak, kantor ini tidak punya dana untuk hal-hal seperti ini. Maaf sekali.”

Dia lalu menjawab : “Kalau kantor ini tidak dana, sudilah kiranya ibu memberikan bantuan pribadi.”

Hmmmmmmmmm… maksa deeehh nii orang..

Aku lalu menjawab : “Maaf bapak, saya tidak punya dana untuk itu. Karena kalau satu kali saya memberikan uang untuk hal-hal seperti ini, akan banyak lagi orang yang datang. Kalau pun saya punya uang lebih, rasanya ada orang lain yang lebih memerlukan.”

Dia lalu menatapku dengan sorot mata yang sangat tajam, sorot marah, dan juga berusaha mengintimidasi ku secara psikologis… Aku lalu membalas sorot matanya dengan ekspresi datar… Setelah pertempuran sorot mata berlangsung beberapa menit, dia lalu meninggalkan ruanganku dengan ekspresi wajah kesal buangeeeettttt…

Ternyata saat aku berurusan dengan orang tersebut, seorang senior masuk ke ruang kerjaku, dan mengamati kejadian tersebut.  Setelah orang itu pergi, sang senior bertanya, ada apa.. Setelah saya ceritakan apa yang terjadi, sang senior bilang… “Jelas aja gak dapat… Lha nyari bintang di siang hari… Bintang kan adanya malam hari….” Hahahaha… Aku langsung ngakak mendengar komentar beliau…. Iya juga ya, siang2 begini nyari bintang.. Yang ada juga bintang 7, obat sakit kepala, kali…!!!

Keesokan harinya, saat Kepala Dinas telah kembali ke kantor, amanah orang tersebut, aku antarkan kepada ajudan Kepala Dinas untuk disampaikan. Aku ogah menghadap atasanku untuk urusan gak penting begitu… Kata ajudan, pak Kepala Dinas Cuma bilang “Apo niiiii……….?” sambil geleng2 kepala setelah membaca amanah tersebut.. Hehehe…

Beberapa hari kemudian, saat akan keluar kantor untuk suatu keperluan, aku melihat orang itu lagi di lobby kantorku… Dia kaget saat melihatku.. Kok kaget siyyy…? Itu kan kantorku, tempat aku kerja, ya wajar aja dia bisa berpapasan dengan aku di situ.. Kaget ketemu dengan orang udah dia coba tipu….? Hah….!!!

Naaaahhhh, aku melihat orang itu lagi di depan ruangan Kepala Dinas di Kabupaten Siak, dia sedang menunggu kesempatan untuk bertemu dengan pak Kepala Dinas. Aku berada di sebuah tempat yang untuk sampai ke sana aja aku harus menyusuri sungai selama 1 jam 40 menit, atau 2 jam kalau lewat jalan darat, eh masih aja ketemu sama orang itu..  Saat aku keluar dari ruang Kepala Dinas Siak, dan dia melihatku, orang itu kaget… Nampak dari ekspresinya.. Dia lalu mengangguk penuh hormat padaku, tapi aku tidak memperlihatkan ekspresi apa pun.. Bayangin, itu orang berkeliaran dari kantor ke kantor untuk menjual puisinya, dalam radius ratusan kilometer.. Di satu sisi, hebat juga usahanya…, tapi tidak adakah usaha yang lain, yang tidak harus memaksa orang mengeluarkan uang untuk sesuatu yang mereka tidak perlukan…?

Pic diambil dari http://www.fotosearch.com/illustration/man-shoot-star.html

Suatu Malam di Taman Kota…

city-garden1Udah beberapa minggu ini sepulang kantor aku nyempetin ke taman kota yang berlokasi di Jl Dipoenegoro Pekanbaru. Taman ini berada di jalan protokol di kota ini..  Di lingkungan perumahan Kompleks Gubernur, tempat aku dibesarkan…  Ngapain..?

Di sini sejak beberapa bulang yang lalu dibuat walking track dengan batu2 kecil..  Jadi punya efek refleksi ke kaki..   Jalan 2 – 3 kali keliling udah bikin tubuh berkeringat dan tidur lebih lelap, dan bangun keesokannya dengan tubuh lebih segar..    Beberapa bulan terakhir,  kerja yang assoy dari jam 7.30 sampai jam 18.00 membuat tubuh gak banyak gerak kecuali dalam jalan dari meja ke meja atau dari ruangan ke ruangan lainn..  So, aku ngusahain banget buat bisa sesering mungkin jalan di walking track ini..  Apalagi udara yang sejuk diantara rimbunan pohon, memberi sensasi tersendiri pada tubuh…

So, tadi malam aku kembali pergi ke taman kota ini, bersama dua orang teman yang aku kenal sejak aku masih sangat belia.. Dua orang yang sudah menjadi kakak buat aku..

Begitu sampai, kita langsung melepaskan alas kaki dan menyusuri walking track..  Di tepi salah satu ruas track kami melihat seorang perempuan dewasa duduk di sebuah bangku dari batu..  Dia duduk dalam kegelapam, sambil terhisak…  Beberapa kali kami memutari track, dia masih aja di situ…  duduk dalam kegelapan sembari terhisak..  Tapi rasa kasihan hanya bisa di simpan di dalam hati…  Hidup di kota mengajarkan kita untuk tidak mencampuri urusan orang lain…

Selesai jalan beberapa puteran, aku dan teman2berhenti berjalan.. Ganti dengan jalan di tempat beberapa menit…

Lalu kami melihat seorang lelaki berpakaian rapi…, terlalu rapi untuk melakukan walking2..  Dia berjalan menyusuri walking track dengan… bersepatu..  Jelas hal itu mengundang kami untuk memandang..  Dan ternyata dia menuju ke tempat perempuan yang menangis dalam kegelapan…  Lalu.. adegan dimulai… adegan pertengkaran, tuding menuding.. entahlah…

Setelah bertengkar cukup lama… Keduanya berjalan keluar dari taman masih dengan amarah yang tersirat dari gerak tubuh mereka ..   Dari gerbang taman, si perempuan bergerak ke arah kiri..  si lelaki rapi bergerak ke kanan, mengambil kenderaannya…  lalu menjemput sang perempuan yang menunggu dalam kegelapan di tepi pagar taman…  Entah lah… entah apa yang terjadi…  Entah apa lakon kehidupan yang mereka jalani…  Entah apa yang mereka pertengkarkan…

Menikmati taman kota, terutama di malam hari, acap kali membuat kita melihat lakon2  yang ada dalam kehidupan…  Pemandangan yang semoga menjadi pelajaran agar bisa semakin bijak dalam menentukan langkah kehidupan..

Lelah….

Tadi malam, Minggu 7 September 2008 jam 21 lewat, Tati kembali menginjakkan kaki di kota tempat Tati bermukim sejak kecil hingga remaja dan beberapa tahun terakhir.. Setelah perjalanan ke kalimantan Timur selama 5 hari pulang pergi, tubuh rasanya lelah sekali…. Tati akhirnya nginap di rumah Jl. Durian dan baru kembali ke rumah setelah subuh pagi ini..

Rencananya pagi ini kembali ngantor… tapi rasa sakit di sekujur tubuh membuat Tati memutuskan kembali ke rumah setelah sempat menjemput Nanda besar di bandara. Dia pulang dari Jakarta buat liburan puasa dan lebaran di Pekanbaru.

Tati rasanya benar-benar teler… Setelah selama 5 hari wara wiri : main dengan ponakan, pergi dari satu tempat ke tempat lain yang jaraknya rada lumayan jauh, ketemu teman-teman lama, ngobrol serius selama berjam-jam dan berhari-hari tentang topik yang serius dengan seseorang, tidur yang cuma sedikit, membuat tubuh benar-benar lelah….

Rasanya pijitan Bude, si pemijit langganan di dekat rumah, tempat tidur sendiri dan selimut butut membuat mata benar-benar tak bisa dikendalikan lagi… Tati tidur blazzzzzzzzzzzzzzzzzzz sampai sore, ditemani suara mesin cuci yang mulai mengangsur setumpuk cucian, oleh-oleh traveling. Hehehe…

So, cerita tentang perjalanan ke Kaltim Tati tulis besok-besok aja yaa… Karena kerjaan di kantor juga rada numpuk… Hari ini sambil tidur hp tetap aja krang kring krang krong minta dijawab… Telpon dari ibu A minta supaya besok mengantarkan barang X, telpon dari si B minta supaya besok melakukan kegiatan Y, telpon dari Bapak C minta supaya tati besok bisa menyerahkan kerjaan Z…. Jadi pengen nangis… Hiks. Siapa suruh jalan-jalan saat bukan musim liburan.. By the way, anyway, busway, emang PNS ada musim liburannya, ya…? Sbodo ah…!!! Pokoknya ari ini mau tidur dulu ajah…. Hehehe…

Flu dan flu…

Pernah ngerasain flu berhari2… ? Sebagai orang yang berusaha gak memakan obat kecuali udah benar2 perlu, Tati berusaha untuk tidak menkonsumsi obat kalo flu. Selama ini kalo flu, Tati hanya berusaha beristirahat sebanyak mungkin, makan makanan yang bergizi, menyeruput minuman hangat terus menerus, pake baju yang bisa membuat tubuh tetap hangat daaaaaaaannnnnn istirahat sebanyak mungkin.

Tapi saat ini alam belum mendukung…, hujan turun menerus.. Sementara ke kantor gak bisa ngabur2 karena udah fingers print absent.. Padahal flu membuat kantuk datang… So…, terpaksa Tati duduk di meja kerja dengan menyeruput teh hangat tiap bentar… sambil bulak balik ngebersihin pilek dengan tissue..

Yang ada di kepala Tati tuh bayangan kamar tidur Tati.. Tempat tidur, selimut dan standing lamp berbentuk mawar warna merah rasanya akan memberikan rasa hangat… Kangen…. Rasanya jam pulang kantor yang masih beberapa jam lagi, lama banget… Pengen pulang….