Akhir pekan tanggal 13 – 15 Januari 2017, diriku ke Sipirok, lagi. Padahal tanggal 29 Desember 2016 sampai dengan 02 Januari 2017 yang lalu diriku juga ke Sipirok buat libur akhir tahun dengan keluarga. Ngapain bulak balik ke Sipirok? π Kalau dipikir capek, memang sihh pergi yang pertama belum hilang capeknya. Tapi kali ini aku pergi menemani kakakku Lintje buat ziarah ke Sibadoar. Lagian, kalau urusan pulang ke Sipirok kayaknya rasa capek gak ada. Hihihihi. Padahal pinggang berdenyut-denyut nihhh !!
Oh ya, buat teman-teman ketahui, Sipirok itu adalah nama kecamatan, yang terdiri dari 6 kelurahan dan 34 desa. Kalau diriku dan keluarga pulang ke Sipirok, itu artinya kami pulang ke rumah peninggalan ompung kami dari pihak Papa, yang berlokasi di Pasar Sipirok, kelurahan yang menjadi pusat Kecamatan Sipirok. Di Pasar Sipirok tersebut berada kantor Kecamatan Sipirok, kantor Polsek Sipirok, kantor Koramil Sipirok, kantor Kejaksaan Sipirok, sekolah dari tingkat SD, SMP, SMA dan SMK, juga pasar serta pusat aktivitas ekonomi masyarakat di Kecamatan Sipirok. Kampung leluhurku dari pihak Papa yang bermarga Siregar adalah Desa Sibadoar, 3 km ke arah Timur Laut dari Pasar Sipirok. Sedangkan kampung asal leluhur Mama yang bermarga Harahap adalah Desa Hanopan, 16 km ke arah Timur Laut dari Pasar Sipirok. Jadi jangan bingung dengan istilah Sipirok, dan Pasar Sipirok ya teman-teman.
Oleh-oleh dari perjalanan kali ini, diriku ingin cerita tentang kuliner Sipirok. Topik tentang Kuliner Sipirok dengan scope yang lebih kecil, Panganan Khas Sipirok, pernah diriku bahas sebelumnya, namun tulisan kali ini scopenya lebih luas, tidak cuma tentang kue-kuean, tapi juga tentang makanan, lauk pauk dan sayuran.
Kita mulai dari kue-kuean dulu yaaa.

Panggelong Apri hasibuan dan Pedagang kue di Pasar
Dulu saat saya masih bocah cilik, kue-kue di daerah Pasar Sipirok hanya dijual pada hari Kamis, hari pasar di Pasar Sipirok. Poken Kamis, demikian masyarakat menyebutnya.
Poken Kamis adalah pasar terbesar, teramai di Kecamatan Sipirok. Para pedagang dan pembeli dari berbagai kelurahan dan desa di Sipirok tumplek blek di sini, bikin macet sampai sekitar jam 2 siang. Hari lain tetap ada pasar di Pasar Sipirok, tapi hanya sekedar menyediakan kebutuhan harian penduduk di sekitar Pasar Sipirok. Pasar yang agak ramai berlangsung secara bergilir tiap hari di kelurahan atau desa di Kecamatan Sipirok. Misalnya pada hari rabu, pasar yang disebut Poken Arba (Pasar Rabu dalam bahasa Batak Angkola) berlangsung di Desa Arse, sebuah desa yang berjarak 14 km di Timur Laut Pasar Sipirok. Desa yang gak jauh dari Hanopan, kampung leluhurku dari pihak Mama.
Tapi sekarang tiap hari ada yang menjual kue-kue tradisional khas Sipirok. Ada yang menjual di pasar, dan juga ada di dua warung atau toko kecil di jalan lintas Padang Sidempuan – Tarutung. Pedagang petama, Panggelong Apri Hasibuan, di jalan Tarutung No. 52 Banjar Toba, Sipirok. Pedagang yang kedua (maaf gak sempat motret warung dan mencatat namanya), lokasinya sekitar 1 km dari Panggelong Hasibuan, dekat masjid Sipirok Godang.
Kue apa saja yang bisa ditemuin di Sipirok? Sesuai dengan hasil bumi Sipirok, beras, ketan, dan gula aren atau gula bargot kata orang Sipirok, maka kue-kue khas Sipirok berbahan baku betas atau ketan dengan gula aren ditambah variasi pisang dan kelapa parut atau santan. Apa aja kuenya?

Panggelong
Panggelong, terbuat dari adonan tepung ketan/pulut yang dicampur dengan gula aren, lalu digoremg, lalu dicelup ke cairan gula aren.

Golang-golang
Golang-golang, terbuat dari adonan tepung ketan dengan gula aren, dibuat seperti gelang-gelang kecil, digoreng.

Paniaram
Paniaram, campuran tepung beras dan gula aren dipanggang seperti serabi. Tapi lebih padat, lebih alot.. π
Lapet (lepat) beras, adonan tepung beras dengan gula aren dan santan, dibungkus dengan daun pisang, dikukus. Adonan yang sama ada juga dimasukkan ke dalam bambu yang telas dilapis dengan daun pisang, lalu dibakar, namanya lemang daun.

Lapet Pisang
Lapet (lepat) pisang, adonan tepung beras dengan gula pasir dan santan, dikasi irisan pisang, dibungkus dengan daun pisang, lalu dikukus.

Itak pohul pohul
Itak Pohol-pohul. Ini adalah kue khas orang Batak sekali. Biasa dihidangkan di acara-acara adat, seperti menyambut bayi yang baru lahir, acara masuk rumah baru, juga acara penghiburan setelah meninggalnya anggota keluarga. Itak terbuat dari tepung beras yang dikukus sebentar, lalu dicampur dengan irisan gula aren dan kelapa parut, dibentuk dengan cara digenggam kuat-kuat sehingga berbentuk kepalan tangan, lalu dikukus.
Kembang loyang manis/asin. Kembang loyang adalah adonan tepung beras. Untuk yang manis dicampur dengan gula pasir dan wijen. Selanjutnya cetakan berbentu kembang yang diberi tangkai dicelupkan ke adonan tersebut, sehingga adonan menempel, kemudian cetakan tersebut dimasukkan ke penggorengan yang sudah berisi minyak panas. Adonan yang masak akan lepas dari cetakan dan membentuk kue yang berbentuk kembang. Untuk yang rasanya asin, adonan tepung beras ditambahkan dengan bumbu-bumbu daun jeruk, daun seledri, ketumbar atau merica, daun jeruk, juga udang halus, seperti membuat adonan bakwan.
Kue angka 8 sangat khas Sipirok, kayaknya gak ada di tempat lain. Kue ini terbuat dari campuran tepung beras dan tepung ketan juga gula pasir. Adonan lalu dibuat panjang-panjang dibentuk seperti angka 8, kemudia digoreng. Setelah dingin, kue dibalur dengan bubuk gula putih, seperti donat.
Selain kue-kue yang sudah disebut di atas, yang selalu ada dalam panganan di Sipirok adalah lomang (lemang) dan wajik, yang keduanya terbuat dari ketan. Lemang dibuat dari ketan dikasi santan yang dimasukkan ke bambu dilapisi daun pisang, kemudian dipanggang di atas bara. Sedangkan wajik dibuat dari ketan yang ditanak dengan gula aren dan santan. Setelah masak dicetak di nampan yang diaLas dengan daun pisang atau plastik agar tidak lengket.
Sekarang kita bicara tentang makanan utama..

Ikan mas goreng dan gulai ikan mas
Sesuai dengan lokasi yang jauh dari laut, alam Sipirok yang pegunungan, membuat sungai-sungainya curam berbatu-batu dan berair deras sehingga tak banyak ikan. Ikan hanya ada di tempat-tempat tertentu, di lubuk-lubuk. Sumber protein masyarakat di Sipirok adalah daging kerbau (Bubalus bubalis) dan ikan mas (Cyprinus Carpio sp.) hasil peliharaan di kolam. Kolam ikan di Sipirok biasanya bukan kolam air deras, tetapi sawah yang yang secara periodikal dialihfungsikan sebagai kolam. Untuk menghasilkan ikan dengan ukuran yang layak untuk dimakan, dibutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan lebih dari setahun. Lama yaakkkk... Btw, orang Batak kayaknya gak doyan ikan gurame ya? Entah lahh. Tapi memang untuk acara-acara adat di masyarakat Batak, ikan yang digunakan ya ikan mas. Biasanya diarsik. Hmmm… enak banget… Kata orang-orang sangkin enaknya, mertua lewat gak keliatan. Ya, enggak keliatan laahh, wong saat nikah sama anaknya mertua udah gak ada. π π

Sup tulang kerbau dan daging panggang
Untuk daging, enggak tahu kenapa di Sipirok adanya daging kerbau. Termasuk untuk dipotong pada acara-acara adat. Yang dipelihara orang-orang juga kerbau. Untuk penyediaan daging kerbau di Pasar Sipirok, biasanya dilakukan oleh keluarga Pardede, yang sudah jadi Partiga-tiga Juhut di Sipirok dari generasi ke generasi. Tiga itu artinya pasar, partiga-tiga artinya pedagang, juhut artinya daging. Partiga-tiga Juhut artinya pedagang daging.
Kerbau diolah menjadi masakan apa di Sipirok? Karena udara yang dingin, di Sipirok tulang dan daging kerbau biasanya dijadikan sup. Aihhh jadi ingat saat-saat pulang kampung ketika masih kecil. Sup adalah menu yang wajib hadir di meja makan di rumah Opung. Sup daging dengan kentang dan wortel mengepul-ngepul. Nikmat banget !! Nah di salah satu rumah makan yang terkenal dan sangat representatif di Sipirok, Rumah makan Siang malam, daging kerbau dipanggang, lalu dimasak asam pedas pekat dengan irisan bawang dan tomat yang banyak. Enaknya, gila !!! Bikin nagih. Sedangkan tulang kerbau dibikin sup, bahkan sumsum yang di bagian engsel, bisa dinikmati dengan menggunakan sedotan. Tapi menu yang satu ini saya gak makan. Takut kolesterol !

Gulai Daun Ubi Tumbuk
Bagaimana dengan menu sayurnya? Yang selalu hadir di meja makan di rumah-rumah di Sipirok adalah sayur bolgang alias sayur rebus, yang terdiri dari berbagai macam sayur. Daun singkong, rimbang, terong ijo dan lain-lain dicampur jadi satu. Rasanya enak, karena sayur-sayur tersebut biasanya baru dipetik. Bahkan dulu di rumah Ompung, ketika akan masak, baru sayur dipetik di kebun milik Ompung di daerah Pasar Malam, yang gak jauh dari rumah.
Selain sayur bolgang, menu sayur yang menjadi trade mark orang Batak adalah Gulai Daun Ubi Tumbuk. Gulai ini dibuat dari daun ubi muda alias bagian pucuk, ditambah dengan rimbang, honje atau kecombrang (Etlingera elatior) ditumbuk sampai setengah halus di alu yang terbuat dari kayu. Kalau almarhum Mama bahkan menambahkan daun pepaya muda pada campuran tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh, menurut beliau. Setelah setengah hancur, campuran sayur tersebut dimasak dengan santan dan ditambahkan dengan ikan salai atau ikan asap. Jangan tanya rasanya. Juaaarrrraaaaa !!!!
Kok jadi bikin pengen pulang kampung lagi yaaa ?? Padahal badan masih belum hilang pegalnya. π ***