Wisata di Pekanbaru

“Kalau berlibur di Pekanbaru enaknya kemana ya ?” adalah pertanyaan yang acap terdengar di kalangan penduduk Kota Pekanbaru.  Pertanyaan yang mungkin juga sering muncul dari wisatawan yang berkunjung ke Pekanbaru.

Pekanbaru yang berada di dataran aluvial (hasil sedimentasi)  dan tak jauh dari garis khatulistiwa, membuat iklim Kota Pekanbaru bisa dikatagorikan panas, gak cukup nyaman buat beraktivitas di ruang terbuka.  Tak heran kalau banyak penduduk Pekanbaru yang senang menghabiskan akhir pekan dengan ngadem di mall dan mall.

Kali ini diriku mau cerita tentang tempat yang bisa jadi alternatif tujuan wisata di Pekanbaru Ada ya? Ada donk!  Bahkan bisa dicapai dengan kendaraan umum busway.  Nama tempatnya, Taman Alam Mayang, lokasinya di Jalan Lintas Timur, Pekanbaru.  Sangat mudah untuk ditemukan.

Buat yang sudah lama tinggal di Pekanbaru,  Alam Mayang bukan lah nama yang asing.  Karena taman milik keluarga Badiun, yang berawal dari tempat mancing ini, memang sudah lebih dari 20 tahun dibuka untuk umum.

Dulu, hampir 20 tahun yang lalu, saat keponakan-keponakan masih kecil,  kalau diriku kebagian tugas momong di akhir pekan karena kakakku keluar kota, terkadang aku membawa mereka ke Taman Alam Mayang.  Cukup dengan berbekal beberapa paket nasi bungkus atau makanan kesukaan mereka, tikar, buku dan bantal-bantal plus mainan mereka.  Saat itu fasilitas yang tersedia di  Alam Mayang selain kolam pancing, hanya sepeda air berbentuk bebek-bebekan.  Jadi kalau ke sana kami mengisi waktu dengan baring-baring di bawah pohon sambil membaca, sedangkan keponakan-keponakan yang laki-laki mengisi waktu dengan bermain bola.

Setelah berbelas tahun tidak ke Alam Mayang, minggu lalu, aku dua kali ke sana. Kok bisa ? 😀

Kali pertama, hari Rabu sore sampai dengan Kamis pagi. untuk camping bersama keluarga besar L’ Cheese Factory (baca : Dream, Love and Family) toko kue milik kakakku.

Camping?  Di Pekanbaru yang puanasss…?  Yuppppssss…

Jadi ceritanya, untuk merayakan ulang tahun L’ Cheese Factory yang ke-5, seluruh anggota keluarga kami, management dan pegawai L’ Cheese camping bersama.  Kami menyewa tempat untuk camping di  Alam Mayang.  Kami dikasi lokasi lapangan rumput di tepi kolam.   Kemahnya ?  Kemah kami bawa sendiri, dengan menyewa 12 unit dari jasa penyewaan.  Tak jauh dari lokasi tenda tersedia toilet dan kamar mandi dengan kondisi bersih dan dalam jumlah yang cukup.  Juga ada mushola yang cukup representatif untuk melaksanakan ibadah sholat lima waktu.  Kami boleh menggunakan lapangan  di dekat lokasi camping untuk main bola dan berbagai aktivitas.  Bahkan diperbolehkan membuat api unggun.  Tentu saja tidak di lapangan berumput, melainkan di jalan tanah, di sekitar lokasi camping.

Makanan ?  Tentu saja tidak ada, kecuali counter ice cream dan cemilan yang buka hanya sampai sekitar  jam 6 sore.  So, kami ke sana membawa bekal lengkap.  Air mineral beberapa galon, makanan yang sudah masak untuk makan malam, berbagai cemilan dan minuman.  Tak lupa, mie instant, teh dan kopi.  Air hangatnya ?  Kami bawa kompor gas kecil lengkap dengan tabung gas yang juga kecil.  Kumplit pokoknya !!

Berapa biaya untuk camping di Alam Mayang?  Untuk tiket masuk orang dewasa dikenakan biaya Rp.18.000,-, anak-anak dikenai biaya Rp.12.000,-/orang.  Karena rombongan kami terdiri dari 38 orang dewasa dan 4 anak-anak (ramai yaaa !), kami dapat discount 20%.  Lumayan, banget !  Untuk penggunaan sarana toilet dan kamar mandi Rp.2.000,-/orang/hari,dan dihitung 2 hari, Rabu dan Kamis.  Sedangkan penggunaan lapangan untuk camping dikenai biaya Rp.1.000.000,-/hari.  Berapa harga sewa tenda? Rp.25.000,-/unit/hari.

Camping di Alam Mayang sungguh bisa menjadi liburan yang menyenangkan, karena udaranya bersih dan segar.  Lingkungannya juga aman, bahkan cucu-cucu bisa bebas berlarian dan naik sepeda.  Apa lagi di hari Rabu sore sampai kamis pagi hanya kami yang memanfaatkan  Alam Mayang.  Kalau pagi hari, seperti hari Kamis itu, setelah jam 8 pagi banyak rombongan anak TK beserta guru-guru dan pendampingnya bermain di sini.  Kayaknya selain anak-anak bisa bebas bermain di ruang terbuka, banyak juga yang menikmati fasilititas mini outbond yang tersedia.

Buat diriku… Semalaman aku malah tidur di luar tenda.  Rasanya nikmat banget bisa tidur di udara yang kaya oksigen.  Bangun-bangun lengan yang tersingkap saat tidur sudah meriah dengan titik-titik bekas gigitan nyamuk.  Hahahaha.  Semoga tidak baik-baik aja.  Oh ya, untuk mengantisipasi serangan nyamuk, kami membawa cairan minyak serai.  Akunya aja yang bandel, malas makai.. 😀

Kali kedua minggu lalu ke  Alam Mayang adalah hari Minggu, tanggal 19 Maret 2017.  Kunjungan ini khusus untuk mengantarkan, Bang Harry dan Aufaa, yang ingin menikmati aneka permainan di Alam Mayang yang sudah mereka lihat hari Rabu sore, tapi gak dioperasikan.

So, jadilah kami kembali ke Alam Mayang.  Tapi kali ini hanya berbekal alas duduk, nasi bungkus untuk orang dewasa, paket fried chicken buat bang Harry dan dek Aufaa, plus cemilan serta sepeda bang Harry dan sepeda dek Aufaa.  Setelah makan, bang Harry dan Aufaa ditemani ayah dan bunda menikmati permainan, termasuk naik motor (kata bang Harry, “Itu bukan motor, Pung,  tapi ATV !).  Kami bahkan beramai-ramai naik mobil terbuka yang disediakan pengelola Taman Alam Mayang, berkeliling taman.

Oh ya.. ini ada vlog Bang Harry dan dek Aufaa nak motor ehhh ATV di Alam Mayang.

Seruuu kan ?

Taman Alam Mayang memang bisa jadi alternatif buat berwisata di Pekanbaru, terutama bagi warga kota yang berlibur tanpa keluar kota.***

1 Minggu 1 Cerita #9

Pekanbaru Juga Seru !

Diriku baru bergabung dengan sebuah komunitas  1 Minggu 1 Cerita.  Komunitas yang mendorong anggotanya untuk menerbitkan 1 tulisan setiap 1 minggu di web atau blog pribadi masing-masing.  Tulisan itu temanya bebas, kecuali bila ada ketentuaan dari pengelola.  Daku kecebur di komunitas tersebut karena diseret-seret Teh Ani Sulaksani, si Ibu Pengembara. 😀 😀

Nah untuk minggu ini, Komunitas 1 Minggu 1 Cerita menetapkan tema Kampung Halamanku  Juga Seru! bagi para anggotanya.  Tema ini membutuhkan pemikiran buat diriku.  Bukan karena gak kenal kampung, gak pernah pulang kampung atau gak cinta kampung..  😀  Tapi justru karena sejak kecil terbiasa pulang kampung, punya banyak kenangan manis tentang kampung, cinta kampung dan selalu rindu kampung, maka selama 9 tahun 5 bulan punya blog, aku cukup sering menulis tentang Sipirok, kampung halamanku, tanah leluhurku.  Bahkan kata Sipirok menjadi Tags di Cerita Sondha.  Selama tahun 2017 yang baru 29 hari ini, di Cerita Sondha sudah ada 2 tulisan tentang Sipirok, yaitu Kuliner Sipirok, dan Sipirok, A Prospective Destination.  Karenanya untuk kali ini diriku menulis tentang  Kota Pekanbaru.

Ya, Pekanbaru adalah kampung halaman kedua bagiku.  Di kota ini aku dibesarkan sejak usia satu tahun.  Tempat aku menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja.  Tempat aku mengisi usia dewasa setelah kuliah di Bogor dan bekerja juga di Jakarta, lalu sekolah lagi ke Yogya.  Pekanbaru tempat aku hidup, bekerja, dan berkehidupan sosial.  Ya, Pekanbaru adalah kampungku, rumah bagi jiwaku, dan sampai saat ini Pekanbaru adalah tempat satu-satunya rumah yang kumiliki dari hasil kerja keras bertahun-tahun. 😀  Pekanbaru tempat aku kembali setelah bepergian kemanapun.  Makanya aku paling sebel dan geram, kalau ada orang yang merasa berdarah lokal lalu dengan seenak udelnya bilang aku adalah pendatang di Pekanbaru, hanya karena aku berdarah Batak.  Apa lagi klo yang ngomong itu gak lebih  lama tinggal di Pekanbaru dari diriku dan keluarga.  Rasanya diriku pengen ngebalas omongan gak enak itu dengan bilang, “Helloowww…. ! Kamu kali yaa,  yang pendatang !”  😀

Apa siyy serunya Kota Pekanbaru ?

Buat aku, pertama-tama  Pekanbaru itu seru karena aku banyak teman dan kenalan di sini.  Mulai dari teman keluarga, teman sekolah, teman kerja dan juga teman yang aku kenal dari teman-teman.  Karena perkembangan, Pekanbaru tidak lagi seperti dulu, ketika kita pergi ke berbagai sudut kota akan ada saja ketemu orang yang kita kenali dan mengenali kita.  Orang-orang lama Pekanbaru.

Kedua, Pekanbaru itu seru karena kotanya relatif nyaman.  Kota yang saat ini cukup besar, dan sudah semakin banyak fasilitas tersedia.  Namun Pekanbaru  terhitung kecil bila dibanding dengan Medan, Bandung, Surabaya.  Apalagi Jakarta, kota dimana langkah kita terbatas karena macet cet cet.  Di Pekanbaru kita masih gampang kalau mau pergi kemana-mana.  Gak terlalu butuh waktu panjang.

Pekanbaru juga seru karena penataannya yang cukup rapi, terutama di pusat kota.  Ada jalan-jalan dua arah yang lebar dan dibatasi jalur hijau yang asri.  Ada trotoar yang cukup nyaman untuk melakukan salah satu aktivitas kesukaanku, jalan kaki.  Di kawasan tertentu ada  jalur khusus untuk pengendara sepeda, meski pada hari kerja, jalur sepeda tersebut sering dijadikan tempat parkir oleh orang-orang yang masih kurang perduli.

Di Pekanbaru ada perpustakaan megah, dengan koleksi buku-buku yang banyak, pustaka milik pemeritah daerah Provinsi Riau.  Fasilitas yang bisa  bikin mabok kepayang para pencinta buku.

Naahhh itu kan serunya Pekanbaru untuk orang-orang yang tinggal dan besar di Pekanbaru.   Buat orang-orang yang berkunjung ?  Pekanbaru juga seru lho !   Seru banget !

Pekanbaru secara historis merupakan bahagian dari Kerajaan Siak Sri Inderapura.  Salah satu kerajaan Melayu di sekitar Selat Malaka.  Kerajaan yang besar dan jaya di masanya.  Oleh karenanya, ciri khas Melayu yang bernuansa Arab mewarnai Pekanbaru,  termasuk kulinernya.

Lokasi Pekanbaru yang strategis, dilalui oleh Sungai Siak yang berhilir di Selat Malaka.  Selat ini sejak berabad-abad merupakan  perairan  tersibuk di dunia, diarungi berbagai bangsa.  Hal ini membuat Pekanbaru juga didatangi dan dihuni oleh orang-orang dari Sumatera Barat, Batak, Jawa dan juga China.  Ditambah lagi,  adanya eksplorasi minyak bumi dan perkebunan sawit di sekitarnya, membuat Kota Pekanbaru didatangi orang-orang dari berbagai suku yang mencari peruntungan.  Maka jadilah kota ini kota yang plural, namun tak kehilangan akar budayanya.

Pluralitas yang ada di Pekanbaru menghadirkan warna yang khas pada kulinernya.  Ini adalah salah satu daya tarik  Kota Pekanbaru.  Kuliner apa saja ?

Untuk sarapan di Pekanbaru, kedai kopi menjadi pilihan utama.  Kedai kopi yang diwarnai budaya Chinese, sama sekali tidak hanya menghidangkan kopi. Ada banyak kedai kopi di seantero Kota Pekanbaru.  Beberapa di antaranya  telah ada puluhan tahun, seperti Kedai Kopi Kim Teng di Jalan senapelan, Kedai Kopi Laris di Jalan Karet dan Kedai Kopi King di Jalan Juanda.  Ketiga kedai kopi tersebut punya ke-khasan masing-masing.

Kedai Kopi Kim Teng, menyediakan kopi yang luar biasa juga aneka roti.  Beberapa tahun terakhir, Kedai Kopi Kim Teng bahkan menjadi food court yang menyediakan berbagai menu, seperti dimsum, mie pangsit dan aneka mie.   Kedai Kopi Laris juga punya kopi yang sangat enak, kopi yang dihidangkan berasal dari biji kopi yang baru dipanggang.  Salah satu makanan khas di Laris adalah soto ayam kampung.  Bubur ayam merupakan hidangan utama di Kedai Kopi King.  Diriku gak pernah bosan dengan kuliner yang satu ini.  Jadi makanan wajib ketika tubuh butuh sesuatu yang bisa membangkitkan ekstra energi di pagi hari.

Selain ketiga kedai kopi  yang sudah well-known tersebut, di Pekanbaru juga ada Kedai Kopi Liana.  Aapa istimewanya kedai kopi ini? Kedai kopi ini menyediakan aneka hidangan yang berbahan utama mie sagu.  Mie sagu merupakan salah satu bentuk hasil olahan dari tanaman sagu (Metroxylon sagu) yang banyak terdapat di wilayah Pesisir Provinsi Riau.

pekanbaru-juga-seru-cerita-sondha

Sarapan lain yang khas Melayu adalah roti canai.  Saat ini ada 2 penjual roti canai yang maknyus banget.  Kedai Canai Kuansing di jalan Diponegoro Ujung, dan Kedai Canai Tuan Prata di Jl. Mendut Pekanbaru.  Oh ya, Tuan Prata juga menyediakan teh tarik dan luti gendang, roti khas Pulau Tarempa, yang dulunya bahagian dari Provinsi Riau, namun sekarang menjadi bahagian Provinsi Kepulauan Riau.

Selain mie sagu dan roti canai, ada kuliner untuk sarapan yang sangat khas Melayu, bubur lambuk.  Bubur ini hampir sama dengan bubur Manado yang sudah well-known, terbuat dari beras yang dimasak dengan air yang cukup banyak, lalu dicampur dengan sayur-sayuran.  Khusus untuk bubur lambuk, sayur-sayurnya berupa tanaman khas wilayah Riau, seperti sayur paku (Diplazium esculentum),  dan ditambahkan dengan ikan bilis (Mystacoleucus padangensis) goreng.  Setahu diriku sampai saat ini belum ada tempat makan atau kedai kopi yang menyediakannya.  Kalau mau, harus pesan.  Setahu diriku yang menerima pesanan bubur lambuk adalah ibu Dinawati, salah satu pengurus Ikaboga Riau, pemilik usaha bolu mojo Al Mahdi di Jalan Rajawali Pekanbaru.

Saat ini ada beberapa kedai kopi baru yang juga menyediakan berbagai sarapan yang khas Pekanbaru denga penataan ruang yang lebih nyaman, Kedai Kopi Coffee Two di Jalan Setia Budi, misalnya. Jadi kalau teman-teman ke Pekanbaru, tinggal pilih mau sarapan dimana. 😀

Untuk maksi, masakan khas melayu adalah asam pedan ikan patin (Pangasius hypophthalmus) atau asam pedas ikan baung (Bagrus nemurus).  Ada banyak restoran yang menghidangkan masakan ini,  Dari warung sederhana, sampai restoran canggih dengan tempat yang nyaman.  Restoran yang terkenal dengan masakan asam pedas patin adalah Rumah Makan Haji Yunus di Jalan Kaharuddin Nasution, tak jauh dari Bandara Sultan Syarif Qassim.  Atau Rumah Makan Khas Melayu di sekitar bandara.

Kalau mau menikmati ikan asam pedas patin yang dijual oleh masyarakat lokal, teman-teman bisa nyoba di Rumah Makan Si Tjuik.  Rumah makan ini dulu lokasinya unik, di dekat pelabuhan container PT. Chevron.  Sekarang lokasinya sudah di jalan besar, di Jl. Yos Sudarso, Rumbai.

Untuk kue-kue khas Melayu adalah kue Bolu Kembojo, atau yang populer dengan Bolu Mojo, dan kue bangkit.  Ada banyak pengusaha UMKM yang menjual kedua jenis kue ini.  Bolu Mojo adalah sejenis kue basah, sedangkan kue bangkit adalah cookies yang berbahan baku tepung sagu. Favorite keluargaku adalah bolu kembojo buatan Mie mie di Jalan Pepaya.  Kenapa ? Selain rasanya memang enak, ukurannya juga kecil-kecil.   Pas untuk satu kali makan.  Sedangkan kue bangkit favorite kami kue yang dibuat kelompok usaha Kembang Sari.  Kuenya renyah dan wangi karena dikasi parutan kulit jeruk purut.

Oh ya di Pekanbaru juga ada yang jual kue-kue khas Banjar alias wadai.  Namanya warung Papadaan.  Lokasinya di Jalan Hang Tuah, di seberang SD Teladan.  Di sini juga menyediakan Soto Banjar dan Nasi Kuning dengan Ayam Masak Habang (ayam masak merah) khas Banjar.

Ada lagi yang selalu bisa didapatkan kalau berkunjung ke Pekanbaru.  Durian.  Ya durian selalu ada di Pekanbaru.  Ada banyak warung-warung di sekitar Hotel Pangeran di Jalan Sudirman yang menyediakan durian, lengkap dengan ketan sebagai teman untuk disantap.  Kalau ingin bawa pulang durian, teman-teman bisa minta penjual mengupas durian yang sudah dibeli, lalu dikemas sedemikian rupa di dalam kotak sehingga layak untuk dibawa.  Atau kalau mau lebih praktis, bisa dengan membeli lempok alias dodol durian.  Ada banyak toko yang menjual makanan khas Riau ini.

Dengan kulinernya yang luar biasa, siapa yang bisa bilang Pekanbaru gak seru ? Yuukkk ke Pekanbaru !!!  ***

minggu-1-2017

Suatu Pagi di Kampung Bandar

Ini adalah catatan Perjalananku  ke Kampung Bandar…   Kampung Bandar…? Dimana itu…?

Kampung Bandar itu nama sebuah kelurahan yang berada di Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru..  Sebenarnya daerah ini  udah gak bisa dibilang kampung, karena daerah ini nuansanya sudah kota…  Tapi kata “Kampung” itu sudah melekat dengan kata Bandar, karena dulunya memang daeah itu adalah sebuah kampung… 😀

Apa istimewanya kampung ini sampai  dijadikan topik bahasan di blog ini hari ini…?   Hmmmm, kampung ini sangat istimewa…, karena kampung yang berada di tepi Sungai Siak ini  lah cikal bakal Kota Pekanbaru…

Siak III 1

Dulu sebelum tahun 1977-an, di daerah Kampung Dalam ini lah lokasi jembatan penyebrangan dari Kota Pekanbaru ke Rumbai, yang saat itu merupakan kawasan pertambangan, pengolahan minyak, perkantoran dan juga pemukiman pekerja PT. Caltex.  Saat itu jembatannya jembatan ponton, yang dibuka 2 kali sehari, jam 06 pagi dan sore agar kapal-kapal bisa lewat.  Setelah tahun 1977, jembatan Leighton (diambil dari nama perancangnya) menggantikan posisi jembatan ponton tersebut.  Lalu di lokasi jembatan ponton tersebut pada akhir tahun 2010-an dibangunan Jembatan Siak III.

Jadi ceritanya, kemaren tiba-tiba diriku teringat bahwa sudah lama sekali gak pernah jalan-jalan ngubek-ngubek Kota Pekanbaru.  Berbagai aktivitas beberapa tahun ini membuat dirriku mundar mandir rumah – kantor. Karena ingin menikmati Kota Pekanbaru, aku memutuskan untuk mengisi sabtu pagi ku dengan kembali menyusuri Kampung Dalam yang beberapa tahun lalu pernah aku susuri, plus melihat dari dekat rumah Tuan Qadi, yang dulunya selalu menjadi tempat singgah Sultan Syarif Qassim II,  bila beliau sampai di Pekanbaru, dan bila beliau mau meninggalkan Pekanbaru kembali ke Siak Sri Indrapura, kota dimana berada pusat kerajaan Siak dahulu kala…  Rumah Tuan Qadi ini baru selesai direvitaslisasi..  Jadi sudah cantik kembali..

Jalan-jalan di Sabtu pagi itu dimulai dengan sarapan Bubur Ayam Kings..  Ini merupakan bubur ayam terlezat di Pekanbaru.. Bahkan sampai saat ini ,setelah aku pergi ke beberapa tempat, rasanya Bubur Ayam Kings ini adalah juaranya bubur ayam.., belum ada yang bisa ngalahin kelezatannya..  😀

Rumah Tuan Qadi 1

Selesai sarapan, diriku dan Melly, seorang teman yang kerja sebagai PNS di salah satu Kabupaten di Provinsi Riau, melanjutkan perjalanan ke rumah Rumah Tuan Qadi.. Rumahnya udah rapi…, cantik…  Sayang belum dibuka untuk umum..  Padahal klo dijadikan Museum Pekanbaru Tempo Dulu, pasti keren yaa..

Ada kesamaan rumah Tuan Qadi dengan rumah Lontiok, rumah tradisional di Desa Pulau Belimbing, Kabupaten Kampar yang diriku pernah kunjungi..  Keduanya rumah panggung, karena berada di tepi sungai, dan ada bak di depan rumah…, sarana untuk membersihkan kaki sebelum masuk ke rumah…

Rumah berwarna biru ini sebenarnya sederhana.. Tak banyak ornamen sepert rumah Lontiok..  Ornamen hanya terlihat di pinggir tangga masuk..  Di tiang penyangga atap di sisi selaan tertulis PKB 23:7  Di tiang penyangga bagian utara tertulis 1928.  Apa artinya..? Selesai dibangun pada tanggal 23 Juli 1928?

Karena baru selesai dibangun dan sepertinya belum difungsikan…, tak banyak yang bisa dilihat di Rumah Tuan Qadi ini… Aku lalu melanjutkan perjalan ke Kampung Bandar, setelah sebelumnya sempat duduk-duduk sejenak di taman di bawah Jembatan Siak III, melihat-lihat dari kejauhan kapal yang bersandar..

Aku memarkirkan si sparky di pinggi jalan Perdagangan…  tak mudah untuk parkir di sini.. Jalannya sempit, dan di kiri kanan jalan, tanahnya turun ke bawah..  Saat parkir aku melihat ternyata di tepi jalan ini ada pintu air..  Sepintas, pintunya masih ada..  Mungkin masih berfungsi yaa.., mencegah air sungai masuk ke arah pemukiman…  Pintu air ini mengingatkan ku saat aku masih kecil, daerah Kampung Bandar ini acap kali banjir, bahkan pernah sampai ke dekat  kantor RRI lama, di pojokan jalan Ahmad Yani dengan jala, Ir. H. Juanda.

Rumah Tua 1

Apa yang aku cari di Kampung bandar… Aku ingin melihat-lihat lagi beberapa rumah tua yang cantik-cantik, yang aku pernah lihat di sana…  Ternyata oh ternyata, begitu mendekati salah satu rumah tua, yang pernah direvitalisasi oleh pemerintah Kota Pekanbaru beberapa tahun yang lalu, aku mendengar suara.., pletak pletak... Suara dua bilah kayu bertemu… Suara alat tenun tradisional..

Aku dan Melly langsung menghampiri rumah tersebut.. Di dinding depan rumah terdapat spanduk yang mengatakan bahwa Kampung Bandar itu sudah dijadikan Desa Wisata Sejarah dan Budaya oleh Pemerintah Kota Pekanbaru.  Dan rumah tua itu dipinjamkan oleh pemiliknya untuk tempat kegiatan kelompok penenun, “Pucuk Rebung”.  Pucuk Rebung merupakan nama salah satu motif khas Melayu.

Tenun Siak Pucuk Rebung 1

Saat kami di sana, kami menemukan 3 orang ibu-ibu yang sedang menenun.. Salah satunya sedang membuat bahan untuk blazer, pesanan salah satu pemilik toko besar di daerah Pasar Bawah.  Keseluruhan ada 4 alat tenun di rumah tersebut.. Juga ada 2 alat pemintal benang.. Ada 2 lemari kaca.., satu menyimpan berderet-deret benang…, satunya lagi menyimpan berbagai hasil tenun…

Hasil Tenunan 1

Ibu-ibu tersebut, adalah ibu rumah tangga yang tinggal di daerah tersebut,  Mereka perempuan-perempuan yang menikah dengan orang setempat, lalu menetap di situ, dan beberapa tahun yang lalu mendapat pelatihan menenun.  Menurut ibu Wawa, salah satu dari tiga orang ibu-ibu tersebut, mereka masih mengalami keterbatasan memasarkan hasil karya mereka.  Ada nama besar penenun yang lebih dikenal masyarakat di Pekanbaru.  Mungkin harusnya Pemerintah membantu dengan membuatkan media pemasaran online bagi hasil karya para ibu-ibu tersebut yaa..  sehingga orang tahu keberadaan mereka dan hasil karya mereka..

Buat teman-teman yang berminat…, Baik berminat untuk membeli tenunan, atau mau membawa putra putrinya agar bisa melihat seperti apa kegiatan menenun itu, silahkan datang ke Kampung Bandar di jalan Perdagangan di Pekanbaru.. Sama sekali tidak susah untuk menemukan tempatnya.. ***

Note : Foto jembatan lama diambil dari http://m.riaupos.co/14670-berita-.html

Pekanbaru di Mata Teman-teman…

Minggu lalu, seorang teman saat SMA, Connie Voster,  tahu-tahu men-share di Path-nya Memory ku tentang Pekanbaru yang aku publish di  ceritasondha.com 7 tahun yang lalu..  Dari Path beliau di-re-share ke FBnya..  Karena kami terkoneksi di Path dan FB, aku jadi tahu kalau dia men-share..  Saat aku tanya, kok dia bisa nemu tulisan jadul itu… Dia justru kaget, gak nyangka kalo sondha yang nulis blog itu adalah diriku, teman SMA nya yang dodol  banget… 😀

Re-share yang dilakukan jeung Connie, membuat arsip lama itu naik kembali ke permukaan.. Dan dibaca juga oleh teman ku, perempuan cerdas, Pimred Pekanbaru Pos, Pemimpin Redaksi Termuda di Group Jawa Pos, mak cik Afni Zulkifli.  Entah mimpi apa lah mak cik yang satu ini.., tahu-tahu blio mengirim BBM ke aku di pagi Selasa, 03 Februari 2015…

” Kenangan 25 perak dan toko-toko tua. Tulisan kaki Pekanbaru Pos hari ini. Saya menaikan tulisan masa kecil cik sondha. Semoga bermanfaat dan bisa memberi inspirasi bagi penulis lainnya.”

Gubrrraaakkkkss….

Pekanbaru Pos 03.02.2015

Sesampai di kantor, aku mencari koran tersebut… dan membacanya…  Subhanallah… Kenangan seorang Wakil Walikota, Bapak Ayat Cahyadi akan Kota Pekanbaru bersanding dengan kenanganku, yang diambil dari blog ku..   Kenangan yang menggunakan bahasa diri ku sekali, tak formal, dialek yang campur baur, efek rumah kacaupppsss…. Maksudnya efek hidup berdampingan dengan berbagai kultur…   Gak kebayang gimana pikiran si Bapak wakil Walikota punya warga yang bahasanya ancurrrrrr…  Hehehe…

Aku ingat saat mencoba untuk membantu sekelompok anak muda akan mengadakan “Pekan Wak?”  pada awal tahun 2014 dengan me-share jadwal acara mereka di FB, , ada beberapa teman lamaku yang memberi komen yang berisi tentang kenangan mereka saat kecil di Pekanbaru..  Naah kenangan beberapa teman tersebut  aku copy-kan di sini..   Semoga bermanfaat, menambahkan rasa cinta kita pada Kota Pekanbaru, “Rumah Kita”…

Jadi ingat kata Kak Tata Sapta Juwita Bahar, seandainya Pekanbaru bisa dibikin seperti dulu…. Dimana hampir semua warganya saling mengenal…  Rasanya itu tak mungkin lagi ya.. Karena Pekanbaru sudah menuju Metropolitan..  Jumlah penduduknya sudah sangat banyak.. Tak seperti 40 tahun yang lalu…  Tapi kalau lah boleh berharap…, kami berharap Pekanbaru bisa kembali menjadi kota yang “ramah ” sehingga warga kota bisa merasa nyaman, aman untuk beraktivitas..  Dan anak-anak bisa seperti kami dulu bebas bermain di berbagai penuju kota…   Semoga…

PS : Jangan heran yaa klo kenangannya ada yang lebay dan lebay bingitss… Namanya juga kenangan masa kanak-kanak.. Lihat juga kosa katanya, Pekanbaru bingits…

  • Rio Lardes Siregar Dulu kalau hari Sabtu, banyak karyawan Caltex yang datang ke depan bioskop Lativa, apakah bioskop Lativa yang gedung tua itu masih ada ya.??
  • Hotma Hasibuan · Bioskop latifa udah ga ada
     
  • Eva Sulaiman Dulu ada Sekolah Taman Kanak-kanak Perwari di samping kantor Walikota di jl.Hasanuddin bawah..banyak cerita indah ttg skolah tsb..baik guru2nya yg sagat mengayomi, pohon Flmboyan besar di halaman depan, serta cerita lucu ttg sahabat kecil yg berama Rio Lardes juga ada di TK tsb.. :))
  • Isnayana Wied Subarjo Ada taman bermain disebelah pom bensin jl sudirman, ada si abang aji ‘gilo’ dengan tas echolaknya, ada taptu drumb band dll di acara ultah TNI..
  • Adrini Issuko Wkt TK perrgi beli baju Bɑ̤̈̊®u di BOM.. Tokonya berlantaikan papan, jembatan Siaknya juga dari kayu.. Nonton film Ratapan. Anak Tiri di bioskop misbar Wira Bima, yg kala itu filmnya lagi booming… Krn masih kecil, yaa.. Digendong deh oleh kakak sepupu… Duh.. Kasian jg yg menggendongnya.. Sebelahnya ada Rumah Makan Eka Kapti… :Dhέhз:phέhз:
    http://www.riaudailyphoto.com

    Gambar diambil dari  riaudailyphoto.com

  • Isnayana Wied Subarjo Mbak nita kan sukanya es campur sama lotek rempah sari
  • Hotma Hasibuan Apa nama sebutan yg pake kuda di kota ini dulu ?
  • Sondha Siregar Bendi
  • Sondha Siregar Isnayana Wied Subarjo : taman Kaca Mayang.. Saya dan Nita Issuko pernah ikut lomba nyanyi di sana.. saya hanya sampai di final.. Nita salah satu pemenangnya.. Kita umur berapa itu, ya Nit? @ kak Eva Sulaiman : lokasi kantor walikota lama sudah jadi deretan ruko, bagian belakang jadi parkiran mall Senapelan.. @ bang Rio Lardes Siregar : bioskop Lativa, Asia semua sudah gak ada.. Pekanbaru Theater sudah jadi resto dan karaoke..
     
  • Hotma Hasibuan Yup bendi…seandainya masih ada ya….?. Aku mau jadi pilotnya hik hik…
  • Parlindungan Ravelino kenangan di pekanbaru…DULUUU…ada patung pesawat tempur di depan kantor gubernur…DULUUU…bisa main bola dan jogging di lingkungan rumah Gubernur Riau…DULUUU main bombom car di Kaca Mayang…DULUUU…setiap hari minggu pagi makan pagi bersama Opung saya di bandara simpang tiga yang sekarang sudah rata dengan tanah..hehehe..
  • Parlindungan Ravelino kalau bang Barumun Nanda kenangannya mungkin seputar bajaj tuh..
  • Sondha Siregar @ Isnayana Wied Subarjo : klo Nita Issuko siyy penyanyi beneran.. klo sondha maahh penyanyi kamar mandi..
  • Sondha Siregar @ bang Parlindungan Ravelino dan bang Barumun Nanda : bajaj Nyang… Rutenya Pasar Kodim – Jl. Durian…
  • Hotma Hasibuan Aku pernah fashion show di kaca mayang ama kakakku Shanty n kak Lidya. Marilah kita berdoa agar Allah SWT mau kembalikan masa lalu itu…….mau ga ya….? Atau lg masih ada yg main Patok lele ga ya ? He he…
  • Sondha Siregar @ Nita Issuko : di resto eka kapti itu pertama kali sondha kenal minuman bersoda, RC… Sondha juga nonton faradilla Sandy nangis di sepanjang Ratapan Anak Tiri di misbar WB alias Wira Bima… Karena hujan, penonton pada neduh, umpel2an… kita yang kecil2 rasa tenggelam…
  • Rio Lardes Siregar @ Eva Sulaiman….sahabat masa kecilku….banyak bana kanangan masa lalu yo…..ambo kadang2 takana jo siapa lari2………rupanya samo Eva yo.!!!!ha ha ha ha ha ha
  • Hotma Hasibuan Pekanbaru kota betuah tempat lahirku. Dulu masih banyak pepohonan hasilkan udara yg bersih. Teman2 kecilku pada riang bermain sepuasnya dijalan Gajah Mada depan rmh Nita apalagi dihari minggu pagi. Ada yg serius lari pagi saking seriusnya dia ga balik balik lg ya….itu si...bang Aji….he he….
  • Rudi Fajar Merasa paling hebat sedunia ketika sukses naik sepeda lewat kulim (Hang Tuah-Kulim-Harapan Raya). Pergi pagi sampai di rumah siang (haus dan lapar). Serasa keliling dunia
  • Rio Lardes Siregar Jln Diponegoro…….tempat ku dikejar2 polisi lantas yg bernama Muslim….kasihan juga dia, motornya besar kalau aku sudah mau dapat…median jalan ku lompat aku pindah jalur sebelah sambil mengeluarkan lidah biar pak polisinya ngejar lagi….ha ha ha ha ha…..kalau pak polisinya masih ada aku mau minta maaf dan traktir dia makan, biar dia kuat kejar2 aku lagi………..
  • Hotma Hasibuan Pak Muslim masih ada Yo
  • Parlindungan Ravelino oia..hampir lupa..tukang photo polaroid instant di seputaran kaca mayang dan depan pom bensin jln sudirman…pada kemana ya mereka..
  • Sondha Siregar @ Rudi Fajar : rasa berpetualang yaa… Sondha naik sepeda dr rumah jl durian ke dipo dulu, terus lewat lieghton sampai ke camp caltex..
  • Sondha Siregar dulu mereka masih suka di pinggir jalan di depan kaca mayang, bang Parlindungan Ravelino… terutama si Am, langganan abang… Tapi sekarang entah dimana lah mereka nongkrong.. ditambah lagi tugu selais sudah berpagar…
  • Sondha Siregar @ Nita Issuko : ingat kah kita saat TK naik sepeda hias…? Emak2 kita sibuk berjalan di samping kita, mengiringi…
  • Adrini Issuko Sondha: kendaraannya paling kereenn… Kalo kami jadi tukang becak waktu itu… :DНii˚⌣˚нii˚⌣˚нii..
  • Sondha Siregar @ Nita Issuko : justru Nita yang sepedanya pakai atap… sepeda Sondha tomboy kayak orangnya.. hehehe..
  • Adrini Issuko Wkt kelas 1, dadakan nyanyi di RRI, pemain pianonya adalah bang Joni wkt itu kls 5. Lagu yg dibawakan Kucingku ♡S[α̲̅]y[α̲̅]ng♡. Waahhh musiknya ngebut bangeett…., tak bisa diulang krn live… Sampai di rumah merajuk.. Nyanyinya jadi jelek… :DНii˚⌣˚нii˚⌣˚нii
  • Adrini Issuko Sondha: wkt karnaval ada yg pake pesawat2n, siapa ya? ☆Nîtα☆ lupa2 ingat.. Atau sepedanya Boni kalee?? Pokoknya keren abizz deh.. :Dhέhз:phέhз:
  • Isnayana Wied Subarjo Hahahahahahaha…. kalau sepatu rodaan di kantor gubernur lama, kak nita ikut nggak rud? Nggak kayaknya ya
  • Isnayana Wied Subarjo Hahahaha, iya kak, kami tau nyo… cuman mengingat aja. Gitu dang… hahahahaha
  • Adrini Issuko Wiwied: ndeee.. Rindu kami jadinya dengar bahasa Pekanbaru tu haa..
  • Sondha Siregar Nyooo, Dang, Doo… Ndeeee… Ndak age dooo...
  • Adrini Issuko Ada lagi Wied: icak2nya… ini haa…ga telap.. Tak ada doo…Sering teringat dg bahasa2 itu…
  • Isnayana Wied Subarjo Hahahahaha… iyaaa, ah, pengen pulang jadinya dang… pasti ‘jumpa’ sama orang2 tu hahahha, loyo tekak kata atuk2 tu

    Adrini Issuko Ndeeee…. Wiwied mau pulang? Kami mau ikut la.. Masak pula kami tak diajak… Tak aci dooo….

     Isnayana Wied Subarjo Hahahahaha… mana pulak ndak ajak-ajak… ayoklah ikut sama kami... kan kita ndak igek do… hahahha
  • Isnayana Wied Subarjo Bang rio… bagus cuman dikejar pak muslim, daripada dikejar si sulan... hehehehe
  • Sondha Siregar Bang Aji dgn seragam hansip lengkap dan nama “Soeripto” di dada, sulan, antok2 yg mutar2 kota naik sepeda ontel, Amir si tukang minyak keliling naik sepeda berhelm kuning…. Mereka mewarnai kota kita jd lebih meriah.
  • Isnayana Wied Subarjo Kak sondha… Bang aji pakai seragam pramuka kak… Hehehehe bener nggak? Bang rudi fajar yg hapal tuh secara sohibnya hahahaha
  • Sondha Siregar @ Isnayana Subarjo : bang Aji punya baju pramuka, baju hansip, bahkan baju putih gubernur lengkap dgn “jengkol” di dada kiri… . Entah siapa lah yg ngasi dia ide utk berpakaian spt itu… jgn2 Rudi Fajar…
  • Lusi Ariani Dah meninggal smw nya tu Son, tinggal si Amir masih Istiqomah naik sepeda n jualan myk…..aku paling takut klo dia lewat dpn rmh, langsung serondok
  • Sondha Siregar @ Lusi Ariani : dulu waktu kecil, sangkin takut sama Amir…, begitu ngeliat dia di kejauhan… sondha ngumpet di gorong2… hehehe…,
  • Adrini Issuko Kalo pintu rumah terbuka, eh tau2 udah ada Bang Aji sambil berpidato dan bernyanyi… Kita semua terhibur dg alunan bang Aji… Kalo bang Aji udah ga ada, mdh2n skg ada di tempat yg indah.. Aamiin
  • Adrini Issuko Wiwied: Hªª:D Hªª;) Hªª:p Hªª:D Hªª:* ……. Ondee janganlah igek2 lagi, tak enak dooo igek2 tu…. Cemana lah….
  • Sondha Siregar @ Nita Issuko : Amir yg kami bicarakan itu tukang minyak keliling, naik sepeda, pake helm proyek warna kuning, wajahnya ada totol2… orgnya tak jelas bicaranya… jd bikin anak2 kecil takut…
  • Isnayana Wied Subarjo Hehehe, kak sondha, itu belum bikin takut, yg bikin takut itu kalau ada pembangunan jembatan ada “potong leher” berkeliaran hahahaha, belum lagi ‘cindaku’ biar anak2 gak pada camping…
  • Sondha Siregar Iya ya Wied, entah kenapa laahh isu potong leher buat jembatan, cindaku pengisap darah bayi sering diucapkan utk menakut2i kita2 yg lasak saat kecil… belum lagi hantu di sembat.., yg bikin terpontang panting klo jalan kaki di samping Riau Hotel
  • Adrini Issuko Sondha; betul…betuul… Wkt masih kecil ada yg namanya Sulan… Ndeeee.. Takuuik dang…bisa terbirit2 melihat Sulan tu ha…
  • Rudi Fajar Ha ha semuanya betul. Dan juga ngeri kalau dengar cerita pelasik
  • Isnayana Wied Subarjo Nah, kalau kenangan tokoh… pasti semua tahu yg kita hormati dan banggakan om / bapak / atuk / mantri Hamid... dokter semua anak2 pekanbaru, sama om paidjan asistennya… doa terbaik untuk mereka selalu.
  • Isnayana Wied Subarjo Hahahaha ayo rud… sekalian tentang orang bunian / bunyian… hahahaha
  • Rudi Fajar Aduhh… cerita pelasik ya… Pelasik itu orang yg nggak punya belahan di atas bibir (apa tu disebut), dan pelasik itu suka nyedot darah terutama anak bayi… Hiiiii seram…. tadi sdh coba tanya Mbah Google nggak ada info tambahan ha ha ha
  • Sondha Siregar Oom Hamid, mantri yg praktek di poliklinik polisi jg menjadi perawat kesehatan keluarga kami.. sondha klo ke sana, kerjanya masuk ke ruang obat…, mungutin sendok2 plastik dr kardus tempat sampah mereka.. kadang mengamati yg kerja menggiling pil2 obat.
  • Isnayana Wied Subarjo Walau nggak punya tempat rekreasi yg hebat, tetep ngangenin, selain stanum dan petapahan, kalau ke airport sambil mampir di soto simpang tiga aja udah seruuu… Ada es doger merahnya
  • Lusi Ariani Betul…betul,,,betul,,,,,(y) walopun t4 rekreasi ga byk, tp t4 kuliner jaman dlu teuteup ngangenin, kongkow2 di bakwan sumatra, n paling fav pecel sutomo 45 n bakso Cikidin gg Pelita….malah ada sohib yg jadian disana
  • Sondha Siregar Dulu klo makan2 malam, biasanya ke medan ice cream, gelas mas, losmen pekanbaru, rempah sari..
  • Isnayana Wied Subarjo Kalau perlu barang kelontong ke toko apollo atau indola hahahaha…

Red Bean di Pekanbaru

read-beanKemaren siang, Tati ngajak Venny, junior di kantor lama, buat makan siang bareng.  Udah lama kita gak makan bareng, padahal waktu tati masih kerja di kantor lama, almost everyday..  Ya iyalah, wong seruangan, dan  cuma berdua pula perempuan di ruangan itu…

Setelah Tati jemput, Tati nanya ke Venny mau makan ke mana niyy..  Tati lebih nyerahin piilhan ke Venny karena si nona yang satu ini gak doyan yang maniz-maniz.., sementara klo Tati siyy gak masalah..  Makanya gembull.. Hehehe..  Tadinya siyy Tati pengen ngajak ke ayam penyet Ria, secara kita seneng dengan sambelnya..

Tapi Venny bilang, “Kak, kata teman Venny ada resto baru lho di Jl. Gatot Subroto.  Namanya Red Bean.  Katanya siyy  makanannya layak untuk di-rekomendasi deh..  Menunya sapi lada hitam, ya yang gitu-gitu deehhh…”  Tati yang emang seneng nyoba tempat makan baru, ayuuhh ajahhh..  So, pergilah kita ke Jl. Gatot Subroto Pekanbaru.. Ternyata tempatnya berupa bangunan baru, dengan fasad masa kini, simple dan asimetris..  Pokoknya kesannya modern..  Waktu Tati dan Venny sampai di situ sekitar jam 12-an, belum ada tamu, pelayannya masih duduk-duduk menunggu..   Saat kami masuk, seorang pelayan membuka pintu dan mengucapkan.. “Guest is coming….!!!”  Chieeee…..

Resto ini ternyata baru berumur 3 bulan, dan bagian dari jaringan resto yang bernama sama dan menyebar di beberpa kota besar di Indonesia.  Interiornya bagus tapi gak terlalu istimewa ya..  Hampir sama dengan interior  Solaria atau Rice Bowl.

Kami  ngambil posisi duduk di pojok, lalu memilih-milih menu di buku menu yang dibawakan pelayan.  Tati dan Venny lalu memilih sapi lada hitam, cumi goreng tepung serta tumis po’cai dengan jamur shitake, plus nasi.  Minumnya juice belimbing buat Tati dan lemon tea buat Venny.  Kami gak menunggu lama, minuman dan makanan segera datang…

cumi-goreng-tepungsapi-lada-hitam

pokcai1

Makanannya, hmmmmm enak..  Bumbunya paaass di lidah…  Enggak berlebihan..  Beneran layak direkomendasikan…  Porsinya juga psa gak berlebihan.  Dua lauk dan satu sayur cukup buat makan berdua..

godd-price-4-great-lunchSaat kita menunggu makanan datang seorang pelayan meminta kita mengisi questioner evaluasi terhadap pelayanan, makanan dll. Setelah selesai makan, kita mengisi questioner tsb.  Untuk pelayanan kita menilai baik, makanan kita nilai excellent. Lalu dibagian akhir disediakan ruang untyuk menjawab pertanyaan “how we can serve you better?”.  Tati dan Venny sepakat mengisinya dengan kalimat “by give us cheaper price for better food quality“.  Hehehe…  Emang harganya relatif mahal buat  “lunch” ukuran Pekanbaru.

Dengan menu yang kita pesan, dan porsi yang gak gede-gede amat, kita di-charge sekitar Rp.135 ribuan.  Kayaknya setara deh dengan resto Rice Bowl di Mall Seraya Pekanbaru.  Sekitar 2 minggu yang lalu Tati makan di situ bertiga, dengan 4 menu termasuk bebek panggang, 2 nasi putih, 1 nasi hainan, 3 juice dan seporsi singkong Thailand sebagai desert, kita dicharge Rp.300 ribuan.  Kalo untuk ukuran Jakarta buat lunch segitu kayaknya ok lah yaa.., tapi kalo buat ukuran Pekanbaru kayaknya belum…  Mungkin itu sebabnya resto ini sepi.  Selama kami di situ, hanya ada 2 orang tamu lain..  Sayang kan kalo resto ini nantinya harus tutup karena jumlah pengunjung yang sedikit..  Kalo harganya lebih ramah, dengan makanan yang tetap bahkan lebih enak, kayaknya pengunjung yang datang akan lebih ramai..

Pekanbaru dalam Kenangan…

Ini adalah postingan buat Susan Ashley alias Susan Awuy alias Uchen, teman se-jurusan saat kuliah di Bogor.  Kita beberapa minggu yang lalu  ngobrol by Facebook.  Uchen nanya2 tentang beberapa tempat di Kota Pekanbaru yang tersimpan kuat dalam memorynya. Ternyata Susan yang lahir dan sempat menghabiskan masa kecilnya di Rumbai, sebuah daerah di wilayah Kota Pekanbaru yang menjadi pemukiman dan perkantoran bagi PT. Caltex Pacific Indonesia (sekarang PT. Chevron Pacific Indonesia), ternyata rindu dengan kota ini..  So, Tati berjanji bercerita tentang sisi Kota Pekanbaru yang sempat kita bicarakan..

So, my dear Uchen.. This is the memory of Pekanbaru, our beloved town…

sukaramai_dulu

Ini adalah gambar bagian depan Pasar Pusat Kota Pekanbaru jaman dulu.  File digital photo ini Tati dapat dari men-scan koleksi photo bagian Humas Pemko Pekanbaru, saat Tati beberapa tahun yang lalu ditugaskan membuat bahan presentasi kepala daerah.  So, buat pemilik hak cipta photo ini, dengan sepenuh hati Tati mohon izin untuk mempublikasikannya…

Pasar ini dari dulu merupakan pusat kota Pekanbaru, dan berada di jalan Jendral Sudirman yang membelah pusat kota, mulai dari daerah Simpang Tiga sampai di tepi Sungai Siak.

Di deretan ini dulunya ada toko obat, toko buku, tukang koran/majalah, toko jam dan juga toko Fauzi, yang menjual pecah belah (kamu tau dan ingat tentang toko ini, Chen?).  Tati kecil kerap sekali ke toko Fauzi, karena almarhum ibu biasa belanja di toko ini baik untuk memenuhi kebutuhan rumah, maupun untuk membeli kado buat pesta2 perkawinan.  Zaman itu kalau ada yang pesta biasanya orang memberikan kado, bukan “angpau” seperti sekarang.  Tati bahkan ingat almarhum ibu pernah membelikan satu set peralatan makan dari melamin dengan gambar disney character di toko ini, juga sebuah boneka Panda yang cantik..  Hmmmm, dimana ya boneka ini sekarang…? I really miss it…

Tati gak tau kapan pasar ini berdiri, Tapi sejak Tati nyadar tentang lingkungan di kota ini, pasar ini sudah ada..  Deretan toko  di photo ini sebenarnya berumur cukup panjang, karena pasar yang dibagian belakangnya malah sempat dibongkar dan dibangun kembali, sebelum akhirnya sama-sama  dimusnahkan untuk dijadikan Plaza Sukaramai.

Toko Indola dan Benson, seperti yang kita bicarakan…?   Hmmm toko2 itu dulunya berada di jalan HOS Cokroaminoto, atau dari deretan toko-toko yang ada di photo di atas kita tinggal belok kiri..  Ya.., di jalan HOS Cokroaminoto memang terdapat sederet toko-toko yang sangat prestisius di tahun 1970-1980-an di kota Pekanbaru..  Sekarang toko-toko yang dideretan kedua toko itu udah gak ada lagi… Sudah menjadi pelataran parkir Plaza Sukaramai.  Deretan yang di seberangnya masih ada, tapi udah gak seprestisius dulu lagi..

Tati yakin Uchen ingat banget dengan Studio Photo & Washery Jaya Baru yang tepat berada di seberang Toko Indola,..  Ya…, karena dulu di samping toko itu adalah tempat parkir bus Caltex yang membawa orang-orang Rumbai turun belanja ke Pekanbaru setiap hari Sabtu..

Toko Indola, adalah toko yang menjual pakaian dewasa, remaja dan anak, tas, jam tangan, accecories bahkan mainan anak yang semuanya barang-barang dari luar dengan model dan kualitas yang tinggi..  ini adalah tempat belanja paling bergengsi di zamannya..  Tati ingat toko ini pada generasi kedua dimiliki oleh Tante Jenny, yang entah sudah dimana kini.  Sebelum toko ini tutup, si Afung ipar Tante Jenny yang mengelola toko ini bilang Tante Jenny menetap di Singapore. Setelah Tati besar dan ngobrol dengan banyak teman, Tati akhirnya tahu ternyata dulu banyak orang yang gak berani menginjakkan kaki di toko ini, sangkinkan prestisiusnya..

Di sebelah toko Indola adalah Toko Benson.  Tati gak ingat siapa nama pemiliknya.  tapi Tati sempat tau bahwa salah seorang putra pemiliknya sempat menikah dengan Tante Jenny, pemilik Toko Indola generasi kedua.  Yang jelas laki-laki dari keluarga pemilik toko Benson ini mirip-mirip : gendut-gendut, bulat dengan rambut pada tipis…   Tati gak heran kalo kakak2 Uchen ngeledekin kalo Uchen adalah anak pemilik toko ini yang diambil oleh orang tuanya…  Hehehe…

Toko Benson menjual makanan kering.  Kamu ingat gak deretan toples kaca yang gede2 berisi biskuit, kacang-kacangan dan permennya…?  Hmmmm… Aku yakin, kamu kenal permen kojak, chelsea, fox dan pocky-pocky di toko itu, seperti juga aku.  Hehehe…

Pemilik Toko Benson ini juga memiliki Toko Mewah, sebuah toko yang berada di seberang deretan Toko Benson, tapi lokasinya agak ke dekat jalan jendral Sudirman, cuma beberapa toko dari Rumah Makan Kota Buana, yang kelezatan nasi bungkusnya tetap kamu ingat sampai sekarang… Hehehe..  Toko Mewah ini juga gak ada lagi..

Di sebelah toko Benson ada kedai kopi, tapi Tati gak ingat namanya.  Seingat Tati, Tati hanya pernah sekali masuk ke kedai kopi itu, saat bosan menunggu almarhum ibu belanja.  Lalu Toko Life, yang seperti juga toko Benson menjual makanan kering.  Tati ingat, selalu singgah di toko ini untuk membeli ice cream flipper atau woody.  Hmmmm… , Tati masih ingat es woody rasa orange yang seger banget…  Toko Life sekarang juga gak ada lagi.  Tapi menantu pemilik toko ini, Suzy, adalah salah satu pemilik boutique yang cukup punya nama di Pekanbaru saat ini : La Moda.

Di samping Toko Life ada Toko Bali.  Toko ini seperti juga Toko Indola menjual pakaian dll, tapi plus perlengkapan golf.  Tati ingat…..  almarhum ibu membelikan Tati bola golf di toko ini untuk….. main kucing-kucing alias bekel..  Hehehe..  Ukuran dan pantulan bola golf emang enak banget buat main kucing-kucing…

Di samping Toko Bali, ada Studio Photo Hollywood.  Studio ini sangat terkenal di Pekanbaru karena hasil karyanya yang bagus dan everlasting..  So, banyak sekolah yang merekomendasikan anak muridnya untuk membuat pasphoto buat ijazah-nya di sini.. Tati membuat pasphoto ijazah TK, SD, SMP, SMA dan Universitas di sini.  Pada kesempatan pulang ke Pekanbaru setelah lulus ujian tapi belum wisuda (jarak ujian dengan wisuda sekitar 3 bulanan), Tati sempat-sempatin bikin photo di sini..  Hasil karya Hollywood, bisa dilihat di sini...  Studio Photo Hollywood masih ada sampai saat ini, lokasinya sekitar 50 meteran dari depan Toko Indola.

Di samping Toko Hollywood adalah Toko Buyung, satu-satunya toko di deratan itu yang pemiliknya urang awak.  Toko ini menjual pakaian dan kelengkapannya bahkan juga koper.  Kamu tau gak siyy Chen, kalo Toko Buyung ini awalnya berada di Boom Baru.  Itu lho deretan toko-toko dekat jembatan lama yang menghubungkan bagian kota Pekanbaru dengan Rumbai.  Jembatan yang dibuka jam 6 pagi dan sore supaya kapal-kapal bisa lewat..

Kota ini sudah berubah,  banyak bangunan tua yang telah musnah ditelan zaman dan kalah dengan kepentingan ekonomi.. Tapi kenangan masa kecil yang indah yang bertebaran di pojok-pojok kota ini akan selalu tersimpan dalam diri kita..   Keindahannya akan selalu mengisi reluang hati kita…

Ini ada beberapa blog yang memuat photo2 beberapa sisi kota Pekanbaru..

  1. Diversity in Harmony

2.  Selamat Datang

Mudah2an kita bisa ngobrol lagi tentang kota ini dan perkembangannya ya…