Rama dan Shinta

Ini tulisan dari postingan ku di FB tgl 23 Juni 2013 yang lalu.   Sebuah postingan yang menurutku (menurut aku, lho ya) perlu untuk jadi masukan bagi kita, untuk memahami makna cinta. pletaaaaakkkkkkk !!!  😀 Semoga bermanfaat.

Aku tahu kisah Rama dan Shinta dari komik yg dibuat RA Kosasih, di usiaku sekitar 10 tahun.
Entah mengapa di pikiranku, mereka hidup bahagia setelah uji kesucian dengan api dijalani oleh Shinta.  Ternyata, hidup Shinta berakhir dengan tragedi, karena Rama yang gagah ternyata berhati rapuh. Rama tak mampu mempercayai istrinya yang berpuluh tahun mengabdi dan menunjukkan kesetiaan sebagai istri.

Padahal Cinta dan kepercayaan bagai sekeping mata uang.  Punya 2 sisi.
Terikat tak terpisahkan, satu kesatuan.

Cinta memang bisa datang tanpa preambul, tanpa kata-kata pembuka, tanpa basa basi. Cinta bisa datang tanpa bisa dijelaskan mengapa dia hadir pada orang-orang yang secara logika tak mungkin saling jatuh cinta.  Cinta bisa membuat orang-orang kehilangan rasionalitas, menempuh hujan, badai, gunung, lautan, melakukan segalanya demi yang katanya bernama cinta.

Tetapi,  cinta yg sesungguhnya adalah cinta yang rasional, yang diikat dengan rasa percaya.
Percaya bahwa orang yg dicintai akan memberikan yg terbaik bagi cinta.
Rasa percaya yang terbentuk sebagai hasil proses yang terjadi di setiap detik perjalanan cinta.  Rasa yang tidak bisa hadir secara instant.

Bagaimana bisa kita katakan kita mencinta bila kita tak menjadikan diri sebagai orang yang bisa dipercaya oleh orang yang kita cintai?

Sesungguhnya bila tiada upaya menjadikan diri sebagai orang yang bisa dipercaya, tempat jiwa kekasih hati bisa berlabuh, itu bukan lah cinta yang sebenar-benar cinta. Tiada kan abadi.

pikiran di pagi hari setelah sehari sebelumya membaca “Percayakah Kau Padaku?”  karangan Tere Liye dalam novel  beliau “Sepotong Hati Yang Baru”

Catatan Hati Seorang Istri

Aku menemukan buku ini pada tanggal 09 Juni 2013 di sebuah rak di TB Gramedia Pekanbaru.. Dan membacanya secara mencicil selama dalam penerbangan2 saat aku liburan ke Thailand pada bulan Juni 2013…

Buku ini merupakan non fiksi yang ditulis ulang, dikompilasi oleh ibu Asma Nadia ..   Aku juga pernah menulis catatan kecil tentang buku ini di FB-ku… , tapi aku akan coba menulis lebih detil di sini..

Seperti yang pernah ku tulis, buku ini memang  bagus utk dibaca, oleh para istri, perempuan yg belum menikah, juga para lelaki.. Kenapa…?

DSCN2119Karena…., menegakkan rumah tangga bukan lah hal yang mudah,.., Dan rumah tangga selalu menjadi ujian besar bagi para istri untuk menggenapkan setengah dari imannya…

Buku ini menceritakan pengalaman para istri dalam menjalani cobaan-cobaan yang terjadi dalam rumah tangga, ketika suami berselingkuh, atau ingin berpoligami, serta langkah-langkah yang telah mereka lakukan untuk menyelesaikan masalahnya.  Tentu penyelesaian dengan jalan yang sesuai aturan agama, dalam hal ini Islam..

Buku ini memberi sisi pandang tentang hal atau situasi yang mungkin tak pernah terbayangkan akan terjadi dalam kehidupan kita para perempuan saat kita memutuskan akan menikah..  Jadi dengan membaca buku ini kita bisa melihat bahwa kemelut yang terjadi bukan hanya pada diri kita..  Kita juga bisa punya referensi langkah-langkah seperti apa yang bisa kita lakukan, tentu dengan penyesuaian terhadap kondisi dan situasi yang terjadi pada diri kita..

Namun….,  di dalam buku ini kita bisa melihat bahwa penderitaan para istri acap kali disebabkan oleh sikap dan tindakan perempuan lain..  Ya..,, ternyata selalu kaum kita sendiri yg menjadi peran pendukung dalam ujian2 yang hadir dalam kehidupan para istri.. Kaum kita sendiri yg menggerogoti, menyakiti hati perempuan lain yang telah berstatus istri…

Ya…, kaum ku, kaum perempuan, kalau jatuh cinta sepertinya sering kali menjadi buta, dan menerima ucapan lelaki yang menjadi kekasih hatinya sebagai kebenaran mutlak..  Si lelaki menjadi matahari, bulan sekaligus bintang di hati dan pikiran, sehingga tak mau membuka mata, hati dan pikiran terhadap kebenaran yang sesungguhnya..  Bahkan menargetkan si lelaki harus menjadi miliknya dengan segala cara, bahkan dengan menutup mata, telinga bahkan hati..

Ini beberapa kisah yang ku tahu pernah terjadi…

1.  Ada perempuan belia, yang begitu tahu kekasihnya ternyata sudah menikah dan punya istri, yang dia lakukan bukan meninggalkan si lelaki dan melanjutkan hidupnya.. Tetapi dia justru mengejar si lelaki, bahkan melakukan tindakan-tindakan yang terus menerus menyakiti hati si istri, dengan harapan si istri sakita dan tak sanggup meneruskan pernikahan…   Astagfirullah al adzim…

2.  Ada perempuan yang bisa berkata pada istri lelaki yang pernah jadi kekasihnya, “Kalau kamu nanti cerai, kasi tau aku, ya…” Astagfirullah al adzim…

2.  Ada juga perempuan yang sudah berusia matang, yang pernah mengalami kegagalan rumah tangga, yang memutuskan tetap menjalin hubungan dengan lelaki yang dia ketahui sudah punya istri..  Bahkan dengan berani menulis status di media sosial, “Pacaran dengan brondong itu biasa.. Pacaran dengan suami orang, itu baru luar biasa dan menantang.”  Innalillahi..

3.  Ada juga perempuan yang setelah tahu bahwa lelaki yang melamar dirinya adalah suami perempuan lain, justru dia bersedia untuk dipoligami.. Saat si istri menolak untuk dipoligami, dan ingin berpisah saja, si perempuan lalu mendekati si istri dengan mengaku sebagai sahabat si lelaki.., Menasehati agar bersabar menghadapi tingkah laku suami, dan tak usah meninggalkan si suami karena permintaan poligaminya.., Dia juga  mengatakan apakah suami akan berpoligami atau tidak itu adalah takdir Allah, dan jangan lah bercerai hanya karena tak mau dipoligami suami..

4.  Ada juga perempuan yang tahu bahwa laki-laki yang mendekati dan melamar dirinya ternyata suami perempuan lain..  Tindakan yang dia lakukan bukannnya pergi, dan mengingatkan si lelaki akan tanggung jawabnya.  Tapi malah menghbungi si istri dan mengatakan ingin bersilaturahmi sebagai sesama istri dari si lelaki.  Gubrrrrraaakkksssss…   Padahal saat itu sebenarnya  dia belum menikah (siri) dengan si lelaki..  Bahkan setelahnya dia mengirim pesan agar si istri bersabar, tetap tersenyum dan melupakan orang yang menyakitinya..  Entah laahh…

Mungkin ada banyak cerita yang lebih mengerikan tentang ujian rumah tangga terhadap para istri..  Tapi apa pun, bagaimana pun itu, sebaiknya kita para perempuan berhati-hati agar tidak berkontribusi menyakti hati para istri..

Di halaman 286 buku ini ada tulisan yang menurut saya bisa jadi masukan bagi para perempuan yang menyatakan dirinya bersedia dipoligami..

“Tentang poligami, harus dilihat… siapa yang melakukannya.  Benarkah poligami tersebut dilakukan seseorang yang memiliki pemahaman agama dan berakhlak baik (implementasi iman)? Bukan sekedar dilakukan orang yang merasa jatuh cinta dan mencari wadah agar maksiat yang mungkin malah sudah terjadi menjadi halal?”

Buku ini juga baik dibaca oleh para lelaki, menurut saya…  Mengapa..?

Agar laki-laki yang katanya berasal dari planet yang berbeda dengan perempuan, bisa melihat dan memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan para istri saat mereka menghadapi perselingkuhan suami atau si suami minta agar diizinkan berpoligami..

Pada halaman 21 – 24 ada tulisan tentang pikiran seorang lelaki tentang poligami…

Menurut lelaki tersebut, “Kalau saya menikah lagi, itu murni karena saya suka dengan gadis itu.  Saya jatuh cinta. Titik.”  Jadi bukan karena untuk melindungi perempuan-perempuan yang semgsara… Atau untuk membantu para perempuan menegakkan imannya…  Sama sekali bukaaaaaaannnnn…..

Tapi kemudian si lelaki juga berkata…

“Jika saya menikah lagi ; pertama, kebahagiaan dengan istri kedua belum tentu… karena tidak ada jaminan untuk itu.  Apa yang di luar kelihatannya bagus, dalamnya belum tentu.  Hubungan sebelum pernikahan yang sepertinya indah, belum tentu akan terealisasi indah.  Dan sudah banyak kejadian seperti itu. 

Yang kedua, sementara luka hati istri pertama sudah pasti, dan itu akan abadi.  …

Sekarang, bagaimana saya bisa melakukan sebuah tindakan untuk keuntungan yang tidak pasti, dengan mengambil resiko yang kerusakannya pasti dan permanen?”

Hmmmm…..

Tapi di dalam buku ini, tak seluruhnya berisi cerita buruk tentang pernikahan bagi para istri..  Ada juga cerita tentang seorang suami yang tidak mau mempoligami atau menceraikan istrinya yang diserang penyakit cacar sehingga kehilangan kecantikan fisiknya…  Ada juga tentang seorang suami yang memilih menduda sampai akhir hayatnya setelah si istri meninggal, karena rasa cintanya, karena kebaikan-kebaikan yang telah diukir sang istri di sepanjang pernikahan mereka..  Ada juga cerit-ceritaa tentang istri yang sangat berduka karena meninggalnya suami yang begitu baik terhadap mereka…

Dari semua catatan yang ada di buku ini, KESABARAN DAN BERPEGANG KEPADA ALLAH adalah jalan dan langkah yang terbaik..  Bila masih banyak kebaikan dari pasangan yang berpotensi untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang, bertahanlah..  Berjuanglah untuk menegakkan rumah tangga.. Namun ketika pernikahan itu hanya mendatangkan kemudharatan, perceraian, tindakan yang halal namun dibenci Allah, bukan lah hal yang tak boleh dilakukan…

Namun…., saya tahu, sangat tahu BERSABAR itu tidak semudah membalikkan telapak tangan…  Tapi kita harus mencoba, mencoba dan mencoba…, meski luka menganga, dan sakitnya tak terkatakan…  ***

CINTA – Sang Nabi…

Ini adalah larik-larik “sekelumit perbendaharaan kebenaran” tentang CINTA yang ditulis oleh Kahlil Gibran dalam bukunya Sang Nabi.  Di Indonesia, ada beberapa orang yang pernah menterjemahkan buku ini.  Tapi terjemahan yang aku sukai adalah terjemahan Sri Kusdiyantinah, yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya.

Aku juga punya buku ini dalam versi English, The Prophet.  Hadiah dari Linda, sahabatku saat kami sama-sama lulus dari IPB tahun 1992.

Pabila CINTA memanggilmu, ikutilah dia,
Walau jalannya terjal  berliku-liku.
Dan pabila sayapnya merangkummu,
Pasrahlah serta menyerah,
Walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu.
Dan jika dia bicara kepadamu, percayalah, walau ucapannya membuyarkan mimpimu,
Bagai angin utara megobrak abrik petamanan…
Sebab sebagaimana CINTA memahkotaimu, demikian pula dia menyalibmu.
Demi pertumbuhanmu, begitu pula demi pemangkasanmu..

Sebagaimana dia membubung, mengecup puncak-puncak ketinggianmu,
Membelai mesra ranting-ranting terlembut yang bergetar dalam cahaya matahari,
Demikian pula dia menghujam ke dasar akarmu,
Mengguncang-guncangnya dari ikatanmu dengan tanah..

Demikian pekerti CINTA atas diri manusia,
Supaya kau pahami RAHASIA HATI,
Dan kesadaran itu menjadikanmu SEGUMPAL HATI KEHIDUPAN.

Namun jika dalam kecemasan, hanya kedirian CINTA dan kesenangannya yang kau cari,
Maka lebih baiklah bagimu menutupi tubuh lalu menyingkir dari papan penempaan,
Memasuki dunia tanpa musim,
Dimana kau dapat tertawa namun tidak sepenuhnya,
Tempat kau pun dapat menangis, namun tidak sehabis air mata..

CINTA tidak memberikan apa-apa, kecuali keseluruhan dirinya, utuh penuh..
Pun tidak mengambil apa-apa, kecuali dari diri sendiri.
CINTA tidak memiliki atau pun dimiliki,
Karena CINTA telah cukup untuk CINTA..

Pabila kau menCINTAI, janganlah berkata :
“Tuhan ada di dalam hatiku”
Tapi sebaiknya engkau merasa :
“Aku berada di dalam Tuhan”

Pun jangan mengira bahwa kau dapat menentuka ARAH CINTA,
Karena CINTA, pabila kau telah dipilihnya,
Akan menentukan perjalanan hidupmu..

CINTA tiada berkeinginan selain mewujudkan maknanya..
Namun jika kau menCINTAi disertai berbagai keinginan,
Ujudkanlah dia demikian :
“Meluluhkan diri, mengalir bagaikan kali, yangmenyanyikan lagu persembahan malam,
Mengenali kepedihan kemesraan yang terlalu dalam,
Merasakan luka akibat pengertianmu sendiri tentang CINTA;
Dan meneteskan darah dengan sukarela serta sukacita;
Bangun di fajar subuh dengan hati seringan awan,
Mensyukuri hari baru penuh sinar keCINTAan,
Istirah di terik siangmerenungkan puncak-puncak getaran CINTA;
Pulang di kala senja dengan syukur penuh di rongga dada;
Kemudian terlena dengan doa bagi yang terCINTA dalam sanubari,
Dan sebuah nyanyian puji syukur tersungging di bibir senyum..” ***

Sahabat…

Rindu akan larik-larik kata ini…  Kata-kata dari buku Sang Nabi yang pertama kali ku baca saat usia masih belia, 18 tahun, kalau tak salah ingat…  Kata-kata yang begitu indah dan menjadi inspirasi…

SAHABAT

Dan seorang remaja berkata,   “Bicaralah pada kami tentang Persahabatan”…

Dan dia  menjawab:
“Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih
dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.

Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya,
kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri,
pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”.
Dan bilamana dia diam, hatimu tiada berhenti dari mendengar hatinya;
karena tanpa ungkapan kata, dalam  persahabatan,
segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dibagi bersama,
dengan kegembiraan tak terkatakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Karena yang paling kau kasihi dalam dirinya,
akan tampak lebih jelas dari kejauhan,
bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki,
nampak lebih agung dari pada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan
kecuali saling memperkaya jiwa…
Karena cinta yang mencari sesuatu di luar misterinya, bukanlah cinta ,
tetapi sebuah jala yang ditebarkan,
hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu,
biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika  kau sentiasa mencarinya,
untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu,
bukan mengisi kekosonganmu.

Dan dalam manisnya persahabatan,
biarkanlah ada tawa ria dan berbagi kegembiraan..
Karena dalam tetes kecil embun pagi,
hati manusia menemui fajar dan gairah segar kehidupan.

Dedicated  buat sahabat-sahabatku, yang selalu bersama jiwaku, meski ada dianatara kita yang terpisah jauh, bahkan untuk waktu yang telah sangat lama…

Rasa……..

Rasa…… ? Iya…, rasa…, perasaan… Bukan Ice Cream Rasa yang ada di Jl. Tamblong Bandung, yang dulu sering aku kunjungi dengan adikku David… He…

So, ada apa dengan rasa, ada apa dengan perasaan…??? Ada apa dengan rasa ku, dengan perasaanku..

Aku tahu ada beberapa orang terdekatku yang sering menjadi tempat aku bercerita, melepas marah, tangis dan kecewa, serta sedikit tawa yang amat jarang mengisi hidupku 12 tahun terakhir..  Tapi aku juga mengerti bahwa mereka pun mungkin tak mengenal rasa ku secara utuh.. Mereka tidak tahu isi hati ku…  Mereka tidak mengerti gejolak yang terjadi di hati ku, luka-luka di hati ku…

Perjalanan hidup yang penuh liku membuat aku cenderung memendam rasa…, dan tak membiarkan orang-orang di sekitarku menjenguk ke tempat penyimpanannya..: hati  Bahkan aku cenderung menutup pintu2 dan jendelanya rapat2, agar tak banyak yang tahu apa isi sesungguhnya…, sementara jiwa berusaha tetap tegar menjalani kehidupan…

Tapi hati memang ruang pribadi yang sangat pribadi, yang mungkin hanya bisa dibagi dan dimengerti oleh pasangan jiwa..

Demi penyembuhannya, aku selalu mencari dan mencari obat bagi hati ku… Beberapa mingu yang lalu, sebuah perjalanan menghantarku ke sebuah tempat yang  dapat membantu menunjukkan jalan menghidupkan kembali hati… Sebuah tempat yang memberikan kesadaran bahwa kita tak bisa merubah apapun, kecuali diri kita… Sebuah tempat yang memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang selarik kata yang telah berbelas tahun terekam dalam otak ku.. “This Life is Yours, Take the power to make you happy, no one else can do it for you…”.   Subhanallah…

Lalu di awal upaya menghidupkan  kembali rasa, aku secara tak sengaja alias kebetulan (apakah memang ada yang namanya kebetulan dalam peredaran jagat raya ini??)  menemukan Perahu Kertas, yang  kubeli di 02 Desember 2009, namun lalu terabaikan  di tumpukan buku2 yang menanti dibaca di sebuah sudut di kamar ku..  Kertasnya mulai menguning…., seakan mengekspresikan rasa kecewa karena aku mengabaikannya… Aku lalu memutuskan untuk membacanya… Daaaaannnn, sungguh sulit mengalihkan mata ku dari lembar2 menguning itu…

Membacanya membawa aku ke dunia yang lain, dunia dimana rasa, perasaan diberi ruang untuk bertahta… Karena semua tokoh utama dalam ceritanya menggunakan hati sebagai pembimbing langkah mereka.., penentu keputusan2 mereka…

Buku yang sekilas berkesan “just a young love story” ini justru menguatkan keyakinan, bahwa sudah waktunya aku kembali masuk ke dalam hatiku, lalu membuka pintu dan jendelanya lebar2 agar mentari kembali bisa menyapa, membantu menyembuhkan  luka2 yang selama ini dipendam, sehingga hati bisa menjadi penuntun arah langkahku..   (Thank you Dee…, buku kamu indah sekali…)***

Habibie & Ainun

Buku Habibie & Ainun

Beberapa hari yang lalu, saat leyeh-leyeh di  satu pagi di akhir pekan aku melihat Prita Laura, salah seorang presenter Metro TV, mewawancarai Pak BJ Habibie di halaman rumah beliau di Patra Kuningan.  Content utama percakapan itu  adalah buku tulisan pak Habibie yang baru saja dirilis, Habibie dan Ainun.

Buku itu merupakan salah satu cara beliau untuk mengembalikan keseimbangan mental beliau karena kehilangan ibu Ainun, perempuan yang telah 48 tahun 10 hari mendampinginya.  Aku mengikuti wawancara tersebut, yang juga diikuti dengan wawancara terhadap Yanty Noor, istri almarhum penyanyi legendaris Chrisye, dan Tika Bisono, mantan putri Indonesia & psikolog terkenal yang kehilangan putrinya akibat serangan demam berdarah.

Aku sempat terkesima dan meneteskan air mata saat mendengar ucapan2  beliau, yang begitu mengekspresikan rasa cinta yang begitu dalam, rasa kehilangan yang begitu luar biasa.  Buat aku,  perempuan yang telah bertahun2 berhati batu terhadap hubungan pria dan wanita, it’s so amazing…..!!!  Luar biasa rasanya  ada laki-laki yang begitu mencintai istrinya.. Hari gini, ketika perceraian terjadi dimana-mana, ketika berita tentang perselingkuhan terdengar lebih sering dari jadwal makan obat yang 3 kali sehari…   Betapa luar biasanya pasangan ini merawat cinta mereka selama 48 tahun dan 10 hari kebersamaan..  I couldn’t  imagine their daily life…

Sesungguhnya saat pak Habibie jadi idola anak-anak di negeri ini karena kecerdasannya yang luar biasa, aku gak terlalu concern dengan keluarganya.. Aku tahu nama istri dan anak2nya, tapi gak perduli dan gak ambil pusing…   Tapi aku aware kalo ibu Ainun itu penampilannya sederhana, tidak pernah menonjol, apalagi terlihat sebagai seorang perempuan yang mengendalikan suaminya dari belakang, sebagai mana banyak ibu2 petinggi dan penguasa.  Bukan satu dua kali  kita mendengar istilah, “kalau si bapaknya direktur, maka istrinya adalah presiden direktur”.  Heheehehe… Bahkan Ismail Marzuki  pernah membuat lirik “Namun ada kala pria tak kuasa, bertekuk lutut di kerling wanita”..  Nahh hal itu tidak pernah nampak pada sosok ibu Ainun..  Aku juga mendengar aktivitasnya di Yayasan Orbit, tapi juga aku gak terlalu   concern, karena saat itu banyak sekali istri dan anak pejabat yayasan…

Saat berita berpulangnya ibu Ainun, aku baru tahu bahwa Pak Habibie dan Ibu Ainun nyaris tidak pernah berpisah selama 48 tahun 10 hari perkawinan mereka. Bahkan Pak Habibie tidak pernah meninggalkan rumah sakit bila ibu Ainun dirawat.  Saat itu aku baru aware betapa luar biasanya pasangan ini..;

Setelah mendengar wawancara Prita Laura dengan pak Habibie, aku terpikir untuk membeli dan membaca buku tulisan beliau, tapi aktivias yang cukup padat akhir-akhir ini, membuat aku lupa untuk membeli buku tersebut…

Hari Minggu 19 Desember 2010, begitu aku nyampe di rumahnya, Venny sahabatku yang selalu menyediakan tumpangan buat menginap bilang, “Son, kita ke Gramedia Grand Indonesia, yuukk.. Lagi ada discount 30%, karena ultah kedua toko itu..”  Jelasssss aku mau… Gramedia Grand Indonesia adalah salah satu toko buku terbaik dan terlengkap di Indonesia , yang aku tahu.. Masuk ke dalamnya bisa membuat aku larut dan lupa akan waktu…

Sebenarnya, niat awal ke Grand Indonesia selain liat2, juga mau nyari buku yang ng udah beberapa kali dicari di beberapa toko buku tapi gak ada. Sold out..  Nah, begitu nyampe di deretan rak buku agama Islam, aku juga menemukan buku yang aku cari.. Saat aku browsing di komputer yang disediakan toko untuk mengecek jumlah ketersediaan buku dan lokasi raknya,  ternyata buku yang aku mau lagi kehabisan stock.. Sold out again..!!

Aku lalu mulai melihat kiri kanan, mencuci mata…  Tiba-tiba, mataku melihat tumpukan buku “Habibie & Ainun”..  Setekah menimbang dan menimbang, apalagi dengan adanya discount 30%, aku akhirnya mengambil buku ini.  Buku ini dibandrol Rp.80.000,- setelah discount haganya jadi sekitar Rp.56.000,- Lumayan bangetsss….

Begitu sampai di rumah Venny, meski mata mengantuk, aku mulai membaca halaman demi halaman buku ini..  Ternyata isinya luar biasa… Bahkan di dalam taxi yang membawa ku ke tempat2 yang aku tuju untuk menjalankan kegiatan yang direncanakan sejak di Pekanbaru, aku pun tetap mengangsur untuk membacanya..  Hanya dalam waktu sekitar 36 jam, termasuk berkerja dan berkegiatan, aku dapat menyelesaikan buku dengan 323 halaman ini.

Ini bukan prestasi luar biasa, di zaman masih kuliah di Bogor aku bisa menyelesaikan buku  Sydney Sheldon yang bercerita tentang Jeniffer Parker si pengacara perempuan muda usia, dengan jumlah halaman nyaris 500 dalam waktu sekitar 9 jam.  Tapi akhir2 ini aku sering kali tidak mampu menyelesaikan buku2 yang sudah ku mulai baca… Akibatnya di samping tempat tidur ku ada banyak buku dan majalah menunggu untuk diselesaikan dibaca…

Kok bisa kali ini aku kembali menyelesaikan bacaan dengan cepat, selain karena waktu yang agak lapang, karena lagi tidak di kantor, fisik dan pikiran tidak terlalu lelah, tentu juga karena aku curious dengan isi buku itu..

Ok… Sekarang waktu aku menyampaikan pikiranku tentang isi buku itu…

Secara alur pikir, buku ini tidak seindah novel sastra atau novel populer…  Ceritanya memang merunut waktu…, tapi ada di beberapa bagian yang melompat2.. Menurut aku ini adalah upaya Pak Habibie mengkoneksikan beberapa peristiwa yang terkait.. Jadi masih bisa diterima..

Tapi secara content, buku ini sangat sangat sangat indah…, bahkan jauh lebih indah dari film Love Story…  Ini kisah cinta dua sosok manusia yang luar biasa saling mencinta.. Dua sosok dengan “dunia” yang berbeda, dengan pribadi yang berbeda…

Kita yang dulu acap kali melihat penampilan Pak Habibie di televisi saat beliau duduk di pemerintahan, pasti bisa melihat bahwa beliau adalah tipe orang yang straight, berkata apa adanya, sebagai imbangan kecerdasannya yang luar biasa, yang mebuat pikirannya bergerak lebih cepat dari kita yang otaknya biasa2 aja…  Pernah terpikir, betapa sabarnya perempuan yang mendampinginya…?  Seberapa sabar dan kuat kah perempuan yang bisa mendinginkan, menenangkan beliau, mengingatkan beliau untuk tetap under control dalam berekspresi?

Lalu, sebagi tipe laki-laki yang fokus terhadap dunianya :  dunia rekayasa teknologi, dan perjuangan mewujudkan mimpi2nya, betapa kuatnya perempuan yang mampu mengurus segala urusan rumah tangganya, dan memberikan waktu dan wadah bagi suaminya untuk sepenuhnya berkarya setiap waktu?

Aku seorang perempuan… Sebagai perempuan, sebagimana juga laki-laki, kita memerlukan affection dari pasangan kita, kita butuh diperhatikan, kita butuh dukungan bahkan terkadang kita butuh perhatian yang “agak lebih”..  Bagaimana seorang Ainun mampu mengendalikan semua kebutuhannya itu dengan tetap menjadi pihak yang memberi dukungan bagi seorang Habibie yang fokus pada perjuangannya, pada dunianya..?

Buku ini bisa menjadi bahan pembelajaran bagi para perempuan bagaimana menjadi mitra  yang baik bagi pasangannya.. Mitra yang menjadi sumber inspirasi, sumber semangat, pemberi rasa tenang dan damai bagi pasangannya.., bagi keluarganya.  Bahkan mampu memberi ruang secara maksimal kepada pasangannya untuk berkarya…

Bagi laki-laki, buku ini menjadi inspirasi agar mereka lebih fokus berkarya, berjuang bagi kejayaan negeri, memberikan yang terbaik bagi keluarga dan lingkungan.., bukan sibuk dengan pikiran untuk mengikuti  nafsu duniawi yang kerap menggoda..

Dalam buku ini juga bisa dilihat,  karena rasa cinta yang luar biasa, jiwa yang menyatu, Pak Habibie melakukan tindakan-tindakan yang semula berkesan berlebihan, tak masuk akal, tapi akhirnya terlihat bahwa itu merupakan tindakan preventif yang menyelamatkan nyawa ibu Ainun, dan upaya penyembuhannya..  Subhanallah.. Alloh SWT mengilhamkan cinta yang luar biasa pada mereka..

Ada beberapa hal yang juga mengingatkan ku secara pribadi.., yaitu sosok Ainun yang religius, yang selalu membaca 1 juz Al Qur’an setiap hari.., puasa senin kamis, tetap berdoa di sepanjang kesempatan yang ada.. Subhanallah…  Beliau memang patut menjadi Wanita Teladan di zaman ini..

Teman2ku.., aku menyarankan untuk membaca buku ini.., agar kalian bisa menangkap sendiri hikmah hidup seorang Ainun, hikmah cinta sejati Habibie & Ainun…

Semoga Alloh SWT memberikan tempat yang terbaik bagi wanita mulia ini.. Semoga pak Habibie dan keluarga dapat meneruskan butir2 hikmah yang telah ibu Ainun tebar selama bersama mereka..  Semoga kita dapat mengambil yang baik dari beliau…

Ke Museum Sampoerna

Di depam Museum1

di depan Museum Sampoerna, Surabaya

Tanggal 7 Agustus 2009, Uti, mamanya Nana, istri David, adikku menyarankan Musem Sampoerna sebagai “a must visit object”, saat aku menanyakan tempat-tempat yang sebaiknya aku kunjungi di Surabaya setelah menyelesaikan tugas Jum’at 7 Agustus 2009 siang.

So, dengan diantar supir yang ditugaskan Uti mengantarku puter2 Surabaya, aku pun pergi mengunjungi Museum Sampoerna, dengan hanya sedikit pengetahuan tentang The Sampoerna : mereka produsen rokok Dji Sam Soe dan A Mild, rokok produksi mereka mempunyai iklan yang asyik (how low can you go, bukan basa basi, tua itu pasti dewasa itu pilihan), mereka menjual perusahaan mereka kepada Philip Morris di London dengan harga sekian belas Trilyun. Selebihnya, aku gak tau apa-apa….

Museum Sampoerna berada di bagian kota tua Surabaya. Kawasan yang padat dan dipenuhi bangunan2 tua yang sepertinya masih berfungsi sebagai gudang2. Sampai di sana, aku menemukan sebuah gedung besar dengan empat pilar berbentuk rokok di bagian depannya. Fasad depan gedung yang dulunya auditorium ini mengingatkan kita pada asitektur Yunani. Di bagian atas ada tulisan :

Symbol China, SAMPOERNA, NV. HANDEL MIJ SAMPOERNA, Sigaretten Fabriek, LIEM SEENG TEE

Aku lalu menanyakan pada petugas Satpam yang berjaga-jaga di halaman, dimana pintu masuk ke Museum. Dia menunjuk ke arah pintu yang terdapat di tengah-tengah fasad gedung tersebut.

Begitu masuk, aku langsung mencari2 petugas yang menjual tiket masuk. Ternyata no ticket.. It’s free. Gedung ini terdiri dari 3 lapis ruang yang besar, seperti hall, yang dihubungkan oleh pintu2 tanpa daun ditengah2nya.

Aku lalu menyakan pada penjaga museum yang nampak di ruang depan, dimana aku bisa melihat orang melinting rokok, seperti yang dikatakan Uti “Wajib Dilihat”. Petugas tersebut menyuruhku untuk segera naik ke latai 2 gedung melalui tangga yangterdapat di kiri kanan ruang ketiga..

Melinting1

para pekerja melinting rokok di Museum Sampoerna

Aku langsung menuju ruang ketiga, tanpa melihat-lihat dulu ruang pertama dan ruang kedua. Karena kata Uti, “pemandangan orang melinting rokok itu” hanya ada sampai jam 15-an lewat, karena setelahnya para pekerja sudah pulang…

Setelah menaiki tangga kayu di sebelah kiri ruang ketiga, aku sampai di lantai dua gedung.. Lantai ini bentuknya seperti balkon gedung bioskop, dan belakangan aku dapat info, ternyata itu memang balkon saat gedung ini berfungsi sebagai teater. Menghadap ke arah dalam gedung aku melihat dinding kaca dengan pemandangan hall besar di bagian bawah alias lantai satu. Hall ini ternyata adalah ruang keempat dari gedung. Hall tersebut berisikan barisan meja-meja yang dihadapi puluhan, bahkan mungkin lebih dari seratus orang pelinting rokok.. Semua bergerak dalam pola yang sama… Spontan, aku mengeluarkan camera untuk merekam pemandangan tersebut.. Setelah mendapatkan dua petikan, tiba-tiba ada suara di belakangku “Maaf ibu, di sini dilarang memotret”… Upsss… Aku baru ngeh kalo di jendela kaca tersebut terdapat beberapa stiker dengan gambar camera yang disilang dan tulisan “no picture”.. Aku langsung meminta maaf, pada pemilik suara tersebut, yang ternyata petugas museum.

the-sampoerna-legacy

buku The Sampoerna Legacy by Michelle SampoernA

Puas menatapi para pelinting rokok, aku mengamati isi lantai 2 ini.. Ternyata lantai ini tempat menjual memorabilia Museum Sampoerna, berupa pin, buku2 notes yang cantik yang bergambar beberapa barang yang didisplay di museum ini. Tiba-tiba aku melihat sebuah buku di atas case yang memajang berbagai memorabilia. Buku itu covernya begitu cantik… dengan gambar dan warna yang mengingatkan ku pada buku2 cerita anak2 dari luar negeri. Judul buku itu “The Sampoerna Legacy, A Family & Bussiness History”. Aku lalu melihat sample yang disediakan… Ooohhh…, buku itu cantik banget…, penuh dengan gambar yang dibuat dengan cat air.., kertasnya juga bagus.. Saat kutanyakan harganya, petugas mengatakan Rp.270.000,-. Mahal yaaa…., tapi rasanya deserve lah buat buku secantik ini.. Lagian aku ingin tahu sejarah keluarga ini…

Setelah membeli buku cantik dan beberapa memorabilia buat adik-adik di kantor, aku memutuskan untuk turun ke lantai 1 melalui tangga di sisi kanan gedung. Begitu turun tangga, aku sampai di ruang ketiga. Di situ didisplay sample bahan baku rokok Sampoerna, beberapa peralatan untuk berproduksi, berbagai merk rokok yang diproduksi mereka, peralatan untuk mencetak kemasan rokok, juga kenderaan yang pernah digunakan untuk distribusi rokok zaman dulu, dll. Di ruang ini juga didisplay kostum yang pernah dipakai oleh Sampoerna Marching Band saat tampil di Pasadena Parade tahun 1990.

Produk Sampoerna2

berbagai rokok produksi Sampoerna

Dari ruang ketiga, aku bergerak ke ruang kedua. Di sini didisplay foto-foto dan lukisan proses produksi rokok zaman dulu.. Juga ada foto beberapa tokoh nasional yang merpakan konsumen rokok produksi Sampoerna. Di ruang ini juga terdapat foto-foto orang2 yang pernah mengelola pabrik rokok pada saat masih menjadi milik keluarga Sampoerna.

Me @ Sampoerna1

dengan alat pengurai tembakau

Dari ruang kedua, aku bergerak ke ruang pertama. Di sini terdapat foto leluhur keluarga Sampoerna, Lim Seeng Tee dan istrinya Tjiang Nio, lalu ada koleksi keramik, kebaya dan kain batik koleksi keluarga Sampoerna. Di pojok lain di ruang lantai 1 terdapat miniature warehouse tembakau dan alat untuk mengurai tembakau yang telah disimpan beberapa tahun, untuk diproses lebih lanjut. Museum ini juga dilengkapi dengan beberapa computer dengan touch screen yang berisi berbagai informasi sesuai dengan tema kelompok property yang didisplay..

Puas melihat-lihat, aku bergerak keluar… Mula-mula ke Sampoerna Gallery yang memamerkan karya-karya seni yang juga dijual… Gallery ini adalah sebuah rumah kecil yang terdiri dari 2 ruang dengan lantai kayu diatasnya. Ada 2 karya seni yang menarik di mataku.. Yang pertama, sebuah bench yang diduduki oleh 3 pasang sexy legs.., yang satunya lagi, sederet meja-meja kecil yang di atasnya ada piring2 lebar yang di atasnya ada pecahan keramik yang disusun dan dihias sedemikian rupa…

Sexy Legs

Three pair sexy legs…

Susunan Piring

Keluar dari Gallery Sampoerna, aku menuju gedung yang terdapat di depan Gallery, yang difungsikan sebagai Sampoerna Caffee. Interior caffee ini berkesan retro… sangat unik dan nyaman. Secara perut terasa lapar, aku memesan black pepper beef dan segelas iced lemon tea. Ternyata… rasanya passs di lidahku…, dan harganya juga deserve lah.. untuk kedua pesanan terebut aku discharge gak sampai Rp.40.000,-.

Caffee Sampoerna1

Caffee Sampoerna

Caffee Sampoerna2

inside of Caffee Sampoerna

Setelah puas melihat2, dan juga mengisi perut… Aku pun kembali ke mobil, dan mengajak supir meninggalkan Museum Sampoerna…. Benar2 kunjungan yang mengasyikkan..

Adapun riwayat keluarga Sampoerna yang dituangkan Michelle Sampoerna (anak tertua Putra Sampoerna) dalam “The Sampoerna Legacy, A Family & Bussiness History” adalah suatu riwayat yang begitu inspiring… : berasal dari keluarga petani miskin di dataran tinggi Anxi China, dalam empat generasi keluarga ini mampu menjadi satu salah keluarga papan atas Indonesia. Ada desire yang luar biasa yang mengalir dalam darah keluarga ini, yang patut dicontoh… Mudah2an aku berkesempatan membagi cerita yang kubaca ini pada ponakan2ku untuk membakar semangat mereka untuk meraih yang terbaik dalam kehidupan mereka…

Note :
@ Michelle Sampoerna : Buku kamu indah banget….. Makasiyy udah berbagi riwayat keluarga yang luar biasa…

Pergilah Ke Mana Hati Membawamu…

Dan kelak, di saat begitu banyak jalan terbentang di hadapanmu dan kau tak tahu jalan mana yang harus diambil, jangan lah memilihnya dengan asal saja, tetapi duduklah dan tunggulah sesaat.  Tariklah nafas dalam-dalam, dengan penuh kepercayaan, seperti saat kau bernapas di hari pertamamu di dunia ini.  Jangan biarkan apa pun mengalihkan perhatianmu, tunggulah dan tunggulah lebih lama lagi.  Berdiam dirilah, tetap hening, dan dengarkan hatimu.  Lalu, ketika hati itu bicara, beranjaklah, dan pergilah ke mana hati membawamu.

Kalimat-kalimat itu tertulis di paragraf terakhir buku Pergilah Ke Mana Hati Membawamu. Buku ini adalah terjemahan dari buku berbahasa Itali yang ditulis oleh Susanna Tamaro dengan judul asli Va’ Dove Ti Porta Il Cuore.   Buku ini dipulikasikan pertama kali tahun 1994,  Dan saat ini, selain telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, buku ini juga diterjemahkan ke berbagai bahasa lainnya..

Dan Tati menemukan buku ini di sebuah rak buku sastra di toko buku Gramedia Pekanbaru tanggal 20 April tahun 2005.  Lama banget ya baru selesai dibaca…  Iya, udah beberapa tahun terakhir Tati suka baca buku gak langsung selesai..  Jadi suka baca, terhenti, trus entah kapan dilanjut lagi….  Akibatnya di samping tempat tidur tuh banyak buku, yang udah pada mulai dibaca tapi belum selesai..

Kenapa Tati agak seret membacanya..? Hmmmm.. sejujurnya buku ini membawa Tati ke dalam keheningan,  yang buat Tati sering kali membuat diri menjadi mellow…  Kok bisa begitu?  karena buku ini adalah confession dari seorang nenek yang ditinggalkan cucunya entah kemana..  Si nenek merasa waktunya semakin pendek, sementara begitu banyak hal yang belum sempat mereka bicarakan, terutama hal-hal yang dirahasiakan bertahun-tahun dalam keluarga tersebut..

Rasa kesepian si nenek, pengakuan atas kejadian2 di masa lalu serta setting cerita saat winter bisa menggigit jiwa pembacanya..  Membawa si pembaca ke dalam kesedihan, kepedihan dan kesunyian yang dalam…  Makanya kalo Tatinya juga lagi mellow, Tati gak mau menyentuh buku itu…

Tapi buku ini sebenarnya berisi tentang kebijaksanaan seorang perempuan tua yang terbentuk dari perjalanan hidupnya yang pajang, yang mungkin bisa kita ambil hikmahnya sebagai pelajaran dalam menjalani hidup..  Dengan inti pelajaran : PERGILAH KE MANA HATI MEMBAWAMU…  Dengarkan lah hati nuranimu.

Makhluk Mars…

Tati pernah membaca beberapa buku seri Men are from Mars and Women are from Venus yang ditulis oleh John Gray. Inti utama buku-buku ini adalah Laki-laki dan Perempuan mempunyai cara berkomunikasi dan cara pandang yang berbeda dalam menghadapi berbagai persoalan, so untuk menciptakan hubungan yang selaras dibutuhkan pemahaman tentang cara berkomunikasi dan cara pandang tersebut.

Salah satu yang ditulis oleh John Gray adalah….

Bila menghadapi masalah, kaum perempuan sering kali mencari teman dan sahabat untuk curhat.. Curhat..? Iya curhat, karena makluk Venus menjunjung tinggi kebersamaan dalam komunitasnya sehingga senang sekali berbagi (kecuali berbagi suami kali yaa…), terutama berbagi perasaan. Buat kaum Venus curhat memang gak menyelesaikan masalah, tapi dengan curhat mereka bisa mengeluarkan beban di hatinya sehingga merasa lega, dan setelahnya bisa melihat masalah dengan perspektif lebih baik…

Sementara bagi kaum lelaki yang berasal dari planet Mars dengan konsep “mengukur diri dari prestasi”, berbagi masalah adalah sesuatu yang tabu, karena menunjukkan kelemahan diri. Akibatnya, bila memperoleh masalah makhluk Mars akan cenderung menarik diri, menyendiri sampai memperoleh solusi, baru kemudian kembali berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.

Akibat cara pandang yang berbeda dalam menghadapi masalah, kaum lelaki melihat kaum perempuan sebagai makhluk over-reacted, membesar-besarkan masalah dengan membicarakannya dengan orang-orang di sekitarnya. Sementara kaum perempuan merasa tidak dibutuhkan kaum lelaki saat kaum lelaki menarik diri ketika masalah datang…

Tati jadi ingat tulisan, John Gray ketika seorang sahabat bercerita bahwa seseorang yang akhir-akhir ini selalu bicara dengannya, tadi malam tidak mengangkat telpon saat sahabat Tati itu mencoba menelphone. Padahal biasanya beliau selalu menelpon di jam yang sudah mereka tetapkan sebagai jam ngobrol, jam membangun pengertian dan pemahaman tentang satu sama lain..

Sahabat Tati lalu mengirimkan sms,

“Kamu ketiduran ya?”

Gak lama sms balasan diterima. Isinya…

“Saya lagi banyak masalah yang harus diselesaikan dalam 1 dan 2 hari ini. Wassalam”

Teman Tati bingung….. Hmmmmmmm, Dia tahu lelaki yang sering berkomunikasi dengannya itu sedang ada masalah dengan pekerjaannya akhir-akhir ini. Dan itu bukan masalah yang mudah. Tapi teman Tati sempat bingung juga dengan sms beliau, karena sebagaimana “makhluk yang datang dari Venus”, teman Tati cenderung ingin tahu apa yang terjadi dengan orang-orang yang dekat di hatinya. Bukan buat apa-apa, tapi karena rasa ingin memahami, sehingga bisa mengulurkan tangan, paling tidak untuk saling menguatkan hati dalam menghadapi persoalan..

Pikiran Tati lalu melayang ke tulisan John Gray…. Kaum lelaki mungkin memang seperti yang ditulis John Gray, bila mendapatkan masalah para lelaki cenderung menarik diri dan menyendiri, dan baru akan kembali berinteraksi bila telah menemukan solusinya. Jadi mungkin langkah yang tepat adalah memberikan ruang dan waktu bagi beliau untuk menyelesaikan masalahnya sendiri..

Bagaimana menurut teman-teman…?

Pic diambil dari sini

Siapa yang Mau Disuruh Baca…?

Tati lagi baca sebuah buku…, belum selesai siyy… Jadi selalu ditarok di tas, dengan harapan kalo ada waktu senggang bisa ngelanjutin buat baca.. Naaaahh…, beberapa hari yang lalu buku itu terletak di pinggir meja kerja.. Saat seorang teman se-ruangan, si Duren, datang ke meja kerja Tati, dia ngeliat buku tesebut.. Lalu dia bilang :

Si Duren sambil memegang buku tersebut : Buku apa tuh kak..?

Tati : Liat aja lah…

Si Duren : Siapa yang mau kakak suruh baca buku ini?

Tati : Maksudnya..?

Si Duren : Iyaaaaa……, laki-laki mana yang mau kakak suruh baca buku ini…?

Tati : Huahahaha… Emang cuma laki yang perlu baca buku ini..? Ya, enggak laahhh… Perempuan juga perlu tahu…

Si Duren : Emang kakak mau nikah dalam waktu dekat ini..? Yang mana orangnya..? Itu orang mau kakak suruh baca buku ini?

Hehehe… Si Duren gokil… Btw buku apa siyy yang diomongin…?

Buku “Story of The Great Husband : Muhammad SAW”

Buku ini Tati temukan di antara tumupkan-tumpukan buku di TB Gramedia Pekanbaru, beberepa waktu yang lalu.. Tapi baru mulai dibaca saat di pesawat dalam perjalanan Pekanbaru-Jakarta-Yogya pp.

Buku karangan Hasan bin ‘Ahmad Hasan Hamam ini bercerita tentang Suami Teladan, Suami Ideal, junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Di buku ini dijabarkan tentang motivasi Rasulullah menikahi kesebelas istri beliau, bagaimana beliau memperlakukan istri2nya, termasuk menghadapi segala tingkah laku istrinya yang sangat-sangat manusiawi : cemburu, marah dll.

Di buku ini Juga diceritakan bagaimana Rasulullah menghadapi fitnah terhadap anggota keluarganya, bagimana Rasulullah memebesarkan hati seorang istri yang sedih karena mendengarkan omongan yang tak sedap dari istri Rasulullah yang lain, yang muncul karena rasa cemburu. Bahkan di buku ini juga diceritakan bagaimana Rasullulah bercanda dan bersikap romantis dengan istri-istrinya..

Menurut Tati buku ini perlu dibaca, baik oleh laki-laki mapun perempuan, untuk mengetahui bagaimana Rasulullah, suri teladan kita, menjalani kehidupan rumah tangga beliau. Apalagi buku ini ditulis dengan menggunakan bahasa yang populer, sehingga mudah dicerna dan enggak bikin kening berkerut.. Hehehe..

Tapi ada satu hal yang buat Tati sangat berkesan.. Ada satu bagian yang menceritakan pembicaraan antara Saidinna Umar bin Khatab dengan salah seorang lelaki muslim. Lelaki itu berkonsultasi dengan Saidinna Umar tentang keinginannya menceraikan istrinya, karena dia merasa sudah tidak cinta lagi.. Jawaban Saidinna Umar :

“Celakalah kamu kalau berpikir bahwa cinta adalah satu-satunya dasar pernikahan. Lalu dimana letaknya rasa saling menjaga, saling melindungi…?”

Buat Tati kalimat ini menjadi sesuatu yang luar biasa, setelah melihat begitu banyak orang-orang terkasih yang berjuang untuk menikah atas dasar cinta, lalu berpisah setelah rasa cinta itu pudar…

Semoga Tati diberikan kesempatan bertemu dengan seorang laki-laki yang mencintai Tati karena kecintaannya pada Alloh, dan Tati cintai juga karena kecintaan Tati pada Alloh, laki-laki yang bisa menjaga dan melindungi Tati.. Laki-laki yang akan membantu menggenapkan setengah iman, yang akan menjadi sahabat seiring sejalan dalam beribadah. Laki-laki yang akan berjuang dengan segenap hati untuk menjadikan rumah sebagai surga dunia..

Semoga Alloh berkenan mengabulkan permintaan Tati yang satu ini dalam tempo sesingkat2nya.. Hehehe… Emang teks proklamasi..??? Enggak ding.. Semoga Alloh berkenan mengabulkan permintaan Tati yang satu ini pada saat yang terbaik menurut Alloh.. Amin ya Rabbal Alamin…

Lafaz Cinta…

Hari minggu kemaren Tati habiskan di rumah, leyeh2 sepanjang hari di tempat tidur sembari baca buku. Nikmat banget rasanya setelah bersibuk-sibuk sepanjang minggu… Buku apa siyy yang dibaca..? Judulnya LAFAZ CINTA, karangan Sinta Yudisia dan diterbitkan oleh Penerbit Mizania, yang cetakan pertamanya dirilis tahun Juli 2007. Yang Tati baca siyy cetakan keempat yang dirilis April 2008.

Buku ini Tati temukan di sebuah rak di toko buku kecil di pojokan basement di Mall Seraya Pekanbaru. Waktu itu Tati habis nonton Naga Bonar. Saat menuju parkiran mobil di basement, Venny ngajak singgah di toko buku buat nyari komik Jepang kesukaannya plus tabloid pesanan mamanya. Saat nungguin Venny, Tati nyusurin rak-rak buku yang gak banyak dan tersusun rapat, daaannnnn ngeliat buku ini..

Tati belum pernah baca hasil karya Sinta Yudisia sebelumnya. Apa yang bikin Tati memilih buku ini..? Karena buku dari sampulnya menggambarkan perjalanan cinta yang religius dengan mengambil 2 kota sebagai setting cerita : Makkah dan Groningen.

Buku ini ternyata bercerita tentang perjalanan Seyla, gadis berusia sekitar 22 tahun berdarah jawa. Seyla kehilangan kekasihnya, Zen, yang mengikuti keinginan orang tuanya untuk dijodohkan dengan Lila. Padahal beberapa waktu sebelumnya, dalam perjalanan umrah Seyla berdoa agar hubungannya denga Zen dapat abadi.

Putus cinta dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa Zen lebih memilih Lila yang tidak lebih “cantik & keren” dari dirinya, Seyla memutuskan untuk meninggalkan kuliahnya di Indonesia, lalu mengambil kuliah di bidang seni dan tinggal dengan tantenya yang bekerja sebagai staff kedutaan Indonesia di Belanda, yang menetap di Groningen. Dalam perjalanan kehidupannya di Groningen, Seyla berkenalan dengan Saule, mahasiswi muslim berkebangsaan Chechnya, korban perang.

Saule yang sebaya dengan Seyla membawa Seyla ke “dunia yang lain”. Dunia yang tidak hanya memikirkan diri sendiri, tapi juga berpikir tentang manusia-manusia di belahan dunia lain yang telah menjadi korban perang. Saule mengadopsi 3 orang anak Chechnya yang juga korban perang, dan karena tidak diizinkan mengadopsi anak dengan status lajang, Saule menikahi Kareem, yang juga berkebangsaan Chechnya. Dalam jalinan persahabatannya dengan Saule, Seyla bisa melihat sebuah cinta yang luar biasa yang menjadi dasar perkawinan Saule dan Kareem. Saule juga mengingatkan Seyla untuk kembali mempelajari Al Quraan sebagai tuntunan hidup.

Buku ini memberikan gambaran yang cukup detil tentang kota Makkah Al Mukarommah dan kota Madinah. Pemaparannya cukup indah hingga bisa menggugah hati pembacanya untuk menguatkan niat berkunjung ke sana. Buku ini juga membawa kita ke tataran berpikir tentang umat Islam sebagai suatu komunitas internasional melalui de Gromiest, suatu organisasi komunitas Islam yang anggotanya berasal dari berbagai negara.

Buku ini memang belum membuat hati seterpana ketika membaca Ayat Ayat Cinta. Tapi buku ini layak dibaca. Sangat layak dibaca untuk mengobarkan rasa rindu akan Makkah dan Madinah, untuk membangun solidaritas bagi bangsa-bangsa lain yang sedang menjadi korban kekerasan yang dilakukan bangsa lain.

 

Ayat-ayat Cinta..

Tati udah baca buku berjudul Ayat-ayat Cinta beberapa bulan yang lalu.. Cerita yang sangat indah dan berkesan.. Tapi entah mengapa tadi sore di mobil dalam perjalanan pulang, saat mendengarkan soundtrack dari film yang dibuat berdasarkan buku ini air mata Tati mengalir, tanpa bisa dicegah…

Mungkin karena lagi mellow yaa… Mungkin karena kangen dengan saat2 indah di masa lalu.. Kangen dengan kejutan2 yang muncul dari rasa cinta…

desir pasir di padang tandus
segersang pemikiran hati
terkisah ku di antara cinta yang rumit

bila keyakinanku datang
kasih bukan sekadar cinta
pengorbanan cinta yang agung
ku pertaruhkan

reff:
maafkan bila ku tak sempurna
cinta ini tak mungkin ku cegah
ayat-ayat cinta bercerita
cintaku padamu
bila bahagia mulai menyentuh
seakan ku bisa hidup lebih lama
namun harus ku tinggalkan cinta
ketika ku bersujud

bila keyakinanku datang
kasih bukan sekedar cinta
pengorbanan cinta yang agung
ku pertaruhkan

repeat reff

ketika ku bersujud

Ketika Cinta Bertasbih 2

Beberapa hari yang lalu, saat duduk di ruang Pemegang Kas di kantor saat menjelang istirahat siang.. Tati rasanya seperti tersengat lebah saat salah seorang teman bilang bahwa buku Ketika Cinta Bertasbih 2 karangan Habiburrahman El Shirazy udah terbit, cuma karena banyak orang yang udah nunggu2 terbitnya buku tersebut, so begitu bukunya terbit segera sold out..! Jadi hanya sempat dipajang sebentar di toko buku besar di kota ini.. Lalu, tak tersisaaa…. Kayaknya kalo mau mesti pesan dulu, itu pun belum tau kapan datangnya..

Kok bisa Tati gak tau ya…? Padahal rajin banget bulak balik ke toko buku.. Kok gak sempat ngeliat ya…? Padahal tiap datang ke toko buku, yang diintip2 ya buku tesebut..

Ngapain kok nunggu2 banget siyyy…?

Tati tuh pertama kali berkenalan dengan buku karangan Habiburrahman El Shirazy adalah buku Ayat-ayat Cinta.. Tati rasa begitu juga dengan teman2.. Buku yang satu ini emang fenomenal banget…, membuat para kutu buku penasaran dengan tulisan2 lain dari penulis yang sama.. So, Tati akhirnya membaca Pudarnya Pesona Cleopatra, Ketika Cinta Berbuah Surga dan Di Atas Sajadah Cinta, serta satu buku lagi yang Tati lupa judulnya, tapi bercerita tentang seorang wanita yang mencari jodohnya.. Buku yang terakhir ini dipinjamin seorang teman yang kolektor buku2 karangan Habiburrahman El Shirazy, Ni Im namanya.

Lalu.. suatu hari di awal April 2007 di rak di bagian depan toko buku Trimedia SKA Tati menemukan sebuah buku yang juga tulisan Habiburrahman El Shirazy. Ternyata buku itu adalah bagian pertama dari Dwilogi Pembangunan Jiwa, dengan judul Ketika Cinta Bertasbih. Tati lalu membeli buku tersebut dan segera menamatkannya dalam waktu relatif singkat, sebagaimana biasa kalo Tati tertarik banget dengan sebuah buku..

Buku ini sangat menarik karena memberikan suatu cara pandang baru tentang keberhasilan dalam pendidikan.. Selama ini kita seringkali menilai seseorang itu sukses dalam belajar kalo dia menamatkan study-nya dalam waktu dan tempo yang sesingkat2nya (kayak teks Proklamasi) dan dengan IP Kumulatif setinggi2nya… Tapi buku ini memberikan pandangan bahwa sukses dalam belajar adalah bagaimana kita belajar menghadapi kesulitan2 hidup.. Ukurannya bukan hanya waktu, bukan hanya IP, tapi seberapa tangguh kita dalam menjalani hidup.. Mungkin memang kita perlu membaca buku ini untuk merubah konsep pikir kita tentang BELAJAR..

Setelah membaca perjalanan Azzam si mahasiswa Al Azhar yang berasal dari Indonesia dan sekaligus berprofesi sebagai tukang bakso dan tempe selama di Mesir, Tati penasaran dengan lanjutan ceritanya setelah dia pulang ke Indonesia. Tapi tungu punya tunggu.. intip punya intip deretan buku2 di rak2 toko buku.., sambungannya gak juga muncul2… Itu selalu dilakukan bila ke toko buku, biarpun ke toko bukunya 3 kali dalam minggu tersebut..! Rasa penasaran semakin besaaarrr… Tapi si buku gak jua terbit dan ditemukan di rak buku.. Makanya, Tati merasa seperti disengat ketika teman tersebut bilang dia udah punya sejak beberapa waktu yang lalu…

So, gak mau kehilangan akal, Tati lalu mengirim email ke Ade, teman baru yang Book Store Manager.. Singkat cerita Tati menanyakan apa betul buku tersebut udah terbit dan sold out, serta bagaimana caranya kalo pengen pesan.. Tapi… itulah untungnya punya teman book store manager, saat membalas email Tati, Ade juga bilang mereka masih punya sisa cadangan dan Tati dipersilahkan mengambil di CSO toko buku Trimedia SKA.

Lalu… setelah melakukan beberapa hal terlebih dahulu, pulang kantor Tati segera bergegas menjemput buku tersebut.. Daaannnnnn, alhamdulillah, buku itu ada. Terima kasih Ade. Senangnya punya teman Book Store Manager. Betapa senangnya para kutu buku kalau mereka bisa mendapatkan layanan informasi seperti ini yaa.. Kayaknya toko buku di daerah juga udah harus memikirkan layanan online deh.., ntar kita para kutu buku tinggal jemput. Assssyyyyiiiikk banget kalo bisa begitu. Sekali lagi terima kasih Ade.

Akal dan Perasaan…..

Di blog Ninuk76, ada posting tentang Cinta yang merupakan bagian dari Sang Nabi, tulisan karya Kahlil Gibran, filosofer berdarah Libanon. Posting ini mengingatkan Tati, bahwa di suatu masa Tati juga pernah tergila2 terhadap karya yang sama… Tapi Tati senangnya dengan Sang Nabi yang diterjemahkan oleh Sri Kusdyantinah dan diterbitkan oleh Pustaka Jaya. Bahasa-nya lebih indah, menurut Tati, dibanding dengan yang diterjemahkan oleh penterjemah lain. Pemilihan kata2nya lebih pas…, lebih puitis…, lebih indah…, lebih menyentuh hati..

Apa yang Tati senengin dari Sang Nabi…? Banyak… Tati menyukai buku ini secara keseluruhan… Tati suka bagian2 tentang cinta, perkawinan, anak keturunan, kebebasan, pemberian dll. Tapi Tati’s most favorite one adalah tentang Akal serta Perasaan…

Akal pertimbangan dan perasaan hati
diibaratkan kemudi dan layar jiwa yang mengarungi laut kehidupan.
Jikalau patah salah satu, layar atau kemudi itu,
Engkau masih mengambang, namun terombang-ambing gelombang.
Atau terhenti lumpuh tanpa daya di tengah samudera.
Sebab akal fikiran yang sendiri mengemudi,
Laksana tenaga yang menjebak diri;
Sedangkan perasaan tak terkendali,
Bagai api membara yang menghanguskan diri.
Karena itu, ajaklah perasaan menjunjung tinggi Akalbudi,
Meraih puncak2 getaran kebenaran sejati,
Keduanya mewujudkan sebuah simfoni.
Dan turutilah jiwamu membimbing perasaan,
Dengan menggunakan akal pertimbangan,
Sehingga perasaan itu tetap hidup dengan setiap kebangkitannya,
Dan laksana burung phoenix membumbung tinggi, dari tengah abu kebinasaannya..

Deretan kata2 itu mengingatkan Tati untuk selalu menyeimbangkan perasaan dan logika dalam setiap langkah kehidupan… Padahal sebagai pribadi yang melankolik, perasaan seringkali mendominasi …. Hiks…

Karena tahu Tati sangat suka dengan Sang Nabi, Linda Ramalah Omar, sahabat dan juga mantan teman sekamar Tati memberikan versi Inggrisnya “The Prophet” sebagai kenang2an saat kita sama2 lulus di bulan Juni 1992. Thanks ya, Lin. Gue masih simpan kok hadiah dari elhoe. Meski gue udah pindah berkali2 dan ke beberapa tempat, buku elhoe selalu gue simpan, supaya gak rusak dan tetap bisa gue baca…***

Nicholas Sparks

Dua minggu yang lalu, Veni, teman seruangan di tempat kerja bawa DVD “Message in a Bottle”. Ternyata itu DVD baru dipulangin Evy. Tati langsung bilang “Pinjam donk…!” Karena Tati udah pernah nonton film itu waktu masih kuliah di Yogya, dan pengen nonton lagi…

Message in a bottle bercerita tentang Theressa Osborne (Robin Wright Penn) yang dtinggal mantan suaminya untuk pergi dengan perempuan lain. Saat berlibur, dia mengisi waktunya dengan menyusuri pantai dan dia tersandung sebuah botol yang terdampar di pantai. Botol tsb berikan surat cinta dari seorang pria, G buat kekasihnya yang telah pergi, Chaterine. Surat itu begitu indah, menggambarkan perasaan kehilangan si pria….. Theressa yang begitu terkesan dengan surat itu, menceritakannya pada teman2nya. Lalu atasan Theressan yang bekerja di bidang jurnalistik, mempublikasikan surat tersebut. Dampaknya..? Ternyata ada orang lain juga yang pernah menemukan “message in a bottle” dari orang yang sama dengan isi yang berbeda. Kondisi ini menimbulkan perburuan Theressa terhadap si pembuat “message in a bottle”. Perburuan yang melibatkan perhitungan data iklim dan arus laut untuk memperkirakan posisi si pembuat pesan, bahkan peneltian untuk mengetahui jenis mein tik yang digunakan untuk membuat message tersebut, apakah mesin tik zaman bahuela (yang artinya surat itu dibuat zaman dahulu kala) atau mesin tik tipe baru (yang artinya surat tersebut, dibuat baru2 ini). .

Cerita selanjutnya, mendingan ditonton sendiri aja ya… Yang jelas ini bukan film baru kok… Film ini menyuguhkan gambar2 yang indah, juga soundtrack yang menyayat hati, “One More Time”. Tapi di awal film, Tati baru ‘ngeh ternyata film ini dibuat berdasarkan buku karya Nicholas Sparks.

Siapa itu Nicholas Sparks?
Tati juga gak banyak tau.. Yang jelas sekitar tahun 2002an Tati sempat nonton film yang judulnya A Walk To Remember, yang juga dibuat berdasarkan buku karangan Nicholas Sparks..

A Walk To Remember adalah love story yang indah dari sepasang remaja dengan 2 latar belakang yang berbeda. Si berandal (Shane West) dengan si putri pendeta (Mandy Moore). Tapi cerita ini benar2 indah, dan dijadikan film dengan gambar2 indah plus dihiasi soundtrack yang juga indah, antara lain : Someday We’ll Know, Only Hope, It’s Gonna Be Love dan Dancing in The Moonlight yang dinyanyiin Toploader (my favorite one).

Untuk tahu film ini, kayaknya juga lebih bagus nonton sendiri deh.. Silahkan dnikmati sendiri cerita yang romantis, gambar yang indah dan lagu2 yang juga indah…

Setelah menyadari, kalo Message in a Bottle adalah karangan Nicholas Sparks.. Tati lalu menelusuri rak buku Tati.. Rasa2nya, Tati juga pernah baca buku karangan dari nama tersebut… Setelah bulak balik menyusuri dari kiri ke kanan, dari rak atas ke rak bawah.., akhirnya Tati menemukan buku “A Bend in The Road”.

Buku ini bercerita tentang Miles, seorang duda dengan satu anak yang jatuh cinta pada guru anaknya, Sarah yang juga single karena ditinggal oleh mantan suaminya. Ketika mereka menyadari bahwa rasa cinta mereka adalah sesuatu yang berharga, mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa adik Sarah adalah orang yang menabrak lari istri Miles sehingga meninggal dunia. Gimana akhir ceritanya.., cari tau sendiri aja ya… Hehehe.

Secara keseluruhan, karya2 Nicolas Sparks bercerita tentang ketulusan cinta. Cerita hidup yang sederhana namun juga tidak sederhana. Maksudnya? Tema ceritanya cinta dan kerumitan percintaan, padahal hidup kan lebih kompleks, pleks, pleks dari pada itu . Tapi, buat Tati yang emang rada romantic (efek zodiac Libra deh kayaknya…..!!!!), nonton film2 dan baca buku2 Nicholas Spark semacam mengisi sebuah ruang dalam hati, membangun keyakinan bahwa ketulusan cinta itu masih ada di dunia ini… Gubraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakk. Padahal, tau iya tau enggak. Jangan2 itu bisa2nya Nicholas Sparks aja lagi!!! ***

Kamus Papa

Papa, Arden Siregar Glr. Baginda Habiaran

Rabu, 08 Agustus 2007
Jam 17.30an lewat dikit…
Tati telpon Papi David yang masih di Medan…
Tati : “Gimana Papa, dek?”
Papi David : “Udah baikan kak. Obat buat penyembuhan saluran darah tinggal 3 kali lagi. Hasil scan juga menunjukkan tidak ada masalah. Papa cuma harus istirahat, minimal 3 bulan. Papa juga gak boleh nyetir lagi.”
Tati : “Iya tuh, terlalu resiko lah Papa nyetir ke sana sini umur segini. Gimana caranya ya? Papa kan gak bisa diam…”
Papi David : “Iya sementara Ivo dulu lah kak. Mungkin udah waktunya Papa pake supir aja ya… Kakak kalo libur, pulang dulu lah biar Papa ada supirnya.. Gimana ?”
Tati : “Ya udah, nanti libur 17an aku pulang aja dulu.. Tadinya aku mau reunian ama teman2 kost ku waktu di Cirahayu 5. Tapi Papa lebih penting lah.. More than anything…!!!”

Papa tuh orangnya gak bisa diam…, so restless…!!! Setelah pensiun tahun 1995, Papa aktif di beberapa organisasi masyarakat. Papa juga ditunjuk menjadi bendaharawan suatu yayasan yang mengelola suatu perguruan tinggi swasta di Medan. Untuk urusan keluarga, Papa juga melakoni tanggung jawabnya dalam soal adat. Secara Papa adalah poparan (keturunan) Sutan Barumun Muda yang paling senior saat ini. Belum lagi tanggung jawabnya sebagai anak boru (menantu) keluarga Harahap dari Hanopan. Papa juga harus bulak-balik ke Sipirok untuk memantau peninggalan keluarga yang ada di kampung… Gimana Papa gak lelah…

Ada satu minat Papa yang sangat besar…, yaitu pada bidang kebudayaan.. (Tati dulu sempat terkagum2, karena Papa hapal nama2 dewa/dewi Yunani dan Mesir…!!! Jadi kalau ngisi teka teki silang ada pertanyaan soal dewa/dewi, tanya aja sama Papa..)
Pada pertengahan tahun 2004, Papa dan beberapa temannya telah menyelesaikan penyusunan “KAMUS ANGKOLA INDONESIA”. Kamus ini adalah bahasa Angkola – bahasa Indonesia.

Bahasa Angkola? Iya, Angkola merupakan salah satu bahagian dari etnis Batak, selain Batak Toba, Mandailing, Batak Karo dll. Secara geografis, orang Angkola menetap di daerah Sipirok, diantara wilayah Batak Toba dan wilayah Mandailing. Orang Batak Toba bermukim di sekitar Danau Toba, sedangkan orang Batak Mandailing berada di perbatasan Sumatera dengan Sumatera Barat. Pada saat ini, daerah sebaran orang Batak Angkola, telah menjadi Kabupaten tersendiri, yaitu Kabupaten Sipirok Angkola dengan ibu kota Kabupaten (Pasar) Sipirok.

Tati gak tau persis berapa lama Papa menyusun kamus ini. Tapi seingat Tati, Papa telah menyerahkan pembuatan database-nya pada Papi David sejak tahun 1999, sedangkan Tati kebagian membuat layout covernya… Papa menyerahkan kepada Tati sepenuhnya mau seperti apa design cover tersebut, cuma harus ada gambar rumah adat sipirok dan gambar gajah. Gambar gajah ? Ya, karena hikayatnya, Mangaraja Parjanjian, leluhur Tati yang membuka kampong Sibadoar datang ke daerah tersebut dengan naik gajah putih. Dan untuk memperingatinya, di kampong Sibadoar pada tahun 1985 dibangun tugu keluarga Siregar dalam bentuk gajah putih. Tati lalu memutuskan untuk menggunakan hasil scan ulos Batak Angkola sebagai background. Kenapa Ulos Angkola? Karena ulos Batak Angkola juga berbeda dengan ulos Batak yang lain. Ulos Batak Angkola lebih berwarna.., lebih cerah…


Kamus ini diberi Kata Sambutan oleh Dr. SUSAN RODGERS, Professor Anthropology, Director Asian Studies, College of the Holly Cross, Worcester, Massachusetts, USA. Menurut Professor ini, “Kamus Batak Angkola sebelumnya adalah Kamus Batak Angkola dan Mandailing/Belanda karangan H.J. Eggink’s tahun 1936 Angkola en Mandailing-Bataksch/Nederlandsch Woordenboek. Jadi terjemahan ke Bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. Namun kamus yang baru ini menurut Susan, juga lebih mempunyai kedalaman budaya dan leksikal, dengan pandangan khusus mengarah pada warisan oratoris Batak Angkola.“

Satu hal lagi, menurut Professor Rodgers, “Kamus ini memberikan generasi Batak Angkola yang tersebar di seluruh Indonesia dan dunia, gudang pengetahuan yang berharga mengenai bahasa mereka yang luar biasa. Mengingat lebih dari 300 Bahasa Daerah yang ada di Indomesia, yang tadinya punya kompetensi penuh sebagai bahasa sehari-hari, perlahan-lahan digantikan oleh Bahasa Indonesia bahkan Bahasa Inggris.” Dengan kata lain, Bahasa Angkola, sebagaimana Bahasa Daerah lainnya di Indonesia perlahan-lahan akan ditinggalkan oleh generasi muda Batak Angkola. Kamus ini merupakan salah satu dokumentasi Bahasa Angkola, dengan harapan bahasa ini kelak tidak akan musnah ditelan zaman..

Bagi teman2 yang ingin memiliki kamus ini (waduh…, promosi nih…!! tapi gak apa2 deh, demi mempublikasikan karya Papa plus dalam rangka melestarikan Bahasa Batak Angkola), bisa menghubungi…

Ivo Siregar
Medan City Galerry
Jl. Sei Bingei No. 41 Medan
Telepon : 061-4521589
Email: redsagacraft@yahoo.com***

A Journey in The Afternoon

Jam menunjukkan waktu 16.40 Waktu Pekanbaru, petugas Bandara Simpang Tiga mengumumkan penumpang Merpati dengan nomor penerbangan MZ 225 jurusan Medan untuk boarding. Tati mendial no hp Tante Po. 0813 sekian2… Begitu telpon di terima,
Tati bilang : “Vo, kakak udah boarding nih.. Satu jam dari sekarang Ivo udah di bandara ya.”
Tante Po : “Iya kak. Berangkat sekarang, Kak? Di sini hujan lebat banget, udara gelap sekali kak. Ya sudah, satu jam dari sekarang Ivo udah di Polonia.”

Jezzzz… Ati Tati rasanya berdebar mendengar cuaca medan yang hujan lebat dan gelap… Rasa takut karena trauma turbulence yang terjadi November 2006, mulai menyebar ke dalam diri… Rasanya gak ingin terbang.. rasanya ingin pulang aja..
Tapi, Mama menunggu.. Udah sebulan sejak meninggalkan Mama di rumah sakit, Tati belum melihat Mama.. I miss My Mam so much.. Jadi gak ada pilihan… Harus pergi

Begitu take off dari Pekanbaru, udara alhamdulillah baik, meski gak cerah… Tati mengisi waktu dengan membaca buku Muhammad karya Martin Lings yang udah mulai dibaca beberapa bulan yang lalu, namun belum dilanjutkan..

Lewat setengah perjalanan, tiba2 flight attendance mengumumkan bahwa ada perubahan cuaca, sehingga penumpang diharapkan tetap duduk dan menggunakan seatbelt. Hati Tati mulai kembali kebat kebit, cemas… Di dalam hati perasaan bergolak… Tati memohon kepada Sang Maha Pencipta agar kalau sampai waktunya, semoga kepergian Tati tidak menimbulkan penderitaan bagi Papa dan Mama… Tapi sesaat kemudian hati Tati berkata Sang Maha Pencipta tahu yang terbaik, Dia adalah Penggenggam setiap kehidupan… Hati Tati kemudian menjadi pasrah… Pasrah dan yakin apa yang akan terjadi adalah yang terbaik…

Menjelang Kota Medan, terlihat awan tebal dan gelap menyelimuti kota… Ketika pesawat mulai landing, hati mulai lagi berdebar2… Yang mampu Tati lakukan hanyalah menyebut Asma Allah…

Pesawat meluncur dengan kecepatan masih tinggi, sementara terlihat runway tertutup genangan air. Air yang tergenang lalu muncrat kemana2…. Perlahan kecepatan pesawat turun…dan akhirnya berhenti, lalu bergerak dengan lambat menuju taxiway… Alhamdulillah pesawatnya gak tergelincir… Alhamdulillah, Tati masih diberi kesempatan untuk ketemu Papa dan Mama… ***