3rd Day : Toyama

Hari ketiga, setelah dari berkunjung ke Matsumoto, kami melanjutkan perjalanan ke Kota Toyama, yang berada lebih kurang 131 kilometer Barat Laut Matsumoto.

Toyama

Kota Toyama adalah ibukota Toyama Perfecture, dan merupakan pesisir Teluk Toyama. Jadi gak heran kalau di awal Februari cuaca di Toyama masih dingin, dan angin sangat kencang. Biasanya wisatawan ke Toyama Perfecture untuk mengunjungi Tateyama Kurobe Alpine, yaitu jalur pegunungan Alpen Jepang. Tapi jalur ini ditutup selama musim dingin.

Lalu, diriku dan teman-teman ngapain ke Toyama?

Karena salah satu teman dalam rombongan kami adalah penggemar Starbuck, dan hasil surfing di internet, dia mendapatkan informasi kalau salah satu gerai Starbuck di Toyama adalah gerai dengan pemandangan terindah di dunia. Gerai tersebut berada di kawasan Kansui Park, salah satu taman dengan danau di Kota Toyama. Danau tersebut aliran airnya terhubungkan ke laut. Jadi gerai tersebut must visit buat penggemar Starbuck. So, berkunjung ke Starbuck tersebut di Toyama kita masukkan ke itenerary.

Dari Matsumoto, kami naik kereta sekitar 3 jam, transit di Nagano Stasiun. Sebenarnya kesorean berangkat karena keasyikan strolling around di Kota Matsumoto, sehingga sampai di Toyama sudah malam. Saat kami sampai hari hujan dan berangin, sehingga udara terasa sangat sangat dingin.

Aku yang gak bawa payung, singgah dulu di minimarket yang ada di stasiun untuk beli payung. Dapatnya payung bening, sederhana, tapi cantik.

Dari stasiun kami jalan kaki ke Comfort Hotel yang sudah di-booking sebelumnya. Alhamdulillah hotel tersebut sangat dekat, hanya 300 meter. Tapi tetap gak mudah untuk ditempuh dalam hujan dengan angin yang kuat.. Mana pegang payung sambil dorong koper… Bbbrrrrrrrrrrrr…..

Di ingatanku tiba-tiba mengalun lagu New Snow yang dinyanyikan Micahel Ruff.. Lagu yang diberikan seorang sahabat lebih dari 20 tahun yang lalu.. Sahabat yang sudah lebih dulu berpulang..

New Snow…

Look, look out on the trees
Well from here it looks like crystal
Shining in the breeze
Look, look out on the land
Well it finally looks like winter
so just reach out your hand

Feel the new snow falling softly round me
a second chance to make things alright
Like a new love calling
new snow is falling
just outside my window tonight

She never said goodbye
she just walked out through the garden
and never told me why
she never shed a tear
now Im watchin out my window
as her footprints disappear

until the new snow falling softly round me
a second chance to make things alright
Like a new love calling
new snow is falling
just outside my window tonight

New snow falling softly round me
a second chance to make things alright
[make things alright]
Like a new love calling
new snow is falling
Just outside my window tonight
Just outside my window tonight

Back to the journey...

Sampai di hotel, urusan alhamdulillah gak ribet. Hanya sekitar 15 menit mengurus administrasi, menunjukkan bukti pemesanan, menyerahkan passport-passport untuk di-copy oleh petugas hotel, kami sudah mendapatkan 3 kunci kamar. Kami memesan 3 kamar, masing-masing kamar diinapin 2 orang.

Selesai urusan masukkan koper ke kamar, kami kembali turun ke lobby hotel untuk pergi ke Starbuck. Karena menurut petugas hotel yang sedang bertugas, lokasi Starbuck tersebut tidak jauh (menurut ukuran orang Jepang.. πŸ˜€ πŸ˜€ :D). Hanya butuh waktu 20 menit berjalan kaki, menurut mbah Google, jadilah kami berjalan kaki ke Kansui Park.

Tapi baru sekitar 5 menit kami berjalan, hujan yang tak terlalu lebat turun lagi bersama angin yang sangat kencang. Subhanallah, dinginnya…….. Mana sepatu jadi basah… Tapi mau balik arah rasanya tanggung.. Jadilah kami tetap berjalan, menyusuri trotoar, di jalanan yang sepi.. Setelah berjalan sekitar 20 menit, kami menemukan danau, dan melihat bangunan dengan tulisan Starbuck di kejauhan, di seberang danau.

Jadi ceritanya, kami sampainya di sisi lain danau. Untuk sampai ke bangunan gerai Starbuck tersebut, kami harus melewati jembatan Tenmon-kyo, yang melintasi danau di Kansui Park. Kalau masih sore dan gak hujan, pasti menyebrangi jembatan ini menjadi kegiatan yang menyenangkan, karena banyak hal bisa dilihat. Lha ini dalam gelap, hujan berangin sangat kencang.. Ammmppuuunnnn… Tapi lagi-lagi kami tak punya pilihan selain tetap berjalan.. Jadilah menyusuri jembatan dalam gelap, hujan dan angin kencang…. Hiiikkksss.s..

Starbuck di Kansui Park

Begitu sampai di depan gerai Starbuck tersebut, kami langsung bergegas masuk, mencari kehangatan.. πŸ˜€ Kami mencari tempat duduk yang strategis untuk dapat melihat pemandangan di luar. Tapi apa daya semua tempat duduk di dekat dinding kaca gerai tersebut sudah ditempati pengunjung lain yang sudah lebih dahulu datang. Kami terpaksa duduk di kursi yang terletak di tengah-tengan ruangan.

Starbuck Kansui Park

Setelah kursi dapat, kami bergantian memesan minuman dan makanan. Antrian gak panjang. Aku memesan chocolate panas dan sebuah cinnamon roll. Gak berani mesan hazelnut latte seperti biasanya, takut bikin susah tidur. πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€

Menu di gerai Starbuck ini sama dengan di gerai-gerai lainnya, sesuai standard Starbuck. Aku juga sempat melihat-lihat tumbler di lemari pajangan. Tidak ada yang spesifik gerai tersebut. Tidak ada juga yang spesifik Toyama. Jadi gak beli.

Setelah menikmati chocolate hangat dan sebagian cinnamon roll, aku berjalan ke halaman gerai Starbuck untuk melihat pemandangan di luar. Terlihat lampu-lampu jembatan yang melintasi danau di Kansui Park. Juga danau yang gelap dan tenang. Semuanya cantik. Sayang, kami sampai di tempat itu saat sudah gelap, sehingga tidak bisa melihat keindahannya secara utuh, tak bisa juga diulang esok paginya, karena kami harus melanjutkan perjalanan ke Takayama untuk mengunjungi Shirakawa-go.

Tenmon-kyo Bridge

Dengan pertimbangan tubuh yang sudah lelah, sepatu yang sudah basah, sebagian pakaian yang sudah lembab, serta kesehatan yang harus dijaga, kami memutuskan kembali ke hotel dengan menggunakan taxi, yang minta tolong dipesankan oleh petugas Starbuck. Kami pesan 2 unit taxi, untuk 6 orang. Lupa berapa onglos taxi untuk jarak yang sekitar 1 km dari gerai Starbuck ke Comfot Hotel, kalau gak salah sekitar Rp.200ribu-an.

For some people, apa yang kami lakukan mungkin terlihat bodoh. Tapi buat diriku, perjalanan adalah perjalanan, sesuatu yang perlu dinikmati dengan segala sisinya…

Sampai di hotel, sebelum tidur, kami melakukan upaya mengeringkan sepatu dengan menggunakan hairdryer milik hotel.. πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€ Lalu meletakkannya di kursi-kursi di sekitar heater di kamar hotel.. Usaha pakai banget..

Toyama

Pagi-pagi, setelah selesai berberes kami sedikit menikmati daerah di sekitar hotel, sebelum menuju stasiun untuk melanjutkan perjalanan ke Takayama.. Terlihat tumpukan salju di trotoar dan tepi-tepi jalan. Pemandangan yang unik buat diriku yang sejak kecil tinggal di wilayah tropis. Di ingatanku kembali mengalun lagu New Snow…. ***

3rd Day : Matsumoto

Saat menyusun ittenerary, diriku berharap bisa melihat kota-kota yang punya tinggalan budaya, salah satunya adalah istana. Dari hasil baca-baca dan surfing di internet, aku mendapatkan informasi salah satu istana tertua di Jepang yang masih ada adalah istana yang berada di Kota Matsumoto, Nagano Perfecture. Kota ini berada sekitar 219 km barat laut Tokyo.

Karena pada hari keempat kami akan ke Kota Takayama yang merupakan base untuk mengunjungi Shirakawa-Go, yang tiketnya sudah kami beli sebelum keberangkatan, maka kami membuat rute perjalanan hari ketiga ke Matsumoto dan dilanjutkan dengan ke Takayama di hari keempat. Namun karena salah seorang teman melihat informasi ada suatu tempat yang must visit di Kota Toyama, maka diputuskan perjalanan hari ketiga adalah Tokyo – Matsumoto – Toyama (ningap di sini). Lalu dilanjutkan hari keempat perjalanan Toyama – Takayama – Shirakawa-Go – Takayama.

So, here the strory our journey to Matsumoto..

  1. Perjalanan ke Matsumoto
Limited Express Train

Hari Sabtu pagi tanggal 8 Februari 2020, pagi-pagi kami sudah keluar dari tempat menginap di kawasan Yotsuya, di Tokyo. Perjalanan dimulai dengan mengantarkan koper-koper besar ke agen Takkyubin di Seven Eleven yang tak jauh dari Yotsuya Station. Kami melanjutkan perjalanan dengan membawa koper ukuran kabin, ransel dan sling bag saja.

Dari Yotsuya Station kami menuju Shinjuku Station untuk menaiki Limited Express Train menuju Matsumoto, dengan menggunakan JR Pass. Ini pengalaman pertama naik kereta untuk jarak yang relatif jauh, sekitar 3 jam, dan karena belum pengalaman, kami langsung naik saja ke kereta. Padahal JR Pass yang kami beli, bila ingin naik ke kereta harus reserve tempat duduk dulu di loket JR Station tempat keberangkatan. So, jadilah kami diperkenankan duduk di tempat duduk yang kosong, dan harus pindah ke tempat duduk lain, bila penumpang pemesan tempat duduk naik di station berikutnya. Tanda kursi yang kosong, lampu di sebelah nomor tempat duduk yang terdapat di dinding samping, akan berwarna merah. Bila pada station berikutnya, ada penumpang yang akan naik dan sudah reserve tempat duduk tersebut, maka lampu berubah warna menjadi hijau. Penumpang tanpa kursi yang numpang duduk di nomor tersebut, silahkan pindah ke kursi lain. Bila tak ada kursi yang kosong, silahkan berdiri di ujung gerbong penumpang. πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€ Lelah…? Pasti. Tapi terobati dengan pemandangan indah di sepanjang perjalanan, termasuk pemandangan Gunung Fuji di sisi kiri kereta di awal perjalanan.

Locker at Matsumoto Station

2. Suitcase Handling

Kami sampai di Matsumoto Station sekitar jam 12.00 waktu setempat. Kami langsung mencari locker dan menitipkan koper-koper kami di sana. Loker di Matsumoto Station berada di lantai dasar, di seberang Starbucks, satu ruangan dengan waiting room. Harga sewa locker tergantung besar ruang locker yang akan digunakan. Untuk menggunakan locker tersebut, kita harus menggunakan coin Yen 100. Bila tak punya, kita bisa menukar di toko-toko di seberang locker, mereka bersedia membantu tanpa kita harus belanja di toko tersebut. Cara menggunakan locker, terdapat di pintu-pintu locker dalam dua bahasa, Bahasa Jepang dan Bahasa Inggris. Jadi tak perlu khawatir.

3. Matsumoto City

Dari Stasiun Matsumoto kami berjalan kaki mengikuti arahan Maps Go, ke arah Istana Matsumoto. Jarak tempuh sekitar 1,4 kilometer. Jauh….? Lumayan, tapi pemandangan di sepanjang jalan sungguh cantik.. Di kiri kanan berdiri toko-toko dengan kaca-kaca besar yang memajang aneka barang cantik dan tertata apik.. Sungai yang melintasi kota ini bersih, dan dilintasi jembatan-jembatan yang juga cantik. Kota ini benar-benar ramah untuk pejalan kaki, bahkan di beberapa bagian ruas ajalan tersedia bangku-bangku yang nyaman untuk pejalan kaki beristirahat sejenak.

Matsumoto City

Ada yang unik di Kota Matsumoto. Di beberapa sudut jalan terdapat pancuran kecil, Daimyocho Otemon Ido Well, yang airnya bersumber dari mata air pegunungan (spring). Airnya bersih dan layak minum. Para pejalan kaki bisa singgah, mengambil air dari pancuran dengan centong yang disediakan, dan langsung meminumnya. Apa rasa airnya? Gak ada rasa apa-apa, tawar tapi sejuk dan segar…

Daimyocho Otemon Ido Well

4. Matsumoto Castle

Matsumoto Castle Ticket Box, Gate and Park

Setelah jalan kaki sekitar 20 menit, kami melihat Istana Matsumoto yang megah. Kawasan istana ini dikelilingi oleh parit besar yang memisahkannya dari kawasan lain di Kota Matsumoto. Parit tersebut berisikan ikan-ikan koi dengan ukuran yang relatif besar. Untuk masuk ke istana dan kawasannya, setiap pengunjung harus membeli tiket seharga Yen 700 untuk pengunjung dewasa. Harga tiket termasuk biaya guide dan peminjaman sandal.

Guide yang bertugas di kawasan istana tersebut adalah para senior citizen Kota Matsumoto yang mempunyai kemampuan berbahasa asing dan menyediakan waktu beberapa hari dalam seminggu untuk menjadi guide sebagai wujud kecintaannya kepada kota ini. Koordinator guide yang berdiri di sekitar tiket box menanyakan asal kami, dan ketika kami menyebutkan Indnesia, salah seorang di antara mereka langsung mengajukan diri dengan penih semangat. ternyata guide tersebut mempunyai kedekatan rasa dengan Indonesia. Almarhum ayahnya pernah bertugas ke Indonesia pada masa penjajahan Jepang, dan beliau kerap bercerita tentang beberapa kota di Indonesia yang pernah dikunjungi kepada anak-anaknya.

Setelah membeli ticket, untuk masuk ke kawasan istana pengnjung harus melewati gerbang besar, yang di sisi dalam sebelah kirinya terdapat patung penjaga berbaju zirah penuh warna. Di halaman juga ada beberapa orang-orang yang menggunakan baju tradisional, lengkap dengan kipas dan senjata, yang bisa diajak foto bersama dengan aneka gaya. Jasa yang mereka berikan merupakan bagian dari service yang sudah termasuk harga tiket.

Untuk masuk ke dalam istana, setiap pengunjung harus menggunakan sandal khusus, sandal yang biasa digunakan penduduk jepang saat di rumah. Bahagian atasnya berbahan rajut. Sepertinya untuk menjaga kelestarian lantai-lantai istana yang terbuat dari kayu, sandal tersebut juga untuk melindungi kaki pengunjung dari rasa dingin, dan licinnya anak tangga yang di beberapa bahagian sangat curam.

Apa istimewanya Istana Matsumoto sehingga diriku merasa perlu dibela-belain mengunjunginya…?

@ Matsumoto Castle

Istana Matsumoto yang termasuk Japan National Heritage dibangun pada tahun 1594. Salah satu dari sedikit istana peninggalan sebelum Zaman Edo yang masih tersisa. Istana dengan tampak luar berwarna hitam, kerap disebut sebagai Istana Gagak, mempunyai menara utama yang terdiri dari 6 lantai.

Bagian dalam Matsumoto Castel dan pemandangan dari lantai 4

Meski dari luar terlihat besar, ternyata menara utama istana ini relatif kecil, dengan tangga-tangga yang sangat curam menghubungkan lantai demi lantai. Seluruh bangunan menara utama ini terbuat dari kayu, dengan tiang-tiang penyangga berbentuk balok. Lantai dasar benteng terdiri dari panggung berketinggian sekitar 30 cm, dengan lorong-lorong di sekitarnya. Lorong-lorong ini berfungsi sebagai “Musha Bashiri” alias warrior running passage, lorong tempat para prajurit berlari-lari sambila membawa pedang. Bekas goresan pedang terlihat pada kayu-kayu yang ada di lantai tersebut.

Setiap lantai di menara utama, kecuali lantai 3, mempunyai dinding-dinding berjendela, yang digunakan sebagai tempat senjata untuk melawan musuh. Ada 2 bentuk jendela di menara utama, yaitu Yazama dan Teppozama. Yazama adalah jendela berbentuk persegi pajang, yang digunakan untuk menembakkan anak-anak panah kepada musuh yang menyerbu. Adapun Teppozama adalah jendela berbentuk bujur sangkar, yang digunakan untuk menembakkan peluru dari senapan. Seiring dengan diperkenalkannya senjata api dari Eropa, pada awalnya hanya jendela Yazama yang digunakan. Namun dengan diperkenalkannya senjata api, maka kedua jenis jendela tersebut digunakan secara berkombinasi. .

Apa fungsi lantai 3 yang sama sekali tidak mempunyai jendela? Lantai 3 yang merupakan “attic” atau ruang bawah atap lantai 2, digunakan sebagai tempat menyimpan perbekalan makanan, bubuk mesiu dan perbekalan senjata. Ketidakadaan jendela di lantai 3 menyebabkan menara utama di istana Matsumoto dari luat terlihat sebagai bangunan 5 lantai. Oleh karenanya, lantai 3 disebut sebagai hidden floor, lantai tersembunyi.

Moon Viewing Wing

Pada lantai teratas atau lantai 6, terdapat Moon-Viewing Wing, alias sayap atau balkon untuk memnadang bulan. Romantisnya bangsawan kerajaan Jepang tempo dulu ya… Balkon ini menghadap ke arah utara, timur dan selatan. Ruangan ini dibangun berdasarkan arahan Naomasa Matsudaira, cucu dari Tokugawa Ieyasu, Shogun pertama dari periode Tokugawa. Saat ini tinggal 2 istana saja yang masih memiliki Moon-Viewing Wing, yaitu istanam Matsumoto dan istana di Kota Okayama , Okayama Perfeture.

Apa yang dipamerkan di dalam menara utama istana Matsumoto? Beberapa koleksi senjata api dan baju zirah. Meski tak banyak koleksi yang dipamerkan, tapi pemandangan dari jendela-jendela yang ada di menara utama istana ini luar biasa indah. Namun ada pembatasan waktu untuk setiap pengunjung atau rombongan pengunjung. Bahkan pengunjung tidak diperkenankan berlama-lama di satu bahagian. Hal ini diterapkan untuk menjaga agar setiap lantai tidak mengalami beban berlebih pada saat yang sama.

Nawate Dori

5. Nawate Dori

Selesai melihat bahagian dalam menara utama Istana Matsumoto, kami menlanjutkan berjalan kaki. Tujuannya ke Nakamachi Dori, sebuah shopping strret untuk wisatawan, yang berjarak sekitar 600 meter Istana Matsumoto. .Tapi di tengah perjalanan kami menemukan Nawate Dori, sebuah jalan yang panjangnya sekitar 100 meter saja, namun di kiri kanannya banyak toko-toko kecil yang menjual berbagai produk yang lucu-lucu, berbentuk kodok. Nawate Dori ditandai dengan patung kodok bergaya ala ninja di salah satu dudut di pangkal jalan.

Klo aku bilang siyy.. Nawate Dori itu Keroppi District.. Hehehehe.. Buat teman-teman remaja putri di tahun 1980-an dan senang dengan berbagai produk dengan merk Sanrio, teman-teman pasti kenal dengan character Hello Kitty, Littlre Twin Star, My Melody, Tuxedo Sam, dan si kodok ijo Keroppi.

Selain menjual aneka produk berbentuk kodok, di Nawate Dori juga menjual kaus kaki, totte bag, payung yang cantik-cantik, juga aneka jajanan khas Jepang. Tapi soal jajanan di Jepang, harus hati-hati memang, karena tak banyak outlet yang menjual makanan bersertifikasi halal.

Di samping Nawate Dori juga terdapat Yohashira Shrine tempat beribadah umat Shinto, dengan gerbang yang tinggi menghadap ke sungai yang berada di balik salah satu deretan toko-toko kecil di Nawate Dori. Di shrine ini juga banyak merpati, yang segera beterbangan ketika genta yang ada di salah satu pojok shrine diayun.

Dari Nawate Dori, kami membatalkan rencana untuk melanjutkan perjalanan ke Nakamavhi Dori, karena tubuh rasanya sudah lelah, belum makan siang dan, harus mengejar kereta untuk melanjutkan perjalanan ke Toyama. Jadi kami langsung kembali ke Matsumoto Station, dengan berjalan kaki sepanjang 900 meter.

6. Kulineran di Matsumoto

Soba dan kedai modern

Tak mudah menemukan makanan halal di Matsumoto. Apa lagi di siang menjelang sore, saat resto2 pada tutup untuk rehat siang. Beberapa teman memilih untuk membeli roti, sementara buat aku dan kak Vivi rasanya roti tidak cukup. Kami butuh makan berat dan hangat. Udah capek jalan seharian… Mana udara dingin pula.. πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€

Di samping Matsumoto Station kami menemukan Soba Ogiso Mill Matsumoto Ekimae, kedai yang menjual soba, makanan khas Jepang. Soba adalah mie yang terbuat dari biji soba, atau gandum kuda (Latin : Fagopyrum esculentum). Soba dihidangkan dengan kuah miso, dengan pilihan miso dingin, atau miso panas. Miso di Jepang tidak sama dengan miso di tempat kita. Miso di Jepang adalah sup yang dibuat dengan menggunakan dashi, kaldu khas Jepang. Di kedai Soba Ogio, pilihan protein untuk menyantap soba adalah ayam, udang atau kerang, no beef. Ini yang membuat diriku merasa aman untuk masuk ke kedai ini. Selain itu di kedai ini juga tersedia kakiage (gorengan sayur iris pakai tepung) dan ubi jalar goreng untuk teman menyantap soba.

So, sore itu semangkok soba panas dengan sepotong kakiage (sayur), pkus segelas ocha panas adalah pilihan ternikmat di udara yang 2 derjaat celcius.. Alhamdulillah..

Meski tak besar, kedai Soba Ogiso Mill Matsumoto Ekimae adalah kedai yang modern. Di kedai ini pembeli melakukan pemesanan di mesin seperti ATM, lengkap dengan pembayaran yang akan direspon mesin dengan mengeluarkan selembar receipt dan uang kembalian, jika ada. Pelayan hanya berada di balik counter, mengolah dan memberikan makanan sesuai yang dipesan pembeli di mesin. Mereka tidak menerima pesanan, tidak juga menerima uang. Jadi kesalahan pesan sepenuhnya tanggung jawab pemesan. Tak juga ada kesalahan pembayaran, karena tidak ada kasir di sini. Tempat menikmati makanan di sini, hanya meja kayu yang menempel di dinding toko, dan kursinya berupa bangku-bangku kayu. Jumlah tempat duduk di kedai ini juga terbatas. Setelah selesai makan, pembeli yang makan di tempat menyerahkan kembali baki yang berisi piring dan gelasbekas makan kepada pelayang yang berdiri di balik counter. Minimalis, tapi keren, menurut diriku.

Selesai makan siang yang sangat telat, kami mengambil koper di locker, lalu melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya, ke Kota Toyama. ***

2nd Day : Hakone

Hari kedua di Jepang, kami melakukan one day trip ke Hakone.

Dimana itu Hakone? Apa daya tarik wisata di sana?

Hakone berada sekitar 100 km di barat daya Tokyo, di Kanagawa Perfecture. Daerah ini bahagian dari Fuji-Hakone-Izu National Park, dan merupakan lokasi terdekat untuk melihat keindahan Gunung Fuji. Sebagai sebuah kawasan yang luas, ada banyak yang bisa dilihat dan dikunjungi di Hakone.

Untuk menyusuri Hakone, tersedia beberapa alternatif rute perjalanan yang bisa dipilih oleh pengunjung, lengkap dengan fasilitas 8 moda transportasi yang menghubungkan berbagai tempat di sana. 8 Moda? Apa aja? Hakone Tozan Cable car, Kereta Hakone Tozan, Hakone Ropeway, Tokai Bus Orange Shuttle, Bus Express Odakyu Hakone, Bus Tour Keliling, Bus Hakone Tozan dan Kapal Pesiar Hakone. Tersedia free pass yang memungkinkan wisatawan membeli 1 tiket untuk mengunjungi berbagai tempat di Hakone dengan menggunakan 8 moda transportasi tersebut.

Pilihan free pass tergantung dari lama kunjungan yang diinginkan, juga titik awal perjalanan ke Hakone. Dari lama kunjungan ada 2 pilihan, yaitu tiket untuk 2 hari atau tiket untuk 3 hari. Dari titik awal kunjungan, juga ada pilihan tiket, yaitu beli di Shinjuku Stationn atau beli di Odawara Station.

Beli tiket di Shinjuku Station. Pilihan ini berarti dari Station tersebut, pengunjung akan naik Romancecar, kereta api khusus, dengan jumlah penumpang terbatas, dan waktu tempuh kurang dari 1 jam, sampai ke Hakone-Yumoto,

Jika beli tiketnya di Odawara Station, berarti pegunjung naik kereta api dari Tokyo (tidak harus Shinjuku) ke Odawara. Ada beberapa alternatif kereta api dari berbagai stasiun di Tokyo. Kalau mau cepat, dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam, alternatifnya kereta shinkansen. Kalau mau harga tiket lebih murah, namun waktu tempuh hampir 2 jam, alternatifnya adalah kereta Odakyuline.

Odawara, Hakone Free Pass, Hakone Tozan, Hakone Yumoto

Kami pilih free pass yang mana? Karena tempat kami menginap tidak di sekitar Shinjuku Station, kami memilih naik shinkansen ke Odawara, dan membeli tiket Hakone Free Pass di sana. Saat kami berkunjung harga tiket day free pass Yen 4.600,-

Setelah membeli tiket Hakone 1 Day Free Pass di lantai 2 Stasiun Odawara, lihat-lihat toko souvenier dan beli roti yang enak pakai banget di lantai 1 stasiun, kami kami melanjutkan perjalanan ke Hakone-Yumoto dengan menaiki kereta jalur Hakone Tozan. Hakone-Yumoto merupakan awal dari wilayah Hakone. Kalau pengunjung naik Romancecar dari Shinjuku, turunnya juga di Hakone Yumoto.

Perjalanan dari Odawara ke Hakone Yumoto berlangsung 16 menit. Selama di perjalanan, mata dimanjakan dengan pemandangan semak (bush) khas pegunungan, dan sungai-sungai yang cantik dan jernih. Ada juga sedikit pemukiman. Semuanya indah…

Dari Hakone-Yumoto, perjalanan dilanjutkan dengan bus ke Gora, tempat stasiun Tozan Cable Car untuk ke Sounzan. Gora itu seperti kawasan Puncak di Jawa Barat, tapi lalu lintasnya lebih sepi, kerapatan bangunan yang juga lebih rendah, sehingga lebih nyaman, udaranya lebih bersih. Berapa waktu tempuh dari Hakone-Yumoto ke Gora? 36 menit saja. Gak jauh, dan pemandangan di sepanjang jalan membuat mata tak bisa mengantuk. Indah, sayang untuk dilewatkan…

Gora, Garden Craft House

Dari halte bus Gora ke stasiun Tozan Cable Car ditempuh dengan jalan kaki, menanjak sekitar 300 meter. Jalan tersebut berada di kawasan pemukiman, sepi kendaraan lalu lalang. jadi nyaman. Setelah sampai di sekitar stasiun, jangan langsung masuk, karena tak jauh dari stasiun ada taman dengan bunga-bunga dan air mancur yang cantik. D sekitar situ juga ada crafthouse, tempat menjual produk kriya yang cantik-cantik. Di situ juga ada kelas membuat keramik, dan juga membuas kriya dari pasir yang dibakar sehingga menghasilkan wadah kaca beranek bentuk. Bagi pencinta kriya, ini pasti kesempatan belajar yang sangat menarik. Sayang untuk dilewatkan.

Sounzan, Ropeway, Owakudani

Karena saat kami berkunjung Tozan Cable Car ada perbaikan jalur, maka setelah kmenikmati taman dan berkunjung ke crafthouse, kami harus kembali ke halte, dan melanjutkan perjalanan sekitar 3,5 kilometer dengan bus ke Sounzan.

Ada apa di Sounzan ?

Sounzan merupakan starting point untuk menaiki ropeway alias kereta gantung, melintasi kawah gunung api menuju Owakudani. Ropeway dengan kaca di empat sisi, membuat penumpang bebas melihat ke seluruh penjuru. Pemandangan dari dalam ropeway di sepanjang perjalanan, benar-benar luar biasa unik. Kawah gunung api. Tak ada kehidupan yang tampak, kecuali semak. Itu pun sangat jarang.

Owakudani merupakan lembah gunung api (volcano) yang terbetuk sekitar 3.000 tahun yang lalu akibat ledakan gungung api Hakone. Di lembah ini terdapat bukaan sulfur dan mata air panas dari gunung api. Karena berada di pergunungan dan wilayahnya sangat terbuka, tanpa ada vegetasi, angin di Owakudani sangat kencang, udara menjadi sangat dingin, membuat kulit membiru.. Bbbbrrrrrrr…..

Apa yang istimewa di Owakudani?

Owakudani, Geomuseum, Black egg

Selain pemandangan kawah (crater), toko souvenier, dan resto, di sana juga ada Geomuseum yang menceritakan proses geologi wilayah Hakone, khususnya Owakudani. Dan, di sini toko-toko souvenier menjual Black Egg. Black egg adalah telur yang dimasak dengan di hotspring alias alias mata air panas dari gunung api. Proses tersebut membuat kulit telur jadi berwarna hitam, tapi isinya siyy tetap sama seperti telur yang dimasak biasa. Gak ada perbedaan rasa. Black egg menjadi icon sekaligus oleh-oleh utama dari Owakudani, bahkan penjualannya ada sejak di Odawara Station. Black egg biasanya dijual dalam paket yang terdiri dari 5 butir, dengan harga Yen 500 atau setara dengan Rp.65K. Kalau dibanding harga di Indonesia, apa laku ya jual telur sebutir Rp.13K? πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€

Dari Owakudani, perjalanan dilanjutkan ke Togendai. Jalur ini bisa ditempuh dengan ropeway, tapi karena kami kurang info, kami ke Togendai-ko dengan menggunakan bus selama 30 menit.

Togendai-ko

Apa yang mau dilakukan di Togendai yang berada di tepi Lake Ashi? Togendai-ko merupakan tempat berganti moda transportasi, dari ropeway ke kapal pesiar. Di Togendai ada tempat bermain sepeda air yang berbentuk bebek, tapi saat kami berkunjung tak ada nampak pengunjung sama sekali. Mungkin karena udara yang sangat dingin. Di sini ada permukiman tapi tidak besar, juga ada beberapa restaurant, tapi tak terlihat ada pengunjung. Sepi, kecuali di Togendai-ko, yang artinya stasiun Togendai.

Kapal persiar yang menysuri Lake Ashi mempunyai desain yang unik. Penuh ukiran yang mengingatkan diriku pada dewa Neptunus… πŸ˜€ Kapal ini mempunyai 2 lantai ruangan tertutup, sedangkan lantai 3 merupakan dak, atau ruang terbuka, tempat penumpang bisa melihat pemandangan di sepanjang pelayaran dengan bebas.

Dari Togendai-ko kapal berlayar selama 45 menit ke Hakone sightseeing cruise di Moto Hakone, sebuah area pedesaan dengan pemandangan Gunung Fuji. Pemandangan tepian Lake Ashi di sepanjang kapal berlayar sungguh indah.

Lake Ashi

Moto Hakone desa yang nyaman, smenarik buat disusuri. Di sana terdapat beberapa museum, coffee shop, hotel-hotel, restaurant dan toko-toko souvenier. Sayang kami sampai ke sana menjelang senja, dan membuat kami tidak punya cukup waktu untuk menikmati desa ini. Sepertinya rancangan perjalangan yang lebih baik adalah menginap di desa ini, dan menikmati pemandangan Gunung Fuji di esok harinya.

Dari Moto Hakone, kami berusaha untuk pergi ke Gotemba. Tapi belum sampai setengah jalan, kami berganti bus untuk kembali ke Odawara, agar tidak kemalaman untuk kembali ke Tokyo. One day trip ke Hakone sungguh menyenangkan. Tapi untuk dapat lebih menikmati daerah yang luar biasa ini, sebaiknya dilakukan dalam 2 hari.***

1st Day : Tokyo Cruise

Saat menyusun ittenerary, menyusuri Tokyo tentu sebuah keharusan bila traveling ke Jepang. Dalam buku travel guide Lonely Planet,Japan dikatakan, buat bisa merasakan Old Tokyo, kawasan yang perlu dikunjungi adalah kawasan Asakusa dan tepian sungai Sumida (Sumidagawa), sungai yang bermuara di Teluk Tokyo.

Di berbagai kota besar dengan sejarah yang panjang, pada tepian sungai (river banks) biasanya terdapat banyak tinggalan sejarah, berupa kawasan pemukiman atau perdagangan lama. Hal ini menyebabkan aktivitas menyusuri sungai merupakan perjalanan yang selalu menarik, buat aku, saat mengunjungi kota-kota yang usianya relatif panjang. Dari hasil baca-baca, aku jadi tahu kalau ada cruise menyusuri sungai Sumida dari Asakusa sampai ke Odaiba, atau sebaliknya. Namanya paketnya Tokyo Cruise. For your information, cruise ini, seperti juga Bateaux-Mouches yang menyusuri sungai Seine, menyediakan layanan untuk dinner. Kebayang gak siyy romatisnya makan malam sambil menyusuri sungai..?? Perlu rogoh kocek dalam-dalam kayaknya klo mau makan malam di kapal tersebut… πŸ˜€

Odaiba : Rainbow Bridge dan DaikanranshaPerlu r

Btw, Odaiba itu dimana..?

Odaiba adalah pulau buatan yang menjadi pusat hiburan teknologi canggih di Teluk Tokyo. Untuk sampai ke Odaiba, dari Tokyo kita harus melintasi Rainbow Bridge. Di Odaiba terdapat kantor pusat Fuji Television Network, dengan bnetuk bangunan yang unik, yang bisa dikunjungi, dengan membeli tiket. Di Odaiba juga terdapat Pallete Town, tempat dimana terdapat Daikanransha, ferish wheel alias bianglala di tepi laut dengan pemandangan gunung Fuji,

So, hari pertama di Jepang tujuan kami adalah naik Tokyo Cruise dari Odaiba ke Asakusa. Kenapa milih berangkat dari Odaiba, bukan dari Asakusa? Pertimbangannya, Asakusa lebih dekat ke area kami menginap, sehingga jarak dan waktu tempuh untuk pulang akan lebih cepat saat tubuh telah lelah berjalan sehaarian. Dan rasanya setelah menyusuri sungai, bisa mencari kuliner halal yang infonya cukup banyak di kawasan Asakusa. Rencananya perjalanan ini bisa dilakukan mulai pukul 10 pagi, tapi karena ada beberapa kejadian yang unpredictable, kami baru bisa memulai perjalanan dari Shinjuku Station sekitar jam 2 siang. Jadi jalannya gak bisa sebanyak yang direncanakan. Gak bisa juga terlalu berleha-leha.

Untuk sampai ke Odaiba, kami naik kereta api, turun di Tokyo Teleport Station. Namun karena salah mengambil pintu keluar, kami bukannya langsung ke dermaga Tokyo Cruise. Kami nyasar ke arah Daikanransha dan Venus Fort. πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€ Venus Fort adalah mall dengan arsitektur Eropa Klasik. Mall ini tidak terlalu besar. Sebagaimana umumnya mall, di tempat ini tersedia counter-counter pakaian, tas, sepatu, baik yang branded maupun tidak. Terdapat juga tempat makan, berupa food court dan beberap restoran fine dining.

Setelah rehat dan makan siang yang telat di Venus Fort, kami kembali melanjutkan perjalanan ke dermaga Tokyo Cruise. Sebenarnya aku ingin juga naik Daikanransha, tapi waktunya tidak memungkinkan. Kami harus mengejar jadwal keberangkatan Tokyo Cruise. Lagi pula, waktu yang tepat untuk dapat melihat gunung Fuji agar tidak tertutup awan adalah di pagi hari.

Perjalanan ke dermaga Tokyo Cruise pakai perjuangan. Kami harus jalan kaki sekitar 1.5 kilometer dengan mengikuti petunjuk Google Map… πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€ Tapi perjuangan tersebut tidak sia-sia, selain sampai ke dermaga Tokyo Cruise, dan alhamdulillah masih dapat trip terakhir untuk hari itu. Bahkan kami bisa menikmati pemandangan menjelang sunset, dan menikmati senja dari atas kapal.

Tokyo Cruise

Saat kami naik Tokyo Cruise sore itu, penumpang tidak banyak. Hanya kami 6 orang plus 1 orang penumpang laki-laki. Jadi kami bebas untuk memilih mau duduk atau berdiri dimana saja di kapal tersebut. Bila ingin duduk nyaman dan hangat, bisa duduk di bagian dalam kapal dan melihat pemandangan tepi sungai dari jendela-jendela kapal. Tentu, pandangan terbatas, tidak seluas bila berada di bagian luar kapal..

Diriku dan kak Vivi yang senang menikmati udara bebas, memilih untuk berdiri di bagian atas kapal. Tempat tersebut cukup lebar berpagar, dan memang disediakan buat penumpang agar bisa bebas menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan. Angin di akhir musim dingin yang bbbrrrrrhhhhhh, sama sekali tidak membuat kami gentar, padahal sumpah, dingiiiiinnn banget, sampai jari-jari tangan terasa kaku.. Sarung tangan, gak cukup tebal untuk menghangatkan… Mungkin genggaman dari kekasih hati bisa menghangatkan.. Eaaaa…. !!!!

Sumida River Bank View

Apa saja yang terlihat di sepanjang perjalanan? Tepian Sumidagawa diisi dengan jejeran gedung-gedung bertingkat dengan arsitektur modern, dengan iconic building Tokyo Sky Tree. Tak terlihat bangunan tua dengan arsitektur Jepang. Berbeda dengan sungai Seine yang tepiannya dipenuhi bangunan-bangunan tua. Selain itu, di awal perjalanan kami juga melihat dan melintasi Rainbow Bridge yang bentuknya seperti red cable bridge San Fransisco, tapi warnya putih.

Sungguh meski tak melihat kawasan tua di tepiannya, menyusuri sungai Sumida bagiku adalah sebuah perjalanan yang menyenangkan. Pemandangan, angin akhir musim dingin membawa rasa tersendiri..

Buat teman-teman yang akan traveling ke Jepang bila pandemi telah berlalu, bila memungkinkan sediakan waktu sehari penuh untuk mengunjungi Odaiba dan Asakusa. Usahakan sepagi mungkin sampai ke Odaiba agar bisa naik Daikanransha dan menikmati pemandangan gunung Fuji.. Dari searching-searching, infonya harga tiket naik wahana ini Yen1.000 buat orang dewasa, dan Yen500 buat anak-anak. Kira-kira Rp.130.000,- dan Rp.65.000,- Dan jangan lupa…, menikmati pemandangan tepian Sumidagawa dari Tokyo Cruise.. Untuk melihat jadwal dan harga tiket Tokyo Cruise, teman dapat lihat di website Tokyo Cruise, di sini.. ***

Tokyo Sky Tree from Tokyo Cruise

Traveling Mandiri ke Jepang, A Preparation (Part 2)

Kita lanjutin lagi cerita tentang persiapan perjalanan mandiri ke Jepang di Februari 2020, yang sudah ditulis di postingan sebelumnya yaa teman-teman…

TRANSPORTASI LOKAL

Kartu suica dan Vending Machine

Bila Japan Rail Pass digunakan untuk naik kereta api antar kota, untuk transportasi umum di Tokyo, kami membeli kartu SUICA. Saya membeli kartu SUICA secara online di Klook pada tanggal 17 Januari 2020. Tanggal 22 Januari 2020 terima email yang isinya voucher untuk ditukar dengan kartu SUICA yang isinya JPY1.500 dan deposit (jumlah yang tidak bisa digunakan untuk transaksi, tapi bisa di-refund saat pengembalian kartu ke JR Office) sebesar JPY500. Lokasi penukaran, ada di Bandara Haneda, Bandara Narita, juga di beberapa tempat lainnya yang dicantumkan di email.

Untuk kartu SUICA, menurut saya lebih baik beli setelah tiba di Jepang saja, karena kartu ini mudah didapat di counter JR yang ada semua stasiun di Tokyo. Kalau beli di Klook, harus ditukar di tempat tertentu, yang jam operasinya belum tentu sesuai dengan waktu perjalanan kita. Bahkan klo kita beli SUICA di counter JR ada pilihan, untuk turis atau bukan. Kalau untuk turis harganya berbeda, lebih murah. Selain itu gambar di kartu SUICA berbeda dengan kartu SUICA classic yang saya dapat. Teman-teman yang beli di di sana, kartunya bergambar bunga sakura. Untuk pengecekan dan penambahan (top up) saldo, bisa dilakukan di vending machine yang terdapat di sekitar pintu-pintu masuk stasiun. Penggunaan vending machine relatif mudah, so don’t worry.. Justru berkenalan dengan berbagai teknologi yang ada menjadi daya tarik sendiri selama di perjalanan..

Saya menukar voucher SUICA dimana? Di Shinjuku Takashimaya Duty Free, yang berlokasi di Takashimaya Times Square, 11th Floor, 5-24-2 Sendagaya, Shibuya-ku, Tokyo. Nemu lokasinya gak sengaja, saat mundar mandir ngisi waktu di Shinjuku Station menunggu teman yang menjemput passportnya ketinggalan di apartemen tempat kami menginap. Shinjuku Takashimaya itu bagian belakang gedungnya persis di seberang kantor JR di Shinjuku Station. Kesimpulannya, klo beli SUICA, beli setelah sampai di Jepang aja… πŸ˜€

Btw, klo gak salah ingat kartu SUICA ini juga bisa diguunakan untuk transportasi lokal di Osaka dan Kyoto. Jadi ini kartu efektif banget.

Google Map membantu mencari transportasi umum yang akan digunakan

Lalu…, bagaimana merencanakan jadwal perjalanan, untuk ke berbagai tempat? Mau naik apa, di stasiun mana, jam berapa?

Alhamdulillah… Jepang sebagai negera yang modern, dengan sistem transportasi umum yang canggih, informatif dan tepat waktu, membuat kita bisa merencanakan perjalanan dengan baik. Kita bisa melihat semua informasi transportasi umum di aplikasi Google Map. Bila kita memasukkan tempat awal dan tujuan, serta kapan waktunya kita bergerak, Google Map akan memberikan informasi arah ke stasiun/halte, pilihan-pilihan transportasi publik yang bisa kita naiki di sekitar waktu yang kita inginkan, nomor platformnya, bahkan berapa stasiun/halte yang akan kita lewati untuk sampai ke tujuan. Jadi kita insya Allah gak akan nyasar.. Klo nyasar2 dikit, tanya Google Map lagi. πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€

Buat saya merencanakan transportasi ini salah satu bahagian yang sangat menyenangkan dalam merencanakan perjalanan kami.

Shirakawa-go Illumintaion

PAKET TRAVELING KHUSUS

Selama traveling di Jepang, inginnya semua perjalanan dilakukan secara mandiri. Tapi ada satu destinasi dengan event yang ingin kami kunjungi, yang tidak terbuka untuk transportasi umum, melainkan dikelola secara khusus, yaitu Shirakawa-go Illumination atau winter light up. Shirakawa-go adalah pedesaan di Gifu Perfecture, denga artsitektur rumah yang unik dan sudah ditetapkan menjadi World Heritage oleh Unesco. Di beberapa malam akhir pekan di musim dingin, lampu-lampu di rumah-rumah di Shirakawa-go akan dinyalakan, sehingga memberikan pemandangan tebaran cahaya dalam gelap malam bersalju. Seperti melihat gambar di buku dongeng.

Untuk bisa menghadiri Shirakawa-go Illumination kita harus membeli paket wisata yang dikelola oleh Nohi Bus, dengan keberangkatan dari Terminal Bus di Kota Takayama. Paket Shirakwa-go Illumination yang ditawarkan pada Februari 2020 ada 3 macam. Paket pertama kunjungan ke Shirakawa-go saja; paket kedua kunjungan ke Shirakawa-Go plus makan malam; paket ketiga kunjungan ke Shirakawa- Go sampai ke deck di kaki bukit sehingga bisa melihat desa dari atas plus makan malam.

Karena jumlah paket yang tersedia sangat terbatas, maka untuk bisa menyasikan Shirakawa-go Illumination pada tanggal 07 Februari 2020, paket tersebut dibeli segera secara online, sebelum keberangkatan.

AKOMODASI

Penentuan akomodasi dan penyusunan ittenerary adalah pekerjaan dengan panah dua arah. Bolak balik dan saling menyesuaikan. Karena kami pergi bersama, dan urusan persiapan dilakukan dengan berbagi tugas, mencari hotel menjadi tanggung jawab temanku. Namun pengambilan keputusan dilakukan setelah kami diskusi. Temanku itu melakukan pemesanan hotel di secara online di website yang biasa dia gunakan.

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan kami dalam mencari akomodasi, yaitu :

Akomodasi di beberapa kota

1) Lokasi. Penginapan harus mudah diakses dari stasiun kereta, karena kereta merupakan transportasi publik terbesar di Jepang, dan akan menjadi transportasi utama yang akan digunakan selama perjalanan. Lokasijuga sangat perlu dipertimbangkan karena setiap hari perjalanan akan diisi penuh dari pagi sampai malam, jadi diperkirakan setiap malam, kami akan kembali ke tempat menginap dalam keadaan lelah. Jadi harus diusahakan sedekat mungkin dengan stasiun. Lokasi juga menjadi pertimbangan untuk keamanan bagi seluruh anggota rombongan yang berjenis kelamin perempuan. Keamanan tetap harus dipertimbangkan meski Jepang adalah negara yang relatif sangat aman ;

2) Kenyamanan. Akomodasi harus nyaman untuk digunakan bersama oleh seluruh anggota rombongan yang terdiri dari 6 orang. Nyaman ini meliputi luas ruangan, jumlah bed, ketersediaan lift bila berada di lantai lebih dari 2, ketersediaan mini kitchen yang lengkap dengan peralatan memanaskan air untuk minum, microware. Kalau soal toilet dan bathroom, sepertinya tak perlu khawatir, karena Jepang punya standard yang sangat baik menyangkut kedua hal tersebut;

3) Harga. Harga tentu saja menjadi pertimbangan yang juga penting, karena Jepang adalah salah satu negera dengan biaya hidup yang mahal, terutama di Tokyo. Seluruh biaya akomodasi ditanggung bersama secara merata oleh 6 anggota rombongan.

Mencari akomodasi buat perjalanan kami tidak mudah, karena kami cenderung mobile. Sesuai dengan ittenarary yang sudah disusun, kami merencanakan untuk menginap di Tokyo 2 hari pertama, lalu menginap di Toyama, Takayama, Osaka dan kembali menginap di Tokyo di malam terakhir di Jepang. Alhamdulillah kami mendapat kesempatan menginap di berbagai macam akomodasi. Kami menginap di menginap 2 malam di apartemen mungil di kawasan Yotsuya Tokyo. Menginap di Comfort Hotel di Toyama. Menginap di Sora-Ama Hostel dengan kamar ala Jepang alias berkasur tatami di Takayama. Lalu menginap 3 malam di Universal Bay Condominium, kondo 3 kamar dengan ruang duduk, dapur dengan area makan yang nyaman di Osaka. Terakhir, kami menginap di hotel Mimaru Hotel Tokyo Ueno North dengan 6 bed yang sangat nyaman, tak terlalu jauh dari Ueno Park. Review dari masing-masing akomodasi, dibahas nanti ya teman-teman..

Berapa biaya akomodasi untuk 8 malam? Lumayan, hampir setara dengan harga tiket Kuala Lumpur – Haneda pp. Akomodasi dan tiket pesawat merupakan dua komponen terbesar dari biaya perjalanan yang kami lakukan.

ASURANSI PERJALANAN

Mengingat perjalanan yang akan dilakukan cukup beresiko karena menempuh jarak yang jauh, di negeri yang asing, mobilitas yang tinggi, akan menggunakan berbagai moda transportasi, dilakukan pada musim end-winter yang sangat beresiko bagi kesehatan untuk yang biasa hidup di daerah tropis, kami memutuskan untuk mengurangi resiko dengan membeli asuransi perjalanan . Asuransi perjalanan ditujukan untuk menutup biaya yang timbul akibat pengobatan, pembatalan perjalanan, bagasi hilang, insiden dalam perjalanan, dan kerugian lain yang timbul selama perjalanan.

Kami mencari informasi tentang asuransi perjalanan dari beberapa websiste perusahaan asuransi, juga bertanya pada teman yang berkerja sebagai agen asuransi. Beberapa perusahaan asuransi telah menyediakan layanan pembelian asuransi perjalanan secara online. Namun mengingat banyak hal lain yang juga harus diurus, takut ada data yang kurang pas saat disampaikan ke pihak perusahaan asuransi, kami memutuskan untuk membeli asuransi melalui agen asuransi.

Paket asuransi apa yang kami ambil?

Asuransi perjalanan untuk group, karena harga premi bila dibagi bersama jadi lebih murah, dari pada premi asuransi perjalanan perorangan. Manfaat asuransi yang kami pilih, adalah manfaat maksimal.

FASILITAS KOMUNIKASI

Mengingat Jepang adalah negara dengan teknologi sangat maju, wifi ada dimana-mana. Di stasiun, bahkan di kereta-kereta api. Karena pada saat ini berbagai aplikasi yang membuat kita bisa berkomunikasi baik berupa text message, voice call maupun video call dengan menggunakan jaringan internet. Kita gak perlu menyediakan cadangan pulsa yang banyak, atau buka roaming sebelum berangkat ke Jepang. Cukup dengan mengakses wifi.

Apakah mengandalkan wifi public cukup? Menurut saya tidak. Karena wifi public kadang tidak stabil, kadang kualitasnya kurang baik. Lalu apa solusinya? Pocket wifi.

Untuk bisa menggunakan pocket wifi selama melakaukan perjalanan di Jepang, kita tak perlu membeli, cukup menyewa saja. Saat tiba, saya lihat di Bandara Haneda ada counter penyewaan pocket wifi. Ini bisa jadi alternatif bagi teman-teman yang ingin menyewa setelah sampai di sana. Tapi biar gak harus mencari-cari lagi setelah sampai di Jepang, pocket wifi bisa dibawa dari Indonesia. Kita tinggal mengaktifkan pocket wifi yang sumber energinya menggunakan battery yang bisa di-recharge dengan menggunakan kabel yang sama dengan charger handphone. Ukurannya pun kecil, tinggal dimasukkan ke backpack.

Untuk mendapatkan pocket wifi Jepang di Indonesia, coba searching di google. Ada banyak info layanan penyewaan alat tersebut, terutama di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia. Karena berangkat dari Pekanbaru, yang setahu kami belum ada jasa layanan tersebut, maka kami menyewanya dari Jakarta. Penyedia jasa mengirimkannya ke Pekanbaru dan sampai ke kami beberapa hari sebelum berangkat. Sesuai arahan penyedia jasa, pengembaliannya dilakukan dengan menyerahkan ke salah satu mini market yang ditunjuk penyedia jasa. Tapi di Pekanbaru, nampaknya petugas di mini market yang menjadi rekanan penyedia jasa belum terbiasa untuk menerima pengembalian wifi modem, sehingga teman saya yang mengembalikan ke sana agak mengalami kesulitan,

PAKAIAN

Bawa pakaian apa, berapa banyak selama perjalanan 11 hari pulang pergi ke daerah yang sedang end-winter, bahkan bersalju di beberapa tempat yang akan didatangi? Kalau gak salah ingat, diriku bawa 2 gamis katun, 3 rok, 1 celana panjang bahan kaus, 1 blus katun, 4 baju kaus tangan panjang, 1 baju kaus tebal selutut lengkap dengan hoodie, sengaj dibawa khusus untuk pergi ke daerah yang bersalju. Selain itu diriku bawa 2 legging, 3 set winter long john, 1 jacket panjang bahan rajut dan 1 jacket yang benar-benar tebal.

Aku juga bawa 6 set kaus kaki khusus untuk di cuaca dingin. Iyu pun selalu dipakai dua lapis. Kita juga perlu bawa kaus kaki untuk digunakan di tempat kita menginap, karena saat end-winter, lantai jadi sangat dingin. Sandal rumah yang disediakan penyedia akomodasi tidak cukup untuk menahan kaki dari rasa dingin. Untuk tidur, aku bawa 2 buah baju tidur. Aku juga bawa beberapa shawl aneka warna dan motif, selain wajib untuk menghangatkan leher, shawl juga membuat tampilan terlihat berbeda, meski menggunakan baju yang sama.

Sepatu? Aku sebenarnya bawa 2 pasang sepatu. Sepasang sepatu keds dan sepasang sepatu boots wedges berbahan suede. Mengapa bawa 2? Untuk mengantisipasi sepatu yang satu basah terkena salju. Tapi aku lupa, klo beberapa tahun yang lalu kaki kananku pernah cedera di angkle. Akibatnya sepatu boots tak lagi nyaman untuk dipakai berjalan kaki untuk wakttu yang lama dan jarak yang panjang Meski dibawa, bootsku tidak terpakai. Akibatnya saat septu basah kena hujan salju di Toyama, sebelum dan setelah bangun tidur, ada acara mengeringkan sepatu pakai hai dryer di kamar hotel. πŸ˜€ πŸ˜€ Kesimpulannya, untuk perjalanan yang sangat mobile, membawa dua pasang sepatu keds adalah pilihan terbaik.

Sebenarnya gak perlu bawa pakaian luar terlalu banyak, karena meski bergerak ke sana kemari, tubuh cenderung tak berkeringat. Kalau pun berkeringat, tak banyak, dan segera kering kembali. Tak ada bau yang melekat di pakaian. Tinggal dijemur sambil diangin-anginkan saja. Apa lagi kalau dapat tempat menginap yang ada mesin cuci, seperti di kondo di Osaka, pakaian bisa dicuci dengan keringkan sampai 80%, sebelum tidur, pagi-pagi dijemur, sore sudah kering. πŸ˜€

KONSUMSI DAN OBAT-OBATAN

Untuk konsumsi, sejak awal kami sepakat untuk tidak mengumpulkan uang. Pertimbangannya selera berbeda-beda, harga makanan yang akan dipilih juga akan berbeda. Jadi kita pakai prinsip, pay what you eat alias bayar sendiri-sendiri apa yang dimakan. Dan itu memang lebih fair.

Secara kami orang Indonesia asli, yang gak kenyang klo belum ketemu nasik dan sambel. Maka kami membawa aneka ragam makanan kering selera asal. Ada yang bawa sambal kentang, ada yang bawa sambal teri plus kacang, ada yang bawa rendang daging dan rendang kerang. Kami juga membawa beberapa mie instant, aneka biskuit, permen, dan minuman sesuai selera masing-masing. Saya bawa cadbury, minuman coklat kesukaan, juga teh dan pemanis buatan, juga beberap biskuit kesukaan. Minuman cadbury hangat yang dibawa dalam tumbler tahan panas sungguh menjadi mood booster dan sumber energi saat memulai perjalanan setiap pagi.

Gak usah repot-repot untuk bawa beras, ya teman-teman. Apa lagi sampai berkarung-karung.. πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€ Orang Jepang sama seperti kita, salah satu makanan pokoknya adalah nasi. Di gerai-gerai mini market seperti Seven Eleven atau Family Mart, yang terdapat di setiap sudut kota, tersedia nasi yang tinggal dihangatkan di microwave. Jadi gak perlu bawa mini magic com, apa lagi panci. πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€ Untuk mebawa bekal dalam perjalanan, masing-masing perlu membawa lunch box plus sendok dan gapu, serta tumbler.

Meski tidak sakit, obat-obatan tetap perlu disiapkan, termasuk vitamin untuk mejaga daya tahan tubuh, yang akan beraktivitas luar biasa selama 11 hari. Obat yang dibawa adalah obat-obat generik untuk berjaga-jaga bila terkeba flu, diare dan alergi. Juga obat bila terluka serta band aid.

KOPER, TAS DAN PENGIRIMAN

Setelah diskusi, saya dan teman-teman memuruskan untuk membawa 1 koper besar, 1 koper kecil, 1 ransel dan 1 sling bag. Ransel untuk membawa kotak makanan, minuma, perlengkapan sholat, kebutuhan sanitary selama melakukan perjalanan setiap hari dan juga berbagai keperluan lainnya. Sling bag digunakan untukmembawa barang-barang kecil yang harus cepat diakses, seperti dompet, kartu ATM, CC, passport, JR Pass, kartu Suica, handphone, serta catatan itenerary dan rencana tranportasi yang akan digunakan di hari tersebut.

Untuk lebih terorganisir, saya menyiapkan 3 card holder dengan warna yang berbeda untuk memudahkan dalam mengambil. Satu card holder untuk menyimpan plastic money, satu card holder untuk menyimpan beberapa kartu penting buat berjaga-jaga tapi kemungkinan sangat jarang digunakan, dan satu card holder lagi untuk menyimpan kartu Suica, tiket masuk museum, dan sejenisnya. Card holder penyimpan plastic money, dan card holder penyimpan kartu penting disimpan di kantong bahagian dalam sling bag, dan hanya dikeluarkan saat akan melakukan pembayaran. Karena terpisah, plastic money tidak bulak balik ikut keluar saat mengunakan kartu Suica yang harus di-tap saat masuk dan keluar stasiun. Tujuannya untuk mengurangi resiko tercecer selama melakukan perjalanan.

Selama perjalanan, saya tidak membawa dompet yang biasa saya gunakan. Saya menggunakan case berbahan sama dengan card holder untuk menyimpan uang, juga case senada untuk menyimpan passport. Saya tidak menggunakan passport wallet, karena sering kali petugas imigrasi minta kita menyerahkan passport tanpa cover saat mereka melakukan pengecekan. Menggunakan case-case ini rasanya lebih praktis, gak menuh-menuhin sling back yang ukurannya kecil.

Mengapa kami membawa 2 koper? Karena dalam perjalanan yang direncanakan, akan ada perjalanan ke beberapa kota dalam 3 hari, bahkan ada 2 kota dalam 1 hari. Dalam perjalanan yang seperti itu, agar leluasa bergerak, hanya perlu membawa 1 atau 2 set baju. Saat sampai di kota yang dituju, koper akan dimasukkan ke locker yang tersedia di stasiun, lalu diambil saat akan melanjutkan perjalanan. Akan menyulitkan bila membawa koper besar kemana-mana. Lagi pula semakin besar ukuran locker yang disewa, harga sewa semakin tinggi. Jadi untuk perjalan yang seperti itu cukup bawa koper ukuran cabin.

Lalu koper yang besar dikemanakan? Di Jepang, untuk memudahkan pergerakan orang dan barang, terutama traveler, tersedia jasa untuk pengiriman koper, namanya Takkyubin atau Takuhaibin. Perusahaan ini punya banyak outlet di berbagai kota di Jepang, dan bekerja sama dengan gerai Seven Eleven. Jadi bila kita akan melakukan perjalana ke beberapa kota dalam beberapa hari, kita bisa mengirim barang-barang kita ke kota tujuan akhir. Berapa biaya pengiriman? Tergantung jarak pengiriman dan berat barang yang akan dikirim.

Go Ca Delivery Service

Barang-barang akan di antar Takkyubin ke alamat penginapan yang sudah dibooking. Syaratnya, paling lambat barang yang akan dikirim sudah harus diserahkan ke outlet Takkyubin atau gerai Seven Eleven 2 hari sebelum waktu barang tersebut kita inginkan sampai di tempat. Jadi sejak awal kita perlu merencanakan, kapan barang-barang akan dikirim.. Selain itu perlu menyisihkan waktu untuk mencari outlet pengiriman dan juga waktu untuk pengantaran barang.

Menyisihkan waktu untuk mengirim barang, sangat perlu menjadi pertimbangan, karena di beberapa jaringan mini market yang bekerja sama dengan Takkyubin yang kami datangi, sebagian besar petugas tidak punya kemampuan berbahasa Inggris. Di sisi lain, saya dan teman-teman tidak bisa berbahasa Jepang sama sekali, kecuali mengucapkan Konichiwa dan Arigato Gozaimas.. πŸ˜€ πŸ˜€ Ada memang aplikasi yang bisa melakukan translate, tapi tetap saja ribet dan butuh waktu.

Khusus untuk di Tokyo, bila kita akan berangkat sore atau malam, dan kita masih ingin jalan-jalan, kita bisa menggunakan jasa pengiriman barang ke Bandara Narita atau Haneda. Nama jasanya Ca-Go Delivery service, teman-teman bisa lihat keterangan jasa yang diberikan di Ca Go Website. Atau sebaliknya, begitu kita sampai di bandara kita ingin langsung jalan-jalan tanpa menyisihkan waktu untuk antar barang ke hotel terlebih dahulu, kita bisa menggunakan jasa Ca-Go Delivery untuk mengirim barang-barang kita ke hotel. Berapa biaya jasa pengirimannya? Untuk dari dan ke bandara Haneda, untuk segala ukuran koper, biayanya Yen 1.650 per koper.

UANG

Berapa banyak uang yang dibawa untuk bekal melakukan perjalanan? Ini merupakan salah satu topik bahasan teman-teman serombongan sebelum berangkat. Karena saya tujuannya jalan-jalan, saya hanya membawa uang tunai secukupnya saja untuk membeli makanan, jajan, tiket masuk museum atau tempat-tempat yang didatangai dan untuk beli souveniers.

Mata uang apa yang dibawa? Yen, jelas harus dibawa. MYR alias Malaysian Ringgit juga harus dibawa, karena saat beragkat dan pulang akan transit di Bandara KLIA, jadi perlu MYR buat beli makanan dan minuman. Saya juga membawa sedikit US $ buat berjaga-jaga untuk ditukar ke Yen, bila kehabisan. Selain menggunakan uang cash, kita bisa menggunakan CC atau Debit. Jadi untuk persiapan uang gak terlalu susah, asal uangnya ada.. πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€

Rasanya semua persiapan yang saya dan teman-teman serombongan lakukan sudah include di postingan ini ya. Mungkin buat teman-teman yang biasa pergi traveling dengan menggunakan jasa travel, rasanya ribet banget ya persiapan yang perlu dilakukan. Bisa bikin ilfil, karena butuh waktu yang cukup panjang dan effort yang besar. πŸ˜€ πŸ˜€

Tapi percaya deh, traveling mandiri itu seru !!! Pakai tiga tanda seru πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€ Selain kita bisa menentukan sendiri mau kemana dan berapa lama di suatu tempat, kita juga bisa menikmati lebih lama tempat-tempat yang dikunjungi. Kita bisa melihat banyak hal yang mungkin gak terlihat dari balik jendela bus wisata. Di sisi lain, kita secara fisik harus lebih kuat, karena kita akan bepergian dengan tranportasi umum. Tranportasi umum utama di Jepang adalah kereta api. Jangan berpikir stasiunnya seperti di negeri kita, yang platformnya hanya 1 atau 2 tingkat. Di sana sebuah stasiun lorongnya bisa bercabang-cabang, dan punya puluhan platform. Untuk mencapai platform ada yang pakai escalator, ada yang tidak. Syukur-syukur klo ada lift. Dan harap diingat, bahwa kita juga bisa kesasar… πŸ˜€ πŸ˜€ Dan upaya mencari jalan kembali juga menjadi keseruan tersendiri.. πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€

Berapa estimasi pengeluaran? Di luar biaya konsumsi, uang icip-icip jajanan Jepang yang seru-seru, beli tiket masuk museum dan tempat-tempat yang dikunjungi, serta beli souveniers, saya mengeluarkan uang sekitar Rp.17 jutaan. Murah…?? Coba cari tahu dengan melihat tulisan-tulisan dari teman-teman yang telah melakukan perjalanan yang relatif sama.

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan menjadi rujukan buat teman-teman yang merencanakan perjalanan mandiri ke Jepang setelah pandemi berlalu,ya teman-teman. ***

Traveling Mandiri ke Jepang, A Preparation (Part 1)

Hari-hari ini di memories Facebook ku muncul kenangan perjalanan ke Negeri Matahari Terbit yang kulakukan persis setahun yang lalu…Β  Hal ini membuat diriku ingin menuliskan certa tentang perjalananku itu, juga perjalanan=perjalanan yang ku lakukan beberapa tahun terakhir.. Ya, sudah hampir 2 tahun aku tidak membuat tulisan di ceritasondha.. Rindu untuk bisa kembali menulis, menuangkan pikiran dan rasa.., meninggalkan jejak kehidupan..Β  Ini tulisan pertamaku setelah pingsan lebih dari 2 tahun..Β  Tulisan tentang persiapan perjalanan ke Jepang.. Cerita tentang persiapan ini dibuat dalam 2 part, karena memang banyak hal yang haris dilakukan.. Di tulisan ini aku juga mencantumkan harga-harga tiket dll dengan tujuan bisa menjadi acuan teman-teman untuk mengambil keputusan.

So, here the 1st part..

Awal Agustus 2019, seorang teman menelpon, menawari untuk jalan bareng ke Jepang di awal Februari 2020.Β  Jalan ke Jepang secara mandiri, tidak ikut paket perjalanan yang dikelola oleh travel.Β  Setelah menimbang-nimbang jadwal pekerjaan, diriku setuju untuk bergabung.Β  Teman itu membelikan terlebih dahulu tiket saya dan juga tiket teman-teman yang diajak pergi bareng, agar berangkat dengan penerbangan yang sama di waktu yang sama.Β  Kami kemudian mengganti uangnya sesuai dengan rate yang berlaku.Β  Ada 6 orang yang diajak pergi bersama.

TICKET

Tiket yang dibeli dari skyscanner adalah tiket Singapore Airlines dengan rute Kuala Lumpur – Haneda pulang pergi, transit di Singapore. Β  Berangkat tanggal 5 Februari 2020, kembali tanggal 15 Februari 2020.Β  Kalau dilihat dari posisinya, rute penerbangan tersebut mundar mandir.Β  Maksudnya dari Pekanbaru mundur dulu ke Kuala Lumpur, baru kemudian maju ke Singapore, lalu lanjut ke Jepang. Β  Tapi teman saya punya pertimbangan, penerbangan dari Pekanbaru ke Kuala Lumpur ada setiap hari, sementara ke Singapore tidak.

Berapa harga tiket untuk perjalanan yang akan dilakukan 6 bulan ke depan dari tanggal pembelian? Coba teman-teman check di website skyscanner untuk penerbangan 6 bulan ke depan, biasanya harganya relatif sama.

Bagaimana denganΒ  penerbangan dari Pekanbaru ke Kuala Lumpur?

Karena penerbangan dari Kuala Lumpur ke Singapore jam 14.30 Waktu Kuala Lumpur (15.30 WIB), dan dari Pekanbaru ada penerbangan pagi hari ke Kuala Lumpur, maka kami membeli tiket Air Asia di hari yang sama.Β  Jadi tidak perlu menginap di Kuala Lumpur.Β  Soal harga tiket Air Asia, teman2 bisa check langsung di websitenya.Β  Dengan catatan, itu belum termasuk harga bagasi ya.Β  Karena Air Asia hanya memberi fasilitas untuk membawa 1 barang ke cabin, dengan berat maksimal 7 kg.Β  Jadi? Ya harus beli bagasi tambahan sebelum keberangkatan.

Dengan pertimbangan penerbangan melintasi Samudera Pasifik kemungkinan penerbangan mengalami turbulensi cukup besar, teman saya mengajak untuk membeli seat saat membeli tiket.Β  Jadilah kami membeli seat untuk penerbangan Singapore – Haneda pp.Β 

Jadi berapa harga tiket keseluruhan? Lebih kurang Rp.6.095.700,-Β Β  Mahal? yuukk kita coba cari perbandingannya..

ITINERARY

Setelah membeli tiket,Β  prioritas yang harus dilakukan bagi yang mau traveling mandiri adalah menyusun ittinerary.Β  Itinerary selain akan menjadi acuan bergerak saat traveling, jugaΒ  merupakan syarat yang harus dilampirkan untuk aplikasi visa.

Menyusun itinerary butuh waktu dan pengetahuan yang cukup tentang kota-kota yang mau dikunjungi, apa yang mau dilihat, sarana transportasi antar kota dan dalam kota yang dibutuhkan, juga perkiraan waktuΒ  untuk bergerak dari satu tempat ke tempat berikutnya. Ittinerary juga menjadi acuan dalam memesan hotel di kota-kota yang akan dikunjungi.Β  lonely planet japan

Bagaimana cara mencari ilmu tentang hal-hal tersebut?

Di internet ada banyak informasi tentang pariwisata Jepang, bahkan di Youtube ada banyak vlog yang informatif, termasuk yang berbahasa Indonesia. Β Β  Selain searching-searching di Mbah Google, dalam satu kesempatan singgah di Periplus di Bandara Soetta, saya membeli buku Lonely Planet “Japan”.Β  Berapa harganya? Rp.528.000,-.Β  Mehong yeee…. ? Iyeee.Β  Tapi menurut saya pantas kok.Β  Karena informasi di buku itu cukup lengkap, update dan detail.Β  Buku ini menjadi referensi utama saya dalam menyusun ittinnerary perjalanan kami, yang merupakan salah satu tugas saya.

Selain mencari informasi, saat menyusun ittinerary, saya dan teman-teman berdiskusi tentang apa yang ingin dikunjungi.Β  Sebenarnya, ini sebaiknya dibicarakan sebelum membeli tiket, agar orang-orang yang akan jalan bersama adalah orang-orang dengan “frekuensi” yang sama, punya preferensi yang sama.Β  Paling tidak seleranya mendekati, agar semua anggota rombongan happy saat travelling.

Soal preferensi kita harus berterus terang dan jujur.Β  Jangan setelah di daerah tujuan kita merasa sebal karena ada beberapa kunjungan ke museum di dalam ittinerary, sementara kita gak suka sama museum.Β  BisaΒ  bete 7 hari 7 malam, kan.. Β  Selain itu kita juga harus berani menyampaikan kepada teman-teman serombongan aktivitas yang kita sukai saat traveling.Β  Misalnya kita senang motret, membuat foto-foto tempat-tempat yang kita kunjungi, bukan cuma kitanya yang berfoto-foto.Β  KarenaΒ  memotret ini akan membutuhkan ruang dan waktu tersendiri, butuh pemahaman dari teman-teman serperjalanan.Β  Kebayang kan klo teman-teman serombongan tidak paham, begitu kita angkat kamera, mereka main langsung nongol aja di depan kamera kita. Hrrrgggghhhhhh….

Ittinerary yang kami susun secara umum adalah : Hari ke-1 : Pekanbaru – KL- Singapore -Haneda; Hari ke-2:Β  Old Tokyo (nginap di Tokyo); Hari ke-3 : Oneday trip ke Hakone (nginap di Tokyo); Hari ke-4 : Matsumoto – Toyama (nginap di Toyama); Hari ke-5 : Takayama – Shirakawa Go (nginap di Takayama); Hari ke-6 :Β  Kyoto – Osaka (nginap di Osaka); Hari ke-7 : Nara (nginap di Osaka); Hari ke-8 : Oneday trip ke Hiroshima (nginap di Osaka); Hari ke-9 dan ke-10: Tokyo (malam berangkat ke Singapore); Hari ke-11 : Singapore – KL – Pekanbaru.Β  Padat bangettttt….? Ya.. kalau mau jalan lagi ke sana, perlu diberi waktu yang lebih lega, karena ada saja hal-hal yang di luar rencana terjadi, yang membutuhkan waktu untuk diselesaikan.

VISA

Untuk penduduk di wilayah Pulau Sumatera, Visa Jepang diurus di Konsulat Jenderal Jepang di Medan.Β  Lokasinya di Sinar Mas Land Plaza, Jl. Pangeran Diponegoro No.18, Madras Hulu, Kec. Medan Polonia,Β  Medan.Β  Buat yang bermukim di luar Kota Medan, pengurusan visa bisa dilakukan oleh travel.Β  Kami menggunakan jasa Bayu Buana Travel cabang Pekanbaru. Biayanya Rp.550.000,- untuk Visa Single Entry.Β Β  Waktu yang diperlukan untuk pengurusan sekitar 1 minggu setelah dokumen persyaratan yang kita sampaikan lengkap.Β Β  Syarat Pengajuan Visa Jepang di Konsulat MedanΒ  Β yang diminta oleh travel dapat dilihat di sini.Β  Alhamdulillah urusan pengurusan visa kami lancar jaya.

TRANSPORTASI

Japan Trip 1Untuk transportasi, Pemerintah Jepang yang sangat mendukung pariwisata menyediakan Japan Rail (JR) Pass.Β  Pass yang dapat dibeli di KLOOK hanya disediakan untuk wisatawan yang berkewarganegaraan Non Jepang, dan harus dibeli sebelum wisatawan sampai ke Jepang.

Bila kita membeli JR Pass, yang kita terima adalah Exchange Order.Β  Dokumen ini dikirim lewat jasa kurir ke alamat yang kita cantumkan saat memesan.Β  Sementara yang kita dapatkan di email adalah bukti pemesanan dan nomor pemesanan.Β  Progress pemesanan dan pengiriman dapat kita pantau di Klook, danΒ  kita harus registrasi dulu di Klook sebelum membeli berbagai produk yang ditawarkan di sana.

Setelah sampai di Jepang, Exchange Order ini kita bawa ke JR Office yang terdapat di bandara atau stasiun-stasiun besar untuk ditukarkan dengan JR Pass.Β  Kita juga akan ditanya sejak tanggal berapa JR Pass tersebut akan kita gunakan.

Jenis JR Pass bervariasi berdasarkan cakupan wilayah yang akan dikunjungi, dan rentang waktu penggunaan.Β  Harga JR Pass juga ditentukan variasi tersebut.Β Β  Jadi pembelian JR Pass harus mempertimbangkan itinerary, dan sebaliknya itinerary juga disusun berdasarkan jenis JR Pass yang akanΒ  dibeli.Β  Pilihan JR Pass dapat teman-teman lihat di website KLOOK.

JR Pass apa yang kami beli? JR Pass All Area untuk 1 minggu.Β  Pilihan ini kami ambil karena area yang rencananya akan kami kunjungi tidak berada dalam satu area JR Pass dengan daerah lain.Β  Sebenarnya dengan JR Pass All Area ini kita bisa berkunjung sampai ke Hokaido Perfecture yang berada paling timur laut Jepang, dan berbatasan denga wilayah Rusia.Β  Tapi waktu yang tersedia untuk kami mengunjungi Jepang hanya 9 hari di luar perjalanan yang 2 hari, maka pergi ke Hoklaido belum menjadi pilihan.

Japan Trip 2

Saat menerima kiriman Exchage Order harus dicek dengan baik, apakah data yang tercantum di dokumen Exchange Order tersebut adalah data kita, sebagaimana tercantum di passport, sebagaimana dicantumkan saat memesan JR Pass. Kalau tidak sama, segeralah minta penggantian.Β  Karena bila nama di Exchange OrderΒ  berbeda dengan di Passport, maka Exchange Order tidak bisa ditukarkan menjadi JR Pass.Β  Dan…, jangan lupa membawa passport saat akan menukarkan Exchange Order dengan JR Pass.Β  Bila kita tidak menunjukkan passpor, maka proses penukaran tidak dapat dilaksanakan.

Untuk persiapan yang lain, kita lanjut di Part 2 ya teman2.. ***