Arti Sebuah Nama..

Nama menurutku adalah pemberian orang tua yang tak hanya melekat pada jazad seorang anak manusia sejak dilahirkan ke muka bumi, tapi nama melekat juga di ruh, bahkan mungkin sampai di hari akhir nanti.

Nama adalah identitas, doa dan harapan orang tua pada anaknya.

Sebagai identitas, untuk mengetahui asal usul keturunan, beberapa suku atau etnis menggunakan family name atau nama keluarga alias marga.  Suku Batak, misalnya.

Sebagai keluarga  yang berdarah Batak, kami menggunakan family name, Siregar.  Family name itu tetap kami pakai,  meski terkadang membuat kami diberi cap sebagai pendatang di kota tempat kami menetap lebih dari 45 tahun.  Mengapa tetap dipakai, kan akan lebih mudah diterima di semua kalangan kalau gak pakai marga?  Ya, karena nama adalah identitas. Tetap memakai marga adalah cara kami menghargai leluhur yang telah membawa kami sampai pada tahap kehidupan yang sekarang ini.

Di dalam keluarga kami juga ada kebiasaan untuk memberikan nama leluhur kepada generasi yang lebih muda.  Abang sepupuku, cucu laki-laki paling tua dari Opung kami, diberi nama Pieter.  Itu adalah nama Opung Godang kami, alias ayah dari Papaku.  Adik perempuanku bernama Uli, mengambil nama dari ibunya Mamaku, Mastora Ulina boru Siregar.

Putra pertama kakakku diberi nama Parlindungan, yang merupakan gelar adat alm ibu. Putra kedua kakakku diberi nama Barumun, itu gelar adat opung kami.  Putra ketiganya diberi nama Sornong, itu nama buyut Papaku. Sedangkan putri kakakku diberi nama Ira Menmenita. Menmen itu adalah nama kecil ibunya Papaku.

Kebiasaan itu dilanjutkan adik-adik dan ponakanku.  Putra pertama adik laki-lakiku, David, diberi nama Arden Thomann Denaldy Siregar.  Arden Toman adalah nama Papa kami.  Putra ketiganya diberi nama Abner Harryndra.  Harry adalah nama abang Papa kami. Nama Harry juga diberikan ponakanku, Parlindungan, pada putra pertamanya, Harry Muhammad Kartawidjaja.. Sedangkan puteri satu-satunya David, diberi nama Ajere, diambil dari nama saudara perempuan buyut kami, Anjere.  Adik perempuanku Uli, memberikan nama buyut kami, Samuel, pada anak lelakinya. Uli juga memberikan nama mama kami pada putrinya.

Nama-nama yang sama berulang-ulang digunakan dalam keluargaku.  Untuk mengenang kehadiran orang-orang yang disayangi.

Bagaimana dengan nama diriku?  Sondha Monalisa Siregar.

Sondha bukan nama yang umum dipakai dalam keluarga Batak.  Yang biasa itu, Sondang.  Menurut alm Mama, Sondha itu adalah nama teman sekolahnya, sosok yang cantik, lembut dan baik hati dalam kenangan alm Mama.

Monalisa ? Ya, nama itu diambil alm Mama dari masterpiece karya Leonardo Da Vinci yang saat ini dipamerkan di   Denon Wing, di Musèe du Louvre.  Sepertinya saat Mama memberikan nama itu padaku beliau belum tahu ada begitu banyak dugaan-dugaan tentang sosok yang menjadi inspirasi sang maestro.  Bahkan ada dugaan bahwa Monalisa adalah versi perempuan dari sang maestro.

Sepertinya Mama berharap anak perempuannya yang paling besar ini menjadi perempuan yang cantik, lembut dan baik hati.  Semoga diriku bisa.   I miss you, Mom.  Rest in peace
Sebenarnya, diriku punya nama yang lain.  Nama yang diberikan oleh seorang pemilik pesantren di pinggiran Kota Bogor sekitar 30 tahun yang lalu.  Tapi nama yang indah itu, Sofia, tak pernah diriku pakai, karena aku menghormati orang tuaku dan tetap memakai nama pemberian orang tuaku.  Nama yang digunakan dalam semua dokumen yang ada di sepanjang hidupku.  Nama Sofia itu tetap ku simpan di dalam hati.

Lalu, apa sih arti sebuah nama?

Shakespeare bilang, “Apalah arti sebuah nama. Bila setangkai mawar diberi nama yang lain, dia akan tetap mawar  karena baunya tetap wangi.”

Jadi menurut Shakespeare, yang penting itu sikap, perilaku manusia, bukan namanya.

Bagiku, nama yang indah, berisi identitas, harapan dan doa itu juga penting.  Sama penting dengan sikap dan perilaku.   Dan buat ku yang juga penting adalah nama itu sesuatu yang harus dijaga.   Perjalanan hidup acap kali tak memungkinkan kita untuk benar-benar bersih, tanpa noda.   Semoga Allah memberi kita hidayah dan kekuatan iman di sepanjang perjalanan hidup, sehingga kita mampu memegang nilai-nilai dan mengambil pilihan-pilihan yang bisa membawa kita mendekati keadaan saat kita dilahirkan.  Kalau pun ada khilaf, semoga bisa segera kembali dan husnul khotimah. Aamiin ya Rabbalalaamiin ***

screenshot_2017-03-10-18-40-34-1.png

Beat Diabetes, A Note for 2016 World Health Day

07 April ternyata adalah Hari Kesehatan Dunia… dan untuk tahun 2016 ini World Health Organization (WHO) menetapkan tema “Stay Super, Beat Diabetes“..

2016 World Health Day

Kenapa WHO mengangkat tema Diabetes untuk peringatan hari kesehatan dunia tahun ini…?

Karena pada saat ini 1 dari 12 manusia di muka bumi terkena penyakit Diabetes..

Karena setiap 7 detik ada 1 kematian yang disebabkan Diabetes.., ada 5 juta kematian setiap tahun disebabkan Diabetes.

Karena 1 dari 2 orang yang mengidap Diabetes tidak menyadari kalau dirinya mengidap Diabetes..

Dan karena 77% pengindap Diabetes adalah penduduk negara-negara yang berpendapatan rendah sampai sedang, sehingga akan kesulitan biaya untuk mendapatkan perawatan…

Diabetes menurut informasi yang diriku baca, ada 2 type..

Type 1, Diabetes yang terjadi karena tubuh tidak memproduksi insulin, sehingga tubuh tidak mampu memproses gula dan tepung yang dikonsumsi untuk menjadi glukosa yang dibutuhkan sebagai sumber energi..  Diabetes Type 1 ini biasa ditemukan pada anak-anak dan orang muda..

Diabetes Type 2 terjadi karena gula darah atau glukosa dalam tubuh berada di atas normal.

diabetes-risk type 2

Untuk tahap awal, pankreas akan bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin lebih banyak untuk mengimbangi.  Namun pada saatnya, pankreas tidak akan mampu lagi melakukan tugas tersebut.  Maka kerusakan organ tubuh akan mengalami kerusakan satu demi satu..  Gula darah yang berlebih dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain genetik dan life style, atau cara hidup.. Hal ini termasuk dari kebiasaan jenis makanan yang dikonsumsi, pola makan, aktivitas fisik yang rendah, juga tingkat stress yang berlebihan..

Keluargaku adalah keluarga yang bisa dibilang punya resiko lebih terkena Diabetes..  Almarhum Mama mengalami Diabetes di usia sekitar 50 tahunan.. Beliau bertahan sepuluh tahun menjadi pengidap Diabetes tanpa terlihat dampaknya.. Lalu.. di bulan Juni  tahun 2007, beliau mengalami stroke, yang belakangan menurut dokter adalah serangan kedua..  Serangan ini merubah kehidupan beliau…, TOTAL !!… Dari perempuan lincah, yang sering mengisi harinya dengan wara wiri mengurus anak-anak dan cucu, perempuan yang lincah berlari-lari mengejar bola di lapangan tenis…  Perempuan yang senang mengisi waktu dengan berjalan-jalan, termasuk menyusuri toko demi toko di mall-mall untuk mengisi waktu luangnya.. Menjadi harus duduk di kursi roda...

Mama

Perubahan ini menjadi pukulan yang besar, sangat besar buat beliau..  Meski Papa dan anak-anaknya berusaha membuat beliau tetap bisa menikmati hidupnya sebagaimana sebelum stroke menyerang, tapi beliau tak bisa lagi menikmati seperti sedia kala..

Perlahan-lahan, acara jalan-jalan di mall tak lagi menarik dan bisa menyenangkan hati beliau..  Bahkan beliau bilang, “Mama gak mau ke mall.. Nanti kalau ada kejahatan, ada bom, Mama gak bisa menyelamatkan diri Mama.  Kalian akan bingung siapa yang harus kalian selamatkan duluan.. Padahal kalian harus menyelamatkan diri kalian dan anak-anak kalian.”  **tears*   Hiburan yang bisa  menyenangkan hatinya adalah duduk di kursi di samping supir, jalan-jalan keliling kota 2 – 3 kali sehari..  (I miss driving you, Mrs. Ani..!!!)

Dan…. akhirnya di pertengahan tahun 2014, sepertinya beliau sudah tahu, bahwa tubuhnya tak lagi bisa bertahan.. Mama mulai membebaskan dirinya menikmati makanan, yang setelah stroke menyerang dia kendalikan dengan kuat.. Mulai meminta maaf kalau nanti dirinya tak lagi bisa menemani diriku… tears…. million tears are not enough to express my feeling when Mom told me those words

Dalam sebuah pemeriksaan glukosa di akhir Juli 2014, yang dia minta dokter rahasiakan dari kami hasilnya, namun dokter memberi tahu kami bahwa hasilnya tak baik dengan isyarat gelengan kepala, kami tahu kondisi beliau memburuk.  Tapi tetap tak menyangka bahwa saat perpisahan itu begitu dekat..  Semangat beliau sehingga bisa bertahan selama 7 tahun, membuat diriku berpikir beliau masih akan kuat bertahan beberapa tahun lagi..

Beberapa minggu setelah itu, stroke ketiga menyerang.. Kali ini langsung di otak belakang, membuat Mama kehilangan kesadaran.. Beliau bertahan selama 3 minggu, sebelum pergi selama-lamanya..

Diabetes begitu kejam bisa merubah hidup seorang anak manusia, merenggut kebahagian hidupnya dan keluarga..  Sesuatu yang harus diupayakan tak datang dalam kehidupan siapa pun…  Tapi… kebiasaan makan enak, kerja keras dengan lingkungan penuh tekanan, rasa lelah fisik dan mental yang membuat malas olah raga, membuat resiko terkena Diabetes menjadi besar…  Mampu kah diriku, mampukah kita menghindar dari ancaman penyakit yang satu ini…  Semoga… **

Penang Trip, A Plan…

Buat orang Medan, Penang itu adalah tempat berobat, sebagaimana Malaka bagi orang Pekanbaru…  Ya, kedua kota itu memang menyediakan jasa layanan kesehatan yang baik, sehingga menjadi alternatif bagi orang-orang di kedua kota tersebut yang tak puas atau ragu dengan pelayanan kesehatan yang ada…

Penang

@ Bayan Lepas Int’l Airport

Kok milihnya Penang untuk tujuan perjalanan di long weekend plus  cuti 4 hari kali ini…?  Kesannya gak cinta Indonesia…  Kan banyak daerah di Indonesia yang juga menarik…?? 😀 Apa mau lihat-lihat layanan rumah sakit di sana, karena sekarang bekerja di bagian manajemen rumah sakit….?  Enggak… Sama sekali enggak… 😀

Terus kenapa milihnya Penang…?

Karena aku belum pernah ke Penang…   Emang kenapa kalo belum pernah ke Penang….??  Enggak kenapa-napa…  Tapi, sekitar tahun 1997, saat aku baru jadi PNS dan ditugaskan mencatat surat-surat masuk, aku melihat sebuah surat undangan semacam kegiatan konferensi untuk Kepala Bappeda Kotamadya Pekanbaru, (saat itu masih Kotamadya istilahnya, setelah otonomi daerah istilahnya sudah Kota).  Di salah satu booklet yang dilampirkan di undangan tersebut dinyatakan seperti ini leih kurang :

“Kenapa orang harus datang ke Penang…? Karena di  Penang banyak sekali bangunan-bangunan tua yang cantik… Yang dibangun Cina Peranakan, Pemerintah Kerajaan Inggris, komunitas India, dan juga Melayu.  Bangunan-bangunan tua yang tetap terjaga dan cantik.. Daerah dengan kekayaan budaya  karena merupakan culture pot…”

Insight Guide

Insight Guides

Statement saat itu terekam dalam benakku…  Berkunjung ke Penang adalah sebuah keinginan, yang tetap tersimpan hampir 20 tahun…

Keinginan untuk pergi ke Penang bertambah setelah membolak balik buku Insight Guides  South East Asia pemberian bou Susan Rodgers saat kami bertemu bulan Juni 2013 yang lalu..

Kesempatan untuk pergi ke Penang akhirnya muncul saat aku lihat ada hari libur hari Senin tanggal 8 Februari 2016..  Libur hari senin artinya, long weekend..  Supaya punya waktu agar longgar, aku mengajukan cuti pada hari Sabtu tanggal 6 Februari, hari Selasa – Kamis, tanggal 9 – 11 Februari. Total 4 hari.. Itu   jatah cuti tahun 2015 yang belum diambil…

Karena aku merasa lebih nyaman tidak  jalan sendiri ke tempat yang baru,  aku mengajak adikku Ivo..Delapan tahun yang lalu,  Ivo pernah tinggal di Kedah sekitar 2 tahun, jadi Penang bukan daerah yang asing buat Ivo..  Kami lalu menanyakan apakah Papa mau ikut dengan kami…  Papa mau banget…, apa lagi saat Ivo bilang, kakak pengen ngeliat-liat museum dan heritage di Penang…

Perjalanan yang aku dan Ivo rencanakan  adalah perjalanan ala backpacker…  Murah meriah, dan seru..  Sebelum berangkat, aku dan Ivo melakukan beberapa persiapan…

Pertama-tama, Aku harus mengurus perpanjangan passportku yang habis masa berlakunya pada   bulan Oktober  2015.  Ivo juga. Aku mengurus passport secara online..   Untuk urusan yang ini, nanti daku buat postingan sendiri aja yaa..  Yang jelas biayanya gak mahal, Rp.360.000,-, termasuk biaya adinistrasi bank.

Lalu aku memesan tiket Pekanbaru – Medan untuk hari Jum’at tanggal 5 Februari 2016.   Dapat tiket di harga Rp.1.060.900,-.  Harga tiket peak season.. Menjelang Imlek, jalur penerbangan Pekanbaru  – Medan memang selalu penuh, karena warga Chinese di Kota Pekanbaru dan sekitarnya sebagian besar adalah Chinese dari Medan, mereka biasanya pulang ke Medan untuk family gathering..  Untuk tiket pulang tanggal 11 Februari, aku dapat di harga  Rp.498.000,-

Tiket Medan – Penang pp untuk aku, Ivo dan Papa, diurus oleh Ivo. Kami dapat tiket Air Asia, untuk 3 orang pulang pergi, harganya lebih kurang Rp.2.700.000,-  Berangkat tanggal 6 Februari jam 08.30 WIB, dan pulang tanggal 9 Februari jam 09.00 PM waktu Penang.  Oh ya, kami mengambil non bagage tiket.., karena kami rencananya hanya membawa 2 koper untuk dibawa ke cabin saja..

Untuk akomodasi, aku mencari alternatif  di agoda.com.  Karena daerah yang ingin kami jelajahi adalah ibukota Pulau Penang, Georgetown, dan karena rencana awal 2 ponakanku Aldy dan Ananda juga akan ikut, aku mencari pengnapan di daerah Georgetown yang menyediakan family room.  Dan aku menemukan Me.n.U.Cafe & Lodge.  Untuk berjaga-jaga, takut tak merasa nyaman, aku hanya mereserve untuk 1 malam saja..  Biayanya RM 210, sekitar Rp.630.000,- (2 hari sebelum kami berangkat, rate 1 RM = Rp.3.310,- )

Apa saja yang aku bawa untuk perjalanan 4 hari tersebut….?

Untuk pakaian, di koper aku hanya membawa 2 buah rok,  satu warna biru tua, satu ungu muda.. 5 buah blus.. 1 manset buat blus ungu yg tipis, 5 buah legging, plus pakaian dalam secukupnya..  Untuk alas kaki, aku hanya bawa 1, sepatu keds pinky ….  Tidak bawa yang lain.., karena tidak ada ruang di koper untuk itu..   Pakaian dari Pekanbaru, ditinggal dan dicuci di Medan..

Untuk dokumentasi, aku membawa kamera SLR dan juga kamera pocketku yang sudah bertahun-tahun memberikan hasil memuaskan.. Aku juga membawa tongsis, untuk memudahkan klo ingin ber-selfie atau ber-wefie.. Selain itu aku juga membawa si lapie, untuk memudahkan berbagai urusan..  Tak lupa, aku juga membawa si buku Insight Guide.. Mereka semua dikemas dalam si backpack hejo..  Sedangkan untuk tiket, passport, dompet dan telepon, aku menyiapkan sling bag kecil..

So…, semua persiapan ke Penang sudah okay.. Cerita perjalanannya.., di next post ya teman-teman..

L Cheese Family Gathering di Echo Valley

Tanggal 16 Maret 2015 yang lalu adalah hari ulang tahun berdirinya L Cheese Factory, a premium cheese cake shop di kota kami, Pekanbaru.  Tahun pertama ulang tahun toko diadakan di L Cheese.. Tahun lalu, tahun kedua, acara ulang tahun diadakan di Grand Ballroom Hotel Aryaduta, dengan mengundang vendors dan customers untuk makan malam..

L Cheese 2nd Anniversary

L Cheese 2nd Anniversary

Naaahhh… untuk ulang tahun ketiga ini, kakak ku jauh-jauh hari udah bilang kalo ulang tahun ketiga L Cheese akan dirayakan bersama karyawan, dalam bentuk liburan sama-sama plus outbound.  Dan kakak ku sudah wanti-wanti agar aku menyisihkan waktu agar bisa ikut..  Baik laahhhh… 😀

Liburan kemana…? Ke Lembah Harau, di tepi Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Lembah yang dikelilingi tebing-tebing yang cantik dengan beberapa titik air terjun.  Di lembah itu ada resort yang bernama Echo Valley. Kenapa namanya Echo Valley alias lembah bergema…? Karena di seberang jalan masuk ke Echo Valley Resort terdapat dinding tebing yang kalau kita berteriak di depannya, suara kita akan bergema… Aaaaaaaaaaaa….. Uuuuuuuuu….. 😀   Diriku sebenarnya pernah ke tempat ini awal tahun 2010 saat liburan bareng sahabat-sahabatku, para mantan preman Sosek tahun 1988 – 1992-an,  tapi saat itu gak masuk ke Echo Valley.  Hanya singgah dan putu-putu… Kami saat itu nginap di Bukittinggi..

L Cheese Family Gathering

L Cheese Family Gathering

So…, tanggal 15 Maret 2015 jam 06.30, halaman rumah kami yang sebagian sudah dialihfungsikan menjadi L Cheese Factory sudah ramai dengan karyawan L Cheese, plus Deni dan teamnya dari Optima, yang akan mengurus outbound…  Sekitar jam 09-an, setelah ice breaking, rombongan yang berjumlah sekitar 43 orang berangkat dengan menggunakan satu bus..  Sementara ponakan ku #3 Olan plus istrinya Lianda Marta, menyusul sore hari, karena ada kegiatan lain yang harus mereka hadiri terlebih dahulu..

Kami sampai di Lembah Echo sekitar jam 04 sore, setelah perjalanan penuh warna.. Hehehe…  Iya penuh warna.., karena supir bus yang kami hire ternyata butuh pembinaan tentang Sapta Pesona.  Si supir berlaku seenaknya terhadap kami.   Dia merokok di dalam bus, tanpa perduli terhadap kenyamanan, kesehatan penumpang yang dia bawa.  Dia gak perduli di dalam bus itu ada bang Harry dan Aufaa yang masih balita, yang daya tahannya tentu belum seperti orang dewasa.

Bahkan si supir tidak mau menghentikan bus untuk berhenti di restoran Terang Bulan di Lubuk Bangku, yang menjadi pilihan kami untuk makan siang.  Alasannya, bus yang dia bawa harus makan di restoran yang berlokasi di seberangnya.   Hellooowwww…  Dia pikir dia bawa bus dengan penumpang umum, dimana supir punya kekuasaan mutlak untuk mengatur dimana dan kapan mau berhenti.  Kalau kami gak mau ikut kemauannya, dia tetap akan parkir di depan restoran pilihannya tersebut, dan kami dipersilahkan untuk menyeberang.  Untuk teman-teman ketahui, jalan yang harus kami, 43 orang termasuk 2 anak balita, itu adalah jalan lintas Sumatera yang lalu lintasnya padat, terutama di akhir pekan.  Sumpe gw pengen nabok…..!!!!

Echo Wall & Terang Bulan

@ Echo Wall & Terang Bulan

Tapi hikmah dari berurusan dengan supir yang belum tersentuh Sapta Pesona itu adalah, kalau kita akan menyewa bus, harus bikin kontrak yang jelas dengan pemilik bus, atau travel yang menyediakan jasa penyewaan bus. Lengkap dengan uraian tentang waktu penggunaan, kondisi bus yang kita inginkan, etika supir dan kernet yang kita kehendaki, serta konsekuensi kalau salah satu pihak melakukan pelanggaran terhadap perjanjian.

Lanjut ke cerita perjalanan…  😀

Karena tinggi bus kami melebihi portal di  jalan masuk lembah Harau, rombongan kami harus berjalan kaki sekitar 500 -800 meter untuk sampai ke Echo Valley Resort.  Buat kami para Ompung-ompung, pilihannya naik ojeg..  Jadilah diriku dan kakak-kakakku naik ojeg. Khusus diriku ada bonus…, gendong Aufaa, putra kedua Parlin, keponakanku, yang baru berusia 14 bulan saat itu.  Jadi aku rada-rada bawel deh sama si abang ojeg.. Hahahaha…

Echo Valley Resort nyaris gak terlihat dari jalan raya…  Hanya ada sebuah bangunan kayu di bahagian depan, yang berfungsi sebagai front office.. Namun tak terlihat pertugas yang ready..  Performancenya memang tak seperti hotel berbintang atau resort-resort di destinasi wisata terkenal..  Tak nampak petugas berseragam…  😀 Sehingga kita tak bisa mengenali yang mana petugas resort.. Selama kami menginap di situ, hanya satu wajah yang saya kenali..

Echo Valley

Echo Valley

Dari tepi jalan, untuk sampai ke resort kita harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak… , atau kalau agak-agak berani naik motor tukang ojeg atau petugas hotel.. Kenapa aku bilang agak-agak berani…? Karena lumayan curam… 😀

Echo Valley

Echo Valley

Tapi, begitu melalui jalan masuk yang menanjak, kita akan menemukan kejutan… Kejutan apa….? Resort yang nyaman…

Echo Valley

Echo Valley

Ada 4 bangunan besar yang langsung muncul di hadapan.. 2 berbentuk rumah gadang, 1 bangunan yang membuat kita berpikir tentang Spanyol atau negara latin, dan satu bangunan dengan desain minimalis…  Selain itu ada beberapa bangunan-bangunan yang lebih mungil..  Oh ya…, kita juga akan menemukan meja kayu dan 2 buah bangku kayu tanpa sandaran yang nyaman di bawah pohon rindang, plus sebuah lingkaran dengan tempat api unggun di tengahnya…

Echo Valley

Echo Valley

Ya, ini memang resort yang alami… Beda dengan resort-resort di Bali, yang cenderung lux..  tapi tempat ini nyaman banget… bahkan di siang hari, saudara-saudara tua, alias monyet akan muncul dan berkeliaran di sekitar bangunan..  So, jangan ninggalin barang sembarangan kalau gak mau dilariin saudara tua.. 😀 Meski resort ini lebih alami dibanding resort-resort di destinasi wisata yang lain, tapi fasilitas kamar, berupa tempat tidur dan kamar mandinya bagus.., kecuali mungkin di pondok-pondok yang kecil, yang sempat diriku intip pagi-pagi di hari kedua..  Ada air hangat…  Lantai kayu untuk rumah rumah dan kamar-kamar..  Soal harga dan contact person, teman-teman bisa lihat di web yang ini

Echo Valley

Echo Valley

Kalau teman-teman mau ke sini, jangan lupa harus bawa ransum yang cukup… karena lokasinya relatif yang remote dari kota, membuat makanan tak mudah ditemukan.. Pihak resort menyediakan sarapan, untuk lunch atau dinner ada by order.  Menunya standard..   Jangan lupa juga bawa sesuatu untuk mengatasi ulat bulu yang senang hadir di sekitar kita, akibat rindangnya pepohonan…  😀 Terus kami ngapain aja di sana… ?

Hujan di Echo Valley...

Hujan di Echo Valley…

Sore hari setelah sampai… Kami duduk-duduk di teras rumah Spanyol… Menikmati udara yang segar plus sejak karena hujan lebat… Ngobrol sambil mengawasi bang Harry dan Aufaa yang “merdeka” mundar mandir…  Bahkan Aufaa (saat itu berusia 14 bulan) yang berjalan aja masih belajar, sudah bulak-balik manjat tangga mezzanin yang ada di kamar tidur..  😀

@ Echo Valley

@ Echo Valley

Malam hari, kami makan di ruang makan, bangunan minimalis yang nampak di foto di atas.. Makanannya standard… Setelah selesai makan malam, menjelang jam tanggal 16 Maret 2015, dimulai acara ulang tahun L Cheese yang ketiga.. Acara dilakukan di ruang makan…, gak bisa disekitar api unggun, karena hujan terus sampai menjelang pagi..  Sayang, mataku saat itu benar-benar gak bisa diajak kompromi… Diriku tidur dengan nyenyak, meski sudah dibangunkan berkali-kali…  😀  Aku baru bangun sekitar jam 02 pagi.., kembali bergabung dengan keluarga, menikmati mie instant cup.. Untuk urusan mie instant ini, kakak ku sudah menyiapkan bekal 1 kardus besar, dan membawa kompor gas kecil, lengkap dengan panci untuk masak air dan tabung-tabung gas kecil.. 😀 Pesta mie cup usai sekitar jam 03 pagi..

@ Echo Valley

@ Echo Valley

Pagi hari…, kami menikmati sarapan yang disediakan pengelola Echo Valley..  Setelah acara foto-foto dan santai-santai sejenak, acara outbound dimulai..  Kami para ompung-ompung menunggu dan menyaksikan dari teras rumah Spanyol, sambil mengurus cucu-cucu..  😀  Sekitar jam 12-an, acara outbound dilanjutkan di air terjun yang ada tak jauh dari hotel.., sekitar 2 km.  Untuk ke sana, kami menggunakan mobil yang dibawa oleh ponakanku # 3, Olan, plus dibantu mobil pengelola resort.  Outbond selesai sekitar jam 15an.. Kami kembali ke resort, bersih-bersih, lalu kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan dengan makan malam di Bukittinggi..

L Cheese

L Cheese Big Family

Serunya family gathering keluarga besar L Cheese Factory.. Semoga outbound-nya bisa membuat Tim L Cheese bekerja dengan lebih baik, lebih kompak, agar L Cheese bisa memberi kebahagian yang lebih bagi customer dan semua pihak yang terkait dengan L Cheese…

L Cheese AnniversaryHappy 3 rd Anniversary, L Cheese… 

Semoga banyak kesuksesan dan kebahagian di tahun-tahun mendatang…

L Cheese Factory…, Make your heart say “cheese”

Dream, Love and Family

DREAM, LOVE AND FAMILY  adalah filosofi  L’ Cheese Factory, toko kue milik kakak ku, Lintje Siregar..

L CheeseBuat diri ku dan keluarga, L’ Cheese Factory, yang L’ nya diambil dari nama kakaku ku Lintje, merupakan pencapaian yang luar biasa…

Why, why, why…..???  Karena seingat ku, dari sejarah keluarga kami yang aku tahu, dalam 3 generasi, tidak ada yang punya toko… Apa lagi toko kue.. 😀  Opung kami adalah para pendidik.. Generasi orang tua kami adalah para birokrat, demikian juga aku, dan kakak ku sebelum beliau pensiun..

Tak pernah terbayangkan rumah kami menjadi toko kue, tempat nongkrong anak muda, bahkan ada live music setiap sabtu malam..

L cheese1aTeras rumah yang dulu tempat duduk-duduk keluarga di pagi dan sore hari sudah menjadi tempat duduk-duduk customer 😀 Demikian juga ruang tamu.  Garasi mobil sudah menjadi tempat display produk, counter kasir dan juga tempat customer duduk santai menikmati produk yang mereka pilih… Ruang kerja, tempat aku dan para ponakan les dengan memanggil guru ke rumah,  yang posisinya di belakang garasi, bersama ruangan yang dulunya dapur bersih sudah menjadi ruang garnish.. Gudang tempat persediaan amunisi, alias penyimpan bahan makanan, sudah menjadi ruang kerja team marketing..  Ruang makan ramai-ramai yang menyatu dengan dapur sudah jadi tempat kerja pegawai toko, tempat menyimpan case-case besar stock produk dan bahan.  Kamar si mbok yang dulu juga merangkap ruang penyimpanan pecah belah peninggalan alm Ibu, sudah jadi ruang produksi dan tempat stock barang.  Ruang musik di halaman belakang rumah, sudah menjadi ruang produksi khusus buat wedding cake dan special order. Bahkan sebagian ruang keluarga dipakai untuk staff accounting bekerja… 😀

Terkadang bila aku habis bepergian, lalu pulang ke rumah tempat aku dibesarkan, dan melihat teras rumah ramai, terlintas di pikiran ku, “Siapa orang-orang itu…? Ngapain pada duduk-duduk di teras rumah kami…??” Hahahahaha…

L’ Cheese Factory bermula dari kakak ku yang ingin membangun usaha setelah beliau pensiun, setelah berkarir sejak muda di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau, berpindah-pindah  dari satu instansi ke instansi.  Bermulai dari instansi yang menerbitkan izin usaha pada tahun 1980-an, dan persiun di Badan Arsip dan Perpustakaan.  Beliau nyaris tak punya keahlian yang cemerlang, tapi suka dan cinta sekali dengan dunia memasak…

Saat aku kecil, kue lebaran di rumah kami adalah hasil kerjaan beliau, dengan mengerahkan bala bantuan dari teman-temannya dan juga orang-orang yang bekerja di rumah..  Saat aku SMA, teman-teman ku senang sekali kalau ke rumah.., karena selalu ada makanan, selalu ada kue yang enak..  Bahkan terkadang teman-teman perempuan ku dengan jail bilang pengen belajar bikin kue, padahal itu hanya alasan agar bisa menikmati cake-cake lezat buatan beliau..  Hahaha…

Di rumah tak pernah tidak ada tepung, gula, dan bahan  kue… Tak pernah juga sepi dari loyang-loyang, mixer dan oven  😀

Sepertinya, punya Mama yang gila memasak, bahan kue yang selalu ada, membuat Ira, putri  bungsu kakak ku juga jadi senang memasak..  Ira bahkan memutuskan untuk tidak mau sekolah “normal” seperti Mamanya, aku dan 2 abangnya, Parlin dan Olan. Dia memilih tidak mengikuti mainstream.., mengambil jurusan Pastry di Sekolah Perhotelan.  Ira merupakan anggota keluarga yang kedua, yang tidak mengikuti mainstream.. Yang pertama Nanda, anak kakak ku yang nomor dua.  Dia memutuskan untuk mengambil Sinematografi di IKJ, setelah bertahun-tahun, kalau ditanya mau jadi apa, jawabnya cuma satu “Kami mau jadi sutradara”

Setelah melalui proses yang tidak pendek, dan aku tahu tidak mudah…, bulan Maret 2012 kakak ku memulai usahanya.  Dengan hanya menggunakan garase rumah yang direnovasi sebagai tempat jualan, dan dapur bersih sebagai tempat produksi..  Beliau membuat sendiri cake yang akan dijual.   Parlin, putra sulungnya, dan Typhany, istri Parlin,  mengurus manajemen toko sekaligus menjadi penjaga toko..  Ira sebagai pembuat resep untuk produk-produk yang akan dijual..

L cheese2aProduk yang dipilih kakak ku PREMIUM CHEESE CAKE. Pilihan iItu dilakukan dengan pernuh pertimbangan, pasti.  Semua bahan yang digunakan merupakan bahan pilihan, diproses  secara cermat dengan  mengunakan peralatan yang terbaik, serta dengan pengawasan yang ketat untuk menghasilkan produk terbaik.  Bahkan untuk kepuasan dan ketenangan hati  konsumen, sejak awal usaha telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan dan sertifikasi halal oleh LPPOM MUI Provinsi Riau.

Kak Lintje mengenang,  saat awal usahanya dengan ucapan “Kalau ada orang yang beli 1 slice cake aja, rasanya sudah senang sekali.. Kalau orang itu makan di tempat, rasanya deg-degan menunggu komentar si pembeli.” 😀

Waktu berjalan….  L’ Cheese Factory sudah hampir genap 3 tahun…  Kak Lintje tidak lagi harus mengerjakan sendiri seluruh proses produksi, tapi beliau mengawasi dan terkadang ikut mengerjakannya.   Yang terlibat dalam pengelolaan toko bukan lagi hanya Parlin, Ira dan Typhany.. Nanda, yang lulusan IKJ dan sempat kerja di production house untuk pembuatan iklan produk, dan Olan, anak nomor 3, yang sempat kerja di salah satu bank di Pekanbaru, memutuskan untuk full time bergabung dengan L’ Cheese dan mengambil peran sesuai dengan studi dan pengalaman kerja masing-masing.  Nanda mengurus marketing, Olan mengurus finasial.  Bahkan pada akhir Tahun 2013, L’ Cheese Factory mendapatkan penghargaan UMKM award dari Bank Riau Kepri, bank milik Pemerintah Daerah Provinsi Riau yang memberi dukungan pada awal usaha.  Alhamdulillah Tahun 2014, L’ Cheese Factory tak bisa lagi ikut dalam seleksi UMKM award yang diadakan bank tersebut, karena sudah tidak tergolong dalam Usaha Mikro lagi  😀

Anugrah UMKM a

Satu hal yang kak Lintje bilang berkali-kali ke diri ku, “JANGAN TAKUT MENGHADAPI PENSIUN”.  Tapi tentu saja bukan tanpa persiapan..  Bekerja, sambil meningkatkan keterampilan di bidang yang menjadi passion kita adalah hal yang HARUS DILAKUKAN.. Juga menyiapkan anak-anak dengan memberikan kesempatan bersekolah sesuai dengan passion mereka adalah hal yang terbaik yang bisa dilakukan, bagi anak-anak, sekaligus bagi diri kita sebagai orang tua.

Seperti  Nanda bilang ke aku… DREAM artinya berani bermimpi dan berjuang mewujudkannya..  LOVE, melalukan hal-hal yang merupakan passion, seperti kak Lintje dan Ira yang mempunyai passion sangat kuat terhadap cooking, serta FAMILY, menjalankan bisnis dengan melibatkan keluarga dan value yang ada di keluarga..

So,  L’  CHEESE IS NOT JUST A CAKE SHOP, IT’S ABOUT DREAM, LOVE AND FAMILY…

L Cheese 2nd Anniversary

d Family on L’ Cheese 2nd Anniversary

So Guys, Kalau sedang berada di Pekanbaru,  come to L’ Cheese…  You are gonna  feel how the Dream, Love of cooking, and value of Family can MAKE YOUR HEART SAY CHEESE...

Simarjarunjung dan Tanah Karo Trip

Apa itu Simarjarunjung….?  Apa itu Tanah Karo..?

Simarjarunjung itu nama sebuah daerah di tepi Danau Toba, yang termasuk Kabupaten Simalungun.. Kata Papa, daerah Saribu Dolok, alias seribu bukit.. Sekitar 123 km dari Medan, ibu Kota Provinsi Sumatera Utara….   Daerah ini merupakan destinasi pariwisata yang tidak seramai Parapat..   Lebih sepi… Tak ada hotel-hotel, seperti yang berserakan di Parapat dan sekitarnya…  Jalur ini terkoneksi dengan Tanah Karo, di daerah Tiga Panah…

Tanjung Unta 1a

@ Tanjung Unta

Menyusuri jalur ini sebenarnya sudah lama aku idam-idamkan…  Sejak tahun 1993-an….  Saat aku bersama Papa, alm Mama dan adik ku Noy jalan-jalan ke Parapat, dan di perjalanan Papa bercerita tentang jalur tersebut…  Tapi karena kesibukan, kami tak sempat-sempat melakukannya..

Pardede Cottage a

@ Pardede Int’l Cottage – Parapat

Aku akhirnya menyusuri jalur ini pada bulan September 2014.. Dalam perjalanan kembali ke Medan setelah mengantarkan alm Mama ke tempat peristirahatannya di kampung kami, Sibadoar – Sipirok.  Kami sengaja pulang sambil berjalan-jalan untuk meringankan hati Papa, dan juga hati kami yang kehilangan alm Mama..,   Kami berangkat dari Sipirok hari Sabtu 20 September 2014 setelah magrib.. Kami sampai hari Minggu, 21 September 2014 jam 02 pagi di Parapat, dan menginap di Pardede International Cottage, yang berada di tepi Danau Toba.. Pagi hari, setelah sarapan, dan santai-santai sejenak..  Aku, Papa, David, Uli,  Ivo plus supir meneruskan perjalanan menuju Simarjarunjung

Tanjung Unta a

@ Tanjung Unta

Jalur ini memang memanjakan mata… Sepanjang mata memandang, warna yang dominan hijau dedaunan, birunya langit dan air Danau Toba.. Cantik… Kita juga bisa melihat apa yang Papa bilang Tanjung Unta..,  perbukitan yang menjorok ke Danau Toba dengan bentuk seperti punggung binatang unta..  Tak banyak pemukiman yang kami temui… Jadi jangan berharap ada tempat bisa duduk-duduk, sekedar untuk minum teh atau kopi…

ikan mas a

Ikan mas raksasa.. 😀

Dalam perjalanan kami melihat ada sebuah bangunan yang unik, berada di tengah-tengah kebun kopi.. Bentuknya seperti ikan mas.. Besar… Aku dan adikku Ivo, sengaja turun dan menghampiri tempat itu.. Tapi tak ada apa-apa.. Hanya bangunan yang tak terurus…, belum selesai pula… Enggak tau niatnya mau dijadiin apa..Sayang yaa..

Simarjarunjung a

@ Simarjarunjung – Saribu Dolok

Setelah berjalan sekitar 1 jam 30 menit, kami akhirnya sampai di daerah Simarjarunjung, udaranya sejuk… Pemandangan danau Toba yang hampir ditutupi kabut begitu cantik…  Beda memang dengan pemandangan dari Parapat… Di daerah Simarjarunjung ada tempat yang namanya Bukit Simarjarunjung.. Tempat kita bisa melihat the best view..

Simarjarunjung2a

@ Bukit Simarjarunjung

Di sini juga ada sebuah restaurant, yang diresmikan oleh alm Raja Inal Siregar, saat beliau masih menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara..  Restaurant yang sepertinya direncanakan menjadi resto international ini punya pemandangan yang indah dari jendela-jendelanya..  Tapi mungkin karena omzet yang tak terlalu besar, karena tak banyak pengunjung, penataannya ya so so..  Penataan ala tahun 1980-an…  Padahal makanan yang dihidangkan rasanya lumayan.. Apa lagi saat lapar dan udara dingin… 😀

Setelah perut kenyang…, mata pun puas memandang…, kami melanjutkan perjalanan…, menuju Tanah Karo, ke daerah di sekitar Kota Brastagi, melalui  daerah Tiga Panah.. Gak tau apa artinya.. Yang jelas di Tanah karo ini ada beberapa daerah yang juga bernama Tiga.., antara lain Tija Jumpa, Tiga Binanga.  Tiga Binanga itu sebuah kota kecil di lintasan Medan – Aceh Tenggara.  Alm Ibu dan keluarganya sempat tinggal di situ saat orang tuanya bertugas menjadi guru di sana..

Kebun strawberry a

@ Kebun strawberry, Tongkoh, Brastagi

Di Tanah Karo ini kami ke daerah yang bernama Tongkoh…   Menurut Ivo, adik ku yang salah satu usahanya adalah pupuk organik, Tongkoh ini merupakan daerah pertanian.., dan di sana juga ada kebun strawberry.. Jadi gak cuma ada di Lembang – Bandung dan di Bedugul – Bali…  Kebun strawberry yang kami datangi bernama Rini Colia..  Saat kami sampai di sana, hari hujan… Mulai dari gerimis sampai hujan lebat… Udara semakin segar dan dingin… Tapi ya itu…, jadi gak bisa metik sendiri..  Bisanya beli hasil panen yang sudah ada di pondok pemilik kebun…  Kalau gak harga strawberry dengan ukuran besar, IDR 100 K per kilogram..

Peternakan Gundaling a

@ Peternakan Sapi Perah Gundaling, Brastagi

Dari Tongkoh kemana lagi…? Ke peternakan sapi perah Gundaling… Sayangnya saat kami sampai di sana sudah terlalu sore, jadi produk olahan susu berupa yoghurt dalam ukuran kecil yang untuk sekali minum sold out…  Karena aku, David dan Ivo lagi gak pengen minum susu sapi segar, jadi hanya Uli dan Papa yang minum… Kami menonton saja… 😀  Peternakan ini sebenarnya sudah bersiap untuk jadi tempat wisata.. Ada tempat pengunjung duduk-duduk menikmati produk olahan.., juga ada fasilitas toilet yang bagus.. Hanya tidak cukup terjaga kebersihannya..

Dari peternakan sapi perah Gundaling kami sempat singgah di permandian Lau Si Debuk-debuk… Tapi hanya Papa yang mencoba menikmati.. Anak-anaknya gak ada yang mau ikutan, karena ramai banget..  jadi tak lama di sana, kami pun segera pulang ke Medan, dan singgah makan malam di Green Hill Sibolangit…

Senangnya bisa berjalan bersama Papa.. Sayang bang Rio gak ikut.. Si bungsu Nora dan Ananda sengaja pulang dengan kendaraan terpisah, karena Ananda ingin main dulu di Parapat.  Semoga ada kesempatan berikutnya untuk jalan-jalan bersama keluarga… Ke desa Tongging di Tanah Karo, kayaknya asyik tuuhhh… ****

Some of pictures have captured by  my sissy, Uli Siregar.  Tq dear..

Museum Batak

Tanggal 22 Desember 2014 yang lalu aku  ke Medan untuk menemani Papaku pulang kampung ke Sipirok.. Ya, tanggal 24 Desember 2014, tepat 100 hari kepulangan alm Mama, dan Papa ingin berziarah…  Jadi kami, aku, Papa adikku Ivo dan ponakan ku Ananda, berangkat ke Sipirok tanggal 23 Desember 2014.

Poda na 5

Semula kami berencana akan berangkat pagi-pagi sekali dari Medan, agar bisa singgah di Pematang Siantar untuk membeli Roti Ganda, minum teh dan makan roti bakar di kedai kopi Sedap, serta singgah di Balige   untuk berkunjung ke Museum Batak.   Namun karena sebelum berangkat Papa mengajak kami membeli mesin potong rumput pesanan salah seorang kerabat di kampung,  jadi lah kami berangkat jam 11 siang dari Medan.   Karena kami jalannya santai, dan pakai singgah makan siang di Tebing Tinggi, kami sampai di Pematang Siantar sekitar jam 4 sore,  dan tak bisa sampai ke Balige pada jam museum masih buka..  😀

Kami akhirnya menggeser rencana untuk ke museum tersebut.   Jadinya saat pulang dari Sipirok tanggal 26 desember 2014.  Hari itu kami berangkat dari Sipirok jam 06.30 pagi.  Agar aman melewati Aek Latong, kami membawa supir tambahan, salah satu tetangga di kampung, untuk menyetirkan mobil sampai di Balige dan sekitarnya.  Maklum lah, kami pergi berempat…  Nyetirnya gantian.., kalo enggak Ivo, ya diri ku..   belajar jadi supir medan, coy…!!!   Karena enggak tega ngeliat Papa nyetir jarak jauh di usia beliau yang menjelang 77 tahun..  Meski beliau merasa masih kuat nyetir…., dan merasa lebih jago nyetir di medan-medan yang menantang dibanding kami, putri-putrinya.. Hehehehe…

Gerbang a

Berangkat pagi tanpa mandi, hanya cuci muka, sikat gigi dan bebersih sekedarnya… 😀  Kami bisa sampai di Sipaholon, pinggiran Kota Tarutung sekitar jam 09.30 pagi..  Di situ kami mandi pagi di permandian air panas, air belerang, sekaligus brunch.. Puas mandi dan makan, kami lanjut perjalanan, dan sampai ke Balige jam 11 siang.

Di Balige kami langsung menuju Museum Batak yang berlokasi di Desa Pagar Batu, tak jauh dari tepian Danau Toba.. Museum Batak ini merupakan bahagian dari TB Silalahi Center…  Semacam sebuah pusat kebudayaan Batak  yang didirikan oleh Jenderal TB Silalahi di kampung beliau, Desa Pagar Batu, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir.. TB Silalahi Center merupakan sebuah kawasan yang lokasinya tidak jauh dari Danau Toba..  Di kawasan itu terdapat Museum TB Silalahi, Museum Batak, Huta Batak..  Ada juga beberapa sarana pendukung…  Terus kami kemana aja…?

Museum TB Silalahi 2 a

Begitu masuk, kami menuju gedung yang  kami temui pertama kali saat masuk ke kawasan…  Museum TB Silalahi..  Apa isinya…?  Di bagian depan terdapat deretan foto-foto presiden Indonesia, dari pertama sampai akhir…  Lalu, dilanjutkan dengan cerita tentang riwayat hidup seorang TB Silalahi, dan koleksi-koleksi pribadi, seperti pakaian untuk berbagai kesempatan, jam tangan, pena, handphone, ijazah dan diploma-diploma serta berbagai penghargaan..  Juga souveniers dari berbagai negara yang pernah dikunjungi dan cendera mata yang pernah diberikan kolega-kolega beliau dari berbagai negara…

Huta Batak a

Keluar dari Museum TB Silalahi, kami menuju Huta Batak…   Apa itu Huta Batak…? Itu sebuah kawasan, yang di dalamnya ada 7 unit rumah adat Batak yang sudah tua…  Tapi masih cantik dan sangat terawat..  Miniatur perkampungan orang Batak..  Di situ juga ada 2 unit kuburan batu..  Ada juga pangulu balang di pojok kawasan huta Batak, dan ada si Gale-gale di depan salah satu rumah Batak…

Apa itu Pangulu Balang…?  Temen-teman baca sendiri ya di pic ini…  Biar jelas…  😀 Pangulu Balang 1

Ngomong-ngomong soal Pangulu Balang…, Papa ku pernah membuat tulisan tentang kampung kami Sibadoar yang hikayatnya  juga punya Pangulu Balang.. Tulisan itu bisa teman-teman bisa lihat di Cerita Rakyat Tentang Marga Siregar dan Bonabulu Huta Sibadoar (11). Tapi ini aku kutipkan…

Huta Sibadoar “tempo doeloe” ada penjaganya yang dikenal dengan nama “pangulubalang”, konon satu-satunya huta di Luat Sipirok na mar pangulubalang. Pangulubalang adalah patung batu (di gorga) bentuk manusia mini. Konon patung itu sebelumnya “di-isi” dengan jasad manusia yang sengaja dikorbankan dan diolah sedemikian rupa khusus untuk membuat “pangulubalang”. Pangulubalang pada saat-saat tertentu (periodik) di-pele (diberi makan) oleh majikannya yang menunya berupa padi yang digonseng (bertih), telur ayam kampung, dll. Seandainya majikannya terlambat ma-mele (memberi makan), ada harapan telur ayam sekampung yang sedang dierami akan “bayuhon” (tidak jadi menetas) karena sebelumnya telah disantap oleh pangulubalang. Roh manusia yang jasadnya ada dalam pangulubalang, dipercaya dapat berfunggsi sebagai penjaga huta. Jika ada musuh (zaman doeloe sering kejadian) mau menyerbu masuk huta, ataupun akan timbul wabah kolera (begu attuk) dan lain-lain bencana, maka sebelumnya oleh pangulubalang akan diberikan peringatan-peringatan dini dengan tanda-tanda umpamanya, semut-semut merah bermunculan disekeliling huta secara menyolok, dan atau tanda-tanda alam lainnya yang tidak lazim, bahkan katanya suara-suara aneh yang bersumber dari pangulubalang. Berdasarkan ini semua (majikannya biasanya cepat tanggap) orang sekampung dapat mengambil tindakan berjaga-jaga (mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya).

Terus apa itu si Gale-gale..? Si Gale-gale 2a

Si Gale-gale itu patung untuk menghibur orang yang mengalami kesedihan karena kematian anggota keluarganya.. Patung itu bisa beergerak.., menari mengikuti musik.. Kalo dulu digerakkan oleh roh yang dipanggil oleh datu..  Kalo sekarang digerakkan secara mekanik…  Di Huta Batak ini, si Gale-gale ditampilkan setiap 30 menit, kalau tidak salah..  Pengunjung bisa duduk-duduk di kursi-kursi yang terbuat dari semen di seberang rumah yang ada si Gale-galenya..  Tapi kalau mau, penonton juga bisa ikut menari.. 😀

Si Gale-gale 3 a

Oh ya, di dekat gerbang Huta Batak juga ada rumah adat Toraja… Mengapa? Karena katanya suku Toraja yang berada di wilayah Sulawesi Selatan itu punya kedekatan budaya dengan suku Batak..

Halaman Museum Batak a

Dari Huta Batak, kami berjalan menuju Museum Batak.. Karena  Huta Batak berada di belakang Museum TB Silalahi, yang sejajar dengan Museum Batak, jadi lah kami menyusuri halaman belakang Museum Batak…  Ada apa di sana? Ada patung yang menggambarkan aktivitas panen raya.., dan ada papan catur raksasa, yang tinggi buah caturnya setengah tinggi orang dewasa… Yaa…, orang Batak memang identik dengan catur dan domino.. 😀

Museum Batak a

Apa yang ada di dalam Museum Batak…? Banyak…. 😀  Selain memberikan berbagai informasi dan memamerkan benda-benda yang menggambarkan 7 unsur kebudayaan (Sistem bahasa, Sistem peralatan hidup dan teknologi, Sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, Sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial,  Ilmu pengetahuan, Kesenian, dan Sistem kepercayaan, atau agama) dari berbagai etnis Batak (Toba, Angkola, Pakpak, Mandailing dll), di museum Batak juga ada bahagian yang menggambarkan sejarah perjuangan Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII, sejarah masuknya agama Kristen ke Tanah Batak, juga tentang interaksi antar agama yang ada di masyarakat Batak.

Di Museum ini juga dijelaskan tentang filosofi hidup orang Batak seperti CICAK.. What….?   Iya Cicak.. makanya di rumah-rumah adat batak, atau peralatan orang-orang Batak sering terdapat ornamen berbentuk cicak..  Apa artinya…? Dalam masyarakat Batak hewan ini adalah hewan yang mempunyai filosofi terutama dalam pergaulan. Kepercayaan para leluhur mengatakan bahwa setiap etnis Batak harus dapat bergaul dengan siapa saja tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam satu lingkungan.  Filosofi ini juga ditanamkan dari orang tua kepada anak-anaknya yang hendak merantau ke suatu daerah, anak-anak tersebut harus dapat menyesuaikan diri (adaptasi) dengan pemukiman barunya dan orang-orang disekitarnya, seperti halnya hewan cicak yang dapat menempel di dinding bangunan apa saja tanpa harus takut dan tertutup dari lingkungan di sekitarnya.

Di dekat pintu keluar Museum Batak juga terdapat tampilan tentang Poda Na Lima, yaitu prinsip hidup orang Batak yang 5.. Paias Rohamu (Bersihkan Hatimu), Paias Pamatangmu (Bersihkan Tubuhmu), Paias Paheonmu (Bersihkan Pakaianmu), Paias Jabumu (Bersihkan Rumahmu), Paias Paharanganmu (Bersihkan Halaman Rumahmu).  Di situ juga ada tampilan Nasehat Leluhur Tanah Batak, Carilah Rezeki dan Peruntungan, Carilah Kesempurnaan Hidup, Carilah Kehormatan dan Kemuliaan.. Kalau pesan-pesan ini dilakukan dengan konsep religi…, rasanya pesan-pesan ini akan menjadi pegangan yang sangat indah… Nasehat leluhur Batak a

Oh ya, makam Sisingamangaraja XII juga terdapat di kawasan ini, di bahagian depan..  Tapi kami tidak sempat singgah.. Karena tanpa sadar kami sudah menghabiskan waktu 4 jam di tempat ini.. Tak terasa..Karena tempat ini memang sangat layak untuk dikunjungi…  Tempatnya nyaman.. Story line museum-nya bagus..  Informasi-informasi yang disampaikan sangat banyak dan jelas..  Tempat ini sangat layak untuk dikunjungi, bukan hanya bagi yang di dalam tubuhnya mengalir darah Batak..  Tapi bagi mereka pencinta Budaya dan Sejarah…

Dari informasi yang saya dengar di sana, Museum ini merupakan Museum milik pribadi (non pemerintah) yang terbaik di Indonesia.  Saya gak bisa kasi komentar tentang hal ini.. Secara saya baru mengunjungi 4 museum pribadi saja di Indonesia, yaitu  museum ini, Museum Rahmat di Medan,  Museum Sapoerna di Surabaya. dan Museum Kata di Belitung Timur.  Tapi memang informasi yang ada di Museum Batak ini jauh lebih kaya dan dalam maknanya, karena menyangkut sebuah etnis..  Dan menurut saya, story behind the object yang ditampilkan juga jauh lebih bagus dibanding Musee’ de Louvre di Paris..  Sungguh… Dan sebagai peminat sejarah dan budaya, berkunjung ke tempat seperti ini buat Papa dan kami anak-anaknya merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan..   Semoga kami bisa segera jalan-jalan bersama Papa lagi, segera…  Doain ya teman-teman.. ***

Always on my mind, Mom…

Mama_PenangHari ini pikiranku tak bisa berkosentrasi kerja sebagaimana biasanya…  Aku rindu sama Mama… Rindu yang tak terkatakan.. Seperti yang sudah2, rindu ini membuat air mata kerap mengalir, bahkan ketika rindu itu melintas saat aku sedang tenggelam dalam pekerjaan… Kalau sudah begitu, aku hanya bisa menahan agar tangis itu tenggelam di dalam dada… tak keluar dalam suara…

Lalu di kegalauan itu aku melihat tawasan sebuat applikasi, untuk membuat slide dari koleksi foto2 kita.. Bisa foto2 yang sudah kita upload di medsos2 yang kita miliki.. atau pun foto2 digital yang masih di komputer kita dan belum di-upload..  So, aku terpikir untuk membuat slide buat foto2 Mama yang ada di aku.. Karena slide itu juga menyediakan fasilitas untuk kita kasi sound untuk mengiringi, yang bisa kita pilih dari youtube, aku meilih lagu Always on my mind dari Michael Buble sebagai pengiring slide foto2 Mama…  Semoga slide ini bisa dilihat juga buat abang dan adik2ku, juga ponakan-ponakanku… Meski aku tahu ini tak akan membuat rasa rindu akan Mama hilang… Tapi semoga dengan melihat begitu banyak kebersamaan yang pernah kami rasakan bersama Mama, hati yang rindu itu bisa terhibur…

Silahkan dilihat slide yang aku buat untuk Mamaku, di sini…. Teman2 juga bisa bikin slide kalian, tentang apa yang kalian inginkan.. ***

Rest in Peace, Mom…

My Mom has passed away on September 15th, 2014 on 12.15 WIB…

Mom,  Namora Hasayangan

Mom, Namora Hasayangan

Mama berpulang ke rahmatullah di usia 69  tahun 5 bulan kuran 6 hari…  Di usia pernikahannya bersama Papa 50 tahun 3 bulan 9 hari…  Meninggalkan 2 putra, 4 putri dan 10 orang cucu…

Perjalanan hidup beliau sungguh berwarna….  Hampir seluruh hidupnya beliau  isi dengan mengabdi pada keluarga…  Meski 7 tahun terakhir semua dilakukan dari atas kursi roda…

Mama pergi setelah lebih dari 3 minggu koma…  Beliau tidak sadar setelah stroke yang ketiga menyerang otak bagian belakang..  Tiga minggu terakhir perjalanan hidupnya  tersebut beliau benar-benar tidak bisa berinteraksi dengan  hal-hal di luar diri beliau…

Setelah beliau berpulang , kami membawa beliau ke kampung halaman kami, Sipirok..  Kami semayamkan beliau di rumah leluhur kami, Ompu Lintje… dan setelah menjalani proses adat Angkola beliau kami makamkan di pemakaman keluarga di Kampung Sibadoar, kampung leluhur kami dari garis Papa..

I don’t know how to tell what I feel about this loosing…  It’s too hard….  Especially because of the storm in my life, I’ve made myself  busy, very busy with my work… and it made me could not understand when Mom gave me the sign about her end so near…

I wish I can hug her again and tell her how much  I love her ….

Rest in peace, Mom…  Hopefully you are rest peacefully in hug of Allah…  I’m so sorry for not understand the signs you gave me… You are always on my mind though I can not touch you, hug you, kiss you, hear your voice anymore….***

 

Kembali ke Sabang…

Saat akan berkunjung ke Banda Aceh tanggal 16 – 18 November 2013, aku bertekad untuk nyebrang ke Sabang..

Sabang…?

Pulau Weh..  Gambar diambil dari sini...

Pulau Weh.. Gambar diambil dari sini

Iya, Kota Sabang.  Kota yang berada di Pulau Weh. Kota yang posisinya paling barat, tepatnya barat laut, Indonesia..  teman-teman pasti gak lupa lirik lagu yang biasa kita dengar saat masih sekolah..

“Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau…
Sambung menyambung menjadi satu,
Itu lah Indonesia”

Kenapa sih aku pengen banget ke Sabang, sampai bertekad segala…? Karena aku ingin melihat keadaan kota ini setelah otonomi daerah, setelah Aceh tak lagi dilanda perang…. Karena aku sudah pernah melihat Sabang dalam 2 situasi yang sangat, sangat berbeda…  Situasi yang gimana aja…?

Aku berkunjung ke Sabang pertama kali pada pertengahan tahun 1980.  Saat Sabang berstatus sebagai pelabuhan bebas alias freeport..

Aku ke sana bersama Mama, abangku Rio, adikku David, Uli dan Ivo.
Saat itu kami berangkat naik kapal dari Pelabuhan Uleulhe, dan mendarat di Pelabuhan Balohan. Waktu tempuh saat itu 3 jam.  Di tengah perjalanan, dari dak kapal, tempat kami duduk-duduk menikmati udara dan angin laut kami bisa melihat rombongan lumba-lumba menari mengiringi kapal…

Kami di Sabang hanya semalam. Kalau tidak salah ingat, kami menginap di rumah tulang (oom) nya Mama, yang rumahnya berada di bagian tertinggi Kota Sabang. Tak jauh dari depan rumah itu, ada tangga menuju deretan toko-toko yang berada di bagian rendah Kota Sabang. Deretan toko yang berada di tepi laut…

Aku ingat begitu sampai, kami dibawa Mama ke pasar, menemani beliau belanja keperluan rumah tangga, berupa pecah belah… Piring-piring, gelas-gelas merk pyrex, dan entah apa lagi..

Lalu setelah  makan malam Mama kembali membawa kami jalan.. Kali ini kami menyusuri tangga yang menghubungkan bahagian kota Sabang yang tinggi dengan bahagian yang rendah, yang merupakan lokasi pasar…

Meski sudah malam, ternyata daerah bisnis di Kota Sabang saat itu masih hidup… Masih banyak orang-orang yang melakukan transaksi bisnis… Bahkan di ujung tangga yang kami lewati ada orang-orang yang berjualan dengan meletakan barang dagangannya dengan alas seadanya…

Kota ini begitu hidup….

Keadaan jadi sangat berbeda saat aku berkunjung ke Sabang pada pertengahan tahun 1999..

Saat itu aku ikut Diklat Teknik dan Manajemen Perencanaan Pembangunan (TMPP) yang diadakan Bappenas, Depdagri dan 4 Perguruan Tinggi Negeri  di Indonesia, salah satunya Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, dan lokasi Kuliah Kerja Lapangan (KKL) nya diadakan di Sabang..

Pertengahan tahun 1999 termasuk masa yang sangat parah dari konflik Aceh..  Saat itu menjelang Pemilu pertama setelah reformasi..  Jalur transportasi darat Banda Aceh – Medan pp nyaris putus, karena jarang ada kenderaan umum yang mau mengambil resiko dicegat dijalan.  Karena situasi tersebut, menurut panitia, Sabang adalah lokas yang paling aman untuk membawa 40 orang pegawai Bappeda yang berasal dari berbagai kabupaten/kota dari 7 provinsi yang ada di Pulau Smatera (waktu itu provinsi di Pulau Sumatera hanya 8, untuk Provinsi Lampung, diklat TMPP nya dilaksanakan di Universitas Indonesia).

Pusat Kota Sabang, dulu di tempat ini tahun 1999 anak-anak bisa bermain bola sangkinkan sepi, jarang ada kenderaan melintas

Pusat Kota Sabang, dulu di tempat ini tahun 1999 anak-anak bisa bermain bola sangkinkan sepi, jarang ada kenderaan melintas

Saat aku ke sana,situasinya berbeda 180 derajat dengan situasi tahun 1980…

Kota Sabang bagai kota mati… Jalan-jalan terasa sepi… Jarang ada kenderaan dan manusia lalu lalang… Bahkan jalan-jalan yang dulunya penuh dengan aktivitas ekonomi, menjadi lengang… Bahkan anak-anak menggunakannya untuk bermain bola… Ironis sekali…

Dari data kependudukan yang kami ambil untuk keperluan laporan KKL, kami ketahui kalau pertumbuhan penduduk Kota Sabang saat itu di bawah angka nol, alias minus… Yaa, banyak penduduk yang keluar dari pulau ini karena tak ada aktivitas ekonomi yang bisa menjadi sumber pendapatan.  Kondisi ini bukan semata karena perang saudara, akan tetapi karena berubahnya status Sabang yang sebelumnya freeport.  Justru menurut penduduk setempat, penghentian status Sabang sebagai freeport termasuk salah satu yang menyebabkan rakyat Aceh bergolak menentang Pemerintah Pusat.

Oh ya…, untuk pergi ke Sabang pada tahun 1999, berangkatnya dari pelabuhan Krueng Raya.., yang Banda Aceh butuh waktu tempuh sekitar 1 jam.  Nyebrangnya naik kapal besar, yang di bagian bawahnya digunakan untuk mengangkut mobil-mobil yang mau ke dan kembali dari Sabang.  Waktu tempuh…? Sekitar 3 jam…

Saat aku ke Sabang bulan November kemaren, kami berangkat dari Pelabuhan Ulheulhe… Pelabuhan yang sudah bagus, rapi, setelah dibangun kembali pasca tsutnami..  Bahkan dermaganya dibuat sedemikian rupa hingga bebas gelombang..  Jadi penumpang naik dan turun dari kapal gak goyang-goyang, sehingga beresiko jatuh, kecemplung di laut..

Kapal Ulheulhe - Sabang Pp.

Kapal Ulheulhe – Sabang Pp.

Kapalnya…? Bagus… Ada 3 kelas.. Ada kelas ekonomi di bagian atas kapal di ruang terbuka.. , kelas yang di atasnya lagi, di ruang tertutup di bagian bawah kapal, dan kelas VIP di bagian atas kapal, persis di belakang ruang kemudi..   Berapa harga tiketnya…? Tiket kelas VIP pulang pergi, Rp.120.000,-/orang…  Waktu tempuh sekitardari Ulheulhe ke Balohan sekitar 45 menit…  Jauh lebih cepat dari yang dulu-dulu yaa…

Situasi kota Sabang sekarang jauh lebih baik dari tahun 1999.. aktivitas ekonomi jauh lebih baik.. Ini terlihat dari banyaknya kenderaan yang melintas di kota…  Pusat kota lebih ramai, meski belum seramai tahun 1980..  Kondisi infrastuktur, berupa jalan juga jauh lebih baik…    Semoga semua menjadi lebih baik di masa yang akan datang…

Baliho Promosi Wiasata Sabang

Baliho Promosi Wiasata Sabang

Oh ya.., mengingat pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan Sabang.. Di Pelabuhannya terdapat baliho promosi pariwisata, yang menurut aku, cerdas…  Membuat aku ingin segera bisa kembali ke sana, karena banyak yang belum sempat dinikmati… Mudah-mudahan bisa segera kembali…

Jadi ingat duluuuuuuu…, dulu sekali aku pernah berharap bisa kembali ke kota ini bersama seseorang, bajak laut yang pernah mengisi relung hati….  Gubrrraakkkkssss….kursi mendadak patah kakinya satu

Banda Aceh in My Memory…

Masjid Raya

Masjid Raya Baiturrahman

Mendapat kesempatan ke Banda Aceh, tentu menjadi sesuatu yang sangat, sangat, sangat menyenangkan buat aku…Meski bukan kampung halaman bagi aku, abang dan adik-adikku…, tapi kota ini dulu tidak asing bagi kami…
Ya, pada tahun 1980, Papa ku pindah tugas dari Padang Sidempuan ke Banda Aceh.. Dan Papa bertugas di sana selama 7 tahun, sampai tahun 1987..

Aku yang menetap di Pekanbaru sejak usia 1 tahun tidak pernah ikut tinggal di Banda Aceh, demikian juga abangku Rio..  Tapi setiap libur sekolah, aku selalu dikirim  ke Banda Aceh..  Emang paket…???  *wink.. wink.. wink…* Sementara bagi adik-adik ku, David, Uli, Ivo dan Noy, Banda Aceh menjadi kota kedua tempat mereka dibesarkan setelah Padang Sidempuan..  Buat Ivo, dan Noy bahkan mungkin tak menyimpan memory saat tinggal di Padang Sidempuan, karena mereka masih sangat kecil ketika pindah ke Banda Aceh..

So, target utama ku selain urusan kerjaan, ke Banda Aceh harus bisa melihat lagi kavlingan yang dulu menjadi rumah tinggal keluargaku.. Rumah dinas DJA…  Aku ingat ancer-ancer lokasinya…   Tapi lupa nama daerahnya, juga nama jalannya…  😀  Yang aku dengar dari Uli dan Ivo, lokasi rumah itu hancur saat tsunami..  Mereka berdua sempat pergi ke Banda Aceh beberapa tahun setelah tsunami…

Sebenarnya rumah itu rumah kedua yang jadi tempat tinggal keluargaku saat di Banda Aceh.. Setahun pertama, keluarga ku tinggal di sebuah rumah yang disewa oleh kantor di Jl. Pocut Baren, Gg. Anggrek..  Gak ingat lagi nomor berapa..  :D.  Tapi rumah kedua menjadi sangat kami kenang, karena lebih lama, juga lingkungannya sangat mengesankan…

Sungai di tepi jalan ke arah rumah...

Sungai di tepi jalan ke arah rumah…

Ya, untuk sampai ke rumah itu, kita harus menyusuri jalan yang di sebelah kirinya sungai.. Ada perahu-perahu nelayan.. , dan kalau kita ke tepi sungai itu di sore, kita bisa melihat banyak anak kepiting keluar dari lubang-lubang tempat tinggalnya..

Jalan menuju rumah, sudah banyak rumah-rumah lain.., tapi tidak padat…  Bahkan di depan rumah kami ada padang ilalang yang sangat tinggi…. Yang di siang dan malam hari karena tiupan angin mengeluarkan suara. “uuuuuuuuuuuu, uuuuuuuuuu…”  Nyanyian alam yang menemani tidur siang dan malam kami kalau lagi di rumah…  Sebagian besar lingkungan adalah rumah-rumah penduduk setempat dengan halaman yang luas dan banyak pepohonan..  Kami bebas bermain di luar rumah… Bahkan masuk ke padang ilalang, dan merebahkannya menjadi alas untuk duduk dan tidur-tiduran, tanpa terlihat dari kejauhan…

Lingkungan rumah itu seperti surga bagi adik-adikku….  Uli yang sedari kecil feminim dan cinta cerita putri-putri, selalu bermain di situ.., memetik bunga-bunga rumput dan merangkainya menjadi mahkota bagi dirinya…  Ivo si tomboy, selalu memanfaatkan pohon kelapa tetangga depan rumah untuk membuat sendiri benang galasan buat main layangan…  Sementara Noy, bergerak bebas dengan sepedanya menysuri jalan setapak di pinggir rawa-rawa.. Tak ada rasa takut bagi mereka untuk bermain dan menjelajah..  Tak pula ada rasa takut pada Papa dan Mama membiarkan mereka bermain bebas… Daerah itu begitu nyaman dan aman..  Bahkan Mama pun meghias pagar rumah dengan menanam berbagai macam tanaman sayur.., gambas, tomat…   Pagar rumah yang meriah…

Begitu keluar dari hotel, pak supir menanyakan kemana kami mau pergi…? Aku bilang mau lihat-lihat lokasi rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggal keluarga ku.  Tapi aku gak ingat nama jalannya, juga daerahnya..  Aku coba menggambarkan lokasi rumah kami yang ada ingatanku.. Supir itu bilang, itu daerah Lampulo… Yaaa.., betul.. Aku jadi ingat, nama daerah itu memang daerah Lampulo..

Jl. Tengku Diblang, Banda Aceh

Jl. Tengku Diblang, Banda Aceh

Pak Supir lalu bilang, bagaimana kalau dia membawa kami melihat kapal penangkap ikan yang mendarat di atap rumah saat tsunami..  Lokasinya di Lampulo, satu daerah dengan rumah kami dulu…  Saat menyusuri jalan yang dikirinya sungai, yang aku lihat bernama jalan Sisisngamangaraja, di sebelah kanan aku melihat ada jalan dengan plank bertulis Jl. Tgk. Diblang… Nama itu tidak asing dalam ingatanku… Aku lalu menelpon David, menanyakan apakah jalan rumah kami itu Jl. Tengku Diblang.  David bilang, dulu memang nama jalannya Tengku Diblang…

Kami lalu memutuskan untuk kembali ke jalan itu nanti, setelah melihat Tugu Kapal di Atap Rumah..  Tugu Kapal di Atap Rumah yang merupakan bukti betapa mengerikannya tsunami.. Betapa besar kuasa Yang Menciptakan tsunami.., Yang Membuat Lempeng Bumi Bergeser…  Dan saat sampai di lokasi tugu tersebut, aku baru menyadari bahwa lokasinya bila ditarik garis lurus, tak sampai 500 meter dari lokasi rumah kami dahulu…  Astagfirullah aladzim..  Kalau keluarga ku tak pindah dari Banda Aceh di pertengan 1987, dan menetap di sana sampai akhir tahun 2004, entah apalah yang terjadi pada keluarga ku…

Selesai melihat-lihat Tugu Kapal di Atap Rumah, kami kembali menyusuri jalan Tengku Diblang.  Mengikuti ancer-ancer yang diberikan David…  Di jalan itu ada kantor Polsek, rumah kami ada di jalan kedua sisi kiri jalan Tengku Diblang setelah Polsek,   Saat belok di jalan itu, aku sama sekali tak lagi mengenali daerah tersebut..  Tak ada tanda-tanda yang menunjukkan kesamaan dengan lokasi rumah yang ada dalam ingatan ku…  Semua nampak sangat berbeda…

Tak ada lagi tanah kosong di pojok jalan…  Tak ada lagi rumah dengan rerumputan yang dihiasi pohon kelapa di depannya…  Tak ada lagi barusan lalang yang nyaris tak berbatas…  Yang ada rumah, rumah, rumah dan rumah…  Jalan-jalannya terasa sempit, tak seperti dulu…

Saat melihat sebuah warung, aku memuruskan untuk turun dari mobil dan bertanya…  Ternyata pemilik warung itu orang baru.. Orang yang menetap di tempat itu setelah bencana, tapi dia menyarankan aku untuk bertanya pada pemilik warung yang sudah kami lewati sebelumnya..  Karena pemilik warung itu adalah orang lama di situ… Salah satu dari sedikit orang di daerah itu yang selamat dari tsunami…

Diteras  warung kedua itu aku menemukan seorang ibu yang sedang membersihkan sayur, dibantu anak lelakinya.  Pada ibu yang di warung itu aku bertanya, apakah dia tahu yang mana kavlingan rumah pak A. Siregar, pegawai Departemen Keuangan dulu, yang tinggal di daerah ini tahun 1981 – 1987.  Ibu di warung itu balik bertanya siapa nama anak2 pak Siregar.  Saat aku sebutkan nama 2 dari 4 orang adik2ku yang ikut Papa menetap di Banda Aceh, Davi dan Uli.  Begitu dia mendengar jawabanku, dia menunjuk ke sebuah rumah yang berada di ujung jalan itdan berkata, “Rumahnya di belakang rumah itu.  Sekarang sudah jadi Mess Keuangan.”

Ohhhhh…. Rumah yang dulu kami tempati tak lagi berada di pojok jalan..  Di tanah kosong di samping rumah, yang dulu jadi  tempat kami bermain sudah berdiri sebuah rumah dua lantai berwarna merah jambu dengan hiasan keramik biru..  Di depan rumah tak ada lagi rumah dengan halaman luas dengan pohon kelapa..  Tapi agak ke utara, ada halaman luas tanpa pagar, dengan rumah berarsitektur khas Aceh di atasnya..

Di kavlingan rumah kami dulu sudah berdiri bangunan 2 lantai, berwarna cream..  Sayup-sayup terdengar suara beberapa orang dewasa di bagian depan rumah.. Dan di balik pagar juga nampak terparkir beberapa kenderaan roda dua…

Aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan… Tak berusaha masuk ke halaman mess tersebut.., karena menurut aku tak ada juga gunanya.. Karena bangunan itu bukan bangunan yang pernah ditempati keluarga ku..  Itu bangunan baru.. Tak ada jejak-jejak keluarga ku di dalam bangunan itu…  Di situ tak ada yang tersisa dari yang dulu menjadi bahagiaan kehidupan keluarga kami..  Musnah dihantam tsunami…  Tapi kami harus bersyukur, keluarga kami tak lagi menetap di sana sampai tahun 2004…  Tak terbayangkan betapa pedihnya hati orang-orang yang terkena bencana tsunami..  Semoga tak ada lagi bencana dan kepedihan di Aceh.., dan juga di bagian dunia yang lain…  ***

Happy Birthday Papi David & Ananda….

Hari ini, 29 Juli 2012 2 anggota keluarga Siregar berulang tahun….

Yang pertama, Papi DAVID..  Adik laki-laki ku satu-satunya..  Papinya Aldy, Abby, Abner dan Ajere…

Happy Birthday, dear..  Semoga selalu dalam lindungan Allah.. Diberi umur yang berkah, diberi kesehatan, kebahagiaan,  rezeki yang berlimpah..  Thank you for  always there for me, taking care of me..   I love U..

Yang kedua berulang tahun di tanggal ini adalah gadis cantik kami..  DEANDRA ANANDA, putri adik bungsuku…  Hari ini Nanda genap bereusia 11 tahun…

Happy birthday Ananda..  Semoga selalu dalam lindungan Allah..Diberi sayap yang kuat dan indah yang bisa membawamu terbang di angkasa kehidupan..  Wowo love  you, sayang…  ***

Happy 74th Birthday Papa…

Hari ini…, 24 May 2012..  Papa ku genap berusia 74 tahun.. Alhamdulillah…

Papa (kiri, jaket coklat) bersama seorang temannya di Sipirok. Teman Papa ini adalah satu dari sangat-sangat-sangat sedikit orang yang masih bisa membaca aksara Batak dengan fasih dan menterjemahkannya ke tulisan Latin

Di usia 74 tahun, Papa masih sehat, masih bisa nyetir mobil sendiri, masih bisa membuat tulisan-tulisan mengenai adat istiadat Batak yang menjadi minat utama beliau..

Ada banyak kisah yang terjadi setahun ini…

Aku hampir tak pernah melihat Papa meneteskan air mata…

Aku pertama kali melihat Papa meneteskan air mata saat abang beliau, Anwar Janthi Siregar, meninggal pada 06 Maret 1994…

Lalu aku melihat lagi Papa menangis saat menerima telpon dari adikku David pada tahun 1995, yang mengabarkan bahwa dia lulus sidang sarjananya dari Fakultas Teknik Lingkungan ITB.

Aku tahu Papa saat itu cemas dan agak kehilangan keyakinan bahwa adikku itu bisa menyelesaikan studinya.  Ya, saat kuliah David juga bekerja dan berbisnis, sehingga sudah mengenal uang, yang menurut Papa akan membuat dia kehilangan minat untuk menyelesaikan studi..  Jadi mendapatkan kabar, David selesai sekolah adalah salah satu anugerah besar buat Papa…

Kali ketiga aku melihat Papa menangis adalah di akhir September 2011.. Ketika adik bungsu ku Nora yang bersama Papa mengantar aku ke pintu keberangkatan bandara Polonia untuk melepas aku  kembali ke Pekanbaru, mengatakan pada Papa bahwa ada seseorang yang meminta aku menjadi pasangan hidupnya..  Saat itu aku melihat air mata Papa ku merebak…  Saat itu sambil memeluk ku Papa bilang, “Papa senang, bahwa pada akhirnya akan ada seseorang yang bisa Papa titipkan untuk menjaga putri Papa.”

Ahhhhhhhhhh…, seandainya orang itu mengerti bahwa Papa ku punya harapan yang besar padanya…  Tapi sudah lahhhh..  Biarkan dia menjalani pilihan hidup yang ingin dia lakukan…

Aku berharap tak akan ada lagi air mata kedukaan hadir di pelupuk mata Papa.. Kalau pun ada air mata, aku berharap itu adalah air mata suka cita.. Semoga..

Btw.. ada satu cerita lucu namun mendebarkan beberapa bulan menjelang usia ke 74 ini..

Keberhasilan menurunkan berat badan dan memperbaiki kesehatan tubuhku, membuat aku yakin pada Herbalife.  Aku lalu meminta agar Papa mau mencoba mengkonsumsi shake Herbalife, dengan harapan kondisi kesehatan Papa membaik, mengingat Papa telah bertahun-tahun mengidap hypertensi, bahkan sempat kena serangan stroke pada tahun 2007.

Papa pun dengan disiplin mengkonsumsi shake, dua kali sehari.., dicampurkan dengan juice sayur dan buah yang selama ini memang menjadi konsumsi beliau untuk makan pagi dan malam.  Tiga minggu pertama Papa merasa sangat segar…  Aku pun bahagia mendengarnya…  Tapi masuk minggu keempat, Papa merasa sangat lemas.. Aku pun jadi cemas dan ketakutan kalau-kalau ada proses detoksifikasi yang tidak kuat untuk Papa jalani..  Aku lalu minta Papa untuk memeriksakan tubuhnya ke dokter spesialis saraf yang telah 6 tahun merawat Papa dan juga Mama..

Saat dokter membaca data hasil pengukuran tensi yang dilakukan perawat yang membantunya, dokter berkata pada Papa : “Bapak makan apa..? Kok tensi nya jadi bagus sekali, 120/80.  Enam tahun saya merawat bapak, tidak pernah bisa mencapai angka ini..”

Papa : “Anak saya kasi saya Herbalife, dokter. 3 Minggu pertama badan saya enak sekali rasanya, tapi ini badan saya rasanya lemas.  Jadi takut saya…”

Dokter : “Bapak gak minum tehnya? Kan ada tehnya juga yng bikin enerjik?”

Papa : “Enggak dok.  Anak saya cuma kasi shake saja.”

Keluar dari ruang dokter, Papa langsung menelpon aku, dan begitu kuangkat telponnya, beliau bicara tanpa preambul : “Kenapa Sondha gak kasi Papa tehnya?” Gubbbrrrraaaakkkk…

Aku yang gak ngerti perkembangan, mendadak heran.., kok bapak ku tau-tau-an klo Herbalife ada tehnya.. 😀

Aku : “Karena Papa ada tensi, Sondha belum berani kasi Papa tehnya..  Tapi teh itu sudah Sondha kirim ke Papa tadi siang.  Besok pagi akan sampai di rumah, karena paket nya one day service.  Kok Papa ngomongin teh, kenapa?”

Papa lalu cerita, apa hasil pemeriksaan dan konsultasinya.  Jadi Papa merasa lemas itu, karena adanya perubahan tensi di tubuhnya..  Tubuh yang biasa dengan tekanan darah tak pernah kurang dari 140/100, berubah menjadi 120/80 membuat darah mengalir lebih lancar dan ringan, tekanannya tidak sekuat sebelumnya, sehingga Papa merasa lemas..  Tapi alhamdulillah sekarang tidak lagi..  Apa lagi setelah Papa mengkonsumsi teh NRG, ditambah dengan multivitamin dan nutriactivator, serta cell-u-loss yang berfungsi membersihkan penyumbatan asam lemak di pembuluh darah.  Btw, minggu lalu saat Papa menimbang badan nya, berat badan beliau turun 7 kg… Hanya beda 3 kg dari berat badan beliau saat beliau merasa sangat fit sekitar 20 tahun yang lalu… Keren….

Semoga Papa tetap sehat dan bisa beraktivitas meski usia bertambah..

Happy Birthday Papa.. We love you so much…

Happy New Year….

For my family, my friends and my blog reader….  Thank you for the love, the support, the kind you all give to me…  May the New Year bring the happines and prosperity for  us….

Love U all…

Kriya Ajere…

Tanggal 03 September 2011 yang lalu, Nana, adik iparku, mengajak aku membawa Aldy (14th), Abner (8 th), Ajere (3th) dan Ananda (10 th) buat makan malam di Sun Plaza, sekalian Nana mau belanja buat sarapan anak-anak esok hari…  Adik bungsuku Noy menyusul ke sana.  Kami lalu memutuskan untuk makan di Thai Express.., karena kayaknya cukup sesuai dengan selera anak-anak..

Ajere Siregar

Ajere yang sudah duluan makan, hanya duduk menemani abang-abang dan kakaknya makan.. Sementara menunggu, Ajere meminta minuman favorite nya.. : air putih dingin lengkap dengan kepingan es…  😀 Saat abang-abang dan kakaknya sibuk ngobrol menunggu pesanan datang, Ajere juga ikutan memamerkan kecerewetannya.. Lalu saat abang-abang dan kakak menyantap pesanan masing-masing, Ajere sibuk sendiri…  Ngapain dia…???

Ternyata Ajere benar-benar sibuk sendiri… 😀   Dia bermain dengan  tissue yang disediakan pelayan resto bagi setiap pesanan makanan..  Jere membasahi tissue-tissue dengan embun yang muncul di sisi luar gelasnya yang berisi air dingin dan es..  Terkadang dia membasahi tissue-tissuenya dengan air yg muncul di bagian bawah gelasnya..  Lalu menempelkan tissue-tissue basah itu di dinding luar gelas…  Kami membiarkan Ajere sibuk sendiri, tidak menggangu apalagi melarang…  Setelah selang waktu beberapa lama,  Noy bertanya…

Noy : Bikin apa, Jer?

Ajere sambil menunjuk tissue-tissue yang menempel di dindingluar gelas : Ini aku……!!!

Kami lalu memperhatikan wujud tissue-tissue yang telah ditempel-tempelkannya di dinding gelas..  Ooooouuuuuu….., ternyata memang wujudnya seperti seorang anak  yang sedang memeluk gelas tersebut…. Keren…

Ajere sambil menunjuk bagian yang wujudnya seperti kepala : Ini rambutnya……

Hahahahaha…..

Honestly aku tertakjub-takjub… Anak usia 3 tahun 4 bulan, sudah mampu mengekspresikan imaji nya ke dalam wujud yang juga bisa ditangkap oleh indra orang dewasa… Dia mampu berkriya.. She’s really smart kid…

Melihat Ajere seperti ini mengingatkan aku pada Training ESQ Parenting yang aku ikuti pada bulan May 2011 yang lalu…

Di training itu dikasi tahu kalau setiap anak manusia terlahir dengan sekian milyar sel-sel syaraf yang berpotensi menjadi kecerdasan.. Kecerdasan itu terbentuk saat sel-sel syaraf terhubung-hubungkan… Dan pada saat sel-sel syaraf terhubungkan, anak akan beraktivitas yang terkadang tidak kita pahami…, dan acap kali reaksi kita para orang tua adalah dengan kejengkelan, kemarahan.. Padahal reaksi kejengkelan dan kemarahan kita itu bisa membuat anak terkejut, dan menyebabkan proses penyabungan sel-sel syaraf itu terhenti, bahkan menciut…, sehingga kecerdasan tersebut batal terbentuk….  So, kita harus lebih peka, lebih sabar dan mengerti sehingga mampu memberi kesempatan bagi anak-anak untuk membangun kecerdasannya…   Mari teman-teman kita beri kesempatan bagi anak-anak kita untuk masa depan mereka yang lebih baik, lebih bahagia…. ****

Age is Not Just Lived, but Survived..

Beberapa bulan yang lalu, saat kami bertemu di Medan, adikku David menyuruh aku untuk melihat sebuah video clip di BB-nya… Aku gak bisa menahan air mataku menetes saat melihat clip tersebut.. Video clip apa…?  Tentang apa…

Itu video clip tentang harapan orang tua (Parent’s Wish) pada anak-anaknya di usia senja mereka..  Teman-teman bisa lihat video itu di sini…

 

A PARENT’S WISH FOR THEIR CHILDREN DURING THEIR OLD AGE

 To my dear child,
On the day when you see me old, weak and weary..
Have patience and try to understand me,
If I get dirty when eating,
If I can not dress on my own,
Please bear with me and remember the times I spent feeding you and dressing you up..
If, when I speak to you I repeat the same things over and over again,
Do not interupt me, Listen to me..
When you were small, I had to read to you the same story a thousand and one times until you went to sleep..
When I do not want to have shower, neither shame nor scold me…
Remember when I had to chase you with your thousand excuses to get you to shower?
When you see my ignorance on new technologies,  give me the necessary time and not look at me with your mocking smile..
I taught you how to do so many things,
To eat the right foods, to dress appropriately, to confront life..
When at some moment I lose the memory or the thread of our conversation,
Let me have the necessary time to remember..
And if I can not, do not become nervous..
As the most important thing is not our conversation,
But surely to be with you and to have you listening to me…
If Iever I do not feel like eating, do not force me..
I know well when I need to and when not to eat..
When my tired legs give way and do not allow me to walk without a cane,
Lend me your hand..,
The same way I did when you tried your first faltering steps..
And when someday I say to you that I do not want TO LIVE ANYMORE..,
THAT I WANT TO DIE…
Do not get angry.. Some day you will understand..
Try to understand my age is not just lived but survived..
Someday you will realize..
That despite my mistakes, I always wanted the best for you..
And I tried to prepare the way for you..
You must not feel sad, angry nor ashamed..
For having me near you..
Instead, try to understand me and help me.. like I did when you were young..
Help me to walk..
Help me to live the rest of my life with love and dignity…
I will pay you with a smile and by the immense love I have always had for you in my heart..
I LOVE YOU MY CHILD..
 –          Your Loving Parent –
 

Larik-larik kalimat di video itu so touching buat aku.., karena aku merasakannya beberapa tahun  terakhir ini…

Papa & Mama di Hillpark, Sibolangit, 02 September 2011

Setelah serangan stroke di pertengahan Juni tahun 2007, Mama menjadi begitu membutuhkan uluran tangan, perhatian dan pengertian serta dukungan dari anak-anaknya..  Beliau yang biasanya begitu sangat mandiri, gesit menjadi harus terikat dengan kursi rodanya..  Telapak tangan kanan menjadi sulit untuk dibuka, bahkan digerakkan.. Kaki kanan juga menjadi sulit untuk digerakkan..

Perubahan yang terjadi membuat psikologi Mama menjadi lebih sensitif, cenderung menuntut perhatian dan penerimaan atas keputusan-keputusan yang diambilnya.  Efeknya bahkan bisa membawa kesabaran anak-anaknya ke tepi jurang…  Tapi justru di saat-saat seperti itulah kami anak-anaknya mendapat kesempatan belajar melebarkan rentang kesabaran kami.., belajar untuk menepiskan pikiran tentang apa nanti pendapat orang, apa nanti penilaian orang..  Yang penting itu tidak melanggar norma agama, dan itu memberikan kenyamanan bagi ibu kami..

Kami belajar untuk menikmati saat-saat membahagiakan Mama dengan mendorong wheelchair nya ke tempat-tempat yang Mama mau..  Kami belajar untuk mengikuti kehendak beliau walau terkadang berkesan tak praktis bagi yang berusia lebih muda dan gerak tak terbatas…  Kami belajar untuk menikmati acara Driving Mrs. Ani, alias membawa Mama berjalan-jalan keliling kota Medan,  di saat kami pulang ke rumah, karena hanya itulah satu dari sedikit kesenangan hidup yang masih bisa beliau nikmati…

Melihat Mama berjuang untuk  masuk ke toilet agar bisa mandi sendiri, dan hanya minta dibantu untuk menggosokkan punggung dan kaki-kaki yang tak bisa dicapainya sendiri, menghadirkan rasa kagum yang luar biasa atas semangat, atas ketegaran menerima keterbatasan yang terjadi pada dirinya…  

Tapi satu kalimat yang sangat luar biasa dari clip itu buat aku adalah… age is not just lived but survived.   Usia yang panjang bukan hanya sekedar hidup tapi juga hasil dari kemampuan untuk survive menghadapi cobaan kehidupan, baik cobaan yang bersifat fisik maupun phisikis… Tekanan berupa perubahan kemampuan fisik sejauh ini dapat dihadapi Mama dengan mental yang kuat… She’s really extra ordinary woman… Kerap aku bertanya dalam hati, “Mampu kah aku setegar Mama bila keterbatasan itu menimpa ku… ?”  Sungguh aku berharap Allah memberikan yang terbaik bagi aku, bagi orang tua ku, bagi saudara-saudara ku, bagi sahabat-sahabat ku, bagi setiap manusia dan makhluk di muka bumi…

I love you so much, Mom…!!!

Weekly Photo Challange : Path

Ini untuk pertama kali aku membuat postingan untuk menjawab tantangan Weekly Photo Challange.  Kebetulan temnya kali ini “path”.. Aku mencoba mengamati arsip photo-photo yang masih tersimpan.. Pilihanku memang tidak banyak setelah aku kehilangan external harddisk setahun yang lalu karena tas tempat aku menyimpan berbagai peralatan kerja, termasuk external harddisk di dalamnya, dirampok di pinggir jalan..

Aku lalu memutuskan untuk menampilkan dua photo, photo-photo yang aku buat tanggal 14 Agustus 2011 yang lalu.
Photo yang pertama adalah photo ini..

Tangga 40, Jalan Simangambat, Sipirok

 Photo ini photo  jalan menuju ke sebuah rumah yang berada di tebing, tepat di seberang rumah Opung saya di jalan Simangambat, Sipirok.  Karena rumah tersebut berada di tanah yang berbeda ketinggian berbelas meter dari jalan raya, jalan menuju rumah tersebut berbentuk tangga..  Penduduk sekitarnya menyebut tangga ini sebagai TANGGA 40.  Aku pernah menghitungnya berkali-kali, aku lupa persisnya berapa jumlah anak tangga yang ada, tapi yang pasti BUKAN 40… 😀

Tangga ini dulu merupakan salah satu tempat nongkrong aku dan saudara-saudaraku saat kami liburan dan mengisinya dengan berkunjung ke rumah Opung..  Dari tangga ini kita dapat melihat aktivitas di teras dan ruang tamu rumah Opung yang pintunya selalu terbuka di siang hari..  Ceritanya mantau, gitu…  Jadi kita bisa tahu siapa yang mau pergi kemana, biar bisa ngikut…  Dari tangga ini kita juga bisa mendengar orang-orang dewasa memberitahukan bahwa makanan sudah siap dihidangkan di meja makan…, sehingga kami bisa segera turun dari tangga dan masuk ke rumah untuk menyerbu makanan yang serba hangat…  Ahhh indahnya liburan masa kecil di Sipirok…

Photo yang kedua, adalah photo ini…

Jalan Setapak di Sibadoar....

Photo ini adalah photo jalan setapak di kampung asal Papa ku, Sibadoar,  sebuah desa sekitar 3 kilometer dari Pasar Sipirok, Kecamatan Sipirok, ke arah Simangambat.  Jalan setapak ini telah disemenisasi.., namun salah satu fungsinya yang tidak berubah sejak bertahun-tahun yang lalu adalah sebagai tempat menjemur hasil pertanian penduduk kampung.., bisa berupa padi, kopi, cengkeh dan juga kemiri..  Pada saat-saat seperti ini, aroma padi, kopi  dan cengkeh yang khas akan menghampiri penciuman kita bila kita menyusuri jalan setapak ini menuju rumah-rumah yang berada di sepanjang jalan setapak ini…  Photo ini mampu menggugah rasa rindu ku untuk kembali berkunjung ke kampung, tanah asal leluhurku.., semoga jadi bisa menggugah orang-orang yang juga berasal dari Sibadoar yaa..  Atau juga menggugah orang yang bukan berasal dari Sibadoar untuk berkunjung ke sini..  Semoga..  ***

Selamat Jalan Tulang Sahrin…

Hari Jum’at malam  tanggal 5 Agustus 2011, aku dapat bbm di group keluarga kami dari Ivo, adik ku..  Isinya “Tulang  (Oom dari pihak ibu) Sahrin dirawat di ICU rumah sakit Materna (Medan) karena …….. ” Innalillah….

Siapa siyy Tulang Sahrin.. ?? Tulang Sahrin, lengkapnya Sahrin Halomoan Harahap  adalah sepupu  Mama ku..  Ayahnya Tulang Sahrin, Opung Bagon Harahap gelar Baginda Hanopan adalah abang dari Jamin Harahap gelar Baginda Soripada Paruhum, ayah Mamaku..  Mereka berdua adalah anak dari Tuongku Mangaraja Elias Hamonangan Harahap dari Hanopan dengan istrinya Petronella boru Siregar dari Bungabondar. Sehingga secara tutur (cara memanggil) dalam adat Batak aku memanggil “tulang” alias saudara laki-laki dari ibu kepada Tulang Sahrin.

Sebenarnya, aku terkait dengan Tulang Sahrin bukan cuma dari pihak Mama, tapi juga dari pihak Papa, karena ibunya Papa juga kakak beradik dengan Baginda Hanopan, ayah tulang Sahrin.  Bahkan saat belia tulang Sahrin pernah tinggal bersama-sama keluarga Papa, sehingga dia bagaikan adik bagi Papa yang merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara.  Karena itulah tulang Sahrin memanggil Papa dengan sebutan “abang” bukan “ipar” sebagaimana seharusnya dalam tutur adat Batak.

Buat aku, tulang Sahrin bukan cuma sekedar sepupu Papa dan Mama yang sesekali bertemu di acara-acara keluarga..  Memang, lebih dari 30 tahun terakhir itu yang terjadi.., kami hanya bertemu sesekali karena kami tinggal di kota yang berbeda..  Tapi di saat aku berusia sekitar 9 sampai dengan 11 tahun, aku dan tulang Sahrin yang saat itu bertugas di Kejaksaan Tingg Riau, tinggal di rumah yang sama di jalan Kundur Pekanbaru.

Lalu hari Rabu, 10 Agustus 2011 siang, setelah tulang dirawat 5 hari, Papaku mengabari kami anak-anaknya kalau tulang akhirnya berpulang.. Innalillahi wa innailaihi roji’un… Selanjutnya Papa mengabari kalau pemakaman yang didahului dengan acara adat akan dilalukan di Hanopan pada hari Sabtu 13 Agustus 2011..



Setelah berunding dengan adik ku David, diputuskan aku akan pulang kampung untuk menghadiri acara adat dan pemakaman itu..  Karena David, baru saja kembali dari Medan, dan sempat mengunjungi Tulang Sahrin saat dirawat di rumah sakit.  So, berangkat lah aku pada tanggal 12 Agustus 2011 menjelang magrib dengan menggunakan mobil rental sekaligus sopirnya, karena si sparky adalah city car yang bukan untuk digunakan di jalur trans sumatera..

Setelah menyelesaikan pekerjaan sampai dengan Jum’at 12 Agustus 2011 siang.. Menjelang magrib aku berangkat menuju negeri leluhur ku, Sipirok…  Kami pergi melalui jalur Pasir Pangaraian – Aek Godang.  Di beberapa ruas, jalannya memprihatinka, tapi masih tetap ini adalah jalur tersingkat dan tercepat.. Jalur alternatif adalah dari Sibuhuan belok ke arah Gunung Tua, lebih jauh sekitar 150-an km dengan jarak tempuh lebih lama sekitar 2 1/2 jam..

Perjalanan ini cukup berat rasanya, karena dilakukan di bulan Ramadhan, saat tubuh butuh konsumsi lebih di malam hari.  Sementara setelah lewat kota Pasir Pangaraian tidak ada tempat makan yang representatif..  Sahur kami lakukan di Palsabolas,  sekitar 20 km dari Sipirok.  Itu pun yang disantap hanya roti yang kami bawa dari Pekanbaru, serta teh yang kami buat dengan meminta air panas di warung yang hanya menjual indomie…  Selama dalam perjalanan, kami hanya menyantap roti dan roti plus kue bawang dan jeruk..

Kami sampai di rumah Opung di Sipirok menjelang jam 5 pagi…   Tapi kami tidak bisa menginap di sini, karena di rumah Opung hanya satu kamar yang dibiarkan kosong buat Papa menginap kalau pulang ke Sipirok.  Kamar-kamar lain digunakan oleh anak-anak dari desa-desa di sekitar Sipirok yang bersekolah di Sipirok.  Mereka sekaligus bertanggung jawab untuk bersih-bersih rumah..  Sementara rumah Opung yang satunya, bagas lombang sedang disewakan supaya ada yang menghuni dan merawat.  Papa lalu membawa kami ke Mess Pemda SUMUT di Pesanggrahan, yang lokasinya tak jauh dari rumah Opung.

Setelah istirahat, sekitar jam 09 pagi kami berangkat ke Hanopan, yang berjarak sekitar 14 km ke arah Simangambat, untuk mengikuti acara adat pemakaman tuang Sahrin..  Ya, upacara adat pemakaman tulang Sahrin dilakukan di rumah peninggalan leluhur kami Tuongku Mangaraja Elias Hamonangan Harahap yang berada di kampung Hanopan.

Bagas Parsadaan Hanopan, peninggalan Tuongku Mangaraja Elias Hamonangan Harahap, buyutku..

Saat kami sampai di Hanopan, persiapan melepas jenazah sudah rampung dilakukan..

Bendera-bendera duka cita sudah melambai-lambai di udara…  Ada yang terdiri dari gabungan kain tiga warna khas Batak, putih – hitam – merah.  Ada juga yang empat warna, putih – hitam – merah – kuning.  Ada juga yang bergambar bulang, penutup kepala laki-laki yang bentuknya seperti mahkota, yang biasanya dipakai pengantin laki-laki.  Ada juga yang bergambar pedang dan ular..  Aku belum sempat bertanya pada Papa ku apa makna semua itu..

Bendera-bendera Adat melambai di udara…

Di jalan di depan rumah sudah tersedia hombung, keranda khas Batak, yang dilapisi ulos.  Pada hombung tersebut juga  terdapat ukiran2 penuh makna..  Di belakang hombung terdapat tandu dari bambu, yang khusus dibuat untuk mengangkat peti jenazah tulang Sahrin…

Persiapan… Hombung dan Tandu Bambu…


Kami lalu masuk ke rumah…  Aku menyusuri sampai ke belakang rumah…  Di halaman belakang rumah aku lihat para ina (ibu-ibu) dan ama (bapak2) sedang mangaloppa (memasak), ada juga yang masih memotong-motong juhut (daging)…

Dalam adat Batak, bila seseorang meninggal di usia yang sudah tua, punya anak keturunan dan mapan secara ekonomi dianggap meninggal saur matua..  Kalau orang meninggal saur matua, keluarganya akan melakukan pemotongan seekor binatang ternak yang dagingnya (juhut) sebagian akan dimasak untuk makan tamu dan orang-orang yang bekerja selama upacara adat, sebagian lagi dibagikan kepada kerabat dan orang kampung tempat upacara adat dilaksanakan.  Khusus untuk masyarakat Batak Angkola, yang sejak lama sebagian menganut agama Islam dan sebagian lagi menganut agama Kristen, binatang ternak yang dipotong adalah kerbau.  Sedangkan yang memasak makanan adalah kerabat dan orang-orang kampung yang muslim dibantu dengan yang non muslim, sehingga pihak tamu dan kerabat yang muslim tidak ragu sama sekali akan kehalalan makanan yang dihidangkan…  Mengingat acara adat kali ini berlangsung di bulan Ramadhan, maka para tamu dan keluarga yang non muslim semua makan di dalam rumah, sedangkan yang muslim diberi makanan untuk disantap setelah berbuka puasa… penuh toleransi…

memotong juhut…

Mangaloppa…. Dilakukan oleh keluarga yang Muslim di Bulan Ramadhan bagi kerabat yang Non Muslim..

Acara adat dimulai dengan acara keluarga, yaitu penyampaian rasa kasih terhadap yang pergi dari para anggota keluarga yang ditinggalkan, yaitu istri, anak, menantu, mora, anak boru dan lain-lain, juga mengekspresikan rasa duka serta kalimat-kalimat saling menguatkan dalam menghadapi kehilangan ini…  Lalu karena sudah waktunya makan siang, maka para kerabat dan tamu yang non muslim dipersilahkan makan siang di bagian dalam rumah..

Setelah acara makan siang selesai…, acara pelepasan jenazah dimulai… Jenazah yang sejak kedatangannya di Hanopan diletakkan di tempat  tidur besi bertiang 4 (bed foster) peninggalan buyutku yang dihias dengan kain batik di tiang-tiangnya, dibawa ke luar rumah dan diletakkan di atas tandu yang dibuat dari bambu…, kemudian ditutup dengan hombung…

Membawa peti jenazah ke depan rumah…

Lalu disampaikan kata sambutan dari pihak keluarga, oleh Tulang Pasti, yang dilanjutkan dengan pembacaan riwayat hidup oleh Tulang Mei, adik bungsu Tulang Sahrin…  Kemudian sambutan yang tak putus-putus dari Mora, Anak Boru, Pisang Raut, Kahanggi, Raja Adat Hanopan lalu para Raja-raja Adat dari kampung-kampung di sekitar Hanopan.

Selesai kata sambutan yang sangat panjang dan lama, akhirnya tandu jenazah diangkat dengan didahului oleh seorang pemuda bermarga Harahap yang dipakaikan bulang dan perlengkapannya serta diiringi  payung kuning..  Untuk tahap awal, keranda tidak diangkat begitu saja.. tapi setelah beberapa langkah maju, dilakukan pula beberapa langkah mundur yang diiringi dengan tebaran beras kuning bercampur uang-uang logam… Langkah maju mundur dilakukan beberapa kali, baru kemudian keranda dibawa dengan langkah maju sepenuhnya menuju gereja untu dilakukan kebaktian pelepasan dan dibawa ke kuburan keluarga Harahap di pinggir pemukiman kampung Hanopan..

Melepas jenazah…

Mengantar jenazah ke gereja untuk kebaktian dan selanjutnya ke pemakaman..

Setelah pemakaman selesai, acara adat ditutup dengan tahapan Paulak Mora..  Semacam acara pelipur lara bagi keluarga yang ditinggalkan, serta menyerahkan tuppak (kontribus untuk membantu menutupi biaya yang telah keluar untuk acara adat) kepada keluarga yang ditinggalkan…

Semoga Tulang Sahrin beristirahat dalam damai.. Semoga keluarga yang ditinggalkan bisa bersabar dan menyelesaikan apa yang masih menyangkut dengan damai… Terutama di hati mereka.. Aku tahu itu tidak mudah.. Tapi percaya lah, menyerahkan segalanya ke tangan Allah adalah jalan terbaik… ***

Happy 73rd Birthday, Papa…

Hari ini, 24 May 2011, Papa ku genap bersia 73 tahun…

Our Beloved Papa : Arden Siregar, 30 December 2010

Sungguh bukan  perjalanan yang pendek.. , tapi kami, anak-anaknya berharap, masih ada kesempatan buat menyenangkan beliau, membahagiakan beliau.. Semoga masih ada kesempatan bagi beliau untuk menyaksikan cucu-cucnya tumbuh besar dan memperoleh cinta dari seorang Odang yang luar biasa..

Papa merupakan panutan yang luar biasa bagi kami…Sosok ayah yang membangun ikatan cinta yang luar biasa di antara anak-anaknya…  Sosok ayah yang bersama mama mendorong sayap-sayap kecil anaknya untuk mampu berkepak di langit kehidupan yang tak selamanya biru cerah bermandikan cahaya matahari… Sosok tempat berpaling dan bersandar ketika hidup sedang tak ramah bagi anak-anaknya..Sosok ayah yang mengagungkan pendidikan sebagai bekal anak-anaknya.. Sosok yang mengajarkan agungnya warisan budaya dan nilai-nilai keluarga… Sosok ayah yang mendorong anak-anaknya mencintai buku sebagai kemewahan hidup…

Selamat ulang tahun Papa, semoga selalu dalam lindungan Tuhan.. Tetap sehat dan bahagia bersama kami, anak cucu Papa…

in Korean Traditional Custom, March 2011

We love you so much…

Visiting Our Beloved Uncle..

Kemaren, begitu ngobrol by phone dengan David adikku sesaat aku menginjakkan kaki di Bandara Soeta, David bilang “Kak, sempatin ke Tanah Kusir yaa… Kunjungin Pak Tuo…”

Our beloved uncle…

So, this morning, dengan diantar oleh sahabatku Veny, yang selalu menawarkan kamar tamu di rumahnya buat tempat aku menginap kalau ke Jakarta, aku pergi ke Tanah Kusir… Menziarahi makam abang Papa ku, Janthi Anwar Siregar..

Beliau adalah anak ke 3 dari 4  Siregar bersaudara, anak kedua dari 3 anak laki-laki Pieter Siregar gelar Sutan Barumun Muda, yang berasal dari Sibadoar – Sipirok, seorang guru SMP yang pernah mengabdi di Pematang Siantar, Sibolangit dan terakhir  di SMP Sipirok.. Ibu beliau adalah Menmen Harahap, putri Mangaraja Elias Harahap, seorang pemborong di zamannya, yang berasal dari Hanopan – Sipirok.

Setelah bersekolah di Sipirok, beliau melanjutkan kuliah di UGM.  Awalnya mengambil Jurusan Arsitektur, lalu pindah ke Fakultas Ekonomi dan menyelesaikannya di situ..

Perjalanan karir beliau, tidak banyak detil yang aku tahu… Yang aku ingat dari cerita2 orang tua, beliau tahun 1960-an sempat bekerja di PN Irian Bakti di Irian Jaya.  Lalu mengabdikan diri menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia di Angkatan Darat.  Hanya ada di serpihan ingatan saat aku masih kecil bahwa beliau datang ke Pekanbaru di tahun 1970-an ikut dengan tim pak Soedomo yang memberantas para renternir yang menggerogoti para pensiunan yang mengambil uang pensiun mereka di KPN di Pekanbaru zaman itu…

Lalu setelah aku beranjak dewasa, aku ingat bagaimana beliau menyuruh 4 saudara laki-lakiku, 2 saudara kandung dan 2 saudara sepupu yang merupakan putra kandung beliau untuk hadir pada hari wisudaku di Bogor, dengan harapan kelulusanku akan memotivasi 3 abang dan 1 adik laki2ku itu untuk segera menyelesaikan studi mereka..  Kebayang gak siyyy betapa ramainya anggota keluarga yang menghadiri wisudaku…?

Lalu percakapan2 setelah makan malam sampai larut di meja makan di rumah beliau, ketika kami berkunjung ke sana..  Percakapan2 yang menanamkan rasa cinta pada keluarga, fighting spirit yang kuat untuk maju…  Rasanya akan selalu jadi kenangan yang manis..

Di akhir tahun 1993 beliau sakit dan sempat dirawat di RS. Tebet Jakarta,  Lalu di awal tahun 1994, beliau kembali dirawat..  Pada saat aku membezuk beliau di RS Tebet, beberapa hari sebelum beliau dibawa ke Singapur untuk berobat, dan kemudia berpulang di sana, beliau berkata padaku “Hidup saya gak akan lama lagi, Sondha.. Kamu si kakak buat  adik-adikku.., harus bisa menjaga adik2mu…” Iya saat itu aku adalah anak perempuan tertua dengan 1 abang & 2 adik perempuan yang kuliah di Jakarta, serta 1 adik laki-laki yang kuliah di Bandung.

Lalu, setelah sakit beberapa bulan.., beliau pergi di usia 60 tahun 2 bulan… 06 Januari 1934 – 06 Maret 1994..  May you rest in peace.., We love you… ***

Kumpul keluarga…

L-R : Papa, David, Nanda, Mama, Sondha, Noy & Ivo...

Tahun 2011 baru saja menunjukkan hari ke 19 di bulan kedua…, tapi alhamdulillah aku sudah dapat kesempatan pulang ke tempat Papa & Mama di Medan 3 kali…  Kayaknya belum pernah dehhh kayak gini.. Biasanya setelah libur tahun baru, aku kembali lagi ke rumah sekitar bulan April atau May.., saat libur paskah atau great friday..

Tahun lalu, karena terbenam dengan kesibukan kerja, setelah libur tahun baru aku baru pulang lagi bulan Agustus… Mama waktu itu gak pernah complain atau mengeluh atas ketidakpulangan ku.. Tapi kata adik2 ku, sometimes Mama melamun dan bertanya pada Papa dan adik2ku  “Kok si kakak gak pulang2, ya…? Sibuk banget sama kerjaannya yaa…? “I’m sorry I made U sad, Mom…!!

Dari 3 kali pulang di awal tahun ini, yang paling meriah adalah pulang yang kedua, karena 5 dari 6 bersaudara kumpul…. Cuma adik ku Uli yang gak hadir.. Sayang juga siyyy…

Ngapain aja selama kumpul2…? Apalagi kalau bukan ngobrol-ngobrol…, becanda, ledek2an, bertukar pikiran, makan2… Seru aja pokoknya runtang runtung ramai2..  Apalagi kumpul nyaris komplit ini tidak mudah buat kami yang menetap di kota yang terpisah jauh….

Duduk2 sore di Merdeka Walk saat Imlek Day... L-R : Ivo, Sondha, Noy & Mama

Mudah-mudahan bisa segera kumpul2 lagi yaa…****