Fungsional Perencana

Semenjak hari Rabu tanggal 8 Maret 2017, diriku sudah mendapat kabar gembira itu.  Tapi baru hari Jum’at 11 Maret 2017, diriku benar-benar melihat apa yang telah diupayakan dalam 1 tahun 9 bulan terakhir.  Apa ? Terbitnya Surat Keputusan Kepala Daerah tentang pengangkatan diriku menjadi tenaga  fungsional perencana.  Alhamdulillah.

Kenapa mau jadi tenaga fungsional perencana ? Setelah perjalanan hampir 20 tahun menjadi PNS (ASN), diriku jadi mengerti bahwa menjadi pejabat struktural bukanlah satu-satunya jalur untuk berkarir di lingkungan pemerintah.  Ada alternatif lain, menjadi tenaga fungsional.  Dan untuk diriku yang sepanjang perjalanan menjadi aparatur negara selalu bertugas di unit perencanaan, menjadi tenaga  fungsional perencana adalah pilihan jalur yang bisa diriku ambil.

Tapi  kok lama ya upayanya?

Sebenarnya keinginan menjadi tenaga fungsional perencana sudah hadir sejak beberapa tahun yang lalu, ketika rasa  gelisah  (baca : Curhat Sebuah Hilir) selalu melanda diri ini. Bahkan pada tahun 2013, saat menghadiri Rapat Trilateral di Bappenas, diriku singgah di Koperasi Pegawai Bappenas, untuk membeli buku Kumpulan Peraturan tentang Jabatan Fungsional Perencana.

Tapi upaya untuk menjadi tenaga fungsional perencana baru ku mulai setelah aku merasa sangat jenuh  (baca : Diam)  dengan pekerjaanku.  Ditambah lagi pada awal tahun 2015 aku ditugaskan di institusi yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerjaku.  Institusi yang saat aku masuki sungguh terasa bagai dunia yang gelap gulita.  Alhamdulillah aku bisa belajar untuk memahami pekerjaan di situ, tapi butuh waktu, tenaga dan pikiran yang besar untuk bisa memahami dan menjalankannya sesuai dengan apa yang dicantumkan dalam peraturan.

Ditugaskan di tempat yang kita tak kenal sama sekali, bisa menjadi sebuah anugrah, karena menjadi kesempatan untuk belajar hal-hal baru.  Tapi  ketika ketidaktahuan membuat kita bisa terkait dengan hal-hal yang high risk, sungguh rasanya bukan hal yang nyaman untuk tetap dijalani.  Aku lalu meminta atasanku saat itu untuk menyetujui pengusulanku untuk menjadi tenaga fungsional.  Usulan tersebut ternyata ditindaklanjuti oleh instansi pengelola kepegawaian dengan mengirimkan surat usulan diriku untuk bisa mengikuti diklat fungsional perencana yang diadakan Bappenas .  Sebagai catatan, untuk bisa menjadi tenaga fungsional, calon tenaga fungsional harus mengikuti diklat fungsional, yang diakhiri dengan ujian kompetensi.  Untuk pegawai dengan pangkat seperti diriku, diklatnya dilakukan oleh Bappenas.

Namun untuk bisa ikut diklat, calon peserta diklat harus mengikuti placement test yang diadakan Bappenas terlebih dahulu.  Pada akhir Desember 2015, ada placement yang dilaksanakan di Pekanbaru, dan diriku diberi kesempatan untuk mengikutinya.  Alhamdulillah.

Selanjutnya aku berada dalam antrian untuk mengikuti diklat.  Ketika aku mendapatkan informasi bahwa aku dalam beberapa bulan lagi akan mengikuti diklat perencanaan, aku mengajukan diri kepada pimpinan daerah melalui institusi pengelola kepegawaian, untuk dipindahkan ke institusi yang mengurus perencanaan daerah, agar bisa fokus menyiapkan diri untuk menjadi tenaga fungsional perencana.  Alhamdulillah, pada pertengahan tahun 2016, setelah sekitar 15 tahun memegang jabatan,  diriku dilepaskan dari jabatan struktural, dan menjadi fungsional umum alias staff.  Apa rasanya ? Lega. Seperti ada beban berat di pundak, yang telah dibawa kemana-mana bertahun-tahun, terlepas.  Alhamdulillah.

JFP

Pada bulan Sepetember 2016, panggilan diklat yang sudah kuupayakan akhirnya datang.  Aku dipanggil untuk ikut  diklat fungsional perencana madya spasial  (baca : Diklat JFP Madya Spasial),    pada minggu kedua bulan oktober.  Diklat yang berlangsung selama 3 minggu.  Selesai diklat, semua seperti meluncur dalam track-nya.  Meski kadang tersendat-sendat, tapi alhamdulillah akhirnya  surat keputusan pengangkatanku menjadi fungsional perencana keluar juga.

Aku tahu, menjadi fungsional perencana bukanlah jalan yang mudah, karena aku harus belajar banyak, dan juga harus bekerja keras untuk mengumpulkan kredit point agar aku bisa naik pangkat ke jenjang yang lebih tinggi.  Mungkin butuh 2 sampai 3 tahun untuk mencapainya.  Tapi insya Allah dengan menjadi tenaga fungsional, dunia kerja yang aku jalani akan lebih sejuk, lebih tenang.  Semoga Allah meridhoi langkah yang diriku ambil. Aamiin.***

Diklat JFP Madya Spasial

Tanggal 10 sampai dengan 28 Oktober 2016 yang lalu diriku mendapat kesempatan kembali ke Yogya untuk waktu yang lumayan lama..  TIGA MINGGU..  Waktu yang sebenarnya gak cukup panjang bagi diriku untuk menikmati Yogya yang Selalu DiHati

Iya buat aku, tiga minggu di Yogya gak lama… Secara diriku pernah di Yogya selama 6 bulan  buat ikut kursus PUSPICS.. Lalu sekitar 2 tahun 6 bulan untuk menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana Penderaan Jauh di lingkungan Fakultas Geografi UGM…

Ngapain 3 minggu di Yogya…? Ikut diklat alias pendidikan dan pelatihan..  Diklat Fungsional Perencana Madya Bidang Spasial..

Diklat apa siyy itu, kok istilahnya bikin kepala nyut nyut nyut..??  😀 😀

Diklat Jabatan Fungsional adalah diklat yang harus diikuti oleh seorang Aparatur Sipil Negara untuk menduduki Jabatan Fungsional.

Apa itu jabatan fungsional ?

Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian/dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. *sorry guys, ini asli copy paste dari salah satu peraturan*. Jabatan Fungsional Perencanaan itu jabatan fungsional yang bertugas di bidang perencanaan pembangunan, yang secara berjenjang terdiri dari Perencana Pertama, Muda,  Madya  dan Perencana Utama.

Khusus diklat untuk Jabatan Fungsional Madya, diklat dibagi dalam 3 bidang, yaitu ekonomi, sosial dan spasial.  Ketiga diklat itu sama-sama mengajarkan perencanaan, bedanya pada persentase materi tentang pendekatan perencanaannya yang berbeda. Bidang sosial, sekitar 60% dari materi yang diajarkan adalah perencanaan dengan menggunakan pendekatan sosial.  Bidang ekonomi, lebih kurang 60% dari materinya adalah perencanaan dengan menggunakan pendekatan ekonomi, sedangkan bidang spasial, lebih kurang 60% materinya adalah perencanaan dengan menggunakan pendekatan keruangan atau spasial.

Diklat jabatan fungsional perencanaan madya spasial, sebagaimana madya sosial dan ekonomi, diadakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.  Dan sesuai dengan bidangnya, diklat JFP Madya Spasial dilakukan bekerjasama dengan Magister Perencanaan Kota dan Daerah Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik, UGM.  Itulah yang menjadi penyebab diriku kembali ke Yogya selama tiga minggu… 😀

img1476928711078

@ MPKD, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fak Teknik UGM

Sebelum ikut diklat ini, diriku sudah rada-rada senewen…Karena menurut seorang teman yang sudah duluan ikut diklat, namun untuk bidang yang berbeda, selama diklat tiap hari ada tugas yang harus dikumpulkan sehari kemudian sebelum jam 05 pagi. Sumpe gw keder dengernye..!! Gimana enggak…? Masa-masa begadang buat bikin tugas sudah berlalu seiring pertambahan usia… Ditambah dengan diriku beberapa tahun terakhir sudah memberlakukan prinsip “Tugas kantor kerjakan di kantor, gak boleh dibawa pulang.  Kalo ada kerjaan yang belum selesai saat jam kantor usai, lembur aja.. Tapi gak boleh dibawa pulang”.

Dan.. akhirnya tanggal 09 Oktober tiba.. Saatnya aku terbang ke Yogya untuk mengikuti diklat…  Aku berangkat bareng dengan salah satu peserta Diklat yang juga berasal dari Pekanbaru, tapi dari instansi yang berbeda.  Karena pesawat yang terbang direct dari Pekanbaru ke Yogya adanya jam 08 pagi, jadilah jam 10 lewat diriku dan teman seperjalanan sudah menginjakkan kaki di Yogya dan melihat salam “Sugeng Rawuh” di pintu ruang kedatangan bandara Adi Soetjipto.   Ada rasa senang…, rasa yang selalu menghampiri diri bila kembali ke Yogya…  Mungkin karena  #Yogya #SelaluDiHati..

Diklat kali ini pesertanya 23 orang, dari berbagai provinsi di 5 pulau besar di Indonesia.  Dari Pulau Sumatera ada yang dari Sumut, Sumbar,  Riau, Jambi dan Bengkulu.  Dari Pulau Jawa ada yang dari Jabar, Jateng dan Jatim.  Dari Kalimantan ada yang dari Kalsel dan Kaltim.  Dari Kalimantan ada yang dari Sulsel dan Sulteng. Daannn ada Elvira dari Papua. Kami benar-benar  presentasi keragaman Indonesia..  Ini yang paling diriku suka kalau ikut diklat yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, jadi punya kesempatan bertemu, berkenalan, menjalin silaturahmi dengan teman-teman dari daerah lain, yang suku, latar belakang dan budayanya berbeda…

Selama diklat kami di”kos”kan pihak MPKD sebagai pelaksana diklat di Hotel Cakra Kusuma, di Jl. Kaliurang Km. 5.2.  Gak jauh dari kampus UGM… Gak jauh juga dari tempat kosku saat kuliah dulu..  Senang donk, bisa kembali ke daerah yang dikenal…? Senang banget.. 😀

Di “kos-kosan” ini diriku dijodohkan oleh mba Esti, pihak MPKD yang mengurus diklat, untuk sekamar dengan dengan mba Widia dari Pemko Sungai Penuh, Provinsi Jambi selama diklat berlangsung.

Awalnya ada rasa khawatir sekamar dengan orang yang asing (lagi), secara pernah ikut diklat sebulan dan dapat teman sekamar yang cuek banget.. Yang bisa ninggalin handuk lembab di tempat tidur (tempat tidurnya single tapi dempetan), yang jemur pakaian dalam masih basah di lemari baju bercampur dengan baju bersih.. yang bulak balik menyalakan hairdryer di kamar mandi buat ngeringin pakaian dalam… Rasanya seperti tidur dan mimpi buruk gak kelar-kelar..  Hahaha 😀  Tapi… alhamdulillah, kali ini diriku beruntung…, dapat teman sekamar yang jiwanya seirama… Sama-sama santai, gak rapi-rapi banget, tapi kita juga gak jorok.  😀  Sama-sama bisa berbagi dan menikmati banyak hal bersama..  Dan di akhir diklat, menurut teman-teman peserta diklat yang perempuan, kami adalah teman sekamar yang paling kompak.. Alhamdulillah.. *Terima kasih sudah menjadi teman sekamar yang menyenangkan, mba Wid.. Saya jadi tambah teman, tambah saudara..*

Hari senin, 10 Oktober 2016, diklat dimulai… Pesertanya 23 orang, 12 orang ibu-ibu dan 11 orang bapak-bapak… Kok ibu-ibu dan bapak-bapak?  Karena memang pesertanya semua berusia  di atas 35 tahun…  Tapi alhamdulillah, meski udah pada bapak-bapak dan ibu-ibu, tapi semua bawaannya santai…, gak sok tua… Hehehe…  Alhamdulillah juga meski di antara peserta ada yang sudah pakar, ada yang sudah senior banget di pekerjaan…, tapi tetap pada humble…, sehingga menghadirkan suasan pertemanan yang menyenangkan…

Materi yang dipelajari…, ya tentang perencanaan dan pengendalian tata ruang, lebih ke kebijakan.  Gak sampai ke level teknis, yang sempat dicemaskan beberapa peserta. Tapi salah satu pengajar, Pak Bobby, yang juga ketua Program MPKD, merubah metode saat jam mengajar beliau.  Dari materi yang seharusnya diberikan di kelas, beliau rubah menjadi belajar di lapangan.  Beliau membawa kami ke kawasan pemukiman Code, pemukiman padat di pinggiran kali Code di pusat Kota Yogyakarta.  Ini menurutku salah satu kegiatan yang menyenangkan selama diklat.

img14804162434401

Belajar di Kawasan Permukiman Code

Alhamdulillah diklat JFPM Spasial ini gak seserem diklat JFPM yang diikuti temanku..  Boro-boro begadang ngerjain tugas, hampir setiap malam diriku dan mba Wid, teman sekamar mulai tidur jam 21.00-an, dan bangun jam 04.00 pagi…Kita-kita bisa jalan kaki setiap jam 5 pagi… Ada juga yang berenang pagi-pagi atau sore setelah kelas usai..  Hidup sehat, kita… !! Bahkan aku dan mba Widia sempat ngabur ke 21,  nonton petualangan Prof. Langdon di Inferno.  😀 Suasana seperti ini bisa kami jalani karena  dari awal tugas-tugas yang diberikan adalah tugas kelompok yang diselesaikan di jam-jam belajar, ditambah lagi semua peserta ikut diklat dengan semangat berlibur dan “kabur” sejenak dari rutinitas kantor… 😀 😀 😀

Hanya minggu pertama yang waktu terasa berjalan lambat…  Di minggu kedua dan ketiga waktu terasa seperti berlari… Mungkin karena di minggu kedua kita para peserta sudah akrab dan merasa seperti keluarga..   Gimana enggak, teman-teman yang mudik di akhir pekan kembali ke “kos-kosan” dengan membawa oleh-oleh makanan khas daerah masing-masing.. Sehingga minggu malam dan senin pagi selain menikmati makanan yang disediakan hotel, kami juga menikmati berbagai oleh-oleh.. Ada bandeng presto, lumpia, cake gandjalreel dari Semarang, ada bika ambon dan bolu meranti dari Medan, ada serabi notosuman dari Solo..  Ada juga amplang dari Banjarmasin yang jadi cemilan tambahan saat rehat diklat…  Meriah pokoknya…!!

Ada juga acara piknik bareng di wiken kedua yang dilakukan 12 orang peserta diklat yang gak mudik, termasuk diriku.. Kemana..? Ke obyek-obyek wisata yang dijadiin lokasi syuting AADC 2 :  Punthuk Setumbu, Gereja Ayam, Ratu Boko,  juga ke Borobudur, Prambanan dan Kaliurang.  Piknik yang seru karena dimulai jam 03.00 pagi..  Dan karena takut telat, ada yang sampai udah bangun jam 12 malam, dan main mandi aja tanpa lihat jam… Hahahaha… 

Over all… Diklat JFP Madya Spasial yang diriku ikuti sungguh menyenangkan…  Salah satu diklat yang asyik dari diklat-diklat yang pernah aku ikuti..  I’m gonna miss you mba Widia, Ika, teh Ani, kak Lita, mba Dewi, kak Linda, mba Nissah si Little Missy, Lupi, Vira, Erni, kak Poppy, Pak Pur si Kepala suku, Pa Moer, Pak Sorjum, Hapriadi, Pak Mustakin, Pak Tatag, Pak Fir, dan teman-teman yang tak tertulis namanya… Makasih juga mba Esti dan Pengelola Diklat…

Alhamdulillah 2 minggu setelah diklat usai, kami menerima kabar dari Mba Esti, bahwa seluruh peserta diklat lulus ujian kompetensi yang dilaksanakan di 2 hari terakhir diklat.  Tinggal  nunggu sertifikat dan Berita Acara Penetapan Angka Kredit (BAPAK) yang akan menjadi dokumen untuk usulan bisa memegang jabatan fungsional perencana.

Semoga diriku dan teman-teman peserta diklat bisa segera memegang jabatan fungsional perencana… Aamiin  ***

Diam…

goKetika kita tak bisa lagi bicara…

Mengatakan apa yang seharusnya kita katakan…

Maka, menepilah…

Menjauh…

Bukan karena rasa benci membelenggu hati…

Bukan pula karena ego tak terpenuhi…

Tapi demi ketenangan hati..

Demi rasa takut akan hari nanti…***

Percakapan di Pagi Hari..

Ini cerita tentang percakapan di suatu pagi, antara aku dan kak Mentel (KM, nama samaran, bahasa Melayu, yang artinya centil), seorang teman kantor yang secara usia beberapa tahun lebih tua dari ku..  Beliau sama dengan aku sejak akhir tahun 2008 diberi amanah untuk memegang posisi setingkat supervisor..

gossipKM : Sondha, coba kau lihat si A tuuhh.. Menurut kau, pantas dia memegang jabatan kepala bidang?

Aku : Entah lah kak.. Aku gak mikirin itu… Enggak mau juga ngomongin hal itu… Sudah ya, aku banyak kerjaan.. *sambil aku bergerak meninggalkan Kak Mentel*

KM *sambil memegang lenganku agar tidak bergerak menjauh dari dirinya* : Tunggu dulu…Coba lah kau jujur.. Menurut kau pantas, ga..?

Aku : Banyak kerja aku yang lain, kak..   Tak usah lah kita bahas.. Tak ada guna..

KM dengan suara gemas penuh emosi : Eh, kau kan sudah S2, aku juga. Kau sudah sekian tahun di posisi yg sekarang, aku  sebelum pindah ke kantor ini juga sudah pagang jabatan.  Sudah 6 tahun aku di posisi yang setingkat dengan posisi ku sekarang. Kita juga pantas lho mendapat promosi… Ya, kan..? *guuubbbbbrrrrkkkkkssssssssssssssssssssss*

Ternyata ohhh ternyata ada yang gak tahan pengen dipromosiin…   Ternyata ada yang cari dukungan…  Ternyata ada yang mencari teman seperjuangan….  *tepokjidat.com*

Aku dengan segala kejahilan ku : Kakak berapa tahun? 6 tahun..? Aku sudah 12 tahun.  Terus mau apa?

KM  dengan  wajah kaget nyaris ileran : Haaaa…..? Kau 12 tahun…? Gila itu namanya… Lama kali…  Gak adil itu namanya…

Aku sambil senyum2.. :  Jabatan itu amanah, kak.  Bukan kita yang berhak menentukan apa kita pantas diberikan suatu amanah  atau tidak.  Kalau belum sampai ke kita, terus mau apa? Apa mau nyorong-nyorongin diri? Kita kerjakan saja apa yang dipercayakan pada kita saat ini dengan sebaik yang bisa kita lakukan. Tak usah dibandingkan orang dengan diri kita.   Kakak sudah lakukan tugas kakak dengan baik belum…?  *coel abis si  kakak mentel*

1st Working Day in 2011

1st working day of 2011 has been not well.. I lost my spirit since morning…  Now I plan 2 go home and take a rest…

Hope tommorow will be better…

Ingat-ingat Pesan…

Civil Servant is not my first job… It’s my 4th job, kalo gak salah ingat… Hehehe.. Tapi ini adalah job kedua setelah aku memutuskan untuk kembali ke daerah tempat aku dibesarkan.. Job pertama, kerja di bank kecil. Job yang memang hanya untuk mengisi waktu (dan mengisi kantong, pastinya..) sementara menunggu proses menjadi PNS yang butuh waktu sekitar setahunan..

Saat menjelang kerja di dunia PNS, aku diwanti2 oleh ortuku, berkali-kali… Pesannya :

  1. Kalau udah masuk kantor nanti, kamu diam2 aja dulu.. Jangan tunjukkan pada orang2 di kantor apa yang bisa kamu kerjakan. Nanti mereka pikir kamu sok pinter. Jadi diam saja… Lihat2 saja… Jangan sombong, harus rendah hati…

 

  1. Jangan minta kerjaan sama siapa pun. Nanti orang pikir kamu mau nyampurin kerjaan mereka, meski niat kamu baik, ingin menolong.

  2. Kalau kamu diminta membantu atau mengerjakan sesuatu, kerjakan secara maksimal, sepenuh kemampuan kamu, sehingga hasilnya maksimal dan orang pun akan tahu bahwa kamu punya kemampuan untuk bekerja.

So, begitu mulai masuk sebagai PNS dan ditempatkan di Sekretariat Bappeda Kota Pekanbaru sekitar tahun 1997, aku hanya duduk diam…, memperhatikan aktivitas orang2 di sekitarku, termasuk kebiasaan mereka buat ngaburr pada jam2 tertentu… hehehehe…  Biasanya siyyy buat pergi makan siang rame2… (Setelah membaur dengan teman2 d kantor, aku juga ikutan ngabr buat makan siang ramai2.. Hahahaha…).  Untuk menghindari kebengongan, aku biasanya membekali diri dengan buku dari rumah…

Naaahhh suatu kali, sekitar sebulan setelah aku kerja di situ, setelah kembali dari suatu urusan, aku menemukan ruang kerja yang kosong melompong..  Karena gak tau mau kemana, aku memutuskan untuk duduk diam dan membaca di salah satu pojok di ruangan yang besar itu…  Gak lama, Bang Zul (BZ), Sekretaris Bappeda saat itu keluar dari ruangannya, masuk ke ruang sekretariat…

Beliau lalu menyapa ku (BZ) : Ndha, kemana orang niyy semua..?

Aku : Ndak tau ‘Ndha, bang.  Tadi ‘Ndha keluar, pas kembali, ruangan udah kosong.. Mungkin padapergi makan siang, bang.

BZ : Ndha, kamu bisa ngetik di komputer…? Ini ada surat yang harus diketik, tapi tidak ada orang nih.  (Ini mungkin pertanyaan yang wajar di tahun 1997… Tapi rasanya juga aneh kalo kita sudah lulus S1 tapi gak bisa ngetik di komputer.. Karena siapa donk yang ngerjain skripsi kita…?)

Aku : Bisa, bang.  Apa yang mau diketik?

BZ lalu menyerahkan konsep surat yang harus aku ketik..

Setelah selesai, aku menyerahkan hasil ketikan kepada beliau.. Lalu beliau bertanya :

BZ : Kamu ngetik pakai huruf apa ‘Ndha? Kok hurufnya bagus dan halus..

Aku : Pakai huruf tipe x, bang.

BZ : Ada ya tipe huruf itu di WS.  Kok gak pernah ya dipakai sama teman2 sebelum ini?

Aku : Saya gak pakai WS, bang.  Saya pakai Microsoft Word.

BZ : Waaahhh, anak2 sini masih pakai WS lho ‘Ndha.  Emang program itu ada di komputer kantor kita? Kamu kursus dimana?

Aku :  Saya enggak pernah kursus bang, cuma dulu ada pelatihan pengenalan komputer aja selama 3 hari waktu di kampus.   Zaman skripsi iya pakai WS dan Lotus.  Tapi setelah ada  Windows biasanya pakai MS Word dan Excell.

Sejak itu aku nyaris tidak pernah lagi menganggur di kantor… Alhamdulillah… Pesan ortu ku ternyata BENAR BANGET…  Jangan pernah pamer.., supaya gak bikin orang lain tidak suka dengan kita.  Tapi kalau dikasi kesempatan, lakukan semaksimal yang bisa dilakukan…

Prinsip itu aku coba terapkan  kembali saat aku pindah kantor baru sekitar 2 tahun yang lalu…, 12 tahun setelah jadi anak baru di Bappeda..   Ternyata hasilnya berbezaaaaa (kata orang Malaysia).  Berbeza…? Berbeza bagaimana…?

Ya, aku tetap melangkah masuk kantor dengan gaya yang santai… Tidak menunjukkan embel2 berupa pengalaman kerjaku sebelumnya.., atau siapa yang merekomendasikan aku untuk pindah ke tempat baru… Pokoknya santai…

Ternyata oh ternyata… Kesantaian  dipandang berbeda oleh seseorang yang merasa senior di kantor.. Apa yang aku alami dengan orang tersebut menjadi cerita yang menggelikan… sekaligus pelajaran buat aku agar lebih bijak kalau ketemu orang baru… Juga lebih sabar…  Hehehehe…

Ceritanya saat aku masuk, di kantor itu lagi ada kegiatan..  Gak mau, dianggap mau ikut campur atau apa..  Aku terapkan pesan ortu.  Duduk diam… mengamati saja… Sampai pada sekitar hari ke2 atau ke3.. Tiba2 orang yang merasa lebih senior, anggaplah namanya Mpok Atik menyapaku..

Mpok Atik : Heeeh…!!! (sambil melihat ke aku, sehingga aku yakin dia berbicara padaku). Lu, bisa ngetik, gak..?

Sumpeee aku kaget, sekaligus bingung.  Apa dia bertanya pada aku apa bukan..? Lagi pula cara menyapa dengan sebutan “Heeeh…!” rasanya gak sopan ya.. Perasaan aku punya nama…, dan tertera di papan nama yang ada di baju dinasku.  Terus…, waktu tinggal di Bogor dan Jakarta selama lebih kurang 10 tahun, aku dan teman2ku juga memakai kata “LU – GUA”, tapi kok rasanya enak aja tuuuuhhhh… Gak sakit di telinga.. Kok yang ini rasanya sakit ya…? Mungkin karena nada yang biasa aku dan teman2ku pakai relatif lunak… Jadi kata “LU” tidak membuat kita merasa direndahkan…

Trus kalau diingat sikap Bang Zul dulu, rasanya sikap Mpok Atik ini bener2 ajaib..  Karena Bang Zul aja yang saat itu adalah orang kedua di Bappeda Kota, sangat baik dan ramah. Nah Mpok Atik ini, tanya punya tanya pada teman2 di sekitarku saat itu, ternyata saat itu statusnya  juga sama dengan aku, staff.

Aku menatap ke Mpok Atik dan bertanya untuk meyakinkan diri : Ibu bicara dengan saya?

Mpok Atik dengan nada keras :  Iya.. Lu bisa ngetik gak…?

Hmmmmm….. Aku jadi mikir, ada apa ya ini orang..? Kenal juga belum ama aku kok nanyanya begitu… Dari penampilan ku yang relatif sudah berumur, dia pasti tau lah aku bukan anak kemaren sore di dunia pegawai negeri.  Tapi aku tiba2 ingat pesan orang tuaku “harus rendah hati”, meski rasanya geleuuuhhh banget ditanya dengan cara yang sembarangan oleh orang yang belum kita kenal..

Aku menjawab : Bisa bu.. Apa yang mau diketik?

Mpok Atik : Nanti gua bikin konsep surat, lu ketik yaa…!!!

Aku hanya mengangguk… Hmmmm… Manusia ajaib….

 

Gak berapa lama kemudian, Mpok Atik kembali berbicara padaku..

Mpok Atik : Lu bisa ngonsep surat, gak?

Astagafirullah al adzim…. Underestimate banget orang ini sama aku, orang yang belum dia kenal… Apa siyy aku, manusia yang belum dia kenal ini di matanya..? Apa dia pikir aku ini adalah salah satu dari sekian pegawai yang cuma makan gaji buta, gak tau kerja…?  Kok sepertinya menghina ya…??!!!! Tapi lagi-lagi ingat pesan orang tua, untuk rendah hati, humble… dan juga sabar…

Aku lalu menjawab omongan manusia ajaib itu : Surat apa yang mau dikonsep, bu? Biar saya bantu..

Mpok Atik : Lu bikin surat ya, buat si anu, isinya tentang anu… Kalo sudah selesai, lu tunjukin ke gua, biar gue periksa..

Aku lalu mengerjakan perintah Mpok Atik yang ajaib itu… Membuat konsep surat dengan tulisan tangan, karena kedua komputer sedang dipakai staf2 lain (gak berani nurunin laptop yang ditinggal di bagasi mobil karena takut dianggap pamer, hiks).  Setelah selesai, aku menunjukkan konsep surat ke Mpok Atik.  Respon beliau, setelah membacanya…

Mpok Atik : Ya sudah, lu ketik ya. Trus ntar lu kasi ke gua…

Aku, lagi2 hanya diam dan menjalankan perintah beliau..

Ada beberapa kejadian lagi yang ajaib dalam minggu2 itu.. Misalnya dia menyuruh aku bergegas mengangkut barang2 dengan mobilku ke tempat acara.  Nyuruh ngangkat, lho.. , bukan minta tolong…  Sebelumnya,  karena kamar tempat aku seharusnya tidur dengan seorang staff  yg lebih junior  (menurut pengaturan beliau), dipakai untuk bekerja oleh beberapa anggota team yang laki2, aku menumpang tidur di kamar Mpok Atik.   Saat itu jatah pekerjaanku udah kelar, dan tubuh sudah capek banget.  Lewat tengah malam, beliau membangunkan aku agar pindah tidur ke kamar yang satunya lagi… , dengan cara yang sama sekali tidak bersahabat. Padahal sebenarnya kalau aku pun tetap dibiarkan tidur di situ, tidur dia tidak akan terganggu, karena kamar itu berisikan 2 buah tempat tidur single.  Tapi aku teteuuuppp sabar, lalu bangun dan pindah kamar…

Kenapa aku jadi membahas masalah gak penting ini setelah dua tahun lebih berlalu…? Karena orang yang sama, tanpa alasan yang aku mengerti selalu memasang muka masam padaku berhari-hari, beberapa bulan terakhir ini… Dia keluar masuk ruang kerjaku tanpa pernah menyapaku, memerintah adik2 yang bertugas membantuku, tanpa permisi atau basa-basi padaku..  Satu kali, dia bahkan memandang penuh kebencian padaku.., karena sebel aku balas kembali tatapannya dengan tatapan “Mau apa siyy lu? Siapa elu, kok marah2 ama gua…? Emang gue ngerugiin apa? Hehehehe…

Tapi, ternyata oh ternyata, dari cerita banyak orang, ingat BANYAK lho, bukan satu dua orang, dia memang suka bossy.. Memerintah sana sini.. Padahal sebenarnya orang yang dia perintah2 itu, ada yang pangkatnya lebih tinggi, ada yang posisinya di kantor lebih tinggi dari dia.  Lucu kan…? Beneran kayak dagelan ketoprak yang dimainkan di panggung2 pasar malam..  Bahkan dari cerita beberapa teman, dia selalu bercerita ke orang2 tentang hal2 yang negatif yang menyangkut diriku.  Hmmmm… Mudah2an itu bisa melapangkan jalanku nantinya yaa…  Mungkin ini cuma satu ujian buat kesabaranku… Atau ini satu sesi dagelan yang bisa jadi pelajaran buat aku supaya lebih awas, lebih peka membaca lingkungan… Mudah2an yaaa…

Urrrrrggghhhhh…………!!!

Pagi saat tiba di kantor rasanya tenang banget… Semua orang sedang ikutan wirid di lantai 3…  Kesunyian menimbulkan rasa tenang.., nyaman…  Gak lama, mulai berbagai pihak yang datang dengan berbagai masalah… Yang kadang bikin aku terheran2 dengan jalan pikiran mereka…

Pertanyaan mereka antara lain :

“Sondha, kami ada anggaran untuk 2 kegiatan.. Boleh gak, kegiatan yang satunya gak dikerjakan, tapi duitnya digunakan buat kegiatan yang satunya lagi?”

Ya jelas aja jawabnya gak boleh…  Kegiatan yang sudah dianggarkan itu sudah menjadi Peraturan Daerah, artinya itu produk hukum yang harus dijalankan sesuai dengan aturan.. Mana bisa dialihgunakan.. Pengalihgunaan berarti pelanggaran hukum.  Kalau mau dirubah penggunaannya, ada proses yang harus dijalani terlebih dahulu…

Herannya yang nanya itu masa kerjanya sebagai pegawai lebih lama… Terus selama ini kemana aja? Heran gak siyyy….?

Gak lama, ada yg ngomong dengan nada galak… Let’s say namanya  Ani.

Ani  : “Kak Sondha, gimana siyy kakak nyusun anggaran buat pengadaan bacaannya…? Kakak salah hitung yaa…? Gak cukup tuhhh uangnya… Coba lihat ini Dokumen Pelaksanaan Anggarannya?”

Di situ tertulis :

Pengadaan koran :

Koran A :  180  EB @ Rp.150.000,- Jumlah Rp. 27.000.000,-

Koran B :  24 EB @Rp.110.000,- Jumlah Rp.2.640.000,- dst..

Aku lalu menjelaskan : “Ani, itu semua kan buat setahun, artinya 12 bulan. Kalo dia 180 EB, artinya untuk koran itu kita langganan 15 edisi setiap bulan.”

Ani : “Gak cukup uangnya.. Kalau 15 eksemplar kali 30 hari kan sebulan aja sudah 450.  Di anggaran cuma ada 180 setahun.  Mana cukup…!!!!”

Aku : “Ani, koran A itu berappa siyy harga langganannya per bulan?”

Ani : “Rp.100.000.-”

Aku : “Ani lihat dianggarannya berapa? Rp. 150.000,-.  Itu justru artinya uangnya masih lebih.”

Ani : “Lebih dari mana? Anggarannya cuma untuk 180 setahun, sedangkan sebulan aja udah 450.”

Aku : “Ani,  langganan korannya bulanan, kan? Bukan per eksmplar per hari kan?  Artinya Rp.100.000,-  itu untuk 30 lembar atau 31 lembar, tergantung jumlah hari pada bulan tersebut. Kalau kamu langganan 15 eksemplar per hari dan biaya langganannya Rp.100.000,-/bulan, artinya biaya koran tersebut sebulan Rp.1.500.000,-, setahun Rp.18.000.000,-.  Anggarannya justru lebih banget…. Iya gak siyyy?”

Ani : “Enggak, saya gak ngerti.  Menurut saya anggaran ini gak cukup.”

Urrgggghhhhhhhhhhhhhh….!!! Aku gak tahan lagi… Aku gak tau mau menjelaskan bagaimana lagi…. Kemampuanku untuk menjelaskan rasanya udah habis…  Pusinkkkkkkkkkkkkkkkkkk pusinkkkkkkkkkkkk…

Mencari Bintang di Siang Hari…

Posisi di kantor saat ini membuat 2 buah kursi yang terletak di depan meja kerjaku kerap diduduki orang… Ada rekan2 dari kantor, ada yang dari luar kantor… Kedatangan orang2 ini umumnya siyy just so so…  Tapi terkadang bisa juga menghadirkan cerita ajaib..  Aku sebenarnya udah hampir lupa dengan suatu kejadian, yang lucu alias menggelikan..  Aku menjadi ingat kembali saat aku sedang bertamu ke sebuah instansi di Kabupaten Siak pada awal minggu ini.. Saat aku sedang duduk di ruang kerja Pimpinan di kantor tersebut, aku melihat seseorang yang pernah mencari bintang ke ruang kerjaku…

Mencari BintangMencari bintang….?

Ceritanya di suatu siang, saat aku dan rekan2 kerja di ruangan sedang sibuk berkutat dengan pekerjaan, tiba2 ada seorang laki2 bertubuh tambun (aku juga gendut, tapi dia benar2 gendut, khususnya di bagian perut…) masuk ke ruangan kerja kami..

Lalu tanpa mengucapkan salam atau preambul apa pun dia bertanya pada ku yang kebetulan sedang duduk di depan pc dan menghadap pintu masuk : “Pak Kadis, ada?”

Aku jawab : “Kayaknya keluar kota, pak”

Dia menatap aku dengan ekspresi tidak percaya, lalu bertanya lagi : “Dimana ruangannya?”

Aku lalu menunjuk ke arah ruangan Kepala Dinas, yang kebetulan satu lantai dan sejejeran dengan ruang kerjaku.  Dia langsung keluar dari ruanganku tanpa mengucapkan apa2..

Gak lama, dia muncul lagi di ruanganku, dan berkata : “Kok ruangannya terkunci? Kemana Kadisnya? Kemana ajudan2nya?”

Aku menjawab : “Bapak keluar kota, pak. Para ajudan mungkin sedang istirahat.”

Dia berkata lagi : “Kalo bapak sekretaris mana?”

Aku menjawab :”Sedang keluar kota, pak.”

Dia bertanya lagi dan lagi-lagi dengan ekspresi tak percaya : “Ruangannya dimana?”

Aku menunjuk ke ruangan kecil yang menyatu dengan ruang kerjaku..

Dia lalu menghampiri staff yang duduk di samping pintu masuk ke ruang pak Sekretaris, staff tersebut tugasnya mengurus admnistrasi dan berbagai kepentingan pak Sekretaris, lalu bertanya tentang keberadaan pak Sekretaris. Ketika mendengar jawaban staff tersebut bahwa pak Sekretaris sedang keluar kota, orang tersebut langsung keluar ruangan dengan wajah jengkel… Sangat jengkel… Kita2 yang di ruangan tersebut cuma senyum2 aja melihat tingkah lakunya…

Tapi enggak lama, orang tersebut masuk lagi ke ruangan.. Lalu menghampiri meja kerjaku dengan sikap yang berbeda… Santun dan penuh hormat… Lalu dia berkata “Ibu, saya ke sini mencari matahari kantor ini, ternyata matahari tidak ada. Saya cari rembulan, ternyata rembulan tidak ada.. Lalu saya mencari bintang…, saya tidak tahu kalau dari tadi saya berhadapan dengan bintang.. Orang yang saya temui di depan ruangan ini memberi tahu saya kalau ibu lah sang bintang. Bisakah saya meminta waktu ibu sedikit?”

Sang Bintang….? Hmmmmm… Aku gak merasa seperti itu… Sama sekali enggak…, dan kenyataannya memang aku bukan sang bintang di kantor ini.. I’m just an ordinary employee…, sama seperti pegawai lain di kantor ini.. Rayuan gombal yang memuakkan.., tapi biar gak membuat masalah yang gak perlu, aku harus menghadapi orang ini.. Aku lalu menggeser dudukku, dari yang menghadap pc di sisi kanan meja kerja, menjadi menghadap kursi tamu yang ada di depan meja kerjaku..

Aku kemudian bertanya : “Ada apa, pak? Apa yang bisa saya bantu?”

Dia lalu menyebutkan namanya (aku gak ingat sama sekali siapa nama yang dia sebutkan itu), dia bilang : “Saya ini sastrawan, bu.. Saya membuat puisi yang bersifat pribadi bagi pejabat2 di Riau ini.. Ini saya buatkan puisi buat Kepala Dinas di sini, karena beliau tidak ada di tempat, biarlah saya menitipkannya pada Ibu, bintang di kantor ini. Mohon disampaikan pada beliau. Ini amanah, bu”

Dia lalu mengeluarkan sebuah amplop coklat berukuran folio dari tasnya, lalu mengeluarkan isinya : sebuah kertas berwarna hijau pupus yang ditulisi kalimat2 yang tersusun dalam beberapa bait. Dia lalu menandatangani kertas tersebut di bagian bawah, lalu menyodorkannya padaku. Aku membacanya, ternyata beberapa bait puisi dari seorang suami untuk istrinya..  Di otakku langsung terbayang berbagai dugaan  reaksi atasanku kalau membaca kertas ini…. hihihihi…

Dengan wajah tetap tanpa ekspresi, aku lalu memasukkan kembali, kertas tersebut ke dalam amplop, dan berkata : “Baik pak, nanti setelah pak Kadis kembali dari luar kota saya akan menyampaikan ini pada beliau.”.

Aku lalu meletakkan amplop tersebut di meja, dan bersiap-siap untuk melanjutkan pekerjaanku.. Tapi tiba2 aku merasakan sorot mata yang tajam ke arahku.. Aku mengangkat wajahku, ternyata laki-laki itu sedang menatapku…

Aku lalu berkata dengan lembut : “Ada lagi, pak…?”.

Dia bilang : “Ibu, tak punya kah ibu selembar merah atau biru untuk diberikan pada saya? Saya akan kembali ke Jakarta nanti malam naik bus Lorena, jadi saya mungkin tak bertemu dengan matahari. Sudilah kiranya sang bintang yang mewakili matahari.”.

Hahaha….   Benerkan rayuan gombal…. bal.. bal…  It’s all about the money… !!! Aku lalu menjawab dengan perlahan tapi tegas : “Maaf bapak, kantor ini tidak punya dana untuk hal-hal seperti ini. Maaf sekali.”

Dia lalu menjawab : “Kalau kantor ini tidak dana, sudilah kiranya ibu memberikan bantuan pribadi.”

Hmmmmmmmmm… maksa deeehh nii orang..

Aku lalu menjawab : “Maaf bapak, saya tidak punya dana untuk itu. Karena kalau satu kali saya memberikan uang untuk hal-hal seperti ini, akan banyak lagi orang yang datang. Kalau pun saya punya uang lebih, rasanya ada orang lain yang lebih memerlukan.”

Dia lalu menatapku dengan sorot mata yang sangat tajam, sorot marah, dan juga berusaha mengintimidasi ku secara psikologis… Aku lalu membalas sorot matanya dengan ekspresi datar… Setelah pertempuran sorot mata berlangsung beberapa menit, dia lalu meninggalkan ruanganku dengan ekspresi wajah kesal buangeeeettttt…

Ternyata saat aku berurusan dengan orang tersebut, seorang senior masuk ke ruang kerjaku, dan mengamati kejadian tersebut.  Setelah orang itu pergi, sang senior bertanya, ada apa.. Setelah saya ceritakan apa yang terjadi, sang senior bilang… “Jelas aja gak dapat… Lha nyari bintang di siang hari… Bintang kan adanya malam hari….” Hahahaha… Aku langsung ngakak mendengar komentar beliau…. Iya juga ya, siang2 begini nyari bintang.. Yang ada juga bintang 7, obat sakit kepala, kali…!!!

Keesokan harinya, saat Kepala Dinas telah kembali ke kantor, amanah orang tersebut, aku antarkan kepada ajudan Kepala Dinas untuk disampaikan. Aku ogah menghadap atasanku untuk urusan gak penting begitu… Kata ajudan, pak Kepala Dinas Cuma bilang “Apo niiiii……….?” sambil geleng2 kepala setelah membaca amanah tersebut.. Hehehe…

Beberapa hari kemudian, saat akan keluar kantor untuk suatu keperluan, aku melihat orang itu lagi di lobby kantorku… Dia kaget saat melihatku.. Kok kaget siyyy…? Itu kan kantorku, tempat aku kerja, ya wajar aja dia bisa berpapasan dengan aku di situ.. Kaget ketemu dengan orang udah dia coba tipu….? Hah….!!!

Naaaahhhh, aku melihat orang itu lagi di depan ruangan Kepala Dinas di Kabupaten Siak, dia sedang menunggu kesempatan untuk bertemu dengan pak Kepala Dinas. Aku berada di sebuah tempat yang untuk sampai ke sana aja aku harus menyusuri sungai selama 1 jam 40 menit, atau 2 jam kalau lewat jalan darat, eh masih aja ketemu sama orang itu..  Saat aku keluar dari ruang Kepala Dinas Siak, dan dia melihatku, orang itu kaget… Nampak dari ekspresinya.. Dia lalu mengangguk penuh hormat padaku, tapi aku tidak memperlihatkan ekspresi apa pun.. Bayangin, itu orang berkeliaran dari kantor ke kantor untuk menjual puisinya, dalam radius ratusan kilometer.. Di satu sisi, hebat juga usahanya…, tapi tidak adakah usaha yang lain, yang tidak harus memaksa orang mengeluarkan uang untuk sesuatu yang mereka tidak perlukan…?

Pic diambil dari http://www.fotosearch.com/illustration/man-shoot-star.html

It Has Been A Year…

career-womanTerhitung tanggal 5 Februari yang lalu..  Setahun sudah aku pindah kerja…

Banyak hal baru yang aku dapat…  Bener emang kata orang2.., jangan bertahan terlalu lama di suatu sistem, karena akan membuat kita stagnant…   Lingkungan baru, kerjaan baru, segala sesuatu yang baru akan memperkaya diri…

Tapi kalo menurut aku, jangan pula keinginan untuk memperoleh sesuatu yang baru membuat kita jadi kutu loncat..  Karena klo begitu kita juga gak akan dapat apa-apa..  Kita gak sempat berproses yang akan “memperkaya” diri, meningkatkan kapasistas…  Dan juga gak sempat meninggalkan track record yang baik, yang bisa menjadi modal dasar untuk “menjual diri”…

Gak Semua……..

hard-work-woman1Facebook memang luar biasa…  Membuat aku bisa terkoneksi kembali dengan teman2 yang udah berpuluh, berbelas tahun tidak muncul dalam semesta kehidupanku…  Bukan sekali dua kali, saat membuka “home” di facebook aku menemukan friend request dari mereka yang pernah mengisi hari-hari ku… Teman saat SD, teman SMA daaannn teman2 kuliah yang seru dan heboohhh…

Beberapa minggu yang lalu, aku menemukan friend request dari seorang teman lama..  Teman yang selama berbelas tahun tak diketahui kabarnya bahkan oleh teman2 main kita dulu yang masih terkoneksi dengan ku…  Aku hanya ingat, saat terakhir bertemu sekian belas tahun yang lalu, saat aku masih bekerja dan menetap di Jakarta,  temanku ini mengkritik aku sebagai orang yang materialistis, duniawi karena aku emang saat itu selalu menghabiskan akhir pekanku di cinema grup 21 di Grand Wijaya, kongkow2 dengan teman2 dan saudara di mall2…

Sebenarnya yang dikritik bukan cuma aku, tapi teman2 yang lain juga…  Sehingga kita2 yang dikritik merasa aneh dan gak ngatri… Apa lagi kita tahu persis kalo teman kita yang mengkritik ini juga bioskop mania… Karena dulu2nya kita selalu nonton bareng2…

Tapi kita berusaha menerima kritikan itu sebagai masukan..  Meski kadang gak nyaman juga, karena gak merasa ada yang salah dengan hobby nonton dan kongkow..  Toh kita gak ke cinema tiap hari, kita gak ke mall tiap hari…  Kita tetap bekerja dan bertanggung jawab dengan pekerjaan dan aspek2 lain kehidupan kita…  Nonton dan kongkow2 cuma satu sisi dari beratus, beribu atau berjuta sisi kehidupan yang bisa meringankan hati  setelah lelah bekerja 5 hari dalam seminggu…  Kita waktu itu berpikir kalo teman kita ini sudah mendapat suatu paradigma berpikir yang lebih maju, yang kita2 belum nyampe…

Lalu… beberapa hari yang lalu di suatu hari kerja sekitar jam 3 siang, saat aku emang lagi harus meneyelesaikan beberapa kerjaan,teman lama yang telah terkoneksi di FB ini men’chat’…

Teman Lama (TL) :  Masihh di kantor..?

Aku (A) : Iya…

TL : Kok…? Kan kalo PNS jam segini udah gak ada di kantor…

A :  Maksudnya..?  Gak semua lho PNS seperti itu.  Tolong jangan digeneralisasi.  Sorry aku lagi ada kerjaan…

Setelah pulang kantor, aku mengirim pesan ke teman lamaku itu…

Gak semua PNS itu gak punya dedikasi dan serius dgn pekerjaannya.. Memang gak banyak.. Tapi ada…

Gue bertahun2 selalu berada dalam tim bersama orang2 yg punya dedikasi.. Kita biasa pulang kantor tengah malam bahkan subuh pada saat penyusunan anggaran dan pertanggungjawaban. Kita juga total ngerjain kegiatan2 yang diamanahkan ke kita..

Jadi jangan lah digeneralisir..

Teman lamaku me-reply

Kok segitu sewotnya……. Fakta keseharian ya begitu adanya…. Di Asia saja Rate dedikasinya Goverment Oficcer of Indonesia cuma rangking 36 setingkat di atas kamboja….

Hhhhmmmmm… Ternyata setelah bertahun2 tidak terkoneksi, temanku itu tetap gak nyambung dengan aku…

Aku tau persis, ngerti dan sadar kalo banyak, banyak sekali rekan2 di dunia PNS yang belum serius dengan pekerjaannya..  Aku tidak menutup mata dengan kenyataan itu.  Aku bahkan pernah menulis tentang hal itu di sini…  Tapi di kalimat awal aku kan udah bilang “Gak semua PNS itu gak punya dedikasi dan serius dgn pekerjaannya.. Memang gak banyak.. Tapi ada…”

Malas berdebebat lebih jauh…  Aku lalu mengrimkan pesan…

Bukan sewot, aku cuma kasi tau gak semua PNS seperti itu.. Jangan digeneralisir.. Masih ada pegawai pemerintah yang serius dgn pekerjaannya.. 

Tapi kalo lu mau menutup mata akan keberadaan pegawai yg telah serus bekerja.. silahkan aja.. itu gak akan mengurangi semangat mereka mengabdi.. Apa siyy artinya pendapat satu orang yang gak tau apa-apa tentang keberadaan mereka yang mengabdi di dunia pemerintahan…?

Temans…  Ini sama sekali bukan pembelaan atas sebuah profesi..  Ini juga bukan tulisan untuk pamer atau apa…  Tapi ini adalah sebuah realita, bahwa meski gak banyak, tapi masih ada kok PNS yang bekerja dengan serius dan sungguh2..  Justru tantangan yang mereka hadapi besar : lingkungan dan rekan2 kerja yang punya paradigma berpikir yang berbeda.   Tapi mereka tetap bergerak, berkarya…. mengikuti tawaf alam semesta….

Justru bukankah mereka harus didukung agar kuat dan tetap konsisten…  Bukankah masyarakat yang anggota keluarga juga berprofesi sebagai PNS seharusnya mendorong anggota keluarganya itu untuk mulai bekerja sungguh2…   Sebaliknya, tidak melakukan segala daya upaya untuk memasukkan anggota keluarganya menjadi PNS untuk mendapat jaminan hidup tanpa mengerti hakekat PNS…
Btw, kenapa judul postingannya jadi kayak judul lagunya Basofi Sudirman “Tak semua laki-laki……” yaaa??  Hehehe…

1st Day of Long Weekend

Hmmm…  senengnya dapat libur 3 ari..  Secara sejak masuk kerja setelah liburan akhir tahun, aku selalu di kantor sejak jam 7.30 pagi, pulangnya jam 18.00-an bahkan lebih..  Klo untuk ukuran Jakarta siyy itu biasa yaa..  Belum lagi klo terjebak macet saat pulang kantor..

Trus ngapain ajahhhh…?

Hari Sabtu, pengennya dari pagi bisa masuk ke ruang training ESQ dari pagi..  Tapi karena ada acara kantor, aku mutusin buat hadir di acara kantor dulu..  Kenapa? Karena mungkin dari mengikuti acara itu, ada masukan2 untuk perbaikan kegiatan di masa depan..

bm-syam-awardKegiatan apa siyy…? Kegiatan penganugrahan BM Syam Award kepada anak2 SLTP/SLTA se-Riau yang jadi pemenang lomba menulis hikayat tentang kampung mereka.  Kayaknya kegiatan ini sangat positif ya..  Mendorong generasi muda untuk mencari tahu tentang kampung halamannya serta hikayat2 yang ada di sana..  Karya2 siswa SLTP/SLTA yang menjadi pemenang dan beberapa cerita yang dikirmkan peserta yang dianggap menarik oleh Dewan Juri diterbitkan oleh Gurindam Press dalam sebuah buku yang yang mengambil judul dari pemenag pertama  “Pulau Kijang Asal Mula Ibu Kota Kecamatan Reteh”.  Sebagai feedback, mereka memperoleh royalti.   Kayaknya perlu dilanjutkan di tahun2 mendatang…   Untuk memotivasi generasi kita supaya mau kreatif menulis, terutama yang menyangkut budaya daerahnya…

Aku rada heran juga siyy..  Kok sekarang tuh jarang liat buku cerita daerah untuk anak2 yang bagus2 ya..  Secara waktu aku kecil aku punya banyak buku yang bagus tentang cerita daerah, selain cerita2 anak2 dari manca negara yang dirilis dalam Seri Cerita Dari 5 Benua, trus ada juga seri buku cerita “Sekian Gambar Dalam 2 Warna”, yang keduanya diterbitkan oleh Gramedia, kalo gak salah.   Kalo sekarang ke toko buku, yang banyak tuh komik Jepang, kalo pun ada cerita2 daerah tampilannya gak memikat..  Bikin malas membeli…  Mudah2an akan banyak terbit buku2 tentang cerita daerah dengan tampilan memikat di masa2 yang akan datang ya..  Supaya anak2 kita nantinya bisa mengenal budaya kita melalui cerita2 tersebut..

Btw, siapa sihh Alm. BM Syam lengkapnya Bujang Mat Syamsuddin yang namanya dipakai untuk award ini..?  Aku juga gak tau persis..  Karena aku sebelum ini nyaris gak ngikutin perkembangan sastra Indonesia terutama Sastra Melayu..    Aku cuma ingat aku pernah sekelas sama salah satu putrinya, Rita Rupiati,  saat kelas 1 di SMA 1 Pekanbaru.  Tapi teman2 bisa mendapat sekilas info tentang beliau di sini

Selesai dari acara kantor… Aku dan kak In, salah seorang senior di kantor, menikmati acara perempuan…  Ngapain? Ngubek2 toko kain yang lagi sale…  Ceritanya, di daerah ini kalo aniversary provinsi atau kota, para PNS tuh diwajibkan pakai baju Melayu selama 10 hari..  trus buat acara2 kondangan, orang2 juga biasa pakai baju Melayu atau baju kurung..  So, kita harus punya beberapa stel, sekedar buat ganti..  Kan bosan juga kalo pake baju cuker alias cuci kering…

Apa siyy baju Melayu.. .? Untuk perempuan potongan bajunya longgar, gak ada kupnat, jauh dari body fit and tight.. Trus di bagian keteknya, ada sambungan berbentuk persegi yang disebut kekek, sedangkan di bagian samping ada sambungan yang disebut sabar.

Selesai dari berburu kain dan ngater kain2 tersebut ke tukang jahit, aku nerusin jalan ke hotel Pangeran, tempat training ESQ Proffesional Angk 37 Pekanbaru dilakukan..  Selesai training sampai menjelang magrib, kita yang alumni diajak untuk mengikuti Renungan 165 yang dilakukan setelah magrib sampai sekitar jam 21-an..  Di renungan kali ini yang disampaikan adalah tentang malaikat, salah satu dari 6 prinsip ESQ, Angle Principle.  Yang ngasi materi mas Imam, salah satu trainer ESQ.  Dengan kali ini, aku udah 3 kali ikut kelasnya Mas Imam.  Satu kali saat datang sebagi alumni di Basic Training, satu kali saat di kelas Mission Statement.  Btw, minggu depan ada kelas CB alias Character Building.., tahap ketiga dari ESQ Training..  Mudah2an aku bisa ikut yaa…

Selesai perenungan baru deh pulang…  Pengen cepat2 tidur karena besoknya pengen ikut ESQ seharian..  Nge-charge batteray… Supaya pikirannya tetap positif menghadapi hari2 di depan…  Supaya bisa tetap senyum menghadapi teman2.. , bisa tegar menghadapi berbagai persoalan…

SMILE……………….!!!

New Challanges…

Tahun 2008 buat aku dan 1200-an orang PNS di lingkungan Pemerintah tempatku bekerja ditutup dengan mutasi besar2an..  Aku, alhamdulillah, mendapat amanah untuk tugas yang lebih besar, yang diikuti dengan tanggung jawab  yang juga kebih besar, pasti…!!!

Sejujurnya meski aku sebelumnya  sudah pernah memegang level ini selama 7 tahun saat kerja di tempat lama, tapi  skop pekerjaan yang dipegang kali ini jauuuuhhh lebih besar.  Kalo dulu skop-nya cuma kota dengan luas wilayah 63.323 Ha.  Sekarang, 11 kabupaten/kota, bow..!!!  Jumlah teman yang harus dimanage juga lebih banyak dari sebelumnya..  Rumitnya, teman2 ini sebagian besar memang sudha beberapa tahun bertugas di bagian ini, dan mereka sudah lelah karena merasa tak diperhatikan.. Ada yang desperate, ada yang cuek gak perduli dan ngabur dari kerja..

Saat aku diskusi dengan Papa.. Papa bilang kalo aku harus melihat ini sebagai kesempatan untuk belajar, untuk meningkatkan kapasitas.. So, I have  to be unafraid…  Dan Papa ngingatin agar aku membangun system kerja, sehingga kalo aku gak ada di kantor, pekerjaan tetap jalan dan gak kesendat2..  Papa juga ngingatin agar aku melakukan kaderisasi..  Memberi kesempatan yang luas bagi teman2, yang harus aku manage, untuk maju dan berkembang..

Ini yang sedang diupayakan…..  Alhamdulillah setelah 3 minggu, suasana di ruang kerja mulai menghangat…  Ada keceriaan di wajah teman2 selama jam kerja..  Ada tawa dan canda, sembari bekerja..  Apalagi ruang kerja kita emang asyyyiiikk banget…  Ya fasilitasnya, ya pengaturannya….

Sebaris kalimat yang aku coba selalu ucapkan di akhir hari kerja, yang aku perhatikan bikin teman2 pulang dengan wajah ceria meski telah lelah adalah… “Teman…, terima kasih ya atas kerja samanya hari ini…!!!  Sampai jumpa besok…!!!”

Semoga keadaan akan mebaik dari hari kehari…  Semoga aku bisa memegang amanah..  Bisa memberikan rasa aman dan nyaman buat teman2.., serta menghasilkan hal-hal yang lebih baik dari pekerjaan ini…

Spionase…

detective-womanSekali lagi cerita tentang bidang studi yang aku pelajari saat mengambil strata 2..

Ada seorang teman di kantor.. Anggap aja namanya Pak Ahmad.  Pak Ahmad ini  PNS yang jam terbangnya jauh lebih tinggi dari aku..  Beliau bertugas di bagian personalia di kantor.  Beliau sedang diberi tugas untuk meng-update Daftar Urut Kepangkatan (DUK).  yaitu sebuah daftar PNS yang bekerja di satuan kerja yang disusun berdasarkan pangkatnya mulai dari yang paling senior sampai yang paling junior..  Salah satu data yang ada di DUK adalah histori pendidikan si PNS..

Naaaahhhh si Pak Ahmad ini tadi pagi nanya ke atasanku, orang kedua di kantor,  apa siyy sebenarnya sekolahku itu..  Karena dia baca di copy-an ijazah ku PORGRAM STUDI PENGINDERAAN JAUH.  Dia belum pernah liat ijazah dengan program studi itu sebelumnya..  So, beliau nanya apa itu Penginderaan Jauh…?

Bossku lalu menjelaskan kalo Penginderaan Jauh itu adalah suatu ilmu yang menggunakan citra satelit atau foto udara untuk mendapatkan informasi mengenai kenampakan yang ada di permukaan bumi.. dst dst dst..

Selesai boosku bicara, si Bapak itu lalu mengutarakan kesimpulannya…  “Jadi mbak Sondha itu belajar tentang SPIONASE ya pak….? “ Gubbbbbrrrrrraaaaaakkkkkk………………………………..!!!!

Oooooaaaallllaaahhhhh… bapak, bapak….!!!  Kok tiba2 aku teringat acting Tom Cruise di Mission Imposible…  Ingat James Bond juga..  Hehehe

Di-PHK….

Di-PHK.. ? Pemutusan Hubungan Kerja…? Siapa ? Tati ? Kapan..?

Kemaren siang, Jum’at 25 April siang Tati doundang untuk menghadiri acara Arisan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Unit kantor Tati yang lama… Ternyata istri pimpinan mengadakan acara perpisahan dengan anggota yang pindah tugas, Tati dan Evi… Evi terhitung Maret 2008 juga pindah ke Pemerintah Provinsi Riau, tapi akan bertugas di Kantor Perwakilan Pemerintah Riau di Jakarta.

Akhirnya setelah 5 tahun membantu2 di DWP, Tati akhirnya dilepas juga.., di-PHK juga… Hehehe.. Padahal dulu kalo pengen minta gantian dengan teman2 dalam mengurus, gak ada yang mau ngegantiin… Memang siyy kerjaan yang ini kerja sosial, menggkoordinir dan meladeni para anggota… Gak ada feedback dalam wujud materi… Tapi sebenarnya asyiikkk… Ada kepuasan tersendiri saat menjelang lebaran seluruh anggota bisa dapat paket lebaran, atau saat pertemuan bisa melihat para anggota yang hadir bisa menikmati makanan yang dihidangkan… atau senang melihat teman2 yang sedang bermasalah bisa tersenyum karena kita kunjungi..

Terima kasih ya teman2 sudah menjadi bahagian hari2 Tati selama ini… terima kasih juga atas hadiahnya yang cantik banget…

Wakil Rakyat….

Postingan ini, membuat Tati teringat akan pembicaraan beberapa waktu yang lalu dengan seorang senior, yang udah senior banget di dunia kerja baju coklat…

Ceritanya kita lagi ngobrol2 santai… Di tengah percakapan tentang pekerjaan, tiba2 beliau beralih topik tentang kemenangan kader suatu partai dalam pemilihan kepala daerah di suatu provinsi baru-baru ini. Partai itu adalah partai yang umumnya kader2nya adalah orang muda dengan latar belakang intelektual yang agamis.. Ya, kita sebut ajalah namanya partai A. Sebenarnya Tati maupun si senior bukan partisan partai tersebut. Apalagi Tati…, sejauh ini lebih memilih sebagai pekerja professional, belum terpikir untuk terlibat di organisasi politik manapun…

Senior : ‘Ndha.., terus terang saya salut sama kader2 dari partai A..

Tati : Kenapa gitu, pak…?

Senior : Saya melihat tingkah laku mereka, sopan betul, ‘Ndha. Kalau saya ketemu mereka, baik di rapat2 di DPRD tutur kata mereka itu ramah, santun… Luar biasa. Sementara kader2 dari partai B, yang saya aja pernah jadi pengurusnya.., masya Alloh.. Kerjanya bulak balik nelpon… Minta ini minta itu.. Punya duit dari mana saya? Emangnya saya ngerampok di kantor? Sesama kita tau lah berapa betul penghasilan kita sebagai pegawai negeri…

Tati : Ohh, gitu ya Pak?

Senior : Awak (Bahasa Melayu = kamu), macam tak tau aja..!! Sementara kader2 partai A yang duduk di DPRD, mereka itu mobil dinasnya ditinggal di kantor. Mereka tuh dari rumah ke kantor pake mobil pribadi. Nanti sampai di kantor, kalau ada acara kedinasan, baru pake mobil dinas. Luar biasa tak ‘Ndha di zaman begini…? Macam Sahabat2 Nabi.. Kalau ada masalah di masyarakat, mereka cepat turun ‘Ndha. Macam banjir kemaren, mereka stand by di situ.., nginap di posko2 banjir tuh ‘Ndha. Tak di tempat kita aja. Di daerah lain pun begitu saya dengar.

Ada salah satu diantara mereka itu anak teman saya, ‘Ndha. Meski dia udah jadi anggota Dewan, dia kalo ketemu saya di rapat2 kerja tetap aja menyapa saya dengan panggilan Oom yang santun benar. Salut saya ‘Ndha. Mungkin sekarang jumlah mereka masih sedikit di dewan. tapi kalo mereka kayak gitu dan tetap begitu, yakin saya semakin lama akan semakin banyak yang memilih mereka. Partai yang kader2nya suka minta2 uang ke eksekutif, yang gak perduli dengan masyarakat pasti akan ditinggalkan orang pada akhirnya. Yakin saya.

Tati : Mudah2an akan lebih banyak lagi anggota dewan yang santun dan berpikir tentang rakyat, ya Pak. Rakyat udah capek juga rasanya melihat dewan yang aneh2 kelakuannya.

Senior : Iya lah, ‘Ndha. Itu pun membuat kita yang di pemerintahan lebih tenang kerjanya. Tak dikejar2 macam rampok aja…

Percakapakan lalu berpindah topik…

Banyak2 Sabar…

Suasana di dunia baru agak2 melelahkan..

Keadaan di sini acap kali membuat kita serasa lagi di Texas.. Banyak cowboy dan jagoan berkeliaran tanpa peduli dengan aturan… Tinggal lah si pendatang baru terpongok bodoohhh… Dengan satu kalimat yang bulak balik berdengung di kepala… “Kok bisa begini…?”

Meski suasananya seperti di Texas, so far… buat Tati semua masih ok2 ajaaahhh… Karena Tati tuh mencoba melangkah di situ dengan sikap ramah, apa adanya dan friendly pada siapa pun, tanpa terkecuali. Jadi gak ikut2an jadi cowgirl.. Hehehe.. Para bapak2 dan ibu2 yang lebih duluan berada di dunia baru ini kayak2nya siyy bisa menerima sapaan dan senyuman Tati yang gampang mekar… Jadi ingat protes Tante Po : “Kakak itu terlalu ramah…” . Kalo Mama bilang, “Kamu tuh Siti Ramah, ya Nang…!!! Semua orang disapa, semua orang disenyumin..”. Hehehe…

Kalo masih bisa senyam senyum ke kiri dan kekanan, apa yang bkin sumpek…? Yang bikin sumpek, adalah suasana yang kaku dan gak jelas di area tertentu…

Ceritanya karena baru di tempat ini, Tati kan gak tau “kenapa begitu, kenapa begini”. Dalam kondisi yang serba tidak tau, Tati diperintahkan untuk melaksanakan beberapa pekerjaan.. Karena gak tau history dari terciptanya pekerjaan2 tsb, Tati lalu nanya sama yang tau dan berwenang tentang hal itu.. Tapi kalo ditanya, jawabannya selalu “gak tau..”. Kalo ditanya mana konsep dasar yang membuat pekerjaan itu dibuat, jawabnya “gak ada…, belum dibikin.. “. Kalo ditanya, mana hitungan yang membuat kerjaan itu bernilai sekian, jawabnya “dulu siyy kira2 aja…”. Ampyyyuuuunnnnnn, terus Tati mesti gimana doonnkkk…? Kok Tati seakan2 dilemparkan ke hutan rimba belantara… hiperbol mode on. Semua gelap dan gak jelas, mesti nyari jalan sendiri, tanpa dibekali compass…

Ajaibnya, kalo kita berdua lagi di depan orang yang lebih tinggi kedudukannya, terus Tati konsultasi tentang kerjaan2 tsb, orang tsb selalu bilang “dulu tuh ada, pak….!!!” atau apalah yang gak sesuai dengan jawaban yang diberikan saat Tati bertanya… Tati jadi bingung… maksudnya apa, ya? Padahal Tati gak ingin berburuk sangka…

Belum lagi jawaban “gak, ada…” dan “gak tau…” untuk berbagai pertanyaan lain yang menyangkut pekerjaan lain sehari2… Situasi ini bikin Tati bingung… Tati cuma berharap Alloh memberi Tati lebih banyak kesabaran untuk menghadapi sikap2 seperti ini.. Semoga orang tsb hatinya terbuka.. Semoga Alloh berkenan dan Tati bisa melalui ujian kali ini…

Mungkin orang itu gak ngerti kalo Tati sama sekali gak ingin jadi pelaksana kerjaan tersebut.. Tati udah berusaha menolak, tapi gak bisa.. Tati berharap orang itu mengerti kalo Tati dan dia adalah bagian kecil dari suatu system.., dimana kita harus bekerja sama agar system itu bisa berjalan dengan baik.. Membuat Tati sulit menjalankan apa yang diperintahkan pada Tati, artinya juga membuat jalannya system jadi tersendat2… Mudah2an pikirannya terbuka dan bisa melihat dengan perspektif baru…

Si Duren…

Setelah Tati berada di kantor baru sekitar 5 minggu, di ruangan Tati ada exodus baru lagi… He’s rather cute guy… Jangan geer buat yang merasa diomongin…!!! Cuma rather lho, gak absolutly cute..! Hehehe..

Susur telusur menyusur…, ternyata si anak baru ini juga mantan Preman Kompleks, cuma jauh lebih muda dari Tati.. sehingga saat dia berkeliaran di kompleks Tati udah keluar dari sana.. Tapi Tati kenal dengan kakak dan beberapa abang2nya..

But, he’s really dodol person, orang yang luwes banget, dan bisa membawa keriangan buat lingkungan sekitarnya.. Gak nunggu lama, hanya beberapa hari setelah masuk, dia mulai ngedodol.. Membuat suasana yang tadinya kaku jadi lebih menyenangkan… Membuat Yoto si penghuni lama bisa merasa lebih ringan, gak complaining all day, meski situasi belum berubah… Tapi at least, suasana yang terasa lebih santai akan membuat para penghuni ruangan bisa lebih tenang menghadapi situasi yang rada2 menyebalkan karena kaku dan tegangnya.. Hehehe.. Thank you ya Duren..

Kok dibilang Duren…? Iya, sangkin luwes dan dodol , si anak baru ini sangat PD akan “his good looking”. Hehehe… Jadi suka TP alias Tebar Pesona sama makhluk yang namanya perempuan di kantor… Yang dimanisin, semua yang bernama makhluk perempuan tanpa terkecuali termasuk para emak2, bahkan nenek2… (ada ya nenek2 di kantor kita…?) . Hehehe. Apa lagi para perempuan belia dan bedelau (bahasa Melayu : mengkilat) yang bertebaran di kantor.. Hmmmmmm….. Bisa2 mereka kelepek2 kaleee…. Kalo udah gitu, Tati suka ngeledekin kalo dia itu Playboy cap Tiga Duren (merk gretan alias korek api), disingkat Duren… Kenapa ? Karena gampang banget ngerayu… murah meriah gitu, kayak gretan…. Huahahaha.. Tapi kita semua ngerti kok, it’s just his way to please people around him… Kalo lebih dari itu, tenang aja… Kita pasti akan ngingat2in dia akan istri & 3 anak laki2nya.. Hehehe. Kalo gak juga mempan dibilangin…, hhhmmmm kita2 akan segera nimpuukkkin dia pake sendal jepit…!! Tati yakin Yoto, Mas Roy (yang kita bilang kembarannya… hehehe) dan kak Del akan dengan senang hati melakukannya. Hehehe…

Lucunya… Beberapa waktu yang lalu, saat Tati manyun sampai sulit tertawa karena diberi kepercayaan oleh atasan untuk bertanggung jawab atas sejumlah pekerjaan yang rasanya gak sanggup Tati laksanakan, si Duren ini selalu menggoda supaya Tati cheer up, gak manyun melulu…. and it worked… Thanks, buddy..!! Tapi saat ini, doski yang justru ketiban diberi kepercayaan yang berkali2 lipat dari Tati…., dan si Duren yang sekarang beneran manyuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuunnn…… abiz..!! Sekarang, giliran kita yang ngeledekin dia supaya tetap ceria….!! Mudah2an si Duren gak kehilangan kedodolannya yang telah menebarkan suasana santai di ruangan kerja ya… !! Mudah2an kita bisa tetap ketawa2 menghadapi situasi kantor dan beban pekerjaan, ya…

Btw, makasih sudah menghadirkan kegembiraan di lingkungan kita ya Duren…!!! Please, untuk tetap nge-dodol….!!!

Finally, I’ve got a line…

Waktu di kantor lama, jaringan internet bersebaran.. Di ruang kerja Tati aja yang di lantai 3 ada beberapa, termasuk di meja kerja Tati. Bahkan di lantai 1 dan lantai 2 tersedia fasiltas Wifi. Jadi begitu buka laptop, wuuuuzzzzz…..  langsung bisa surfing deeeehh..  So,dulu tiap hari begitu nyampe kantor, ritual Tati adalah ngeluarin laptop dan nyolok kabel internet….

Di kantor yang baru 2 bulan ini line internet ada, tapi terbatas. Di ruangan aja cuma ada di meja atasan langsung Tati dan di 3 pc yang di pake rame2.. Karena beban kerja cukup banyak, so pc di ruangan tersebut nyaris gak pernah nganggur karena selalu digunakan oleh adik2 yang disuruh ngetik berbagai surat dan data. So Tati tuh paling ngintip bentar kalo ada pc yang lagi gak dipake, dan Tatinya juga lagi gak ada kerjaan…

Tati baru benar2 bisa terkoneksi dengan dunia maya ini setelah nyampe di rumah… Rada sebel juga siyy karena jam kantor gak bisa ber-hai2 dengan teman2 sembari kerja… Rasanya garing di kantor ngadapin laptop 100% buat kerja aja.. Kok serasa tinggal di planet mana, gitu….

Naaaahhhhh….. hari ini Indra, salah seorang junior di kantor memberikan Tati kejutan… Apaan….? Indra narikin kabel internet buat ke meja Tati… Chiiiihhhhuuuyyyyy….!!! Alhamdulillah… Tati pasti akan lebih betah lagi duduk di meja kerja.. Karena bisa kerja sambil ngegosip dengan teman by YM.. Atau kalo jenuh bisa blog walking sejenak… Hmmmm.. hari2 ke depan di kantor kayaknya bakalan jadi lebih asyiik niyy…!!!

Thanks ya Indra… Kayaknya kita akan semakin menjadi teman baik niyy… Hehehe…

Onggok-onggok Lado…

chili.jpgOnggok-onggok lado…. ? Apa itu…? Ini bahasa Minang.. Bahasa yang banyak digunakan di kota tempat Tati tinggal, terutama dalam transaksi perdagangan di pasar2 tradisional…

Onggok artinya tumpuk.. Dionggokan artinya dtumpukan.. Saonggok artinya setumpuk.. Jadi ongok-ongok artinya tumpuk-tumpuk..

Lado artinya cabe…

Onggok-onggok lado artinya tumpuk-tumpuk cabe.. Di pasar2 di sini, selain dijual dengan ditimbang, cabe dijual dalam bentuk tumpukan (onggok-an). Saonggok itu dijual dengan harga berapa gituuu… Tapi kalo udah dibikin jadi onggokan, jangan dibongkar2 lagi… Kalo mau beli, silahkan pilih onggokan yang menurut kita bagus, lalu terima lah onggokan itu apa adanya, termasuk yang busuk2nya…

Nah yang Tati herankan kok hari gini masih ada orang yang mengusulkan budgeting seperti mengonggokan lado.. ? Gak pake analisis bagaimana kegiatan itu akan dilaksanakan, gak pake perhitungan teknis… Hari giniiii…..? Emang-nya duit emak bapak lu…? Lha, minta duit sama ortu aja mesti pake penjelasan kok mau digunakan buat apa… Lagian kan emang udah ada aturannya…

Dulu waktu ngurusin budgeting unit2 lain, kita udah biasa bersikap tegas agar usulan budgeting tersebut harus didukung perhitungan teknis… Kalo gak ada hitungan teknis, biasanya kita suruh bikin dulu. Kalo gak bisa juga, silahkan di-pending aja, dari pada bikin celaka.. Eh sekarang di depan mata yang muncul begini… Haayyyyyaaaaahhhh…..!!!! Pusing deh Tati ngeliatnya…. !! Kayaknya perlu dilakukan edukasi niyyy supaya tidak terulang lagi… Supaya di tahun2 yad gak musingin lagi…

Pic diambil dari sini

Masih tentang Dunia Baru

Boss Tati yang baru memang memberi Tati kesempatan untuk belajar supaya bisa tune in dengan dunia baru, dunia tentang kebudayaan dan pariwisata… Dunia Tati sebelumnya adalah dunia perencanaan secara umum. Klo pun dulu mengasistensi, unit2 yang dulu Tati asistensi bukan bidang kebudayaan dan pariwisata … Jadi Tati pindah ke dunia yang benar2 baru…

Sekitar 2 minggu yang lalu, Tati oleh boss diajak untuk hadir dalam suatu pertemuan dengan para penentu keputusan untuk mengekspose suatu rencana kerja tahun depan… Nah di pertemuan itu selain hadir para eksekutif, juga hadir para stake holders dan budayawan…

Di meja utama Tati melihat sesosok wajah yang rasanya pernah Tati lihat tapi gak tahu dimana.. Lalu saat beliau berbicara terdengar logat yang sangat Melayu dengan kosa2 kata yang jarang, bahkan beberapa di antaranya belum pernah, Tati dengar.  Tapi gak sulit memahami apa yang beliau maksud karena disampaikan dalam suatu konteks pembicaraan.. Ternyata beliau adalah salah satu budayawan Melayu yang ternama, Dr. Yusmar Yusuf.  Secara sebelumnya gak pernah terlibat di bidang ini, dan gak terlalu tahu dengan kebudayaan Melayu, nama2 para budayawan Melayu, gak ada dalam semesta pengetahuan Tati kecuali nama Pak Tenas Effendi yang saat ini sedang sakit di Malaysia.

Ternyata beliau juga adalah penggagas Malacca Strait Jazz, suatu konser musik yang mengawinkan musik jazz dan budaya Melayu… Ya ampuunnn, padahal beberapa bulan yang lalu di sepanjang jalan utama kota ini berjejer baliho tentang event yang satu ini. Waktu itu Tati pengen banget nonton tapi gak ada teman… Mudah2an di Malacca Strait Jazz yang akan dilaksanakan lagi di pertengahan tahun ini Tati bisa nonton ya…

Ada satu kata yang beliau sebutkan yang berkesan di kuping Tati..  Kata telajak..  T E L A J A K..  Ya, telajak.  Pernah dengar gak sebelumnya…? Ternyata kata itu berarti KEBABLASAN…  Ternyata kosa kata Melayu banyak yang belum Tati ketahui, meski hampir separuh umur tinggal di Tanah Melayu.., bahkan klo bicara dengan orang tua atau teman2 lama yang berdarah Melayu secara otomatis logat Melayu akan keluar dari mulut Tati…  Perlu belajar banyak niyy… Makanya mungkin dilemparkan ke dunia kebudayaan yang sebelumnya jauh dari semesta kehidupan Tati…  Hehehe.

Dalam diskusi yang dilakukan para orang2 penting yang hadir dalam pertemuan itu, beberapa pemikiran beliau sangat menarik menurut Tati.. Pemikiran bahwa di Riau seharusnya kita kembali mengembangkan konsep Reviera, dimana sungai sebagai nafas kehidupan masyarakat.. Karena memang sejarah di Riau berkembang di sepanjang aliran2 sungai, yaitu sungai Siak, sungai Kampar, sungai Rokan. Dimana seluruh kerajaan2 Melayu yang pernah ada di Riau berada di sepanjang sungai2 tersebut. Antara lain Candi Muara Takus, terdapat tidak jauh dari pinggir sungai Kampar Kanan, kompleks istana kerajaan Siak Sri Indrapura terletak di tepi Sungai Siak.

Kalau konsep ini dikembangkan, dimana sungai dijadikan “halaman depan” rumah, bukan “halaman belakang”, sungai2 kita akan kembali bersih, karena kan gak ada orang yang buang sampah di halaman depan rumahnya. Gak akan ada lagi pencemaran sungai.. Sungai akan kembali menjadi nafas kehidupan masyarakat, menjadi bahagian yang indah dari kehidupan masyarakat di Negeri Melayu ini… Kita akan berkembang tanpa kehilangan jati diri, tanpa lepas dari akar kita

Apakah kita atau anak cucu kita akan bisa melihat sungai yang tidak lagi keruh, dengan perahu2 berlayar indah menyusurinya…? Akan kah kita bisa melihat permukiman penduduk di tepian yang tertata indah, dengan segerombolan anak2 yang bermain air di sana? Akan kah konsep ini bisa diterapkan..? Atau kah akan hanya tinggal konsep yang terlupakan seiring waktu…?

Kok Background-nya Gak Biru…?

Pindah kerja artinya meninggalkan lingkungan lama dan ketemu lingkungan baru… Kenalan dengan orang2 baru, yang kita belum tau background-nya, sifat dan wataknya… Tapi ya justru di situ lah serunya.. seperti petualangan baru gitu… Bisa jadi di depan ada jegrukan yang bisa bikin kita jatuh.. Tapi bisa juga kita menemukan pemandangan yang menabjukan..: seseorang dengan hati yang indah yang bisa jadi sahabat kita…

Pindah kantor buat Tati artinya juga meninggalkan posisi di tempat yang lama, yg sudah dipegang bertahun2.. Tapi honestly buat Tati itu gak masalah.., karena jabatan itu kan amanah.. Itu bukan sesuatu yang absolut milik kita… Jadi, gak usah dipikirin kalo harus dilepas.. Toh ini kan resiko pilihan Tati.., sebuah resiko untuk memperoleh dunia yang baru yang insya Alloh membawa kebaikan bagi Tati…

tati9.jpgNah.. lucunya di saat Tatinya gak mikir tentang jabatan… Justru ada teman baru yang mungkin belum kenal Tati lebih jauh yang nyindir2… Hehehe… Karena Tati statusnya staff di kantor yang baru, jadi background ID card-nya warna kuning… Waktu ngelihat ID card Tati si teman baru bilang…

Teman Baru (TB) : Kok background photo-nya gak biru, kak? (Biru itu background photo buat yang megang jabatan struktural)

Tati : Maksudnya..?

TB : Iya biru, kan kakak esselon IV ?

Tati kaget mendengar kalimat yang yang terucap dari bibir si teman baru. Maksudnya apa ya…? Tapi Tati diam aja… Gak mau nanggapin “kalimat yang manis” ini… Gak yakin kalo teman baru ini gak tau kalo Tati ini di tempat baru masih berstatus staff. Mungkin teman baru ini belum “kenal” Tati.

Buat Tati, ini adalah ujian atas kemampuan mengendalikan emosi, ujian atas kesabaran…. Mudah2an bisa lulus dan naik kelas, ya…. Amin ya Rabbal alamin