Wisata di Pekanbaru

“Kalau berlibur di Pekanbaru enaknya kemana ya ?” adalah pertanyaan yang acap terdengar di kalangan penduduk Kota Pekanbaru.  Pertanyaan yang mungkin juga sering muncul dari wisatawan yang berkunjung ke Pekanbaru.

Pekanbaru yang berada di dataran aluvial (hasil sedimentasi)  dan tak jauh dari garis khatulistiwa, membuat iklim Kota Pekanbaru bisa dikatagorikan panas, gak cukup nyaman buat beraktivitas di ruang terbuka.  Tak heran kalau banyak penduduk Pekanbaru yang senang menghabiskan akhir pekan dengan ngadem di mall dan mall.

Kali ini diriku mau cerita tentang tempat yang bisa jadi alternatif tujuan wisata di Pekanbaru Ada ya? Ada donk!  Bahkan bisa dicapai dengan kendaraan umum busway.  Nama tempatnya, Taman Alam Mayang, lokasinya di Jalan Lintas Timur, Pekanbaru.  Sangat mudah untuk ditemukan.

Buat yang sudah lama tinggal di Pekanbaru,  Alam Mayang bukan lah nama yang asing.  Karena taman milik keluarga Badiun, yang berawal dari tempat mancing ini, memang sudah lebih dari 20 tahun dibuka untuk umum.

Dulu, hampir 20 tahun yang lalu, saat keponakan-keponakan masih kecil,  kalau diriku kebagian tugas momong di akhir pekan karena kakakku keluar kota, terkadang aku membawa mereka ke Taman Alam Mayang.  Cukup dengan berbekal beberapa paket nasi bungkus atau makanan kesukaan mereka, tikar, buku dan bantal-bantal plus mainan mereka.  Saat itu fasilitas yang tersedia di  Alam Mayang selain kolam pancing, hanya sepeda air berbentuk bebek-bebekan.  Jadi kalau ke sana kami mengisi waktu dengan baring-baring di bawah pohon sambil membaca, sedangkan keponakan-keponakan yang laki-laki mengisi waktu dengan bermain bola.

Setelah berbelas tahun tidak ke Alam Mayang, minggu lalu, aku dua kali ke sana. Kok bisa ? 😀

Kali pertama, hari Rabu sore sampai dengan Kamis pagi. untuk camping bersama keluarga besar L’ Cheese Factory (baca : Dream, Love and Family) toko kue milik kakakku.

Camping?  Di Pekanbaru yang puanasss…?  Yuppppssss…

Jadi ceritanya, untuk merayakan ulang tahun L’ Cheese Factory yang ke-5, seluruh anggota keluarga kami, management dan pegawai L’ Cheese camping bersama.  Kami menyewa tempat untuk camping di  Alam Mayang.  Kami dikasi lokasi lapangan rumput di tepi kolam.   Kemahnya ?  Kemah kami bawa sendiri, dengan menyewa 12 unit dari jasa penyewaan.  Tak jauh dari lokasi tenda tersedia toilet dan kamar mandi dengan kondisi bersih dan dalam jumlah yang cukup.  Juga ada mushola yang cukup representatif untuk melaksanakan ibadah sholat lima waktu.  Kami boleh menggunakan lapangan  di dekat lokasi camping untuk main bola dan berbagai aktivitas.  Bahkan diperbolehkan membuat api unggun.  Tentu saja tidak di lapangan berumput, melainkan di jalan tanah, di sekitar lokasi camping.

Makanan ?  Tentu saja tidak ada, kecuali counter ice cream dan cemilan yang buka hanya sampai sekitar  jam 6 sore.  So, kami ke sana membawa bekal lengkap.  Air mineral beberapa galon, makanan yang sudah masak untuk makan malam, berbagai cemilan dan minuman.  Tak lupa, mie instant, teh dan kopi.  Air hangatnya ?  Kami bawa kompor gas kecil lengkap dengan tabung gas yang juga kecil.  Kumplit pokoknya !!

Berapa biaya untuk camping di Alam Mayang?  Untuk tiket masuk orang dewasa dikenakan biaya Rp.18.000,-, anak-anak dikenai biaya Rp.12.000,-/orang.  Karena rombongan kami terdiri dari 38 orang dewasa dan 4 anak-anak (ramai yaaa !), kami dapat discount 20%.  Lumayan, banget !  Untuk penggunaan sarana toilet dan kamar mandi Rp.2.000,-/orang/hari,dan dihitung 2 hari, Rabu dan Kamis.  Sedangkan penggunaan lapangan untuk camping dikenai biaya Rp.1.000.000,-/hari.  Berapa harga sewa tenda? Rp.25.000,-/unit/hari.

Camping di Alam Mayang sungguh bisa menjadi liburan yang menyenangkan, karena udaranya bersih dan segar.  Lingkungannya juga aman, bahkan cucu-cucu bisa bebas berlarian dan naik sepeda.  Apa lagi di hari Rabu sore sampai kamis pagi hanya kami yang memanfaatkan  Alam Mayang.  Kalau pagi hari, seperti hari Kamis itu, setelah jam 8 pagi banyak rombongan anak TK beserta guru-guru dan pendampingnya bermain di sini.  Kayaknya selain anak-anak bisa bebas bermain di ruang terbuka, banyak juga yang menikmati fasilititas mini outbond yang tersedia.

Buat diriku… Semalaman aku malah tidur di luar tenda.  Rasanya nikmat banget bisa tidur di udara yang kaya oksigen.  Bangun-bangun lengan yang tersingkap saat tidur sudah meriah dengan titik-titik bekas gigitan nyamuk.  Hahahaha.  Semoga tidak baik-baik aja.  Oh ya, untuk mengantisipasi serangan nyamuk, kami membawa cairan minyak serai.  Akunya aja yang bandel, malas makai.. 😀

Kali kedua minggu lalu ke  Alam Mayang adalah hari Minggu, tanggal 19 Maret 2017.  Kunjungan ini khusus untuk mengantarkan, Bang Harry dan Aufaa, yang ingin menikmati aneka permainan di Alam Mayang yang sudah mereka lihat hari Rabu sore, tapi gak dioperasikan.

So, jadilah kami kembali ke Alam Mayang.  Tapi kali ini hanya berbekal alas duduk, nasi bungkus untuk orang dewasa, paket fried chicken buat bang Harry dan dek Aufaa, plus cemilan serta sepeda bang Harry dan sepeda dek Aufaa.  Setelah makan, bang Harry dan Aufaa ditemani ayah dan bunda menikmati permainan, termasuk naik motor (kata bang Harry, “Itu bukan motor, Pung,  tapi ATV !).  Kami bahkan beramai-ramai naik mobil terbuka yang disediakan pengelola Taman Alam Mayang, berkeliling taman.

Oh ya.. ini ada vlog Bang Harry dan dek Aufaa nak motor ehhh ATV di Alam Mayang.

Seruuu kan ?

Taman Alam Mayang memang bisa jadi alternatif buat berwisata di Pekanbaru, terutama bagi warga kota yang berlibur tanpa keluar kota.***

1 Minggu 1 Cerita #9

Penang Trip, A Plan…

Buat orang Medan, Penang itu adalah tempat berobat, sebagaimana Malaka bagi orang Pekanbaru…  Ya, kedua kota itu memang menyediakan jasa layanan kesehatan yang baik, sehingga menjadi alternatif bagi orang-orang di kedua kota tersebut yang tak puas atau ragu dengan pelayanan kesehatan yang ada…

Penang

@ Bayan Lepas Int’l Airport

Kok milihnya Penang untuk tujuan perjalanan di long weekend plus  cuti 4 hari kali ini…?  Kesannya gak cinta Indonesia…  Kan banyak daerah di Indonesia yang juga menarik…?? 😀 Apa mau lihat-lihat layanan rumah sakit di sana, karena sekarang bekerja di bagian manajemen rumah sakit….?  Enggak… Sama sekali enggak… 😀

Terus kenapa milihnya Penang…?

Karena aku belum pernah ke Penang…   Emang kenapa kalo belum pernah ke Penang….??  Enggak kenapa-napa…  Tapi, sekitar tahun 1997, saat aku baru jadi PNS dan ditugaskan mencatat surat-surat masuk, aku melihat sebuah surat undangan semacam kegiatan konferensi untuk Kepala Bappeda Kotamadya Pekanbaru, (saat itu masih Kotamadya istilahnya, setelah otonomi daerah istilahnya sudah Kota).  Di salah satu booklet yang dilampirkan di undangan tersebut dinyatakan seperti ini leih kurang :

“Kenapa orang harus datang ke Penang…? Karena di  Penang banyak sekali bangunan-bangunan tua yang cantik… Yang dibangun Cina Peranakan, Pemerintah Kerajaan Inggris, komunitas India, dan juga Melayu.  Bangunan-bangunan tua yang tetap terjaga dan cantik.. Daerah dengan kekayaan budaya  karena merupakan culture pot…”

Insight Guide

Insight Guides

Statement saat itu terekam dalam benakku…  Berkunjung ke Penang adalah sebuah keinginan, yang tetap tersimpan hampir 20 tahun…

Keinginan untuk pergi ke Penang bertambah setelah membolak balik buku Insight Guides  South East Asia pemberian bou Susan Rodgers saat kami bertemu bulan Juni 2013 yang lalu..

Kesempatan untuk pergi ke Penang akhirnya muncul saat aku lihat ada hari libur hari Senin tanggal 8 Februari 2016..  Libur hari senin artinya, long weekend..  Supaya punya waktu agar longgar, aku mengajukan cuti pada hari Sabtu tanggal 6 Februari, hari Selasa – Kamis, tanggal 9 – 11 Februari. Total 4 hari.. Itu   jatah cuti tahun 2015 yang belum diambil…

Karena aku merasa lebih nyaman tidak  jalan sendiri ke tempat yang baru,  aku mengajak adikku Ivo..Delapan tahun yang lalu,  Ivo pernah tinggal di Kedah sekitar 2 tahun, jadi Penang bukan daerah yang asing buat Ivo..  Kami lalu menanyakan apakah Papa mau ikut dengan kami…  Papa mau banget…, apa lagi saat Ivo bilang, kakak pengen ngeliat-liat museum dan heritage di Penang…

Perjalanan yang aku dan Ivo rencanakan  adalah perjalanan ala backpacker…  Murah meriah, dan seru..  Sebelum berangkat, aku dan Ivo melakukan beberapa persiapan…

Pertama-tama, Aku harus mengurus perpanjangan passportku yang habis masa berlakunya pada   bulan Oktober  2015.  Ivo juga. Aku mengurus passport secara online..   Untuk urusan yang ini, nanti daku buat postingan sendiri aja yaa..  Yang jelas biayanya gak mahal, Rp.360.000,-, termasuk biaya adinistrasi bank.

Lalu aku memesan tiket Pekanbaru – Medan untuk hari Jum’at tanggal 5 Februari 2016.   Dapat tiket di harga Rp.1.060.900,-.  Harga tiket peak season.. Menjelang Imlek, jalur penerbangan Pekanbaru  – Medan memang selalu penuh, karena warga Chinese di Kota Pekanbaru dan sekitarnya sebagian besar adalah Chinese dari Medan, mereka biasanya pulang ke Medan untuk family gathering..  Untuk tiket pulang tanggal 11 Februari, aku dapat di harga  Rp.498.000,-

Tiket Medan – Penang pp untuk aku, Ivo dan Papa, diurus oleh Ivo. Kami dapat tiket Air Asia, untuk 3 orang pulang pergi, harganya lebih kurang Rp.2.700.000,-  Berangkat tanggal 6 Februari jam 08.30 WIB, dan pulang tanggal 9 Februari jam 09.00 PM waktu Penang.  Oh ya, kami mengambil non bagage tiket.., karena kami rencananya hanya membawa 2 koper untuk dibawa ke cabin saja..

Untuk akomodasi, aku mencari alternatif  di agoda.com.  Karena daerah yang ingin kami jelajahi adalah ibukota Pulau Penang, Georgetown, dan karena rencana awal 2 ponakanku Aldy dan Ananda juga akan ikut, aku mencari pengnapan di daerah Georgetown yang menyediakan family room.  Dan aku menemukan Me.n.U.Cafe & Lodge.  Untuk berjaga-jaga, takut tak merasa nyaman, aku hanya mereserve untuk 1 malam saja..  Biayanya RM 210, sekitar Rp.630.000,- (2 hari sebelum kami berangkat, rate 1 RM = Rp.3.310,- )

Apa saja yang aku bawa untuk perjalanan 4 hari tersebut….?

Untuk pakaian, di koper aku hanya membawa 2 buah rok,  satu warna biru tua, satu ungu muda.. 5 buah blus.. 1 manset buat blus ungu yg tipis, 5 buah legging, plus pakaian dalam secukupnya..  Untuk alas kaki, aku hanya bawa 1, sepatu keds pinky ….  Tidak bawa yang lain.., karena tidak ada ruang di koper untuk itu..   Pakaian dari Pekanbaru, ditinggal dan dicuci di Medan..

Untuk dokumentasi, aku membawa kamera SLR dan juga kamera pocketku yang sudah bertahun-tahun memberikan hasil memuaskan.. Aku juga membawa tongsis, untuk memudahkan klo ingin ber-selfie atau ber-wefie.. Selain itu aku juga membawa si lapie, untuk memudahkan berbagai urusan..  Tak lupa, aku juga membawa si buku Insight Guide.. Mereka semua dikemas dalam si backpack hejo..  Sedangkan untuk tiket, passport, dompet dan telepon, aku menyiapkan sling bag kecil..

So…, semua persiapan ke Penang sudah okay.. Cerita perjalanannya.., di next post ya teman-teman..

L Cheese Family Gathering di Echo Valley

Tanggal 16 Maret 2015 yang lalu adalah hari ulang tahun berdirinya L Cheese Factory, a premium cheese cake shop di kota kami, Pekanbaru.  Tahun pertama ulang tahun toko diadakan di L Cheese.. Tahun lalu, tahun kedua, acara ulang tahun diadakan di Grand Ballroom Hotel Aryaduta, dengan mengundang vendors dan customers untuk makan malam..

L Cheese 2nd Anniversary

L Cheese 2nd Anniversary

Naaahhh… untuk ulang tahun ketiga ini, kakak ku jauh-jauh hari udah bilang kalo ulang tahun ketiga L Cheese akan dirayakan bersama karyawan, dalam bentuk liburan sama-sama plus outbound.  Dan kakak ku sudah wanti-wanti agar aku menyisihkan waktu agar bisa ikut..  Baik laahhhh… 😀

Liburan kemana…? Ke Lembah Harau, di tepi Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Lembah yang dikelilingi tebing-tebing yang cantik dengan beberapa titik air terjun.  Di lembah itu ada resort yang bernama Echo Valley. Kenapa namanya Echo Valley alias lembah bergema…? Karena di seberang jalan masuk ke Echo Valley Resort terdapat dinding tebing yang kalau kita berteriak di depannya, suara kita akan bergema… Aaaaaaaaaaaa….. Uuuuuuuuu….. 😀   Diriku sebenarnya pernah ke tempat ini awal tahun 2010 saat liburan bareng sahabat-sahabatku, para mantan preman Sosek tahun 1988 – 1992-an,  tapi saat itu gak masuk ke Echo Valley.  Hanya singgah dan putu-putu… Kami saat itu nginap di Bukittinggi..

L Cheese Family Gathering

L Cheese Family Gathering

So…, tanggal 15 Maret 2015 jam 06.30, halaman rumah kami yang sebagian sudah dialihfungsikan menjadi L Cheese Factory sudah ramai dengan karyawan L Cheese, plus Deni dan teamnya dari Optima, yang akan mengurus outbound…  Sekitar jam 09-an, setelah ice breaking, rombongan yang berjumlah sekitar 43 orang berangkat dengan menggunakan satu bus..  Sementara ponakan ku #3 Olan plus istrinya Lianda Marta, menyusul sore hari, karena ada kegiatan lain yang harus mereka hadiri terlebih dahulu..

Kami sampai di Lembah Echo sekitar jam 04 sore, setelah perjalanan penuh warna.. Hehehe…  Iya penuh warna.., karena supir bus yang kami hire ternyata butuh pembinaan tentang Sapta Pesona.  Si supir berlaku seenaknya terhadap kami.   Dia merokok di dalam bus, tanpa perduli terhadap kenyamanan, kesehatan penumpang yang dia bawa.  Dia gak perduli di dalam bus itu ada bang Harry dan Aufaa yang masih balita, yang daya tahannya tentu belum seperti orang dewasa.

Bahkan si supir tidak mau menghentikan bus untuk berhenti di restoran Terang Bulan di Lubuk Bangku, yang menjadi pilihan kami untuk makan siang.  Alasannya, bus yang dia bawa harus makan di restoran yang berlokasi di seberangnya.   Hellooowwww…  Dia pikir dia bawa bus dengan penumpang umum, dimana supir punya kekuasaan mutlak untuk mengatur dimana dan kapan mau berhenti.  Kalau kami gak mau ikut kemauannya, dia tetap akan parkir di depan restoran pilihannya tersebut, dan kami dipersilahkan untuk menyeberang.  Untuk teman-teman ketahui, jalan yang harus kami, 43 orang termasuk 2 anak balita, itu adalah jalan lintas Sumatera yang lalu lintasnya padat, terutama di akhir pekan.  Sumpe gw pengen nabok…..!!!!

Echo Wall & Terang Bulan

@ Echo Wall & Terang Bulan

Tapi hikmah dari berurusan dengan supir yang belum tersentuh Sapta Pesona itu adalah, kalau kita akan menyewa bus, harus bikin kontrak yang jelas dengan pemilik bus, atau travel yang menyediakan jasa penyewaan bus. Lengkap dengan uraian tentang waktu penggunaan, kondisi bus yang kita inginkan, etika supir dan kernet yang kita kehendaki, serta konsekuensi kalau salah satu pihak melakukan pelanggaran terhadap perjanjian.

Lanjut ke cerita perjalanan…  😀

Karena tinggi bus kami melebihi portal di  jalan masuk lembah Harau, rombongan kami harus berjalan kaki sekitar 500 -800 meter untuk sampai ke Echo Valley Resort.  Buat kami para Ompung-ompung, pilihannya naik ojeg..  Jadilah diriku dan kakak-kakakku naik ojeg. Khusus diriku ada bonus…, gendong Aufaa, putra kedua Parlin, keponakanku, yang baru berusia 14 bulan saat itu.  Jadi aku rada-rada bawel deh sama si abang ojeg.. Hahahaha…

Echo Valley Resort nyaris gak terlihat dari jalan raya…  Hanya ada sebuah bangunan kayu di bahagian depan, yang berfungsi sebagai front office.. Namun tak terlihat pertugas yang ready..  Performancenya memang tak seperti hotel berbintang atau resort-resort di destinasi wisata terkenal..  Tak nampak petugas berseragam…  😀 Sehingga kita tak bisa mengenali yang mana petugas resort.. Selama kami menginap di situ, hanya satu wajah yang saya kenali..

Echo Valley

Echo Valley

Dari tepi jalan, untuk sampai ke resort kita harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak… , atau kalau agak-agak berani naik motor tukang ojeg atau petugas hotel.. Kenapa aku bilang agak-agak berani…? Karena lumayan curam… 😀

Echo Valley

Echo Valley

Tapi, begitu melalui jalan masuk yang menanjak, kita akan menemukan kejutan… Kejutan apa….? Resort yang nyaman…

Echo Valley

Echo Valley

Ada 4 bangunan besar yang langsung muncul di hadapan.. 2 berbentuk rumah gadang, 1 bangunan yang membuat kita berpikir tentang Spanyol atau negara latin, dan satu bangunan dengan desain minimalis…  Selain itu ada beberapa bangunan-bangunan yang lebih mungil..  Oh ya…, kita juga akan menemukan meja kayu dan 2 buah bangku kayu tanpa sandaran yang nyaman di bawah pohon rindang, plus sebuah lingkaran dengan tempat api unggun di tengahnya…

Echo Valley

Echo Valley

Ya, ini memang resort yang alami… Beda dengan resort-resort di Bali, yang cenderung lux..  tapi tempat ini nyaman banget… bahkan di siang hari, saudara-saudara tua, alias monyet akan muncul dan berkeliaran di sekitar bangunan..  So, jangan ninggalin barang sembarangan kalau gak mau dilariin saudara tua.. 😀 Meski resort ini lebih alami dibanding resort-resort di destinasi wisata yang lain, tapi fasilitas kamar, berupa tempat tidur dan kamar mandinya bagus.., kecuali mungkin di pondok-pondok yang kecil, yang sempat diriku intip pagi-pagi di hari kedua..  Ada air hangat…  Lantai kayu untuk rumah rumah dan kamar-kamar..  Soal harga dan contact person, teman-teman bisa lihat di web yang ini

Echo Valley

Echo Valley

Kalau teman-teman mau ke sini, jangan lupa harus bawa ransum yang cukup… karena lokasinya relatif yang remote dari kota, membuat makanan tak mudah ditemukan.. Pihak resort menyediakan sarapan, untuk lunch atau dinner ada by order.  Menunya standard..   Jangan lupa juga bawa sesuatu untuk mengatasi ulat bulu yang senang hadir di sekitar kita, akibat rindangnya pepohonan…  😀 Terus kami ngapain aja di sana… ?

Hujan di Echo Valley...

Hujan di Echo Valley…

Sore hari setelah sampai… Kami duduk-duduk di teras rumah Spanyol… Menikmati udara yang segar plus sejak karena hujan lebat… Ngobrol sambil mengawasi bang Harry dan Aufaa yang “merdeka” mundar mandir…  Bahkan Aufaa (saat itu berusia 14 bulan) yang berjalan aja masih belajar, sudah bulak-balik manjat tangga mezzanin yang ada di kamar tidur..  😀

@ Echo Valley

@ Echo Valley

Malam hari, kami makan di ruang makan, bangunan minimalis yang nampak di foto di atas.. Makanannya standard… Setelah selesai makan malam, menjelang jam tanggal 16 Maret 2015, dimulai acara ulang tahun L Cheese yang ketiga.. Acara dilakukan di ruang makan…, gak bisa disekitar api unggun, karena hujan terus sampai menjelang pagi..  Sayang, mataku saat itu benar-benar gak bisa diajak kompromi… Diriku tidur dengan nyenyak, meski sudah dibangunkan berkali-kali…  😀  Aku baru bangun sekitar jam 02 pagi.., kembali bergabung dengan keluarga, menikmati mie instant cup.. Untuk urusan mie instant ini, kakak ku sudah menyiapkan bekal 1 kardus besar, dan membawa kompor gas kecil, lengkap dengan panci untuk masak air dan tabung-tabung gas kecil.. 😀 Pesta mie cup usai sekitar jam 03 pagi..

@ Echo Valley

@ Echo Valley

Pagi hari…, kami menikmati sarapan yang disediakan pengelola Echo Valley..  Setelah acara foto-foto dan santai-santai sejenak, acara outbound dimulai..  Kami para ompung-ompung menunggu dan menyaksikan dari teras rumah Spanyol, sambil mengurus cucu-cucu..  😀  Sekitar jam 12-an, acara outbound dilanjutkan di air terjun yang ada tak jauh dari hotel.., sekitar 2 km.  Untuk ke sana, kami menggunakan mobil yang dibawa oleh ponakanku # 3, Olan, plus dibantu mobil pengelola resort.  Outbond selesai sekitar jam 15an.. Kami kembali ke resort, bersih-bersih, lalu kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan dengan makan malam di Bukittinggi..

L Cheese

L Cheese Big Family

Serunya family gathering keluarga besar L Cheese Factory.. Semoga outbound-nya bisa membuat Tim L Cheese bekerja dengan lebih baik, lebih kompak, agar L Cheese bisa memberi kebahagian yang lebih bagi customer dan semua pihak yang terkait dengan L Cheese…

L Cheese AnniversaryHappy 3 rd Anniversary, L Cheese… 

Semoga banyak kesuksesan dan kebahagian di tahun-tahun mendatang…

L Cheese Factory…, Make your heart say “cheese”

Dream, Love and Family

DREAM, LOVE AND FAMILY  adalah filosofi  L’ Cheese Factory, toko kue milik kakak ku, Lintje Siregar..

L CheeseBuat diri ku dan keluarga, L’ Cheese Factory, yang L’ nya diambil dari nama kakaku ku Lintje, merupakan pencapaian yang luar biasa…

Why, why, why…..???  Karena seingat ku, dari sejarah keluarga kami yang aku tahu, dalam 3 generasi, tidak ada yang punya toko… Apa lagi toko kue.. 😀  Opung kami adalah para pendidik.. Generasi orang tua kami adalah para birokrat, demikian juga aku, dan kakak ku sebelum beliau pensiun..

Tak pernah terbayangkan rumah kami menjadi toko kue, tempat nongkrong anak muda, bahkan ada live music setiap sabtu malam..

L cheese1aTeras rumah yang dulu tempat duduk-duduk keluarga di pagi dan sore hari sudah menjadi tempat duduk-duduk customer 😀 Demikian juga ruang tamu.  Garasi mobil sudah menjadi tempat display produk, counter kasir dan juga tempat customer duduk santai menikmati produk yang mereka pilih… Ruang kerja, tempat aku dan para ponakan les dengan memanggil guru ke rumah,  yang posisinya di belakang garasi, bersama ruangan yang dulunya dapur bersih sudah menjadi ruang garnish.. Gudang tempat persediaan amunisi, alias penyimpan bahan makanan, sudah menjadi ruang kerja team marketing..  Ruang makan ramai-ramai yang menyatu dengan dapur sudah jadi tempat kerja pegawai toko, tempat menyimpan case-case besar stock produk dan bahan.  Kamar si mbok yang dulu juga merangkap ruang penyimpanan pecah belah peninggalan alm Ibu, sudah jadi ruang produksi dan tempat stock barang.  Ruang musik di halaman belakang rumah, sudah menjadi ruang produksi khusus buat wedding cake dan special order. Bahkan sebagian ruang keluarga dipakai untuk staff accounting bekerja… 😀

Terkadang bila aku habis bepergian, lalu pulang ke rumah tempat aku dibesarkan, dan melihat teras rumah ramai, terlintas di pikiran ku, “Siapa orang-orang itu…? Ngapain pada duduk-duduk di teras rumah kami…??” Hahahahaha…

L’ Cheese Factory bermula dari kakak ku yang ingin membangun usaha setelah beliau pensiun, setelah berkarir sejak muda di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau, berpindah-pindah  dari satu instansi ke instansi.  Bermulai dari instansi yang menerbitkan izin usaha pada tahun 1980-an, dan persiun di Badan Arsip dan Perpustakaan.  Beliau nyaris tak punya keahlian yang cemerlang, tapi suka dan cinta sekali dengan dunia memasak…

Saat aku kecil, kue lebaran di rumah kami adalah hasil kerjaan beliau, dengan mengerahkan bala bantuan dari teman-temannya dan juga orang-orang yang bekerja di rumah..  Saat aku SMA, teman-teman ku senang sekali kalau ke rumah.., karena selalu ada makanan, selalu ada kue yang enak..  Bahkan terkadang teman-teman perempuan ku dengan jail bilang pengen belajar bikin kue, padahal itu hanya alasan agar bisa menikmati cake-cake lezat buatan beliau..  Hahaha…

Di rumah tak pernah tidak ada tepung, gula, dan bahan  kue… Tak pernah juga sepi dari loyang-loyang, mixer dan oven  😀

Sepertinya, punya Mama yang gila memasak, bahan kue yang selalu ada, membuat Ira, putri  bungsu kakak ku juga jadi senang memasak..  Ira bahkan memutuskan untuk tidak mau sekolah “normal” seperti Mamanya, aku dan 2 abangnya, Parlin dan Olan. Dia memilih tidak mengikuti mainstream.., mengambil jurusan Pastry di Sekolah Perhotelan.  Ira merupakan anggota keluarga yang kedua, yang tidak mengikuti mainstream.. Yang pertama Nanda, anak kakak ku yang nomor dua.  Dia memutuskan untuk mengambil Sinematografi di IKJ, setelah bertahun-tahun, kalau ditanya mau jadi apa, jawabnya cuma satu “Kami mau jadi sutradara”

Setelah melalui proses yang tidak pendek, dan aku tahu tidak mudah…, bulan Maret 2012 kakak ku memulai usahanya.  Dengan hanya menggunakan garase rumah yang direnovasi sebagai tempat jualan, dan dapur bersih sebagai tempat produksi..  Beliau membuat sendiri cake yang akan dijual.   Parlin, putra sulungnya, dan Typhany, istri Parlin,  mengurus manajemen toko sekaligus menjadi penjaga toko..  Ira sebagai pembuat resep untuk produk-produk yang akan dijual..

L cheese2aProduk yang dipilih kakak ku PREMIUM CHEESE CAKE. Pilihan iItu dilakukan dengan pernuh pertimbangan, pasti.  Semua bahan yang digunakan merupakan bahan pilihan, diproses  secara cermat dengan  mengunakan peralatan yang terbaik, serta dengan pengawasan yang ketat untuk menghasilkan produk terbaik.  Bahkan untuk kepuasan dan ketenangan hati  konsumen, sejak awal usaha telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan dan sertifikasi halal oleh LPPOM MUI Provinsi Riau.

Kak Lintje mengenang,  saat awal usahanya dengan ucapan “Kalau ada orang yang beli 1 slice cake aja, rasanya sudah senang sekali.. Kalau orang itu makan di tempat, rasanya deg-degan menunggu komentar si pembeli.” 😀

Waktu berjalan….  L’ Cheese Factory sudah hampir genap 3 tahun…  Kak Lintje tidak lagi harus mengerjakan sendiri seluruh proses produksi, tapi beliau mengawasi dan terkadang ikut mengerjakannya.   Yang terlibat dalam pengelolaan toko bukan lagi hanya Parlin, Ira dan Typhany.. Nanda, yang lulusan IKJ dan sempat kerja di production house untuk pembuatan iklan produk, dan Olan, anak nomor 3, yang sempat kerja di salah satu bank di Pekanbaru, memutuskan untuk full time bergabung dengan L’ Cheese dan mengambil peran sesuai dengan studi dan pengalaman kerja masing-masing.  Nanda mengurus marketing, Olan mengurus finasial.  Bahkan pada akhir Tahun 2013, L’ Cheese Factory mendapatkan penghargaan UMKM award dari Bank Riau Kepri, bank milik Pemerintah Daerah Provinsi Riau yang memberi dukungan pada awal usaha.  Alhamdulillah Tahun 2014, L’ Cheese Factory tak bisa lagi ikut dalam seleksi UMKM award yang diadakan bank tersebut, karena sudah tidak tergolong dalam Usaha Mikro lagi  😀

Anugrah UMKM a

Satu hal yang kak Lintje bilang berkali-kali ke diri ku, “JANGAN TAKUT MENGHADAPI PENSIUN”.  Tapi tentu saja bukan tanpa persiapan..  Bekerja, sambil meningkatkan keterampilan di bidang yang menjadi passion kita adalah hal yang HARUS DILAKUKAN.. Juga menyiapkan anak-anak dengan memberikan kesempatan bersekolah sesuai dengan passion mereka adalah hal yang terbaik yang bisa dilakukan, bagi anak-anak, sekaligus bagi diri kita sebagai orang tua.

Seperti  Nanda bilang ke aku… DREAM artinya berani bermimpi dan berjuang mewujudkannya..  LOVE, melalukan hal-hal yang merupakan passion, seperti kak Lintje dan Ira yang mempunyai passion sangat kuat terhadap cooking, serta FAMILY, menjalankan bisnis dengan melibatkan keluarga dan value yang ada di keluarga..

So,  L’  CHEESE IS NOT JUST A CAKE SHOP, IT’S ABOUT DREAM, LOVE AND FAMILY…

L Cheese 2nd Anniversary

d Family on L’ Cheese 2nd Anniversary

So Guys, Kalau sedang berada di Pekanbaru,  come to L’ Cheese…  You are gonna  feel how the Dream, Love of cooking, and value of Family can MAKE YOUR HEART SAY CHEESE...

Simarjarunjung dan Tanah Karo Trip

Apa itu Simarjarunjung….?  Apa itu Tanah Karo..?

Simarjarunjung itu nama sebuah daerah di tepi Danau Toba, yang termasuk Kabupaten Simalungun.. Kata Papa, daerah Saribu Dolok, alias seribu bukit.. Sekitar 123 km dari Medan, ibu Kota Provinsi Sumatera Utara….   Daerah ini merupakan destinasi pariwisata yang tidak seramai Parapat..   Lebih sepi… Tak ada hotel-hotel, seperti yang berserakan di Parapat dan sekitarnya…  Jalur ini terkoneksi dengan Tanah Karo, di daerah Tiga Panah…

Tanjung Unta 1a

@ Tanjung Unta

Menyusuri jalur ini sebenarnya sudah lama aku idam-idamkan…  Sejak tahun 1993-an….  Saat aku bersama Papa, alm Mama dan adik ku Noy jalan-jalan ke Parapat, dan di perjalanan Papa bercerita tentang jalur tersebut…  Tapi karena kesibukan, kami tak sempat-sempat melakukannya..

Pardede Cottage a

@ Pardede Int’l Cottage – Parapat

Aku akhirnya menyusuri jalur ini pada bulan September 2014.. Dalam perjalanan kembali ke Medan setelah mengantarkan alm Mama ke tempat peristirahatannya di kampung kami, Sibadoar – Sipirok.  Kami sengaja pulang sambil berjalan-jalan untuk meringankan hati Papa, dan juga hati kami yang kehilangan alm Mama..,   Kami berangkat dari Sipirok hari Sabtu 20 September 2014 setelah magrib.. Kami sampai hari Minggu, 21 September 2014 jam 02 pagi di Parapat, dan menginap di Pardede International Cottage, yang berada di tepi Danau Toba.. Pagi hari, setelah sarapan, dan santai-santai sejenak..  Aku, Papa, David, Uli,  Ivo plus supir meneruskan perjalanan menuju Simarjarunjung

Tanjung Unta a

@ Tanjung Unta

Jalur ini memang memanjakan mata… Sepanjang mata memandang, warna yang dominan hijau dedaunan, birunya langit dan air Danau Toba.. Cantik… Kita juga bisa melihat apa yang Papa bilang Tanjung Unta..,  perbukitan yang menjorok ke Danau Toba dengan bentuk seperti punggung binatang unta..  Tak banyak pemukiman yang kami temui… Jadi jangan berharap ada tempat bisa duduk-duduk, sekedar untuk minum teh atau kopi…

ikan mas a

Ikan mas raksasa.. 😀

Dalam perjalanan kami melihat ada sebuah bangunan yang unik, berada di tengah-tengah kebun kopi.. Bentuknya seperti ikan mas.. Besar… Aku dan adikku Ivo, sengaja turun dan menghampiri tempat itu.. Tapi tak ada apa-apa.. Hanya bangunan yang tak terurus…, belum selesai pula… Enggak tau niatnya mau dijadiin apa..Sayang yaa..

Simarjarunjung a

@ Simarjarunjung – Saribu Dolok

Setelah berjalan sekitar 1 jam 30 menit, kami akhirnya sampai di daerah Simarjarunjung, udaranya sejuk… Pemandangan danau Toba yang hampir ditutupi kabut begitu cantik…  Beda memang dengan pemandangan dari Parapat… Di daerah Simarjarunjung ada tempat yang namanya Bukit Simarjarunjung.. Tempat kita bisa melihat the best view..

Simarjarunjung2a

@ Bukit Simarjarunjung

Di sini juga ada sebuah restaurant, yang diresmikan oleh alm Raja Inal Siregar, saat beliau masih menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara..  Restaurant yang sepertinya direncanakan menjadi resto international ini punya pemandangan yang indah dari jendela-jendelanya..  Tapi mungkin karena omzet yang tak terlalu besar, karena tak banyak pengunjung, penataannya ya so so..  Penataan ala tahun 1980-an…  Padahal makanan yang dihidangkan rasanya lumayan.. Apa lagi saat lapar dan udara dingin… 😀

Setelah perut kenyang…, mata pun puas memandang…, kami melanjutkan perjalanan…, menuju Tanah Karo, ke daerah di sekitar Kota Brastagi, melalui  daerah Tiga Panah.. Gak tau apa artinya.. Yang jelas di Tanah karo ini ada beberapa daerah yang juga bernama Tiga.., antara lain Tija Jumpa, Tiga Binanga.  Tiga Binanga itu sebuah kota kecil di lintasan Medan – Aceh Tenggara.  Alm Ibu dan keluarganya sempat tinggal di situ saat orang tuanya bertugas menjadi guru di sana..

Kebun strawberry a

@ Kebun strawberry, Tongkoh, Brastagi

Di Tanah Karo ini kami ke daerah yang bernama Tongkoh…   Menurut Ivo, adik ku yang salah satu usahanya adalah pupuk organik, Tongkoh ini merupakan daerah pertanian.., dan di sana juga ada kebun strawberry.. Jadi gak cuma ada di Lembang – Bandung dan di Bedugul – Bali…  Kebun strawberry yang kami datangi bernama Rini Colia..  Saat kami sampai di sana, hari hujan… Mulai dari gerimis sampai hujan lebat… Udara semakin segar dan dingin… Tapi ya itu…, jadi gak bisa metik sendiri..  Bisanya beli hasil panen yang sudah ada di pondok pemilik kebun…  Kalau gak harga strawberry dengan ukuran besar, IDR 100 K per kilogram..

Peternakan Gundaling a

@ Peternakan Sapi Perah Gundaling, Brastagi

Dari Tongkoh kemana lagi…? Ke peternakan sapi perah Gundaling… Sayangnya saat kami sampai di sana sudah terlalu sore, jadi produk olahan susu berupa yoghurt dalam ukuran kecil yang untuk sekali minum sold out…  Karena aku, David dan Ivo lagi gak pengen minum susu sapi segar, jadi hanya Uli dan Papa yang minum… Kami menonton saja… 😀  Peternakan ini sebenarnya sudah bersiap untuk jadi tempat wisata.. Ada tempat pengunjung duduk-duduk menikmati produk olahan.., juga ada fasilitas toilet yang bagus.. Hanya tidak cukup terjaga kebersihannya..

Dari peternakan sapi perah Gundaling kami sempat singgah di permandian Lau Si Debuk-debuk… Tapi hanya Papa yang mencoba menikmati.. Anak-anaknya gak ada yang mau ikutan, karena ramai banget..  jadi tak lama di sana, kami pun segera pulang ke Medan, dan singgah makan malam di Green Hill Sibolangit…

Senangnya bisa berjalan bersama Papa.. Sayang bang Rio gak ikut.. Si bungsu Nora dan Ananda sengaja pulang dengan kendaraan terpisah, karena Ananda ingin main dulu di Parapat.  Semoga ada kesempatan berikutnya untuk jalan-jalan bersama keluarga… Ke desa Tongging di Tanah Karo, kayaknya asyik tuuhhh… ****

Some of pictures have captured by  my sissy, Uli Siregar.  Tq dear..

Kamus Angkola – Indonesia

Ini Kamus Angkola -Indonesia, cetakan ke-2, hasil karya Papa ku dan teman-temannya…   Salah satunya adalah almarhum Opung Baginda Hasudungan Siregar, salah seorang raja adat dari Bunga Bondar..

Kamus Papa

Pada cetakan ke-2 ini terdapat tambahan sekitar 500 kosa kata terhadap kamus cetakan yang pertama…   Dan dalam proses penyusunannya, Papa bekerja sendiri karena ketiga teman beliau sudah mendahului beliau…

Susan RodgersKata Pengantar di Kamus Cetakan ke-2 ini, sama seperti di cetakan pertama, diberikan oleh namboru bule :D, Prof. Susan Rodgers, seorang pencinta budaya Batak dari College of Holy Cross..  Alhamdulillah pada tahun 2013 yang lalu saya sempat mendampingi Papa bertemu dengan beliau yang singgah di Medan, saat beliau dalam perjalanan ke Bali untuk mendampingi mahasiswanya melakukan study tentang kain tradisional..

Sebenarnya ada satu kerja besar lagi yang harus dilakukan…. Apa? Menyusun versi sebaliknya… Kamus Indonesia – Angkola…  Tapi Papa kayaknya belum punya semangat ke arah sana…  Sepertinya dikerjain oleh seorang teman baiknya membuat beliau sebel, dan belum pulih…

Ceritanya, setelah kamus beliau jadi, salah seorang kenalan baik, dongan sahuta, yang saat itu berkiprah di lembaga legislatif di kampung minta agar Papa memperbanyak kamus tersebut untuk didistribusikan ke sekolah-sekolah di Kabupaten Tapanuli Selatan, dan akan mendapat penggantian uang cetaknya dari dana APBD setempat.. Papa lalu menyerahkan beberapa ribu eksemplar ke orang tersebut, tapi sampai hari ini, ketika orang itu sudah tak lagi menjadi anggota legislatif, uang pengganti cetak itu tak pernah kembali..  😀  Sempat siyy Papa minta temannya yang lain lagi untuk ngecek ke Pemda, apakah memang sudah ada anggaran untuk itu dan bagaimana perkembangannya..  Menurut teman Papa itu, uangnya sudah dianggarkan, bahkan sudah lama dicairkan…   entah siapa lah yang menerimanya.. 😀  Tapi hasil pengecekan Papa ke beberapa kenalannya yang berkiprah di dunia pendidikan di huta, sekolah mereka ada menerima kamus tersebut..

Kami, anak-anak Papa,  sudah bilang ke Papa untuk mengikhlaskan saja.. Yang penting kan bukunya sudah sampai di sekolah-sekolah., semoga bisa bermanfaat bagi generasi muda di sana…  Beliau setuju, dan berusaha melupakan uang beliau sekian puluh juta tak kembali…  😀  Tapi ada yang tinggal di pikiran dan hati beliau… Beliau bilang, “Ngerinya negeri kita ini ya…. Orang tak lagi menghargai karya orang lain, yang dibuat bertahun-tahun dengan penuh cinta dan dedikasi…  Meski itu orang yang dia kenal..”

Ahhhh kalimat beliau itu membuat ingatanku melayang pada pemandangan yang sering ku lihat saat pulang ke rumah…  “Papa yang selalu membaca berbagai literatur bahasa Angkola, lalu mencatat kosa kata baru yang beliau temukan, mencari maknanya…  Lalu dengan tekun menghadapi laptop (mula-mula dulu komputer) di meja kerjanya menyusun kata-kata demi kata…  Dan itu bertahun-tahun”

Tapi aku yakin, suatu saat kamus ini akan jadi sesuatu yang sangat berharga di dunia pendidikan, dunia sastra Angkola..    We proud of you, Pa…***

PS ;  Buat teman2 yang ingin mengoleksi kamus ini, bisa menghubungi saya di FB : sondha. Harga Rp.150rb/eksemplar + ongkir (ongkir  dapat teman-teman cek di sini http://www.jne.co.id/)  ***

Always on my mind, Mom…

Mama_PenangHari ini pikiranku tak bisa berkosentrasi kerja sebagaimana biasanya…  Aku rindu sama Mama… Rindu yang tak terkatakan.. Seperti yang sudah2, rindu ini membuat air mata kerap mengalir, bahkan ketika rindu itu melintas saat aku sedang tenggelam dalam pekerjaan… Kalau sudah begitu, aku hanya bisa menahan agar tangis itu tenggelam di dalam dada… tak keluar dalam suara…

Lalu di kegalauan itu aku melihat tawasan sebuat applikasi, untuk membuat slide dari koleksi foto2 kita.. Bisa foto2 yang sudah kita upload di medsos2 yang kita miliki.. atau pun foto2 digital yang masih di komputer kita dan belum di-upload..  So, aku terpikir untuk membuat slide buat foto2 Mama yang ada di aku.. Karena slide itu juga menyediakan fasilitas untuk kita kasi sound untuk mengiringi, yang bisa kita pilih dari youtube, aku meilih lagu Always on my mind dari Michael Buble sebagai pengiring slide foto2 Mama…  Semoga slide ini bisa dilihat juga buat abang dan adik2ku, juga ponakan-ponakanku… Meski aku tahu ini tak akan membuat rasa rindu akan Mama hilang… Tapi semoga dengan melihat begitu banyak kebersamaan yang pernah kami rasakan bersama Mama, hati yang rindu itu bisa terhibur…

Silahkan dilihat slide yang aku buat untuk Mamaku, di sini…. Teman2 juga bisa bikin slide kalian, tentang apa yang kalian inginkan.. ***

Rest in Peace, Mom…

My Mom has passed away on September 15th, 2014 on 12.15 WIB…

Mom,  Namora Hasayangan

Mom, Namora Hasayangan

Mama berpulang ke rahmatullah di usia 69  tahun 5 bulan kuran 6 hari…  Di usia pernikahannya bersama Papa 50 tahun 3 bulan 9 hari…  Meninggalkan 2 putra, 4 putri dan 10 orang cucu…

Perjalanan hidup beliau sungguh berwarna….  Hampir seluruh hidupnya beliau  isi dengan mengabdi pada keluarga…  Meski 7 tahun terakhir semua dilakukan dari atas kursi roda…

Mama pergi setelah lebih dari 3 minggu koma…  Beliau tidak sadar setelah stroke yang ketiga menyerang otak bagian belakang..  Tiga minggu terakhir perjalanan hidupnya  tersebut beliau benar-benar tidak bisa berinteraksi dengan  hal-hal di luar diri beliau…

Setelah beliau berpulang , kami membawa beliau ke kampung halaman kami, Sipirok..  Kami semayamkan beliau di rumah leluhur kami, Ompu Lintje… dan setelah menjalani proses adat Angkola beliau kami makamkan di pemakaman keluarga di Kampung Sibadoar, kampung leluhur kami dari garis Papa..

I don’t know how to tell what I feel about this loosing…  It’s too hard….  Especially because of the storm in my life, I’ve made myself  busy, very busy with my work… and it made me could not understand when Mom gave me the sign about her end so near…

I wish I can hug her again and tell her how much  I love her ….

Rest in peace, Mom…  Hopefully you are rest peacefully in hug of Allah…  I’m so sorry for not understand the signs you gave me… You are always on my mind though I can not touch you, hug you, kiss you, hear your voice anymore….***

 

Happy Birthday Papi David & Ananda….

Hari ini, 29 Juli 2012 2 anggota keluarga Siregar berulang tahun….

Yang pertama, Papi DAVID..  Adik laki-laki ku satu-satunya..  Papinya Aldy, Abby, Abner dan Ajere…

Happy Birthday, dear..  Semoga selalu dalam lindungan Allah.. Diberi umur yang berkah, diberi kesehatan, kebahagiaan,  rezeki yang berlimpah..  Thank you for  always there for me, taking care of me..   I love U..

Yang kedua berulang tahun di tanggal ini adalah gadis cantik kami..  DEANDRA ANANDA, putri adik bungsuku…  Hari ini Nanda genap bereusia 11 tahun…

Happy birthday Ananda..  Semoga selalu dalam lindungan Allah..Diberi sayap yang kuat dan indah yang bisa membawamu terbang di angkasa kehidupan..  Wowo love  you, sayang…  ***

Happy 74th Birthday Papa…

Hari ini…, 24 May 2012..  Papa ku genap berusia 74 tahun.. Alhamdulillah…

Papa (kiri, jaket coklat) bersama seorang temannya di Sipirok. Teman Papa ini adalah satu dari sangat-sangat-sangat sedikit orang yang masih bisa membaca aksara Batak dengan fasih dan menterjemahkannya ke tulisan Latin

Di usia 74 tahun, Papa masih sehat, masih bisa nyetir mobil sendiri, masih bisa membuat tulisan-tulisan mengenai adat istiadat Batak yang menjadi minat utama beliau..

Ada banyak kisah yang terjadi setahun ini…

Aku hampir tak pernah melihat Papa meneteskan air mata…

Aku pertama kali melihat Papa meneteskan air mata saat abang beliau, Anwar Janthi Siregar, meninggal pada 06 Maret 1994…

Lalu aku melihat lagi Papa menangis saat menerima telpon dari adikku David pada tahun 1995, yang mengabarkan bahwa dia lulus sidang sarjananya dari Fakultas Teknik Lingkungan ITB.

Aku tahu Papa saat itu cemas dan agak kehilangan keyakinan bahwa adikku itu bisa menyelesaikan studinya.  Ya, saat kuliah David juga bekerja dan berbisnis, sehingga sudah mengenal uang, yang menurut Papa akan membuat dia kehilangan minat untuk menyelesaikan studi..  Jadi mendapatkan kabar, David selesai sekolah adalah salah satu anugerah besar buat Papa…

Kali ketiga aku melihat Papa menangis adalah di akhir September 2011.. Ketika adik bungsu ku Nora yang bersama Papa mengantar aku ke pintu keberangkatan bandara Polonia untuk melepas aku  kembali ke Pekanbaru, mengatakan pada Papa bahwa ada seseorang yang meminta aku menjadi pasangan hidupnya..  Saat itu aku melihat air mata Papa ku merebak…  Saat itu sambil memeluk ku Papa bilang, “Papa senang, bahwa pada akhirnya akan ada seseorang yang bisa Papa titipkan untuk menjaga putri Papa.”

Ahhhhhhhhhh…, seandainya orang itu mengerti bahwa Papa ku punya harapan yang besar padanya…  Tapi sudah lahhhh..  Biarkan dia menjalani pilihan hidup yang ingin dia lakukan…

Aku berharap tak akan ada lagi air mata kedukaan hadir di pelupuk mata Papa.. Kalau pun ada air mata, aku berharap itu adalah air mata suka cita.. Semoga..

Btw.. ada satu cerita lucu namun mendebarkan beberapa bulan menjelang usia ke 74 ini..

Keberhasilan menurunkan berat badan dan memperbaiki kesehatan tubuhku, membuat aku yakin pada Herbalife.  Aku lalu meminta agar Papa mau mencoba mengkonsumsi shake Herbalife, dengan harapan kondisi kesehatan Papa membaik, mengingat Papa telah bertahun-tahun mengidap hypertensi, bahkan sempat kena serangan stroke pada tahun 2007.

Papa pun dengan disiplin mengkonsumsi shake, dua kali sehari.., dicampurkan dengan juice sayur dan buah yang selama ini memang menjadi konsumsi beliau untuk makan pagi dan malam.  Tiga minggu pertama Papa merasa sangat segar…  Aku pun bahagia mendengarnya…  Tapi masuk minggu keempat, Papa merasa sangat lemas.. Aku pun jadi cemas dan ketakutan kalau-kalau ada proses detoksifikasi yang tidak kuat untuk Papa jalani..  Aku lalu minta Papa untuk memeriksakan tubuhnya ke dokter spesialis saraf yang telah 6 tahun merawat Papa dan juga Mama..

Saat dokter membaca data hasil pengukuran tensi yang dilakukan perawat yang membantunya, dokter berkata pada Papa : “Bapak makan apa..? Kok tensi nya jadi bagus sekali, 120/80.  Enam tahun saya merawat bapak, tidak pernah bisa mencapai angka ini..”

Papa : “Anak saya kasi saya Herbalife, dokter. 3 Minggu pertama badan saya enak sekali rasanya, tapi ini badan saya rasanya lemas.  Jadi takut saya…”

Dokter : “Bapak gak minum tehnya? Kan ada tehnya juga yng bikin enerjik?”

Papa : “Enggak dok.  Anak saya cuma kasi shake saja.”

Keluar dari ruang dokter, Papa langsung menelpon aku, dan begitu kuangkat telponnya, beliau bicara tanpa preambul : “Kenapa Sondha gak kasi Papa tehnya?” Gubbbrrrraaaakkkk…

Aku yang gak ngerti perkembangan, mendadak heran.., kok bapak ku tau-tau-an klo Herbalife ada tehnya.. 😀

Aku : “Karena Papa ada tensi, Sondha belum berani kasi Papa tehnya..  Tapi teh itu sudah Sondha kirim ke Papa tadi siang.  Besok pagi akan sampai di rumah, karena paket nya one day service.  Kok Papa ngomongin teh, kenapa?”

Papa lalu cerita, apa hasil pemeriksaan dan konsultasinya.  Jadi Papa merasa lemas itu, karena adanya perubahan tensi di tubuhnya..  Tubuh yang biasa dengan tekanan darah tak pernah kurang dari 140/100, berubah menjadi 120/80 membuat darah mengalir lebih lancar dan ringan, tekanannya tidak sekuat sebelumnya, sehingga Papa merasa lemas..  Tapi alhamdulillah sekarang tidak lagi..  Apa lagi setelah Papa mengkonsumsi teh NRG, ditambah dengan multivitamin dan nutriactivator, serta cell-u-loss yang berfungsi membersihkan penyumbatan asam lemak di pembuluh darah.  Btw, minggu lalu saat Papa menimbang badan nya, berat badan beliau turun 7 kg… Hanya beda 3 kg dari berat badan beliau saat beliau merasa sangat fit sekitar 20 tahun yang lalu… Keren….

Semoga Papa tetap sehat dan bisa beraktivitas meski usia bertambah..

Happy Birthday Papa.. We love you so much…

Kriya Ajere…

Tanggal 03 September 2011 yang lalu, Nana, adik iparku, mengajak aku membawa Aldy (14th), Abner (8 th), Ajere (3th) dan Ananda (10 th) buat makan malam di Sun Plaza, sekalian Nana mau belanja buat sarapan anak-anak esok hari…  Adik bungsuku Noy menyusul ke sana.  Kami lalu memutuskan untuk makan di Thai Express.., karena kayaknya cukup sesuai dengan selera anak-anak..

Ajere Siregar

Ajere yang sudah duluan makan, hanya duduk menemani abang-abang dan kakaknya makan.. Sementara menunggu, Ajere meminta minuman favorite nya.. : air putih dingin lengkap dengan kepingan es…  😀 Saat abang-abang dan kakaknya sibuk ngobrol menunggu pesanan datang, Ajere juga ikutan memamerkan kecerewetannya.. Lalu saat abang-abang dan kakak menyantap pesanan masing-masing, Ajere sibuk sendiri…  Ngapain dia…???

Ternyata Ajere benar-benar sibuk sendiri… 😀   Dia bermain dengan  tissue yang disediakan pelayan resto bagi setiap pesanan makanan..  Jere membasahi tissue-tissue dengan embun yang muncul di sisi luar gelasnya yang berisi air dingin dan es..  Terkadang dia membasahi tissue-tissuenya dengan air yg muncul di bagian bawah gelasnya..  Lalu menempelkan tissue-tissue basah itu di dinding luar gelas…  Kami membiarkan Ajere sibuk sendiri, tidak menggangu apalagi melarang…  Setelah selang waktu beberapa lama,  Noy bertanya…

Noy : Bikin apa, Jer?

Ajere sambil menunjuk tissue-tissue yang menempel di dindingluar gelas : Ini aku……!!!

Kami lalu memperhatikan wujud tissue-tissue yang telah ditempel-tempelkannya di dinding gelas..  Ooooouuuuuu….., ternyata memang wujudnya seperti seorang anak  yang sedang memeluk gelas tersebut…. Keren…

Ajere sambil menunjuk bagian yang wujudnya seperti kepala : Ini rambutnya……

Hahahahaha…..

Honestly aku tertakjub-takjub… Anak usia 3 tahun 4 bulan, sudah mampu mengekspresikan imaji nya ke dalam wujud yang juga bisa ditangkap oleh indra orang dewasa… Dia mampu berkriya.. She’s really smart kid…

Melihat Ajere seperti ini mengingatkan aku pada Training ESQ Parenting yang aku ikuti pada bulan May 2011 yang lalu…

Di training itu dikasi tahu kalau setiap anak manusia terlahir dengan sekian milyar sel-sel syaraf yang berpotensi menjadi kecerdasan.. Kecerdasan itu terbentuk saat sel-sel syaraf terhubung-hubungkan… Dan pada saat sel-sel syaraf terhubungkan, anak akan beraktivitas yang terkadang tidak kita pahami…, dan acap kali reaksi kita para orang tua adalah dengan kejengkelan, kemarahan.. Padahal reaksi kejengkelan dan kemarahan kita itu bisa membuat anak terkejut, dan menyebabkan proses penyabungan sel-sel syaraf itu terhenti, bahkan menciut…, sehingga kecerdasan tersebut batal terbentuk….  So, kita harus lebih peka, lebih sabar dan mengerti sehingga mampu memberi kesempatan bagi anak-anak untuk membangun kecerdasannya…   Mari teman-teman kita beri kesempatan bagi anak-anak kita untuk masa depan mereka yang lebih baik, lebih bahagia…. ****

Age is Not Just Lived, but Survived..

Beberapa bulan yang lalu, saat kami bertemu di Medan, adikku David menyuruh aku untuk melihat sebuah video clip di BB-nya… Aku gak bisa menahan air mataku menetes saat melihat clip tersebut.. Video clip apa…?  Tentang apa…

Itu video clip tentang harapan orang tua (Parent’s Wish) pada anak-anaknya di usia senja mereka..  Teman-teman bisa lihat video itu di sini…

 

A PARENT’S WISH FOR THEIR CHILDREN DURING THEIR OLD AGE

 To my dear child,
On the day when you see me old, weak and weary..
Have patience and try to understand me,
If I get dirty when eating,
If I can not dress on my own,
Please bear with me and remember the times I spent feeding you and dressing you up..
If, when I speak to you I repeat the same things over and over again,
Do not interupt me, Listen to me..
When you were small, I had to read to you the same story a thousand and one times until you went to sleep..
When I do not want to have shower, neither shame nor scold me…
Remember when I had to chase you with your thousand excuses to get you to shower?
When you see my ignorance on new technologies,  give me the necessary time and not look at me with your mocking smile..
I taught you how to do so many things,
To eat the right foods, to dress appropriately, to confront life..
When at some moment I lose the memory or the thread of our conversation,
Let me have the necessary time to remember..
And if I can not, do not become nervous..
As the most important thing is not our conversation,
But surely to be with you and to have you listening to me…
If Iever I do not feel like eating, do not force me..
I know well when I need to and when not to eat..
When my tired legs give way and do not allow me to walk without a cane,
Lend me your hand..,
The same way I did when you tried your first faltering steps..
And when someday I say to you that I do not want TO LIVE ANYMORE..,
THAT I WANT TO DIE…
Do not get angry.. Some day you will understand..
Try to understand my age is not just lived but survived..
Someday you will realize..
That despite my mistakes, I always wanted the best for you..
And I tried to prepare the way for you..
You must not feel sad, angry nor ashamed..
For having me near you..
Instead, try to understand me and help me.. like I did when you were young..
Help me to walk..
Help me to live the rest of my life with love and dignity…
I will pay you with a smile and by the immense love I have always had for you in my heart..
I LOVE YOU MY CHILD..
 –          Your Loving Parent –
 

Larik-larik kalimat di video itu so touching buat aku.., karena aku merasakannya beberapa tahun  terakhir ini…

Papa & Mama di Hillpark, Sibolangit, 02 September 2011

Setelah serangan stroke di pertengahan Juni tahun 2007, Mama menjadi begitu membutuhkan uluran tangan, perhatian dan pengertian serta dukungan dari anak-anaknya..  Beliau yang biasanya begitu sangat mandiri, gesit menjadi harus terikat dengan kursi rodanya..  Telapak tangan kanan menjadi sulit untuk dibuka, bahkan digerakkan.. Kaki kanan juga menjadi sulit untuk digerakkan..

Perubahan yang terjadi membuat psikologi Mama menjadi lebih sensitif, cenderung menuntut perhatian dan penerimaan atas keputusan-keputusan yang diambilnya.  Efeknya bahkan bisa membawa kesabaran anak-anaknya ke tepi jurang…  Tapi justru di saat-saat seperti itulah kami anak-anaknya mendapat kesempatan belajar melebarkan rentang kesabaran kami.., belajar untuk menepiskan pikiran tentang apa nanti pendapat orang, apa nanti penilaian orang..  Yang penting itu tidak melanggar norma agama, dan itu memberikan kenyamanan bagi ibu kami..

Kami belajar untuk menikmati saat-saat membahagiakan Mama dengan mendorong wheelchair nya ke tempat-tempat yang Mama mau..  Kami belajar untuk mengikuti kehendak beliau walau terkadang berkesan tak praktis bagi yang berusia lebih muda dan gerak tak terbatas…  Kami belajar untuk menikmati acara Driving Mrs. Ani, alias membawa Mama berjalan-jalan keliling kota Medan,  di saat kami pulang ke rumah, karena hanya itulah satu dari sedikit kesenangan hidup yang masih bisa beliau nikmati…

Melihat Mama berjuang untuk  masuk ke toilet agar bisa mandi sendiri, dan hanya minta dibantu untuk menggosokkan punggung dan kaki-kaki yang tak bisa dicapainya sendiri, menghadirkan rasa kagum yang luar biasa atas semangat, atas ketegaran menerima keterbatasan yang terjadi pada dirinya…  

Tapi satu kalimat yang sangat luar biasa dari clip itu buat aku adalah… age is not just lived but survived.   Usia yang panjang bukan hanya sekedar hidup tapi juga hasil dari kemampuan untuk survive menghadapi cobaan kehidupan, baik cobaan yang bersifat fisik maupun phisikis… Tekanan berupa perubahan kemampuan fisik sejauh ini dapat dihadapi Mama dengan mental yang kuat… She’s really extra ordinary woman… Kerap aku bertanya dalam hati, “Mampu kah aku setegar Mama bila keterbatasan itu menimpa ku… ?”  Sungguh aku berharap Allah memberikan yang terbaik bagi aku, bagi orang tua ku, bagi saudara-saudara ku, bagi sahabat-sahabat ku, bagi setiap manusia dan makhluk di muka bumi…

I love you so much, Mom…!!!

Weekly Photo Challange : Path

Ini untuk pertama kali aku membuat postingan untuk menjawab tantangan Weekly Photo Challange.  Kebetulan temnya kali ini “path”.. Aku mencoba mengamati arsip photo-photo yang masih tersimpan.. Pilihanku memang tidak banyak setelah aku kehilangan external harddisk setahun yang lalu karena tas tempat aku menyimpan berbagai peralatan kerja, termasuk external harddisk di dalamnya, dirampok di pinggir jalan..

Aku lalu memutuskan untuk menampilkan dua photo, photo-photo yang aku buat tanggal 14 Agustus 2011 yang lalu.
Photo yang pertama adalah photo ini..

Tangga 40, Jalan Simangambat, Sipirok

 Photo ini photo  jalan menuju ke sebuah rumah yang berada di tebing, tepat di seberang rumah Opung saya di jalan Simangambat, Sipirok.  Karena rumah tersebut berada di tanah yang berbeda ketinggian berbelas meter dari jalan raya, jalan menuju rumah tersebut berbentuk tangga..  Penduduk sekitarnya menyebut tangga ini sebagai TANGGA 40.  Aku pernah menghitungnya berkali-kali, aku lupa persisnya berapa jumlah anak tangga yang ada, tapi yang pasti BUKAN 40… 😀

Tangga ini dulu merupakan salah satu tempat nongkrong aku dan saudara-saudaraku saat kami liburan dan mengisinya dengan berkunjung ke rumah Opung..  Dari tangga ini kita dapat melihat aktivitas di teras dan ruang tamu rumah Opung yang pintunya selalu terbuka di siang hari..  Ceritanya mantau, gitu…  Jadi kita bisa tahu siapa yang mau pergi kemana, biar bisa ngikut…  Dari tangga ini kita juga bisa mendengar orang-orang dewasa memberitahukan bahwa makanan sudah siap dihidangkan di meja makan…, sehingga kami bisa segera turun dari tangga dan masuk ke rumah untuk menyerbu makanan yang serba hangat…  Ahhh indahnya liburan masa kecil di Sipirok…

Photo yang kedua, adalah photo ini…

Jalan Setapak di Sibadoar....

Photo ini adalah photo jalan setapak di kampung asal Papa ku, Sibadoar,  sebuah desa sekitar 3 kilometer dari Pasar Sipirok, Kecamatan Sipirok, ke arah Simangambat.  Jalan setapak ini telah disemenisasi.., namun salah satu fungsinya yang tidak berubah sejak bertahun-tahun yang lalu adalah sebagai tempat menjemur hasil pertanian penduduk kampung.., bisa berupa padi, kopi, cengkeh dan juga kemiri..  Pada saat-saat seperti ini, aroma padi, kopi  dan cengkeh yang khas akan menghampiri penciuman kita bila kita menyusuri jalan setapak ini menuju rumah-rumah yang berada di sepanjang jalan setapak ini…  Photo ini mampu menggugah rasa rindu ku untuk kembali berkunjung ke kampung, tanah asal leluhurku.., semoga jadi bisa menggugah orang-orang yang juga berasal dari Sibadoar yaa..  Atau juga menggugah orang yang bukan berasal dari Sibadoar untuk berkunjung ke sini..  Semoga..  ***

Selamat Jalan Tulang Sahrin…

Hari Jum’at malam  tanggal 5 Agustus 2011, aku dapat bbm di group keluarga kami dari Ivo, adik ku..  Isinya “Tulang  (Oom dari pihak ibu) Sahrin dirawat di ICU rumah sakit Materna (Medan) karena …….. ” Innalillah….

Siapa siyy Tulang Sahrin.. ?? Tulang Sahrin, lengkapnya Sahrin Halomoan Harahap  adalah sepupu  Mama ku..  Ayahnya Tulang Sahrin, Opung Bagon Harahap gelar Baginda Hanopan adalah abang dari Jamin Harahap gelar Baginda Soripada Paruhum, ayah Mamaku..  Mereka berdua adalah anak dari Tuongku Mangaraja Elias Hamonangan Harahap dari Hanopan dengan istrinya Petronella boru Siregar dari Bungabondar. Sehingga secara tutur (cara memanggil) dalam adat Batak aku memanggil “tulang” alias saudara laki-laki dari ibu kepada Tulang Sahrin.

Sebenarnya, aku terkait dengan Tulang Sahrin bukan cuma dari pihak Mama, tapi juga dari pihak Papa, karena ibunya Papa juga kakak beradik dengan Baginda Hanopan, ayah tulang Sahrin.  Bahkan saat belia tulang Sahrin pernah tinggal bersama-sama keluarga Papa, sehingga dia bagaikan adik bagi Papa yang merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara.  Karena itulah tulang Sahrin memanggil Papa dengan sebutan “abang” bukan “ipar” sebagaimana seharusnya dalam tutur adat Batak.

Buat aku, tulang Sahrin bukan cuma sekedar sepupu Papa dan Mama yang sesekali bertemu di acara-acara keluarga..  Memang, lebih dari 30 tahun terakhir itu yang terjadi.., kami hanya bertemu sesekali karena kami tinggal di kota yang berbeda..  Tapi di saat aku berusia sekitar 9 sampai dengan 11 tahun, aku dan tulang Sahrin yang saat itu bertugas di Kejaksaan Tingg Riau, tinggal di rumah yang sama di jalan Kundur Pekanbaru.

Lalu hari Rabu, 10 Agustus 2011 siang, setelah tulang dirawat 5 hari, Papaku mengabari kami anak-anaknya kalau tulang akhirnya berpulang.. Innalillahi wa innailaihi roji’un… Selanjutnya Papa mengabari kalau pemakaman yang didahului dengan acara adat akan dilalukan di Hanopan pada hari Sabtu 13 Agustus 2011..



Setelah berunding dengan adik ku David, diputuskan aku akan pulang kampung untuk menghadiri acara adat dan pemakaman itu..  Karena David, baru saja kembali dari Medan, dan sempat mengunjungi Tulang Sahrin saat dirawat di rumah sakit.  So, berangkat lah aku pada tanggal 12 Agustus 2011 menjelang magrib dengan menggunakan mobil rental sekaligus sopirnya, karena si sparky adalah city car yang bukan untuk digunakan di jalur trans sumatera..

Setelah menyelesaikan pekerjaan sampai dengan Jum’at 12 Agustus 2011 siang.. Menjelang magrib aku berangkat menuju negeri leluhur ku, Sipirok…  Kami pergi melalui jalur Pasir Pangaraian – Aek Godang.  Di beberapa ruas, jalannya memprihatinka, tapi masih tetap ini adalah jalur tersingkat dan tercepat.. Jalur alternatif adalah dari Sibuhuan belok ke arah Gunung Tua, lebih jauh sekitar 150-an km dengan jarak tempuh lebih lama sekitar 2 1/2 jam..

Perjalanan ini cukup berat rasanya, karena dilakukan di bulan Ramadhan, saat tubuh butuh konsumsi lebih di malam hari.  Sementara setelah lewat kota Pasir Pangaraian tidak ada tempat makan yang representatif..  Sahur kami lakukan di Palsabolas,  sekitar 20 km dari Sipirok.  Itu pun yang disantap hanya roti yang kami bawa dari Pekanbaru, serta teh yang kami buat dengan meminta air panas di warung yang hanya menjual indomie…  Selama dalam perjalanan, kami hanya menyantap roti dan roti plus kue bawang dan jeruk..

Kami sampai di rumah Opung di Sipirok menjelang jam 5 pagi…   Tapi kami tidak bisa menginap di sini, karena di rumah Opung hanya satu kamar yang dibiarkan kosong buat Papa menginap kalau pulang ke Sipirok.  Kamar-kamar lain digunakan oleh anak-anak dari desa-desa di sekitar Sipirok yang bersekolah di Sipirok.  Mereka sekaligus bertanggung jawab untuk bersih-bersih rumah..  Sementara rumah Opung yang satunya, bagas lombang sedang disewakan supaya ada yang menghuni dan merawat.  Papa lalu membawa kami ke Mess Pemda SUMUT di Pesanggrahan, yang lokasinya tak jauh dari rumah Opung.

Setelah istirahat, sekitar jam 09 pagi kami berangkat ke Hanopan, yang berjarak sekitar 14 km ke arah Simangambat, untuk mengikuti acara adat pemakaman tuang Sahrin..  Ya, upacara adat pemakaman tulang Sahrin dilakukan di rumah peninggalan leluhur kami Tuongku Mangaraja Elias Hamonangan Harahap yang berada di kampung Hanopan.

Bagas Parsadaan Hanopan, peninggalan Tuongku Mangaraja Elias Hamonangan Harahap, buyutku..

Saat kami sampai di Hanopan, persiapan melepas jenazah sudah rampung dilakukan..

Bendera-bendera duka cita sudah melambai-lambai di udara…  Ada yang terdiri dari gabungan kain tiga warna khas Batak, putih – hitam – merah.  Ada juga yang empat warna, putih – hitam – merah – kuning.  Ada juga yang bergambar bulang, penutup kepala laki-laki yang bentuknya seperti mahkota, yang biasanya dipakai pengantin laki-laki.  Ada juga yang bergambar pedang dan ular..  Aku belum sempat bertanya pada Papa ku apa makna semua itu..

Bendera-bendera Adat melambai di udara…

Di jalan di depan rumah sudah tersedia hombung, keranda khas Batak, yang dilapisi ulos.  Pada hombung tersebut juga  terdapat ukiran2 penuh makna..  Di belakang hombung terdapat tandu dari bambu, yang khusus dibuat untuk mengangkat peti jenazah tulang Sahrin…

Persiapan… Hombung dan Tandu Bambu…


Kami lalu masuk ke rumah…  Aku menyusuri sampai ke belakang rumah…  Di halaman belakang rumah aku lihat para ina (ibu-ibu) dan ama (bapak2) sedang mangaloppa (memasak), ada juga yang masih memotong-motong juhut (daging)…

Dalam adat Batak, bila seseorang meninggal di usia yang sudah tua, punya anak keturunan dan mapan secara ekonomi dianggap meninggal saur matua..  Kalau orang meninggal saur matua, keluarganya akan melakukan pemotongan seekor binatang ternak yang dagingnya (juhut) sebagian akan dimasak untuk makan tamu dan orang-orang yang bekerja selama upacara adat, sebagian lagi dibagikan kepada kerabat dan orang kampung tempat upacara adat dilaksanakan.  Khusus untuk masyarakat Batak Angkola, yang sejak lama sebagian menganut agama Islam dan sebagian lagi menganut agama Kristen, binatang ternak yang dipotong adalah kerbau.  Sedangkan yang memasak makanan adalah kerabat dan orang-orang kampung yang muslim dibantu dengan yang non muslim, sehingga pihak tamu dan kerabat yang muslim tidak ragu sama sekali akan kehalalan makanan yang dihidangkan…  Mengingat acara adat kali ini berlangsung di bulan Ramadhan, maka para tamu dan keluarga yang non muslim semua makan di dalam rumah, sedangkan yang muslim diberi makanan untuk disantap setelah berbuka puasa… penuh toleransi…

memotong juhut…

Mangaloppa…. Dilakukan oleh keluarga yang Muslim di Bulan Ramadhan bagi kerabat yang Non Muslim..

Acara adat dimulai dengan acara keluarga, yaitu penyampaian rasa kasih terhadap yang pergi dari para anggota keluarga yang ditinggalkan, yaitu istri, anak, menantu, mora, anak boru dan lain-lain, juga mengekspresikan rasa duka serta kalimat-kalimat saling menguatkan dalam menghadapi kehilangan ini…  Lalu karena sudah waktunya makan siang, maka para kerabat dan tamu yang non muslim dipersilahkan makan siang di bagian dalam rumah..

Setelah acara makan siang selesai…, acara pelepasan jenazah dimulai… Jenazah yang sejak kedatangannya di Hanopan diletakkan di tempat  tidur besi bertiang 4 (bed foster) peninggalan buyutku yang dihias dengan kain batik di tiang-tiangnya, dibawa ke luar rumah dan diletakkan di atas tandu yang dibuat dari bambu…, kemudian ditutup dengan hombung…

Membawa peti jenazah ke depan rumah…

Lalu disampaikan kata sambutan dari pihak keluarga, oleh Tulang Pasti, yang dilanjutkan dengan pembacaan riwayat hidup oleh Tulang Mei, adik bungsu Tulang Sahrin…  Kemudian sambutan yang tak putus-putus dari Mora, Anak Boru, Pisang Raut, Kahanggi, Raja Adat Hanopan lalu para Raja-raja Adat dari kampung-kampung di sekitar Hanopan.

Selesai kata sambutan yang sangat panjang dan lama, akhirnya tandu jenazah diangkat dengan didahului oleh seorang pemuda bermarga Harahap yang dipakaikan bulang dan perlengkapannya serta diiringi  payung kuning..  Untuk tahap awal, keranda tidak diangkat begitu saja.. tapi setelah beberapa langkah maju, dilakukan pula beberapa langkah mundur yang diiringi dengan tebaran beras kuning bercampur uang-uang logam… Langkah maju mundur dilakukan beberapa kali, baru kemudian keranda dibawa dengan langkah maju sepenuhnya menuju gereja untu dilakukan kebaktian pelepasan dan dibawa ke kuburan keluarga Harahap di pinggir pemukiman kampung Hanopan..

Melepas jenazah…

Mengantar jenazah ke gereja untuk kebaktian dan selanjutnya ke pemakaman..

Setelah pemakaman selesai, acara adat ditutup dengan tahapan Paulak Mora..  Semacam acara pelipur lara bagi keluarga yang ditinggalkan, serta menyerahkan tuppak (kontribus untuk membantu menutupi biaya yang telah keluar untuk acara adat) kepada keluarga yang ditinggalkan…

Semoga Tulang Sahrin beristirahat dalam damai.. Semoga keluarga yang ditinggalkan bisa bersabar dan menyelesaikan apa yang masih menyangkut dengan damai… Terutama di hati mereka.. Aku tahu itu tidak mudah.. Tapi percaya lah, menyerahkan segalanya ke tangan Allah adalah jalan terbaik… ***

Boru Panggoaran

Boru panggoaran itu dalam masyarakat Batak artinya anak pertama yang berjenis kelamin perempuan, yang namanya digunakan sebagai nama panggilan orang tuanya.. Secara dalam adat Batak, kalau sepasang suami istri sudah punya anak, tidak sopan untuk dipanggil dengan nama mereka, melainkan dipanggil dengan Mama atau Papa nya si “Ucok” (kalo nama anaknya Ucok).  Seperti abangku misalnya, nama panggilan yang sopan buat dia adalah Papa Vania karena anaknya  benama Vania Lardes Siregar.  Adikku David dipanggil Papi Aldy karena anak pertamanya bernama Arden Thoman Denaldy Siregar dengan nama panggilan sehari-hari Aldy.  Dan adikku Uli dipanggil Mami Samuel, karena anaknya yang pertama bernama Samuel Sisoantunas Sinambela.

Aku & Mama years ago…

Karena aku anak kedua, meski anak perempuan tertua, aku jelas bukan boru panggoaran… Namaku tidak digunakan dalam panggilan orang-orang pada Papa dan Mamaku…  Tapi Mama sering sekali menyanyikan lagu Boru Panggoaran di depanku…

Bahkan sekitar 2 tahun yang lalu, saat teman2 adik ku Ivo ramai2 kumpul di rumah dan ada membawa gitar dan biola, mereka mengiringi Mama menyanyikan lagu ini…  Jangan tanya…, sudah pasti air mataku mengalir tanpa bisa dicegah…  Aku hanya bisa menikmati alunan suara Mama yang bening (perempuan Batk, bo…!!) dengan duduk di kursi di kamar kerja adikku Ivo.. Aku tidak ingin menangis di depan teman2 adikku…

Sebenarnya aku tidak mengerti secara utuh arti kata demi kata lagu ini, secara aku tidak fasih berbahasa Batak…  Tapi aku mengerti, kalau lirik lagu ini mengungkapkan harapan orangtua pada anak perempuannya, yang diharapkan akan menjadi penjaga mereka ketika usia menua dan tubuh merapuh…  Ada diantara teman2 yang mau ngasi aku artinya secara utuh…? Aku tunggu lho…

Here d VC of d song yang dinyanyiin Victor Hutabarat…

BORU PANGGOARAN

Ho do boruku tampuk ni ate-ateki
Ho do boruku tampuk ni pusu-pusuki
Burju burju ma ho
Namarsikkola i
Asa dapot ho na sininta ni rohami

Reff
Molo matua sogot ahu
Ho do manarihon ahu
Molo matinggang ahu inang
Ho do na manogu-nogu ahu

Ai ho do boruku boru panggoaranki
Sai sahat ma da na di rohami
Ai ho do boruku boru panggaoaranki
sai sahat ma da na di rohami**

Ketika Si Buncil Mulai Tak Buncil Lagi…

Wowo & Buncil....

Selama setahun terakhir, saat2 pulang ke Medan  aku sudah beberapa kali ngantar ponakanku si buncil Ananda ke salon buat potong rambut.. Menurut dia dianterin ama Wowo lebih ok, karena lebih ngerti  trend  fashion dan rambut… Padahal,  sumpppeeee  I’m not a trendy  woman.. Meski adik perempuanku Uli selalu bilang “you have taste kakak…!!”

Koleksi baju ku biasa2 aja dari segi model dan warna, bahkan cenderung hanya menggunakan bahan2 polos not colorful… Baru beberapa bulan terakhir ini  aja aku menambahkan beberapa potong  baju colorful ke dalam lemariku…

Potongan rambut…? Apalagi…!!!! Aku sebenarnya lebih senang punya rambut panjang karena  curly di bagian bawah rambut membuat rambutku jadi keren, feminin bangetzzzz,  menurut aku.. Hahahaha…  Tapi karena faktor U alias Umur, rambutku jadi lebih mudah rontok.., sehingga aku lebih memilih model yongen skop alias KDM alias Korban Demi More “Ghost” untuk rambutku …

Tapi Ananda di usianya yang baru akan 10 tahun di Juli mendatang ingin rambutnya dipotong dengan layer2 dan setelahnya disosis… Diapain coba….? Nggak ngatri deh gue, si Wowo auwo yang menurut Nanda ngerti trend… Hehehehe…

Nanda di salon.. "Yang bagian dalam lebih panjang dari yang bagian luar, ya bang.."

Aku hanya termangu2 dan sesekali tersenyum terkagum-kagum melihat bagaimana Ananda bicara dengan kapsternya.  Nanda bilang “Bang dipotongnya berlapis2 ya.., yang bagian dalam lebih panjang dari pada bagian luar..”  Dan setelah selesai dipotong, rambutnya dikeringkan dengan menggunakan pengering rambut yang bentuknya  seperti sosis, dan hasilnya rambut jadi bergelung2… Persis rambutku kalau panjang…  Oalaaahhhhhhh, nak, nak…. Gayamu so tante2, nak…!! Nyontoh siapa siyyyy….? Hehehehe…

Beberapa bulan yang lalu saat Nanda dan Nora menemani Papaku berobat ke Penang, di suatu kesempatan jalan-jalan di Mall, Nanda meminta Nora untuk membelikan sepatu Vincci model wedges warna putih… Whaaatttt….? She’s just 8 years old at that time….  Tapi dengan kaki ukuran 38, memang mudah buat dia menemukan sepatu perempuan dewasa buat kakinya… But she’s juSt a kid…!!! Rasanya gak rela memberikan dia sepatu-sepatu yang sebenarnya belum pas untuk usianya..  Rasanya sepatu keds akan membuat dia nyaman untuk berlari dan melonjak sana sini….

Black pump shoes...

Saat ke Medan di pertengahan Januari lalu, saat menjemput  Ananda pulang les, aku melihat dia tidak menggunakan sepatu keds sebagai mana  biasa.. Dia menggunakan sepatu model pumps warna hitam… Ternyata hari2 ini Nanda klo ke sekolah pake sepatu pumps hitam, gak mau pakai sepatu keds…Weleh… weleh…,  Kami bahkan beberapa hari kemudian sempat pergi mencari sepatu buat Ananda.. Model sepatu pilihannya…., ya pumps juga… Hahahaha…

Lalu saat aku ke Medan minggu lalu, setelah duduk sesorean di Merdeka Walk, adikku Ivo  ngajak aku, Mama, Noy & Ananda ke Sogo di Sun Plaza.. Secara  Ivo pengen beli sepatu, dan di Sogo lagi ada sale dalam rangka Imlek..

Begitu sampai di Sogo di lantai 1 yang menjual sepatu dari  berbagai brand, yang sibuk plengak plengok bukan cuma Ivo, tapi juga Ananda…., padahal di situ gak ada jual sepatu anak2.., semua sepatu orang dewasa…

Mula-mula, Ananda tertarik dengan sepatu berwarna pink muda (warna pink, jeung… pink…!! pink……..!!!!) model sandals, dengan tali yang dilingkarkan di pergelangan kaki..  Tapi karena sepatu itu nomornya 37 dan d only 1 stock…, pupuslah harapan Ananda untuk membawa pulang si pink tea…!!!  Ananda dengan tidak putus asa kembali plengak plengok…. Eiitttssss, gak jauh dari situ, masih di rak yang sama, Nanda menemukan sepatu model sandals yang hampir mirip dengan si pink tea, tapi warnanya mere gehese… alias merah merona…. Oaaalllahhhh nak…., pilihanmu…!!!

Buncil dan sepatu mere gehese....

Dengan yakin dan PD nya, Ananda menenteng si merah ke salah satu  bangku yang disediakan bagi para calon pembeli yang ingin mencoba-coba sepatu  mereka minati… Ndilalah sepatu yang dicoba, pas banget di kakinya….  Nora yang merasa  model sepatu itu belum tepat buat anak seumur Nanda, menyarankan Nanda untuk tidak membeli septu itu dengan ngeledek klo sepatu itu gak cocok dengan kaki Nanda yang seperti gedebong pisang…  Bukannya menerima saran Nora, yang ada Sogo Sun Plaza mendadak banjir air mata…..   Walllllaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh…………..!!!  Wowo langsung minta si mbak penjaga toko untuk mengantarkan Wowo ke kasir untuk membayar sepatu yang masih terpasang di kaki cantik si buncil…

Kalau dilihat2, sepatu itu memang matching dengan baju yang dipakainya saat itu…  Serasi bangetzzzzzz…  Bahkan 2 hari kemudian dia kembali mengenakan baju dan sepatu tersebut plussss…., tas Elle  warna merah milik Uli, adikku, yang ditinggal di Medan…  Secara keseluruhan, Nanda terlihat bukan seperti gadis kecil lagi.., she’s more like a teenager….  Si Buncil kami telah tumbuh besar…***

Peragawati kagetan.. Baju, sepatu dan tasnya serasikan.. ..??? Gubraakssss...

Air Mata Mama…

Mama & her grand daughter, Ananda

Minggu sore 6 February yang lalu, aku kembali ke Pekanbaru setelah mengisi akhir pekan bersama Papa, Mama, 2 adik dan ponakan di Medan..  Anggota keluarga lengkap ikut serta mengantar ke bandara Polonia…

Saat aku check in, Papa, Mama, Ivo, Nora dan Nanda menunggu di Dunkin’ Donuts.., dan aku bergabung dengan mereka setelah selesai check in, sebelum masuk ke ruang tunggu…  Setelah kembali duduk bersama-sama beberapa menit, aku pun pamit..  Tinggal 10 menit dari waktu boarding..

Saat aku pamit dan mencium kedua pipi Mama, aku melihat mata Mama basah.. Mama menangis.. Hatiku rasanya semakin  perih….

Meninggalkan kedua orang tua di usia mereka yang tidak muda lagi menimbulkan rasa perih di dada… Ada kesadaran di hati bahwa ada jarak fisik yang membentang antara aku dan orang tuaku.. Aku tidak bisa segera berlari setiap saat untuk menemui mereka, melihat mereka, menemani mereka, memberi perhatian pada mereka…  Padahal waktu semakin terbatas… Subhanallah… Lindungi orang tuaku ya Alloh… Berikanlah yang terbaik bagi mereka…

Beberapa hari sebelumnya, saat di mobil berdua aku berkata pada Mama :  “Lucunya kita ini ya Ma…  Kita sekarang bisa jalan-jalan berdua…

Mama : “Iya.. Semakin lama kita semakin seperti kakak adik..”

Yaaa… setelah proses bertahun-tahun aku dan Mama bisa menjadi sangat dekat…  Pulang ke Medan berarti “Driving Mrs. Ani” alias jadi supir Mama… Aku nyaris gak bisa membagi waktu untuk yang lain kecuali untuk ponakan ku si buncil Ananda..

Ya, sejak mengalami keterbatasan setelah serangan stroke di pertengahan 2007, salah satu kesenangan Mama adalah jalan-jalan. Bisa ke Pasar Buah Brastagi yang gak terlalu jauh dari tempat tinggal Papa dan Mama, bisa ke Merdeka Walk untuk duduk-duduk sambil menikmati dim sum kesukaan beliau di Resto Nelayan, atau sekedar keliling kota Medan…  Pokoknya jalan-jalan, setelah rumah rapi jali….

Bahkan pernah, saat  duduk di tempat tidurnya, setelah nyaris seharian jalan-jalan berdua, Mama bilang “Haaaahhhhh…., puasnya hati Mama… Jalan-jalan seharian…!!” Hehehehehe… It’s so funny…, sekaligus mengharukan…

Sebagai anak yang terpisah dari Papa dan Mama sejak usia satu tahun, di usia belia aku menjadi begitu berjarak baik secara fisik dan psikologis dari Mama..  Ada rasa dalam diri yang tak terucapkan… Butuh proses yang sangat panjang  bagiku untuk menjadi dewasa dan bijak untuk menerima pilihan-pilihan yang telah dilakukan pra orang dewasa terhadap diri ku di saat aku belia… Butuh waktu untuk menerima bahwa keputusan mereka adalah yang terbaik untuk hidupku…

Pilihan jalan hidup bahkan sempat membuat jarak semakin terentang… Usia muda yang penuh gejolak dan jauh dari rasa bijaksana membuat aku menarik diri, menjauh dari jangkauan Mama.. Padahal sebenarnya itu bukan jalan yang diajarkan oleh keyakinanku.. Astagfirullah al adzim…

Kehilangan seseorang yang begitu penting dalam hidupku di awal tahun 2001 membuka mata hatiku, bahwa hidup ini fana.., semua akan sirna, cepat atau pun lambat.. Aku akan kehilangan segalanya, bahkan jasad ku sendiri pada waktunya nanti… Kesadaran itu membuat aku bergegas menghampiri Mama..  Aku memohon maaf atas cara yang salah dalam mempertahankan keyakinanku…

Setelah semua itu, yang ada cuma rasa cinta, dan semakin cinta.. Rasa sayang tanpa reserve… Ada pengertian..   Ada penerimaan atas ketidaksempurnaan masing-masing.. Ada penerimaan atas pilihan hidup masing-masing, meski dengan rasa yang sangat perih… Rasa perih yang justru membuat semakin sayang, yang membuat hati semakin perih karena ada pemahaman waktu akan yang semakin sedikit…

Semoga Alloh menjaga Mamaku… Menjaga kedua orang tuaku…

Don’t cry Mom…  I’ll visit you soon… I promise… ***

Sabda Ibunda Ratu…

Tadi malam, sepulang kantor, menjelang sampai di rumah, hp ku berbunyi… Di layar terlihat tulisan “Ivo Siregar”..

Aku & Ibunda Ratu...

Begitu diangkat, Ivo, adikku bilang, “Kak, Mama mau ngomong niyyy…”

Telpon lalu beralih tangan dan langsung terdengar suara Mama.. “Nang, tanggal 3 Februari kan Imlek, kamu libur kan…? Pulang ke Medan, yaa…”

Haaaaaa….? Pulang…? Januari Tahun 2011 aja masih tanggal 27.., dan aku sudah 2 kali terbang ke Medan.. Pertama tanggal 30 Desember sampai dengan 2 Januari, lalu tanggal 14 sampai dengan 18 Januari….

Aku menjawab telpon Mama : “Yeee Mama, kan barusan pulang… Klo pulang melulu kan gak bisa nabung, Ma…!!”

Mama dengan santainya : “Ya udah kalo kamu gak punya uang, Mama deehhh yang bayarin tiketnya..”  Gubbrraaakkkssss….

Aku : “Malu-maluin atuh, Ma di umur segini tiket pulang Sondha dibayarin Mama…”

Mama : “Terus, nanti minggu ketiga Februari, kalau Papa berangkat dengan teman-temannya dua minggu kamu juga pulang yaa…”

Huaaallllaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh……………..

Aku : “Ma, Sondha niyy pegawai negeri, lho.. Mana bisa ninggalin kantor lama2 kalo gak ambil cuti.. Dan bulan Februari mana bisa cuti, lha jadwal kerjaannya padat merayap di bulan2 segitu….”

Mama dengan suara santai, cuek sekaligus ngotot persis seperti Ibunda Ratu bersabda : “Ya sudah, nanti kita bicarakan.. Pokoknya kamu pulang dulu deh pas liburan Imlek… Besok cepetan cari tiket yaaa…”

Huhuhuhuhu…. Mama ku…..!!!

Tadi pagi2 aku nelpon David, adik laki2ku.

Aku : “Vid, mama suruh kakak pulang lho liburan Imlek tanggal 3 Februari.”

David : “Ya pulanbg aja kak… Kenapa memangnya…?”

Aku : “Masak kakak pulang melulu…? Kapan nabungnya…?”

David : “Mumpung kak.. Mumpung Mama masih sehat, masih bisa disenangin…”

Aku : “Iya siyyy… Tapi kapan nabungnya… Hehehehe…”

David : “Kalo enggak punya duit, bilang biar urunan… Lagian mestinya kakak tuh bersyukur Mama rindu sama kakak… Coba kalau gak disuruh pulang, gak dikangenin… Gimana hayyooohhhh?”  Gubbrrraaakkksss…

Aku : “Hahahahahaha… Iya juga siyyy…  Iya dehhh, ntar klo kakak gak punya duit kakak ngomong, ya…”

So, jadi lah hari ini aku berburu tiket buat minggu depan… Dan alhamdulillah sudah dapat… I’ll fly home on 2nd February and be back on 6th.  Semoga semua lancar2 aja ya.. Semoga aku bisa nyetirin Mama ke tempat2 yang beliau senangin…  Hope I can make her happy…

Still, She’s A Never Give Up Mother…

Mom with her wheelchair

Kemaren, adik ku Ivo meng-up load foto2 terbaru our Mom… Mom with her wheelchair…

Yuuppp setelah mendapat serangan stroke di pertengahan tahun 2007, Mama mengalami penurunan fungsi tangan kanan dan kaki kanan, keduanya jadi  susah digerakan..

Tapi, sebagaimana yang kami kenal di sepanjang hidup kami, Mama tidak pernah menyerah meski beliau tidak bebas seperti dulu…

Meski sulit berjalan dan kami sudah menyediakan 2 jenis tongkat (tongkat kaki tiga untuk satu tangan dan tongkat kaki empat yang kayak jemuran handuk), Mama tidak mau menggunakan tongkat di rumah.. Beliau lebih senang menggunakan kursi plastik yang ada sandarannya sebagai alat bantu..  Tapi kalau keluar rumah, beliau menggunakan wheelchair.. Lebih nyaman dan lebih aman… Dan kami anak2nya sudah terbiasa dengan acara menurunkan, membuka, melipat dan menaikkan kembali kursi roda beliau ke mobil…

Mama gak bisa lagi membuat seluruh penjuru rumahnya rapi jali… Tapi teteup.., setiap pagi dan sore Mama akan masuk ke dapur untuk memantau yang bekerja di rumah menyiapkan makanan…, memantau cucian, memantau kebersihan sepenjuru rumah..

Mama teteup gak mau dibantu untuk urusan paling pribadinya.. Beliau tetap mandi snediri, bahkan membersihkan sendiri pispotnya.. Orang yang ada di sekitar beliau, hanya diminta berada di sekitar kamar mandi, saat beliau mandi, supaya bisa memantau..

Mama enggak bisa ke Mall nyaris setiap hari seperti dulu… Wait… Don’t judge her as a shopacholic woman… Dengar dulu alasan beliau mengapa ke Mall nyaris setiap hari, setelah rumahnya rapi jali..

Menurut Mama, setelah diabetes menyerang sekitar 11 tahun yang lalu, Mama harus olahraga..  Selain menggerakkan tubuh dengan mengerjakan sendiri segala pekerjaan rumah dan mengurus 2 cucu yang dititipkan pada beliau, jalan kaki adalah cara olahraga yang paling efektif.., Dan menurut Mama, jalan kaki di Mall, menyusuri toko demi toko adalah tempat jalan kaki yang paling aman : gak bakalan ketemu anjing galak, gak bakal ngeliat sampah2 berserakan apalagi kotoran binatang yang suka ada aja di pinggir jalan…  Mama paling mengeluarkan uang untuk beli makanan dan minuman… Plus sesekali baju, sepatu atau pernak pernik cantik buat anak2 perempuan dan cucu2nya… Hehehehe…

Do shopping @ Pasar Buah Brastagi

Tapi sekarang beliau tetap jalan-jalan keluar rumah.. Meski terkadang lebih banyak tidak turun dari mobil.., tapi teteuupp wajib jalan-jalan..  Beliau membatasi diri untuk ke Mall besar yang ramai dan parkirnya susah… Beliau lebih prefer ke one stop shopping yang parkirannya luas seperti Pasar Buah Brastagi yang gak jauh dari tempat tinggal keluarga kami.  Saat ku tanya mengapa enggak mau ke Mall besar sesering dulu, jawab Mama “Jangan ahh.. Nanti kalau ada apa2, kalian akan repot memilih siapa yang mau diselamatkan lebih dahulu..  Kita cari tempat yang aman2 aja.. Yang mudah keluar kalau ada apa-apa…”

Beberapa kali terakhir aku ke Medan, Mama malah maunya dibawa ke Greenhill di Sibolangit.. Mama bilang, udaranya segar, bunganya cantik2.. Bikin mata dan paru2 sehat..  Ok deh Mom….

Mama tetappp berjuang untuk mandiri semampu yang beliau bisa, meski tak sebebas dulu.. We proud of your spirit Mom.. We love you so much…

Liburan Heboh… (1)

Tati nemu sebuah pic lama.  Photo Tati dengan keempat makhluk di muka bumi yang awalnya memanggil dakyu dengan panggilan Te-A-Te-I, TATI…  Keempat makhluk di photo ini dari kiri ke kanan adalah Olan, Bang Parlin, Ira dan Bang Nanda.  Kalo gak salah pic ini dibuat di rumah dek Abby dan Tante Dine di Bandung, saat kakak Tati, kak Lintje, dan keluarga berlibur ke Bandung dan Yogya tahun 2000. Hmmmm  udah 8 tahun yang lalu yaa..   Saat itu baru usai pertandingan sepak bola apa gitu, Tati gak ingat secara Tati gak penggemar bola.  Lihat aja banner yang diusung anak-anak..

Liburan ini adalah liburan yang hueeebbbohhhh, amat hueeebbbooohhhh….  Pokoknya bikin Tati mabok alang kepalang…  Kenapa emangnya…?

Ceritanya saat itu Tati udah hampir setahun menetap di Yogya buat ambil post graduate di Penginderaan Jauh UGM.  Bang Parlin juga udah setahunan menetap di Bandung karena kuliah di Arsitektur Parahyangan.  Saat itu Tati baru selesai ujian semester 2  dan siap-siap buat KKL.  Bang Parlin sedang ujian semester 2 dan lagi ngambil semester pendek.  Karena kami gak pulang ke Pekanbaru, sementara Bang Nanda, Olan dan Ira libur kenaikan kelas, maka kak Lintje membawa keluarganya liburan ke Pulau Jawa.

Biar seru dan supaya mudah kemana-mana, rombongan pergi melalui jalan darat alias bawa mobil.  Buat lebih aman dan nyaman, kak Lintje menggunakan mobil rental lengkap dengan supirnya.  Tapi ternyata si supir belum pernah bawa mobil ke Jawa… Doski gak ngerti jalan-jalan di Jakarta.  Anggota rombongan..? Podo ae..  Kak Lintje zaman itu kalo ke Jakarta dan mau kemana-mana mesti dianterin..  Kalo tugas ke Jakarta dan mau ke Bandung aja, Tati yang di Yogya harus ke Jakarta buat jemput lalu bawa ke Bandung.  Lalu kalo mau pulang, diantar lagi sampe ke Cengkareng, baru Tati pulang ke Yogya…  Repot khan…?  Tapi Tati enggak merasa kebeban tuh..  rasanya asyik2 aja..  Kalo sekarang sihhh, setelah keempat anak-anak sekolah di Jakarta dan Bandung, kak Lintje jadi gape keliaran di Jakarta dan Bandung, asal gak ke daerah pelosok2 ya..   Pokoknya kalo di Jakarta untuk seputaran Menteng, Sudirman-Thamrin, Kuningan.. Aman lah..  Atau kalo di Bandung, seputaran Dago, Cimbeleuit-Cihampelas, Cipaganti, gak masalah…  Hehehe..

Nah, karena supir gak ngerti jalan, kak Lintje jauh2 hari udah pesan supaya Tati jemput mereka di jakarta..  So, dua hari sebelum mereka nyampe di Jakarta, Tati udah berangkat dari Yogya.  Tati waktu itu nginap di rumah kakaknya Mama di Cempaka Putih, tapi mana kak Lintje tau jalan ke Cempaka Putih, apalagi supirnya…  Tati lalu minta kak Lintje nunjukin si supir jalan ke arah Plaza Indonesia, khan rasanya gak susah lah yaa buat nemuin Plaza Indonesia alias Sogo.  Tinggal belok kiri di Semanggi saat mereka  jalan di Gatot Subroto setelah keluar dari Tol Kebun Jeruk.  Tati bilang kalo mereka udah sampai di Semanggi telpon aja, Tati akan keluar dari Plaza Indonesia dan nunggu di depannya.  Ternyata oh ternyata, si supir salah ambil jalur saat di Semanggi, sehingga mereka gak bisa belok ke Sudirman arah Thamrin..  Terpaksa perintah berikutnya keluar…  Berhenti segera di kiri.. Lalu lihat nama bangunan di situ, Tati yang akan menyusul ke lokasi mereka berhenti…  Mereka ternyata berhentinya di depan RS. Tebet…  Jauh banget ya dari Semanggi.  Tati lalu nyusul naik taxi..  Kebayang gak siyy…? Yang satu dari Yogya, yang satu dari Pekanbaru ketemunya di trotoar depan RS. Tebet.. ? Edaaannnn…. !!! Hehehe…

Begitu ketemu, ternyata anak2 udah pada kelaparan…  Jadi sebelum ke Bandung pengennya pada makan dulu..  Karena anak2 saat itu masih kecil2, dan seleranya cuma satu : fried chicken.., terpaksalah kita nyari outlet fried chicken kesukaan anak2 dulu, baru melanjutkan perjalanan ke Bandung.

Kita lalu ke Bandung lewat jalur Puncak, karena anak-anak gak mau lewat jalur Purwakarta.  Untungnya Tati waktu tinggal di Jakarta doyan banget bulak balik Jakarta-Bandung, jadi gak asing dengan ketiga jalur Jakarta-Bandung : Puncak, Purwakarta, Subang.  Sampai di Bandung kita nginap di Hotel Geulis di Dago dengan pertimbangan dekat kemana-mana, trus hotelnya gak terlalu besar dan nyaman pulaa…  Gak lama setelah kita nyampe, bang Parlin datang…  Kita lalu pergi makan malam sekaligus ngerayain ultah bang Parlin, yang jatuh beberapa hari sebelumnya..  Besoknya…  seharian bawa pasukan berburu di FO-FO yang bertebar di Dago, Jl. Riau dan beberapa jalan lainnya..  Juga belanja-belanja keperluan bang Parlin si anak kost..  Enggak tau siapa yang punya ide edan, malam itu juga setelah magrib rombongan berangkat ke Yogya…  Tapi bang Parlin enggak ikut karena besoknya harus ujian…

I Love To Ride Motor Bike…

Sejak beberapa minggu yang lalu kak Lintje, kakak Tati, bilang supaya Tati belajar bawa Vario, supaya gampang pergi-pergi di sore hari kalo bulan puasa nanti..  Kan kalo bulan puasa lalu lintas kan meningkat luar biasa, jadi kalo kemana-mana naik mobil malah lambat karena kena macet. So, kalo naik motor kan lebih asikkk, gak kena macet…  Dan di rumah Jl. Durian ada motor Vario milki Ira, ponakan Tati. Tapi motornya sekarang nganggur karena pemiliknya mulai mundar mandir Pekanbaru – Jakarta – Bandung buat nyari sekolah..

Kenapa mesti belajar bawa Vario? Karena Vario itu beda sama motor-motor yang pernah Tati bawa sebelumnya. Gak ada gear, rem-nya di tangan semua, gak ada yang di kaki.

Tati tuh sebenarnya bisa bawa motor.. Malah belajarnya sejak dini buanget… Saat kelas 3 SD..!!! Whaaaatttttt…? Secara Tati tuh kan tergolong berbadan bongsor, dan di rumah itu ada motor Honda Cup 70 alias BMW alias Bebek Merah Warnanya, yang gak terlalu tinggi dibanding motor-motor yang beredar saat ini. Jadi biar usia 9 tahun kakinya udah nyampe… Mana waktu itu di rumah ada tante dan oom yang jail2, yang mau-maunya ngajar anak kecil naik motor.. Padahal ortu mana ngasih…

So, naik motornya nyuri-nyuri gitu deehh… Selama itu pernah jatuh ke got, kegelincir dll.. Untungnya gak ada yang berakibat fatal.. Naik motor secara terbuka tuuhhh saat lulus SMP karena ortu ngasi hadiah motor… Naahh selama SMA, Tati tuh kemana-mana wara wiri naik motor.. Rasanya asyik banget… Tapi gak pernah siyy aneh-aneh, misalnya naik motor keluar kota..

Pernah juga belajar bawa skuter.. Yang ngajarin adik Tati, si Papi David, di sekitar rumah kita di Banda Aceh saat Tati liburan ke sana tahun 1985an..  Karena belum ngerti gimana ngelepas kopling dan narik gas dengan serasi…, skuternya bukannya jalan dengan manizz.. tapi malahan standing…!!!  Papi David langsung ngejar dan nahan skuter supaya gak terus melaju dalam keadaan standing..  Alhamdulillah gak apa-apa.  Jangan tanya reaksinya Tati..  Kaget banget, ketakutan lalu njerit-jerit…  Bikin Papa Mama dan anggota keluarga lainnya keluar dari rumah…  Akhirnya Papi David dimarahin Papa habis-habisan…, dan Tati gak boleh nyentuh skuter lagi… Hahaha…

Setelah tamat SMA lalu pergi ke Bogor sampai pulang ke Pekanbaru tahun 1996 Tati tuh hampir gak pernah naik motor… Cuma pernah sekali nyobain bawa skuter tua-nya kak Ismet, senior di IPB yang sering main ke rumah kita di CR4.  Karena gak pernah bawa motor lagi, jadi malas deh ngurus perpanjangan SIM C saat kadaluwarsa..  Setelah pulang ke Pekanbaru, Tati paling sekali-kali minjam motornya bang Parlin, kalo lagi kangen pengen ngerasain naik motor…

Ketika di Yogya, Tati kembali bermotor-ria.  Waktu masih kursus PUSPICS, kalo wiken Tati dan Mami Uli suka nyewa motor buat jalan2..  KIta naik motor sampai ke Prambanan dan Kaliurang..  Lalu saat kuliah di Yogya, agar Tati bisa mobile (angkutan umum di Yogya jalurnya terbatas dan hanya sampai jam 18-an), Papi David yang saat itu masih tinggal di Bandung menyuruh orang mengantarkan motor buat Tati pake selama kuliah…  So, Tati kemana-mana naik motor…  Asssyiiikkkk… Padahal gak punya SIM C… Huahahaha…  Tati sempat naik motor ke candi Borobudur, Kaliurang dan Prambanan dengan bang Parlin saat dia libur kuliah dan main ke Yogya..  Sering kali hari minggu pagi, Tati jalan dengan Anna dan Venny, teman2 di Yogya, naik motor sampai ke Parang Tritis… Weleh-weleh…. Bandelnya….!!

Kembali ke Pekanbaru, bye bye motor…, karena gak punya.  Paling sekali-kali pinjam motor bebek bang Parlin yang udah diwariskan ke Nanda dan Olan..

Beberapa tahun yang lalu Tati dapat fasilitas motor dari kantor.. Tati mikirnya lumayan juga niyy kalo ke kantor naik motor.. Bisa menghemat pengeluaran BBM dibanding kalo naik mobil kemana-mana.. Hehehe… Tati udah nyiapin ransel yang ok buat bawa laptop dan pernak pernik kerjaan… So, Tati udah ngebayangin asyiknya ke kantor naik motor.. Tapi baru sehari ke kantor naik motor, Tati dipanggil sama ibu yang ini. Disuruh mikir puaaannnnjaaannnggggg, karena kan udah bertahun-tahun gak naik motor. Mana tentengan ke kantornya kan banyak (karena punya 2nd job juga), udah gitu rumahnya relatif jauh juga… Beliau worry kalo Tati diserempet orang di jalan, atau sengaja diserempet karena ngeliat tentengan yang banyak… Akhirnya keingingan motor bike to work cuma tinggal angan-angan.  Motornya akhirnya cuma diparkir di garase rumah jalan Durian dan dipakai anak-anak kalo pada pulang saat liburan…, dan kemudian dipulangkan ke kantor karena Tati pindah tugas..

Naaahhh.. tadi malam kak Lintje ngedorong-dorong Tati buat nyoba Vario itu..  Heheheeee… Rasanya bloon banget karena boro-boro mau nyoba bawa, ngidupinnya aja gak ngatriii…  Terpaksa deh kita telpon Ira, si pemilik..  Ternyata kalo mo nyalain, standar motornya mesti ditutup dulu, lalu tekan rem, baru tekan starter..  Setelah bisa nyalain, Tati ngeluarin si Vario ke halaman rumah..  lalu nyoba satu putaran di halaman rumah…  Setelah rasanya siipp…, kak Lintje nyuruh Tati nyoba bawa keliling satu blok dekat rumah….   Tati lalu mulai deehhh bawa Vario-nya ke jalan…  Enak sihhh.. rasanya ringan…!!  Tapi aneh karena gak ada gear..  Jadi kalo mau jalan, ya digas aja.. Kalo mo berhenti tinggal turunin gas dan tarik rem yang ada di tangan kanan dan kiri…  Kayaknya butuh meningkatkan jam terbang, biar menyatu..

Begitu nyampe di depan rumah setelah selesai mutar satu blok…. , kak Lintje langsung minta dianterin ke pasar… Huahahaha… Si ibu ini ternyata yang penasaran…  Kira akhirnya naik Vario ke pasar.. Tati bawanya pelan-pelan… Gak berani ngebut…  Setelah dari pasar kita muter-muter kota Pekanbaru dehh…. Serunya merasakan angin semilir… Ini yang gak bisa kita rasakan kalo bawa mobil….