Diriku baru bergabung dengan sebuah komunitas 1 Minggu 1 Cerita. Komunitas yang mendorong anggotanya untuk menerbitkan 1 tulisan setiap 1 minggu di web atau blog pribadi masing-masing. Tulisan itu temanya bebas, kecuali bila ada ketentuaan dari pengelola. Daku kecebur di komunitas tersebut karena diseret-seret Teh Ani Sulaksani, si Ibu Pengembara. 😀 😀
Nah untuk minggu ini, Komunitas 1 Minggu 1 Cerita menetapkan tema Kampung Halamanku Juga Seru! bagi para anggotanya. Tema ini membutuhkan pemikiran buat diriku. Bukan karena gak kenal kampung, gak pernah pulang kampung atau gak cinta kampung.. 😀 Tapi justru karena sejak kecil terbiasa pulang kampung, punya banyak kenangan manis tentang kampung, cinta kampung dan selalu rindu kampung, maka selama 9 tahun 5 bulan punya blog, aku cukup sering menulis tentang Sipirok, kampung halamanku, tanah leluhurku. Bahkan kata Sipirok menjadi Tags di Cerita Sondha. Selama tahun 2017 yang baru 29 hari ini, di Cerita Sondha sudah ada 2 tulisan tentang Sipirok, yaitu Kuliner Sipirok, dan Sipirok, A Prospective Destination. Karenanya untuk kali ini diriku menulis tentang Kota Pekanbaru.
Ya, Pekanbaru adalah kampung halaman kedua bagiku. Di kota ini aku dibesarkan sejak usia satu tahun. Tempat aku menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja. Tempat aku mengisi usia dewasa setelah kuliah di Bogor dan bekerja juga di Jakarta, lalu sekolah lagi ke Yogya. Pekanbaru tempat aku hidup, bekerja, dan berkehidupan sosial. Ya, Pekanbaru adalah kampungku, rumah bagi jiwaku, dan sampai saat ini Pekanbaru adalah tempat satu-satunya rumah yang kumiliki dari hasil kerja keras bertahun-tahun. 😀 Pekanbaru tempat aku kembali setelah bepergian kemanapun. Makanya aku paling sebel dan geram, kalau ada orang yang merasa berdarah lokal lalu dengan seenak udelnya bilang aku adalah pendatang di Pekanbaru, hanya karena aku berdarah Batak. Apa lagi klo yang ngomong itu gak lebih lama tinggal di Pekanbaru dari diriku dan keluarga. Rasanya diriku pengen ngebalas omongan gak enak itu dengan bilang, “Helloowww…. ! Kamu kali yaa, yang pendatang !” 😀
Apa siyy serunya Kota Pekanbaru ?
Buat aku, pertama-tama Pekanbaru itu seru karena aku banyak teman dan kenalan di sini. Mulai dari teman keluarga, teman sekolah, teman kerja dan juga teman yang aku kenal dari teman-teman. Karena perkembangan, Pekanbaru tidak lagi seperti dulu, ketika kita pergi ke berbagai sudut kota akan ada saja ketemu orang yang kita kenali dan mengenali kita. Orang-orang lama Pekanbaru.
Kedua, Pekanbaru itu seru karena kotanya relatif nyaman. Kota yang saat ini cukup besar, dan sudah semakin banyak fasilitas tersedia. Namun Pekanbaru terhitung kecil bila dibanding dengan Medan, Bandung, Surabaya. Apalagi Jakarta, kota dimana langkah kita terbatas karena macet cet cet. Di Pekanbaru kita masih gampang kalau mau pergi kemana-mana. Gak terlalu butuh waktu panjang.
Pekanbaru juga seru karena penataannya yang cukup rapi, terutama di pusat kota. Ada jalan-jalan dua arah yang lebar dan dibatasi jalur hijau yang asri. Ada trotoar yang cukup nyaman untuk melakukan salah satu aktivitas kesukaanku, jalan kaki. Di kawasan tertentu ada jalur khusus untuk pengendara sepeda, meski pada hari kerja, jalur sepeda tersebut sering dijadikan tempat parkir oleh orang-orang yang masih kurang perduli.
Di Pekanbaru ada perpustakaan megah, dengan koleksi buku-buku yang banyak, pustaka milik pemeritah daerah Provinsi Riau. Fasilitas yang bisa bikin mabok kepayang para pencinta buku.
Naahhh itu kan serunya Pekanbaru untuk orang-orang yang tinggal dan besar di Pekanbaru. Buat orang-orang yang berkunjung ? Pekanbaru juga seru lho ! Seru banget !
Pekanbaru secara historis merupakan bahagian dari Kerajaan Siak Sri Inderapura. Salah satu kerajaan Melayu di sekitar Selat Malaka. Kerajaan yang besar dan jaya di masanya. Oleh karenanya, ciri khas Melayu yang bernuansa Arab mewarnai Pekanbaru, termasuk kulinernya.
Lokasi Pekanbaru yang strategis, dilalui oleh Sungai Siak yang berhilir di Selat Malaka. Selat ini sejak berabad-abad merupakan perairan tersibuk di dunia, diarungi berbagai bangsa. Hal ini membuat Pekanbaru juga didatangi dan dihuni oleh orang-orang dari Sumatera Barat, Batak, Jawa dan juga China. Ditambah lagi, adanya eksplorasi minyak bumi dan perkebunan sawit di sekitarnya, membuat Kota Pekanbaru didatangi orang-orang dari berbagai suku yang mencari peruntungan. Maka jadilah kota ini kota yang plural, namun tak kehilangan akar budayanya.
Pluralitas yang ada di Pekanbaru menghadirkan warna yang khas pada kulinernya. Ini adalah salah satu daya tarik Kota Pekanbaru. Kuliner apa saja ?
Untuk sarapan di Pekanbaru, kedai kopi menjadi pilihan utama. Kedai kopi yang diwarnai budaya Chinese, sama sekali tidak hanya menghidangkan kopi. Ada banyak kedai kopi di seantero Kota Pekanbaru. Beberapa di antaranya telah ada puluhan tahun, seperti Kedai Kopi Kim Teng di Jalan senapelan, Kedai Kopi Laris di Jalan Karet dan Kedai Kopi King di Jalan Juanda. Ketiga kedai kopi tersebut punya ke-khasan masing-masing.
Kedai Kopi Kim Teng, menyediakan kopi yang luar biasa juga aneka roti. Beberapa tahun terakhir, Kedai Kopi Kim Teng bahkan menjadi food court yang menyediakan berbagai menu, seperti dimsum, mie pangsit dan aneka mie. Kedai Kopi Laris juga punya kopi yang sangat enak, kopi yang dihidangkan berasal dari biji kopi yang baru dipanggang. Salah satu makanan khas di Laris adalah soto ayam kampung. Bubur ayam merupakan hidangan utama di Kedai Kopi King. Diriku gak pernah bosan dengan kuliner yang satu ini. Jadi makanan wajib ketika tubuh butuh sesuatu yang bisa membangkitkan ekstra energi di pagi hari.
Selain ketiga kedai kopi yang sudah well-known tersebut, di Pekanbaru juga ada Kedai Kopi Liana. Aapa istimewanya kedai kopi ini? Kedai kopi ini menyediakan aneka hidangan yang berbahan utama mie sagu. Mie sagu merupakan salah satu bentuk hasil olahan dari tanaman sagu (Metroxylon sagu) yang banyak terdapat di wilayah Pesisir Provinsi Riau.
Sarapan lain yang khas Melayu adalah roti canai. Saat ini ada 2 penjual roti canai yang maknyus banget. Kedai Canai Kuansing di jalan Diponegoro Ujung, dan Kedai Canai Tuan Prata di Jl. Mendut Pekanbaru. Oh ya, Tuan Prata juga menyediakan teh tarik dan luti gendang, roti khas Pulau Tarempa, yang dulunya bahagian dari Provinsi Riau, namun sekarang menjadi bahagian Provinsi Kepulauan Riau.
Selain mie sagu dan roti canai, ada kuliner untuk sarapan yang sangat khas Melayu, bubur lambuk. Bubur ini hampir sama dengan bubur Manado yang sudah well-known, terbuat dari beras yang dimasak dengan air yang cukup banyak, lalu dicampur dengan sayur-sayuran. Khusus untuk bubur lambuk, sayur-sayurnya berupa tanaman khas wilayah Riau, seperti sayur paku (Diplazium esculentum), dan ditambahkan dengan ikan bilis (Mystacoleucus padangensis) goreng. Setahu diriku sampai saat ini belum ada tempat makan atau kedai kopi yang menyediakannya. Kalau mau, harus pesan. Setahu diriku yang menerima pesanan bubur lambuk adalah ibu Dinawati, salah satu pengurus Ikaboga Riau, pemilik usaha bolu mojo Al Mahdi di Jalan Rajawali Pekanbaru.
Saat ini ada beberapa kedai kopi baru yang juga menyediakan berbagai sarapan yang khas Pekanbaru denga penataan ruang yang lebih nyaman, Kedai Kopi Coffee Two di Jalan Setia Budi, misalnya. Jadi kalau teman-teman ke Pekanbaru, tinggal pilih mau sarapan dimana. 😀
Untuk maksi, masakan khas melayu adalah asam pedan ikan patin (Pangasius hypophthalmus) atau asam pedas ikan baung (Bagrus nemurus). Ada banyak restoran yang menghidangkan masakan ini, Dari warung sederhana, sampai restoran canggih dengan tempat yang nyaman. Restoran yang terkenal dengan masakan asam pedas patin adalah Rumah Makan Haji Yunus di Jalan Kaharuddin Nasution, tak jauh dari Bandara Sultan Syarif Qassim. Atau Rumah Makan Khas Melayu di sekitar bandara.
Kalau mau menikmati ikan asam pedas patin yang dijual oleh masyarakat lokal, teman-teman bisa nyoba di Rumah Makan Si Tjuik. Rumah makan ini dulu lokasinya unik, di dekat pelabuhan container PT. Chevron. Sekarang lokasinya sudah di jalan besar, di Jl. Yos Sudarso, Rumbai.
Untuk kue-kue khas Melayu adalah kue Bolu Kembojo, atau yang populer dengan Bolu Mojo, dan kue bangkit. Ada banyak pengusaha UMKM yang menjual kedua jenis kue ini. Bolu Mojo adalah sejenis kue basah, sedangkan kue bangkit adalah cookies yang berbahan baku tepung sagu. Favorite keluargaku adalah bolu kembojo buatan Mie mie di Jalan Pepaya. Kenapa ? Selain rasanya memang enak, ukurannya juga kecil-kecil. Pas untuk satu kali makan. Sedangkan kue bangkit favorite kami kue yang dibuat kelompok usaha Kembang Sari. Kuenya renyah dan wangi karena dikasi parutan kulit jeruk purut.
Oh ya di Pekanbaru juga ada yang jual kue-kue khas Banjar alias wadai. Namanya warung Papadaan. Lokasinya di Jalan Hang Tuah, di seberang SD Teladan. Di sini juga menyediakan Soto Banjar dan Nasi Kuning dengan Ayam Masak Habang (ayam masak merah) khas Banjar.
Ada lagi yang selalu bisa didapatkan kalau berkunjung ke Pekanbaru. Durian. Ya durian selalu ada di Pekanbaru. Ada banyak warung-warung di sekitar Hotel Pangeran di Jalan Sudirman yang menyediakan durian, lengkap dengan ketan sebagai teman untuk disantap. Kalau ingin bawa pulang durian, teman-teman bisa minta penjual mengupas durian yang sudah dibeli, lalu dikemas sedemikian rupa di dalam kotak sehingga layak untuk dibawa. Atau kalau mau lebih praktis, bisa dengan membeli lempok alias dodol durian. Ada banyak toko yang menjual makanan khas Riau ini.
Dengan kulinernya yang luar biasa, siapa yang bisa bilang Pekanbaru gak seru ? Yuukkk ke Pekanbaru !!! ***