Bandra Neira merupakan daerah tujuan wisata yang paling ingin aku kunjungi di negeri tercinta ini. Bahkan beberapa bulan yang lalu aku sempat membicarakan dengan beberapa sahabat agar kami bisa pergi bersama-sama lagi, seperti yang pernah kami lakukan dan aku tulis di blog ini sekitar 4 tahun yang lalu.. Makanya, BANDA NEIRA lah daerah tujuan wisata yang aku tulis untuk menjawab tantangan Lomba Blog Pegipegi #BukanSekedarTraveling kali ini…
Mengapa ingin pergi ke Banda Neira? Itu kan bukan destinasi wisata yang sangat populer di Indonesia.. Dimana letaknya? Apa istimewanya kota kecil itu…?
Banda Neira itu sebuh kota kecil di Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.. Karena berada di pulau yang sangat kecil, lahan yang tersedia untuk pemukiman terbatas, dari yang aku dengar, lahan di kota ini muahalllll…. 😀
Kepulauan Banda merupakan gugusan pulau dengan gunung api, yang berada di Laut Banda, salah satu laut terdalam di dunia. Kepulauan ini juga berada diantara Paparan Sunda, di sisi barat dan Paparan Sahul, di sisi timur, sehingga menyebabkan keunikan pada flora dan faunanya. Letak geografis yang unik ini juga membuat Keplauan Banda mempunyai pemandangan yang indah, sangat indah…
Di sisi lain, Kepulauan Banda sejak berabad lalu merupakan penghasil pala (nutmeg) dan bunga pala (mace) yang luar biasa, baik dari sisi kuantitas mau pun kualitas. Ini membuat para pedagang rempah dari Eropa berlomba menguasai jalur perdagangannya, bahkan menguasai tanah yang menghasilkannya. Ambisi bangsa-bangsa Eropa ini menjadi penyebab Indonesia mengalami penjajahan Belanda selama 3,5 abad. Ini lah sebabnya Kepulauan Banda, Banda Neira mendapat tempat istimewa dalam catatan Sejarah Bangsa Indonesia, dan juga catatan Sejarah Perdagangan Rempah Dunia..
Sebelum bangsa Eropa, sebenarnya pedagang rempah dari Timur Tengah sudah lebih dahulu sampai ke Kepulauan Banda. Kedatangan para pedagang rempah dari Timur Tengah dan Eropa ini mewarnai Kepulauan Banda dengan agama dan budaya mereka. Agama Islam dan Kristen, serta budaya Timur Tengah dan Eropa, berpadu di wilayah ini.. Tinggalan yang tentu memberi warna unik, dan cantik pada budaya di Kepulauan Banda.
Perjalanan sejarah perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia juga mencatat Banda Neira, seperti juga Ende, dan Bengkulu. Ya, Banda Neira pernah menjadi tempat pengasingan Founding Father of Indonesia, Bung Hatta. Sebagaimana Ende dan Bengkulu pernah menjadi tempat pengasingan bagi Bung Karno. Bahkan Bung Cilik, Sutan Sjahrir yang menjadi Perdana Menteri Pertama Indonesia, juga pernah diasingkan di Banda Neira.
Alam yang indah, budaya yang kaya, menjadi bahagian dalam catatan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, bahkan sejarah perdagangan rempah dunia, menjadi sebab mengapa diriku sangat, sangat ingin pergi ke Banda Neira.
Apa aja yang mau aku lihat, aku lakukan di Banda Neira..?
Mendaki gunung api… Dari yang aku baca, butuh waktu 2,5 – 3 jam untuk naik mau pun turun.. Perjalanan yang menurut catatan orang-orang yang sudah pernah ke sana, tidak mudah, karena berjalan di pasir. Namun menurut mereka itu layak dilakukan, karena pemandangan yang luar biasa dari atas gunung.
Mengelilingi Pulau Banda dengan berjalan kaki, atau bersepeda… Berusaha menikmati sebanyak mungkin sudut-sudut Kota Banda Neira dan Pulau Banda… Membuat foto-fotonya… Melihat Benda Cagar Budaya yang masih ada, menikmati pertunjukan seni dan budaya, melihat kerajinan dan hasil kreativitas masyarakatnya, berinteraksi dengan masyarakat dan tentu menikmati kuliner khas Banda. Aku juga ingin menginap di hotel Maulana yang didirikan oleh bapak Des Alwi, salah satu murid yang diajar oleh Bung Hatta saat menetap di Banda Neira, yang kemudian menjadi salah satu diplomat Indonesia.
Karena aku belum bisa diving, dan hanya bisa berenang gaya batu.. Hehehehe… Aku tidak berencana untuk melakukan diving di Banda Neira. Meski dari yang aku baca, dan dengan posisi geografis yang dimilikinya, Kepulauan Banda punya keindahan biota laut yang luar biasa. Tapi aku ingin berperahu mengelilingi pulau-pulau yang ada di sekitar Banda Neira, dan juga singgah ke pulau-pulau tersebut. Dan kalau di sana ada glass boat, tentu dengan senang hati aku mau menikmati pemandangan laut dari glass boat tersebut.. Ada gak yaaa….?
Apa yang ingin ku lakukan bagi Banda Neira?
Hmmmm…. Sebagai seorang pegawai pemerintah, waktuku untuk pergi tidak banyak. Cuti bagi PNS hanya sekitar 12 hari kerja. Dipotong dengan cuti bersama yang biasanya diberikan saat menjelang dan sesudah lebaran, juga pada harpitnas-harpitnas (hari terjepit nasional) 😀 biasanya cuti yang tersedia tinggal 7 hari kerja. Jadi aku tak kan bisa berlama-lama di Banda Neira.. Seluruh perjalanan, dengan mengambil cuti, plus ditambah izin untuk tidak masuk kantor, kalau pimpinan berkenan memberikan, paling lama 10 hari. Yang bisa dilakukan bagi masyarakat Banda Neira dalam waktu yang singkat adalah dengan menunjukkan perilaku yang baik, sesuai ajaran agama yang aku anut, terutama dengan cara berpakaian yang telah aku pilih selama 14.5 tahun terakhir. Aku juga bisa membawakan buku-buku, vcd-vcd tentang Budaya Melayu untuk diletakkan di Pustaka-pustaka sekolah, sebagai upaya mengenalkan budaya yang berbeda. Hal lain yang bisa aku lakukan adalah membuat tulisan tentang Banda Neira, bukan saja dalam rangka pengenalan dan promosi pariwisata, tapi juga untuk mengingatkan betapa luar biasa peran Kepulauan Banda, Kota Banda Neira dalam perjalanan sejarah bangsa kita, dengan harapan bisa mengetuk pintu hati, terutama orang muda Indonesia, agar lebih peduli, dan semakin cinta dengan Nusantara..
Sebenarnya untuk memenuhi keinginan pergi ke Banda Neira ini, aku sudah mulai mencari info. Pada akhir tahun 2013, di salah satu rapat koordinasi yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, aku kembali bertemu dengan kak Ellen, salah seorang teman yang bertugas di Dinas Pariwisata di salah satu kabupaten di Provinsi Maluku. Aku sempat tanya-tanya ke kak Ellen, bagaimana cara untuk pergi ke Banda Neira. Karena sejauh yang aku dengar dan baca, pesawat ke sana sangat jarang dan ukurannya kecil.
Menurut kak Ellen, untuk sampai ke Banda Neira, aku sebaiknya naik pesawat ke Ambon, lalu melanjutkan perjalanan dengan naik kapal ke Banda Neira. Mengingat kapal penumpang dari Ambon ke Banda Neira yang ukurannya besar hanyalah 2 unit kapal milik PELNI, dengan jadwal berangkatnya hanya satu kali seminggu, maka waktu untuk melakukan perjalanan ke Banda Neira harus direncanakan dengan baik.
Mengingat tugasku di kantor sejauh ini lumayan, dan jadwal kerjanya cukup padat, serta acap kali harus menghadiri rapat yang mendadak, aku masih belum bisa membeli tiket untuk terbang dari Pekanbaru – Jakarta – Ambon pp. Padahal kalau bisa beli tiket jauh-jauh hari, kan bisa dapat harga tiket murah.. Apa lagi kalau bayarnya bisa dicicil… Hahahaha… Semoga keadaan bisa memungkinkan diriku untuk merealisasikan perjalanan ke Banda Neira, ya..***