Ini postingan dalam rangka Hari Pendidikan Nasional, Hardiknas kata orang2 saat ini.. Telat yaa.., karena Hardiknas sudah lewat 2 hari yang lalu.. Gak apa-apa lah yaa.. Kerjaan yang seabrek2 membuat energi kadang tak bersisa untuk menulis… Cari2alasan.modeon. Hehehehe…
Guru…
Guru bisa berati yang mengajar di sekolah formal mau pun yang mengajar ku di tempat-tempat les.. Atau bisa juga orang yang kita anggap sebagai guru bagi diri kita karena pengaruhnya yang sangat besar bagi jalan pikiran kita.., jalan hidup kita…
Guru yang mau aku bahas kali ini adalah sosok-sosok yang punya pengaruh besar terhadap aku, terhadap jalan hidupku.. Guru-guru Istimewa.. Mereka aku temukan semasa aku menjalani pendidikan di sekolah formal mulai dari tingkat dasar sampai saat aku kuliah.. Siapa aja mereka…??? Here they are…
Ibu Syaribah..
Beliau adalah guru ku di kelas 1 di sekolah dasar, SD Negeri Teladan Pekanbaru. Beliau adalah guru yang paling ajaib.., menurut aku.. Kenapa…? Karena beliau mengenalkan aku pada huruf yang sebelumnya tak ku kenal.. Beliau mengenalkan ku pada angka yang sebelumnya pun tak terlalu ku kenal.. Secara pada awal tahun 1970-an, Taman Kanak-Kanak sepenuhnya merupakan tempat bermain.., tidak ada pelajaran membaca apalagi berhitung… Yang ada menari, menyanyi, main ayunan, main prosotan, main jungkat jungkit daaaaaaannnnnn ikut karnaval dengan menjadi kelinci dan naik sepeda hias … Hehehehehe...

Ibu Syaribah (kanan) bersama salah satu mantan muridnya, Yasmine Attaillah..
Bu Syaribah guru yang sangat mendidik menurut aku.. Kenapa..? Karena beliau memberikan nilai yang fair, dan aku pikir itu sangat baik untuk mendorong murid-muridnya. Di catur wulan I, aku mendapatkan nilai a untuk membaca juga berhitung… Hueeebbbbaaaatttt….? Tunggu dulu, karena aku juga mendapat nilai d berwarna merah untuk pelajaran menulis… Huhuhuhuhu…
Menulis merupakan masalah besar buat ku di masa SD.. Motorik halus ku tidak cukup berkembang di saat itu.., sehingga aku tidak mampu menulis huruf halus kasar.., bisanya huruf kasar semua.. Hehehe.. Iya semua tulisan ditulis dengan tekanan yang kuat, sehingga kalau ada salah dan harus dihapus, justru kertasnya yang robek.. :). Belum lagi bentuk hurufnya yang enggak sempurna… Sehingga ibu (alm) menyebutnya tulisan cakar ayam… Bisa ngebayangin gimana bentuk goresan hasil cakaran ayam…? 😀
Ibu Syaribah juga tetap peduli dengan ku meski aku sudah bukan murid di kelas beliau lagi.. Beliau melibatkan aku di kelompok tari “Selamat Datang” yang keren banget rasanya di zaman itu… Penari di kelompok ini berasal dari murid2 SD Negeri Teladan dari berbagai kelas yang berbeda. Mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 5. Kelompok ini biasa tampil di berbagai acara baik yang diadakan sekolah maupun yang diadakan Dinas P dan K (Diknas zaman 70-an). Seru rasanya menari beramai-ramai di berbagai acara…
Dan bu Syaribah bukan hanya menjadi guruku, tapi juga menjadi guru dari 3 orang anak kakak ku..
Guruku yang berikutnya… Ibu Rustiaty…
Bu Rustiaty juga guruku di SD Negeri Teladan.. Beliau sebenarnya tidak pernah menjadi wali kelasku.. Sejak aku kelas 4 sampai dengan kelas 6, bu Rustiaty selalu jadi wali kelas untuk kelas B, sedangkan aku di kelas A. Tapi bu Rustiaty mengajarkan pelajaran Matematika dan IPA di kelas A dan juga kelas B.
Menimbang aku sering gak masuk sekolah sejak kelas 1 karena mengikut dengan Ibu (alm) bila beliau keluar kota, maka diputuskan bahwa aku harus ikut les untuk mengejar ketinggalan dari teman-teman yang lain.. Jadi 3 hari dalam seminggu aku akan diantar untuk belajar di rumah guru yang diminta orang tuaku memberi pelajaran tambahan, Ibu Rustiaty..

Aku dan beberapa teman SD saat menemui Bu Rustiaty di sekolah tempat beliau mengajar, 01.08.2009
Selain membantu aku untuk mengejar ketinggalan pelajaran, Ibu Rustiaty sepertinya juga diberi amanah untuk membantu aku memperbaiki TULISAN KU YANG CAKAR AYAM itu.. Hehehehe… Jadilah setiap hari les, 1 jam pertama diisi dengan latihan menulis halus kasar.. Entah berapa ribu kali, entah berapa ratus lembar kertas, entah berapa batang pinsil, entah berapa buah penghapus yang sudah ku gunakan untuk menuliskan kata-kata “pikir itu pelita hati“, “biduk berlalu kiambang bertaut”, “berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian” dan lain-lain.. 😀 Hasilnya…………??? Bukan satu dua kali orang memuji tulisanku yang rapi jali… Hehehehe… Dan bukan satu dua kali buku catatanku zaman SMP, SMA sampai dengan kuliah dipinjam teman2 karena kerapiannya.. Hahahaha.. :D. Semua itu berkat Ibu Rustiaty… Hehehehe…
Selain melatih motorik ku untuk menulis…, ibu Rustiaty juga mengajar berbagai pelajaran lain, yaitu matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan seluruh pelajaran yang diajarkan di kelas..
Tapi ada pelajaran lain yang sangat istimewa… Apa itu…??? Ibu Rustiaty yang tahu dari cerita2ku, si anak SD yang bawel, cerewet dan suka ngoceh, bahwa aku saat itu punya banyak sekali buku yang sebagian besar merupakan oleh-oleh dari Ibu (alm) bila beliau keluar kota. Di antara buku-buku tersebut terdapat buku serial pengetahuan dengan gambar2 yang cantik dan full color, sehingga menari buat anak2 seusiaku saat itu.. Bu Rustiaty memintaku untuk membawa beberapa buku tersebut pada saat aku les.. Untuk apa..??? Beliau memintaku mememilih salah satu buku, lalu membacanya dalam jangka waktu terbatas yang beliau pantau dengan jam tangannya.. Setelah waktunya habis, aku harus menandai batas bacaanku, lalu menuliskan apa pemahamanku atas apa yang sudah kubaca.. Setelahnya, Bu Rustiaty meminta aku menghitung berapa banyak kata yang sudah aku baca dalam selang waktu yang telah beliau berikan.. Yaaa.., beliau mengajarkan aku untuk membaca dengan cepat namun juga paham dengan apa yang aku baca…. Guru SD mana ya di zaman itu yang mengajarkan muridnya seperti ini…???
Guru yang memberi pelajaran istimewa berikutnya adalah… Pak Budi (alm)..
Pak Budi (alm) adalah guru menggambar geometri saat aku belajar di SMA Negeri 1 Pekanbaru. Kenapa Pak Budi (alm) menjadi istimewa buat aku? Padahal mungkin mantan teman2 sekelas ku tidak banyak yang ingat kehadiran beliau.. Beliau bukan tipe guru killer yang akan diingat matan murid sepanjang masa. Beliau sangat kalem, tak banyak bicara.. Selain itu beliau juga sangat singkat hadir di antara kami.. Saat kami di semester 3 beliau berpulang menghadap Yang Maha Kuasa..
Apa istimewanya Pak Budi (alm)..? Buat aku Pak Budi itu istimewa karena dia berani jujur menilai muridnya… Beliau memberikan nilai 5 berwarna merah untuk pelajaranmenggambar geometri di rapor semester 2 ku. Sementara di halaman yang sama di rapor itu tidak ada satu pun angka 6. Angka 7 pun tak banyak.., yang dominan adalah angka 8 bahkan beberapa angka 9 juga hadir..
Sakit hati…? Subhanallah… Aku sama sekali tidak sakit hati.. Aku sangat menyadari, lagi-lagi motorik halus ku pada saat itu belum mampu menghasilkan kerja yang halus.. Aku belum bisa menggambar cantik dengan menggunakan jangka… Aku belum bisa menggunakan cat air untuk mewarnai gambar-gambar geometrik dengan rapi. Hasil kerjaanku lebih sering beleber sana sini… :D.
Diberi nilai 5 berwarna merah justru memacu aku untuk berlatih dan berlatih… Sehingga ketika Pak Manurung dan kemudian Bu Rita guru menggambar yang menggantikan beliau memberikan aku nilai 8, aku di dalam hati berbisik “Terima kasih Pak Budi. Nilai 5 berwarna merah itu sungguh menjadi pecut bagi aku… Mendorong aku untuk belajar dan belajar.. Seandainya pada waktu itu beliau memberikan aku angka yang aman, mungkin aku tidak akan punya motivasi untuk melatih jari2ku agar mampu menggambar geometrik dengan rapi.”
Guru yang juga istimewa buat aku adalah Ibu Yayah Wagiono, dosen di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian IPB…
Mengapa beliau menjadi istimewa..? Kan aku hanya mengambil satu mata kuliah dengan beliau, Tata Niaga Pertanian di tingkat 3…? Beliau istimewa buat aku bukan sebagai dosen mata kuliah, meski beliau ngajarnya asyik dan mudah dicerna, tapi justru saat beliau bertugas menjadi Ketua Komisi Pendidikan di Jurusan Sosek saat itu…
Ceritanya di akhir semester 4 dari masa kuliah ku di IPB, indeks prestasi untuk semester 3 dan 4 ku hanya mencapai 1,98 alias satu koma oh la la.. (Aku pinjam istilahnya Gufron niyyy).. Menurut peraturan di IPB saat itu aku harus mengulang seluruh mata kuliah di semester 3 dan 4 kecuali yang nilainya sudah B ke atas… Bersama sekitar 40-an teman sekelas yang bernasib sama pada tahun itu, aku harus mengulang hampir seluruh mata kuliah kecuali 1 mata kuliah yang sudah B.., karena nilaiku adalah Rantai Carbon, alias sederetan nilai C dengan variasi 2 D dan hanya 1 B..
Membayangkan waktu yang terbuang karena harus mengulang setahun, serta membayangkan reaksi orang tua atas kegagalanku, membuat aku nekad menghadap Bu Yayah sebagai Ketua Komisi Pendidikan. Aku minta diberikan kesempatan her buat satu mata kuliah saja..Karena bila ada 1 mata kuliah dengan 3 SKS yang nilainya bisa berubah dari D menjadi C, atau dari C menjadi B, indeks prestasi ku akan berubah menjadi dua koma oh la la.. Kalau sudah begitu aku tidak perlu mengulang, dan aku tidak perlu mempertanggungjawabkan kegagalan ku pada keluarga….
Tapi Bu Yayah, tidak bergeming sedikit pun.. Dengan wajah yang biasa2 saja, tidak menunjukkan rasa simpati dan tidak pula menunjukkan sikap killer, beliau mengatakan pada ku… “Ingat baik-baik ucapan saya.. Pada saat ini kamu sangat ketakutan, kamu sangat sedih.. Tapi suatu saat nanti kamu akan bersyukur mendapat kesempatan untuk memperbaiki diri dengan mengulang mengambil mata kuliah-mata kuliah tersebut. Percaya pada saya.”
Jadilah semester5 dan 6 ku menjadi semester pengulangan… Tapi alhamdulillah kedua semester ini bukan menjadi periode yang buruk, melainkan jadi masa yang menyenangkan… Bersama 40-an teman sekelas yang bernasib sama, kami menjadi kompak… Menjalani masa-masa bergaul, runtang runtung ke sana ke mari… Have fun.. Di sisi lain, di periode itu aku belajar mengatur pola belajar yang efektif, yang juga belakangan aku terapkan saat aku menempuh kuliah pasca sarjanaku… Bener2 Study Hard Play Hard…
Di akhir semester 6 ku, indeks prestasiku berubah sangat jauh.. Bahkan melebihi ekspektasiku.. Dan nilai ini menyebabkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ku jadi tidak memalukan.. Seandainya Bu Yayah mengabulkan permintaanku untuk memberikan her untuk satu mata kuliah, dan aku tidak mengulang seluruh mata kuliah yang nilai2nya hancur2an itu, aku akan lulus dengan IPK dua koma oh la la.. Dan itu akan tertulis seumur hidup ku.. Itu juga akan membuat kesempatan ku mengambil pasca sarjana menjadi kecil…
Bisa teman2 mengerti mengapa seorang Bu Yayah Wagiono menjadi istimewa buat aku…? Karena beliau benar, aku sangat bersyukur sudah diberi kesempatan untuk memperbaiki diri.. Meski awalnya menyakitkan, menakutkan…
Terima kasih Bu Syaribah, Terima kasih Bu Rustiaty, Terima kasih Pak Budi (alm), Terima kasih Bu Yayah Wagiono… Pelajaran yang telah kalian berikan benar-benar indah dan luar biasa, mewarnai dan membentuk diriku menjadi aku yang sekarang.. Terima kasih…
Sesungguhnya selain keempat guru ini, juga ada banyak sekali guru-guru istimewa di adalam perjalanan hidupku…, yang jasanya juga luar biasa dalam membantu membuka pintu ilmu pengetahan.. Yang bahkan nama2nya bisa saja telah terlepas dari ingatan.. Untuk warna yang telah kalian goreskan di kertas kehidupanku…, terima kasih… Semoga Alloh SWT melindungi guru-guruku…, membalas kebaikan yang telah mereka taburkan ke dalam kehidupan aku, muridnya… ***
Like this:
Like Loading...