Canvassing IPB

Cavassing IPB…  Apaan tuuhh…? Bukan di-kanvas-in seperti Mike Tyson menganvasin lawan-lawannya kan…? **Buseet… Orang lama banget gw, yaakk… Koleksi petinju di pikiran gw Mike Tyson, petinju seperempat abad yang lalu...  Tau udah dimana itu orang…* 😀

IPB

Canvassing IPB itu kegiatan memperkenalkan  IPB, program-program study yang ada di IPB, jalur masuk ke sana,  fasilitas beasiswa yang tersedia, dan berbagai informasi penting lainnya, yang perlu diperoleh  pelajar SMA untuk menentukan dan memantapkan hatinya untuk mendaftar jadi mahasiswa IPB..

Jadi, ceritanya dua hari yang lalu…, Ocha, adik kelas di IPB, yang saat ini menjabat sebagai Sekjen HA – IPB  Riau nelpon…, ngajak hadir di acara Canvassing untuk pelajar-pelajar SMA di Kota Pekanbaru..  Acara yang ditaja adik-adik anggota IKPMR (Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Riau) yang kuliah di IPB, akan dihadiri Pak Ernan Rustiadi, Dekan Fakultas Pertanian IPB..  Dari pada dianggap kakak kelas tidak berbakti…, terpaksa lah diriku iyakan permintaan bu Sekjen ini…  😀

Tapi saat Ocha bilang, “Nanti kakak jadi salah satu pembicara yang cerita tentang perkuliahan di IPB yaa..” Diriku langsung pusing 7 keliling….**toenkkkk – toennkkkk –  toennkkkkkk*  😀 Lha gimana gak pusing klo disuruh testimony tentang perkuliahan dalam rangka promosi kampus…  Bukan karena kampusnya yang gak bagus… Kampusnya bagus banget.. Lha aku nya yang mahasiswa dodol.. Hahahaha…

Coba bayangin, saat kuliah, aku bukan mahasiswa yang menonjol… Kerjanya main melulu… Kalo sahabatku saat Tingkat Persispan Bersama (TPB), Ekarina, bilang “Dia maahh tidur melulu…” 😀  **sama kita, ya Na… Makanya cocok berteman… Hehehehe.*

Urusan kerjaan, aku juga gak menonjol… Biasa-biasa aja… Bertahun-tahun jadi orang di belakang meja… Jadi Tukang Masak, sekaligus Tukang Sapu.. Hahahaha…

Kalo aku ngasi testimony tentang betapa meriahnya hidup berteman selama di IPB, bisa-bisa orang tua calon mahasiswa gak ngizinin anaknya masuk ke IPB… Takut anaknya gak kelar-kelar kuliah… Main melulu…  Hehehehe…  Jadi lah aku memohon Ocha untuk mencari korban lain… Hahahaha…  Tapi sebagai alumni, aku setia, dan hadir di acara tersebut…

Canvassing IPB aAlhamdulillah yang hadir di acara tersebut ramai… Ada juga ibu dan bapak guru..  Ini pasti guru-guru yang keren…, mau datang ke acara sweeperti ini di luar jam kerjanya, supaya bisa memberi masukan pada murid-muridnya… Acara ini diisi dengan pemaparan dari Pak Ernan, testimony dari beberapa alumni, juga diisi dengan penampilan musik dari adik-adik IKPMR yang baru saja selesai keliling Riau untuk Canvassing IPB..  **Yang nyanyi suaranya bagus…..*

Dari pemaparan Pak Ernan aku jadi tahu kalo Fakultas di IPB udah gak 7  (A = Pertanian, B = Kedokteran Hewan, C = Perikanan, D = Peternakan, E = Kehutanan, F = Teknologi Pertanian, dan G = MIPA) lagi, tapi udah ada tambahan 2 Fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi dan Manajemen, dan Fakultas Ekologi Manusia.

Kayaknya Jurusan Sosek Pertanian, yang heboh denganbring cikita bring cikita bring cikitik cikitik cikita, mantap gawat Sosek Sosek Sosek” udah gak berada di bawah naungan Fakultas Pertanian lagi…  Program Studi Agribisnis dan Ekonomi Sumberdaya jadi Fakultal Ekonomi dan Manajemen, sedangkan Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, bersama Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, jadi Fakultas Ekologi Manusia…

Jalur pendaftaran ke IPB juga tidak seperti zaman ku, 29 tahun yang lalu…  Sekarang selain ada Seleksi Nasonal Perguruan Tinggi Negeri (SNPTN), ini seperti PMDK di zaman dulu, dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) ini SIPENMARU  klo di zaman dulu, Juga ada Beasiswa Utusan Daerah, dan ada Ujian Talenta Masuk IPB (UTMI).

Apa itu Beasiswa Utusan Daerah atau BUD…? BUD adalah suatu cara penerimaan mahasiswa program sarjana dan pascasarjana IPB yang direkomendasikan dan dibiayai oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan atau lembaga swasta, yang bila lulus diharapkan kembali ke daerah untuk membangun daerah.    Sedangkan Ujuan Talenta Masuk (UTM) adalah salah satu cara penerimaan mahasiswa program sarjana IPB yang berbasis kepemimpinan, kewirausahaan, dan cinta pertanian.  Metode seleksi yang digunakan adalah ujian tulis.

Kalau ada teman-teman yang anak, keluarga/kerabat yang berminat untuk masuk ke IPB, bisa lihat informasinya di website IPB di sini

Lalu…., secara pribadi apa testimony ku sebagai orang yang pernah sekolah di Institut Gebukan Kasur ini…?? Kasi tau gak yaa….. Kasi tau dikit atau banyak….?  😀

Memory ku tentang kuliah di IPB pernah aku tulis  sekian tahun yang lalu, dan dikasi judul TERIMA KASIH, PAK ANDI..  Satu hal lagi yang aku senangi dari kuliah di IPB adalah KEBERAGAMAN KAMPUS…  Ini cuplikan tulisan yang pernah aku buat juga beberapa tahun yang lalu di sini

Tati jadi ingat masa2 kuliah di Bogor… Masa2 yang sangat menyenangkan karena hidup dalam keberagaman… Saat itu mahasiswa baru tingkat persiapan dibagi dalam sepuluh kelompok. Di setiap kelompok, mahasiswa dgn nomor induk terkecil berasal dari DI Aceh (sekarang Nanggroe Aceh Darussalam), sedangkan mahasiswa dgn nomor induk terbesar berasal dari Indonesia Bagian Timur atau anak2 lulusan sekolah Indonesia di luar negeri. Jadi setiap kelompok merupakan cerminan Indonesia yang Bhinneka Tungal Ika. Dan mahasiswanya benar2 heterogen.. Ada mahasiswa yang berasal dari desa, ada yang berasal dari metropolitan, bahkan ada yang besar dan tumbuh di luar negeri. Ada yang anak petani, anak pegawai sampai dengan anak menteri bahkan anak presiden. Bahkan ada mahasiswa yang untuk bayar kuliah perlu keringanan dengan membawa surat keterangan tidak mampu…

Tapi gak masalah tuh…, kampus bisa menerima siapa aja tanpa melihat status ekonomi keluarga dan asalnya. Saat itu kami benar2 merasakan keberagaman di Kampus IPB, Kampus Rakyat.. Keberagaman yang memperkaya cara pandang tentang orang lain, keberagaman yang memperkaya wawasan kita..

Masih adakah keberagaman itu di kampus2 di negeri ini…? Masih ada kah keberagaman saat kampus dijalankan nyaris sebagai sebuah bisnis..? Masihkah pendidikan bisa menjadi sebuah cara untuk memperbaiki tingkat kehidupan di negeri yang kita cintai ini…?

Btw Tati sempat kaget lho waktu ujian Matematika Dasar I. Kaget karena petugas pengawas ujian yang mengulurkan kertas absen ke Tati adalah Mamik Suharto, yang waktu itu masih mahasiswa Jurusan Statistika. Bayangin, pengawas ujian anda adalah putri presiden yang selama ini wajahnya hanya anda lihat di media massa atau di buku2. Tati rasa kejadian seperti ini hanya terjadi di lingkungan kampus yang menghargai keberagaman, keheterogenan… Kalo enggak, mana mungkin kita2 yang berasal dari daerah dengan latar belakang keluarga biasa2 aja bisa ujian diawasi putri presiden Indonesia, yang zaman itu begitu diagungkan..?

Memang IPB yang ku dengar dari beberapa teman, yang adiknya, putra putrinya bersekolah di sana, IPB tidak seperti zaman aku dan teman-teman kuliah dulu..  Pilihan Fakultas dan Jurusan sudah dilakukan sejak mendaftar masuk, tidak di akhir Tingkat Persiapan Bersama (TPB).  Ujian tiap Sabtu sudah tak ada lagi..  Hanya mid dan akhir..  Kalau nilai kurang dari 2.00 atau di atas 2.00 tapi ada nilai F, seluruh pelajaran harus diulang, kecuali yang sudah B ke atas..  Sudah ada remedial dan semester pendek..  Jadi tak ada lagi istilah RCD atau Recidivis…

Aku dengar ilmu di IPB juga tak seperti zaman kami dulu..  Kalau dulu, kami diberi teori-teori yang kuat.., tapi segi teknis kurang banyak..  Sehingga kami para lulusan cenderung jadi generalis, yang bisa bekerja di banyak bidang, dan sedikit yang memilih bekerja di bidang pertanian.. 😀  Tapi sekarang katanya ilmu teknis lebih banyak diberi…, sehingga para lulusan jadi punya keahlian di bidang yang dipelajari.. Banyak juga mahasiswa yang menghasilkan inovasi-inovasi baru…..

Soekarno - _IPB

Dan kenapa harus memilih belajar pertanian…? Karena urusan pertanian itu urusan perut manusia, yang gak pernah ada habisnya selagi manusia ada di muka bumi..  Dan negeri kita ini adalah negeri agraris, punya potensi pertanian yang luar biasa… Jangan sampai ketika Pemerintah mencanangkan wajib makan makanan lokal seperti jagung, singkong…, ternyata jagung dan singkong itu impor dari negeri tetangga…  Mungkin slide paparan pak Ernan yang satu ini memang perlu kita renungkan…. Slide ini petikan pidato Bung Karno, Bapak Bangsa kita, Proklamator kita, saat beliau meresmikan Gedung kampus IPB yang di Baranang Siang..

JAYA LAH IPB KITA…***

Ketulah Combro….!!!!

Selama hampir  seminggu di Jakarta kali ini, aku merindukan combro… Combro…?  Iya combro… Ce O eM Be eR O… COMBRO o alias onCOM di jeRO…, itu gorengan yang terbuat dari singkong parut yang dibumbuin, trus di dalamnya ada tumisan oncom yang dihancurkan dan ditabur irisan cengek alias cabe rawit.  Selama beberapa hari mundar mandir, dan melihat tukang gorengan di pinggir jalan, aku intip2 apa mereka  jual combro, tapi ternyata, tidak… Huhuhuhu…. Pengen combro… Pengen banget….  Kayaknya aku ketulah deeehhhh…

Ketulah…? Iya maksudnya kena tulah omongan sendiri… Hehehehe… Ada story-nya niyyyy… Story si anak sok tau… Anak bau ketek yag baru keluar dari rumah dan jadi anak kost2an di rumah Oom Biyan & keluarga  di jalan Cirahayu 4 Baranangsiang 3 Bogor 16141…  Hahahaha….  Hueeebbbaaatttt kan…???  Sampe kode pos rumah kost 24 tahun yang lalu ajah gw masih ingat….!!!!

Ceritanya, berdasarkan hasil diskusi dan perundingan yang luar biasa alot di meja makan… (hehehe…, ngibul bangets deeehhh…!!!), kita 5 orang anak kost yang awal menghuni rumah tersebut (aku, Opi, Mia, Miko dan Riza) sepakat untuk tiap bulan patungan untuk meng‘hire bibik yang mengurus makanan dan cucian kita, plus untuk belanja bahan makanan. Setiap bulan, ada 2 anak yg ditugaskan  mengelola uang belanja dan ngatur menu yang selanjutnya disahkan melalui kesepakatan bersama para warga..  Nahh yg bertugas, kalo gak buru2 berangkat karena kuliah pagi, juga bertanggung jawab nemenin si bibik belanja di mang sayur yang lewat di depan rumah…

Suatu kali, saat aku bertugas dan nemenin bibi belanja di mang sayur yang lewat di depan rumah.., aku melihat benda yang diliputi jamur seperti tempe tapi warnanya orange…. Catat ya teman2, warnanya orange,  ORANGE… Kebayangkan jamur berwarna orange… ? Geli gak siyyy….? Serem gak siyyy…?  Kok rasa2nya itu mengandung racun, yaaa…?

Aku nanya, sama si emang sayur… Aku, sambil nunjuk ke benda ajaib itu : Mang, itu apaan…?

Mang Sayur : Itu oncom, Neng...

Aku : Buat apa itu, mang?

Mang Sayur : Itu mah makanan, neng.. Bisa ditumis, dibikin combro…  Enak, Neng…, kayak tempe gitu…

Aku : Kok warnanya oranye gitu, mang? Enggak beracun tuuuhhh…?

Mang Sayur  : Aihhhh si (e)Neng…  Enggak atuhhh Neng… Oncom mahhh enak… Coba atuh suruh bibiknya masak…

Aku : Amit-amit, mang..  Entar saya keracunan, kayak orang abis makan tempe bongkrek…

Si bibik nyela : Eleeeeuuhhh, eleeeeuuhhh si (e)Neng… Oncom maaahhh enak… Kita beli yaa?  Ntar bibi masakin deehh… Pasti  (e)Neng suka…, reseupppp…… (Bahasa Sunda = enak)….!!!

Aku : Bibiiiikkkkkkkkkkkkkkkkk…!!!! Saya enggak mau…!!!  Geli ngeliat warnanya…!!! Kayak gak ada bahan  makanan lain aja… Bibik, jangan coba2 masak yaa… Ntar saya gak mau makan… (dengan tampang guaalllaaakkkk…. hehehehe..)

Sejak itu, selama bertahun-tahun meski tinggal di Bogor, oncom gak ada di semesta kuliner ku… Padahal di DPR (Di bawah Pohon Rindang), tempat nongkrong dan jajan di Kampus IPB Baranangsiang tukang gorengan menjual combro selain pisang goreng, misro (amis di jero, amis = gula) dan tahu berontak.. Gak pengen ngerasain… Geli mengingat warnanya yang orange …. Pokoknya SAY NO TO ONCOM... Titik…!!!

Sampailah di tahun kesekianku kuliah di Bogor.. Aku KKN (Kuliah Kerja Nyata). Masih adagak siyyy zaman sekarang…? Aku ditempatkan di Desa Cibuluh, Kabupaten Bogor..  Sekarang siyy lokasi ini udah jadi perumahan deh kayaknya… Suatu hari kita berkunjung ke rumah masyarakat.. Terus disuguhi minuman dan makanan..  Makanannya… COMBRO… Dalam hatiku, “Mampuuuusssssssss  dah gw…!!!”. Aku ga mau makan oncom…, geli…!! Tapi klo gak dimakan takut tuan rumah tersinggung… Huhuhuhuhu…

Aku mencoba menunda dan menunda.. Berharap keajaiban akan datang, misalnya tau2 Kevin Costner atau Richard Gere (idola remaja jaman itu.. hahaa)  menjemput untuk kencan (mimpi bangetttssss….).  Sehingga aku bisa pergi buru2  dan mengatakan maaf pada tuan rumah karena belum sempat menikmati hidangannya… Atau kalo dipaksa bawa buat bekel, ya dikantongin aja, trus ntar dikasi ke orang.. Hehehe… Pokoknya yang ada di kepalaku adalah  gimana caranya supaya oncom yang orange itu gak masuk ke mulut ku…Gak masuk ke kerongkonganku.. Gak masuk ke lambung ku.. Gak mau… !! Takut keracunan…!!!

Tapi ternyata setelah menanti  dan menanti, tak seorang pangeran penyelamat pun datang menjemputku saat itu.. Aku tak mampu mengelak lagi setelah sang tuan rumah untuk yang kesekian kalinya menyuruhku untuk mencicipi combro yang katanya buatannya sendiri, dan sering dipuji2 tetangga…. Huhuhuhu….

Dengan berat hati aku lalu mengambil sebuah combro… dan memasukkannya bagian ujungnya ke mulutku, sambil mencoba menghapuskan bayangan akan benda beracun warna orange dari pikiranku… Greeessss… Gigitan pertamaku menyentuh singkong yang merupakan bagian luar combro… Lalu lidahku merasakan …  Hmmmmm…, enak… Bumbunya paaasssss…. Renyah… Greeeeesssss….

Gigitan keduaku menyentuh tumisan oncom… Lalu aku merasakan rasa…  Hhhhhmmmmmmm… Hmmmmmmmmm………… Rasanya tak terdefiniikan…. Hmmmmmm…..  Kok enak yaaaaa..?  Ditambah pedesnya cengek…. Hmmmmm…………. Hilang semua bayangan benda disgusting berwarna orange…  Mampussss daaaahhhh gw… Ternyata oncom itu rasanya enak bangetssss…. Combro itu enak bangets…. Rasa takut keracunan, hilang lenyap dari semesta pemikiran…  Lenyap….  Bubaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrr………….  Hehehehe…

Sejak itu combro merupakan salah satu makanan favoriteku… Secara di Pekanbaru oncom adalah benda langka, maka demikian juga combro..  Ada siyyy yang jual combro, pas aku tanya isinya apa, penjualnya bilang tempe…  Haaalllllaaahhhhh… Itu mah bukan combro tapi temro.. Tempe di Jero… Hehehehe.. Jadi aku berusaha menemukan combro kalo aku beredar ke wilayah peredaran oncom…, seperti Bandung, Bogor atau DKI..   Kalo ke Bandung, sebelum muter2, wajib beli combro buat bekel di jalan… Hehehehe… Busseeeetttt, gak siyyyy… ???? T

ahun lalu saat jalan2 ke Bogor dan pueeeengggen banget combro tapi gak nemu2… Aku dikasi tau kalo di tempat jual Apple Pie yang dekat bekas kost2an ku di Jalan Pangrango ada jual combro…  Aku dan teman2 ke sana… Nafsu…, aku beli 10 buah… Combronya gede2, lebih gede dari yang biasa dijual emang2 di pinggir jalan… Tapi ternyata ini combro modern… Adonannya pake mentega… Oaaaalllaaahhhhh… Makanan kampung dikasi bahan londo yo ra nyambung…!!! Rasanya gak krenyes2… Rada benyek…  Mungkin sebagian orang suka ya…, tapi itu bukan combro idamanku…

Besok pagi2 sekali aku akan pulang ke Pekanbaru… Tapi aku masih belum mendapatkan combro idamanku…  Aku kena tulah kali yaaa…?????  Dulu segitu benci dan amit2nya sama oncom dan turunannya.. Sekarang….,,? Aku nyaris ileran gara2 combro..  Jangan sampai pulang ke Pekanbaru aku bermimpi tentang combro dan combro….  Bisa repot urusannya…  Hehehehe.. ***

Taman Kencana

Taman Kencana…? Yuuuppp…. Buat penghuni Kota Hujan, Bogor, atau yang pernah tinggal di kota itu, kata2 Taman Kencana bukan lah kata2 yang asing.. Taman kencana adalah nama salah satu taman kota alias Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang kesohor di kota itu. Taman ini merupakan taman peninggalan zaman bahuela, ketika Kota Bogor masih bernama Buitenzorg. Bahkan kata Chi2, teman kost ku di Pangrango 16 yang belajar Landscape di IPB, taman ini merupakan salah satu taman kota dengan landscape peninggalan Inggris abad lampau yang masih tersisa di Indonesia. Betapa berharganya taman ini yaa…

Kok tiba2 aku nulis tentang Taman Kencana…? Sebenarnya, aku lebih dari setahun yang lalu kepikiran buat nulis memories of my younger days di taman ini, saat melihat foto2 seorang teman sesama blogger di depan Macaroni Panggang yang kesohor itu.. Apa hubungannya Macaroni Panggang ama Taman Kencana????? Macaroni Panggang yang kesohor itu berlokasi di Jl Salak, Bogor lokasinya persis di salah satu sisi Taman Kencana… Tapi karena sesuatu dan lain hal, keinginan itu tinggal sampai pada keinginan… Hehehehe….

Naaahhh…, beberapa hari yang lalu, saat ngeliat2 koleksi pics di laptop, aku melihat foto2 saat beberapa bulan yang lalu menyusuri jejak masa lalu bersama gank saat kuliah.  Saat menyusuri jejak masa lalu, kami berkunjung ke beberapa tempat2 yang biasa kami kunjungi saat masih kuliah di Bogor, termasuk Taman Kencana.  Melihat foto2 itu  aku langsung membongkar folder lain yang menyimpan hasil scan foto2ku dan gank main di Taman Kencana lebuhidari 20 tahun yang lalu..

Buat anggota gank kami seperti Ati, Idien dan Venny, Taman Kencana mungkin tidak terlalu banyak mengisi memori mereka.. Tapi buat aku dan Linda, yang tinggal beberapa tahun di kos-kosan di Jl. Pangrango 16 (sekarang udah jadi Met Liefde Cafe), gak jauh dari Taman Kencana (lihat peta), jelaaassss taman ini punya banyak kenangan… Apa aja….?

Di sisi barat taman ini ada Warung Padang yang ayam gorengnya uenak banget, juga sambalnya.. Klo gak keluar rumah, atau keburu pulang sebelum makan siang, ya beli makannya di sini, meski sebenarnya Warung ini menunya kurang sehat, karena sayurnya hanya daun singkong rebus atau irisan timun.. hehehe.. Kalo malam… di deretan Warung Padang, ada Tukang Sate Madura yang satenya uenak… Kita siyy biasanya karena malas jalan, selalu minta tolong si Ipin, remaja tanggung yang bertugas bersih2 di tempat kost. Kalo ada kebutuhan kecil2, kayak sandal jepit, cemilan, pembalut sampai vitamin, di deretan ini juga ada warung yang barang2nya cukup lengkap…

Taman ini juga jadi tujuan hari Minggu pagi, untuk………. :

Pertama, nyari bubur ayam… Yoiiii… Kalo minggu pagi, di seputaran taman ini ada beberapa pedagang bubur ayam… Juga pedagang kue pancung khas Bogor.. Jadi klo pengen cari sarapan hari minggu, ya datang aja ke sini.. Kita bisa sarapan sambil duduk2 di bangku yang ada di empat sisi taman. Kalo siangan dikitttt…, juga ada tukang rujak…

Kedua, buat jogging… Yang hanya dilakukan gak lebih dari jumlah jari sebelah tangan selama beberapa tahun tinggal di Pangrango.. Karena malas2an di tempat tidur kayaknya lebih nikmatttt… Hehehehe…

Ketiga, ngecengin cowok ganteng donnnkkkk….!!! Nah kalo aktivitas yg ini, yang suka ngajakin salah satu temen kost ku juga… Padahal itu alasan doank.. Karena sebenarnya yang dia tunggu2 lewat di taman itu, teman kuliahnya yang dia taksir dan tinggal di sekitar taman.. Sementara karena PH alias Pujaan Hati ku yang dikecengin bukan anak FKH dan gak tinggal di sekitar situ, ya gak lewata2 lah… Halahhhh…. Pekerjaan sia-sia… Hehehehe..

Naaahhhh kalo sama Gank kampus, Taman Kencana menjadi tempat ngisi perut…, karena di salah satu pojok Kampus Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang berada di sisi utara taman ada tukang mie ayam.. Pada zaman itu di kalangan mahasiswa, mie ayam yg top bangets ya mie ayam Taman Kencana…

Ini ada beberapa foto jadul saat berburu mie ayam di Taman Kencana sepulang dari ngebon di kebun percobaan Dramaga… (eeeiiittttssss………….. jangan salah..!!! Kita beneran belajar tentang pertanian dan bermain dengan tanah dan lumpur, lho… At least buat anak Sosek yang katanya gaya itu, ada dua mata kuliah yang ada praktikum di kebon percobaan : Dasar-dasar Agronomi di semester 3 dan Hortikultura atau Serealia di semester 5). Karena di kebon bermandikan cahaya matahari alias berpanas2, kita jalannya lengkap dengan topi… (Btw, gayaku itu tomboy dan gualak bangetss yaaa…!!!).

Berdiri dari kiri ke kanan : Linda, Sondha, Idien, dan siapa yaaa… (bukan gank kita niyy, tapi kayaknya temannya teman kita kali yaaa…). Duduk dari kiri ke kana : Sri Rejeki (kemana ya niyy anak?) dan Ati Lubis

Kiri ke kanan : Aku, Linda (berdiri), Ati, Sri Rejeki, Idien dan not remember friend


Kiri ke kanan : Sri Rejeki, Idien, Ati dan aku

Kiri ke kanan : Linda, Ati, aku dan Idien

Kiri ke kanan : Aku, Ati, Idien, Linda dan Sri

Dan berikutnya foto2 kita saat ke sana beberapa bulan yang lalu.. Tamannya sudah dikasi pagar yang membuat pengunjung gak bisa nginjak rumput sembarangan, sehingga taman nampak lebih cantik dan terawat.. Pedestrian buat pejalan kakinya juga lebih cantik karena dilapisin keramik yang tersusun rapi.. Mudah2an taman ini tetap lestari dari zaman ke zaman yaaa….

Kiri ke kanan : Veny, Linda, aku, Ati dan Idien, 22 tahun kemudian…

Keberagaman di Kampus..

ira.jpgTulisan ini diinspirasi oleh aktivitas Ira, ponakan Tati, akhir2 ini… Nona yang satu ini sekarang kelas 3 SMU, sedang siap2 buat ujian akhir, dan itu artinya doski juga mulai nyari2 tempat kuliah.. Secara Nona yang satu ini doyannya masak dan gosip2i.., doski pengennya kuliah di bidang kuliner atau klo enggak di bidang komunikasi..

Hari Sabtu yang lalu.. sore2 sekitar jam 16-an Ira pergi ke sekolahnya lagi buat ujian masuk universitas swasta terkenal di Yogyakarta. Dia milih fakultas komunikasi (klo gak salah). Buat ikut ujian itu setiap peserta harus membayar Rp.150.000,-. Menurut Tati itu masih wajar lah.., secara universitas itu kan sekolah swasta. Dan klo petugasnya pelaksananya juga datang dari Yogya kan butuh biaya transportasi dan akomodasi yang gak sedikit..

Beberapa hari sebelumnya Ira juga ikut ujian masuk salah satu universitas negeri di Jawa Barat. Ira ujian untuk masuk fakultas komunikasi. Nah untuk ikut ujian masuk yang diselenggarakan di Pekanbaru ini, setiap peserta harus bayar Rp.500.000,- Bayangin…., buat ujian masuk aja mesti bayar Rp.500.000,-. Terus gimana donk dengan anak2 dari keluarga yang pas2an atau bahkan anak2 dari keluarga ekonomi lemah…? Mana bisa ikut ujian…

dsc00059.jpgHal ini membawa pikiran Tati ke pertengahan tahun 2004… Waktu itu Olan, abangnya Ira, lulus di fakultas teknik sipil di universitas negeri di kota gudeg. Olan lulus ujian masuk yang diselenggarakan perwakilan universitas tersebut di Pekanbaru. Untuk registrasi sebagai mahasiswa Olan harus membayar sekitar Rp.13 juta-an. Sebenarnya siyy Olan pengennya kuliah di institut teknologi negeri terkenal di kota kembang. So, dia juga ikut ujian masuk institut tersebut. Ujiannya di kota kembang. Naah.., pengumuman lulus ujian masuk institut tersebut dijadwalkan setelah masa registrasi universitas yang di kota gudeg. Olan kebingungan… Kalo gak daftar, takut ternyata gak lulus di institut teknologi. Mau daftar takut uang Rp.13 juta-an melayang, karena kalo membatalkan uang registrasi tidak bisa ditarik kembali.

Keluarga mendorong Olan untuk melakukan registrasi di universitas di kota gudeg karena dia kan belum tentu lulus di institut teknologi di kota kembang. Ternyata Olan juga lulus di institut teknologi impiannya itu… Dan untuk registrasi di institut tersebut Olan dikenai biaya hampir Rp.40 juta. Nahhhh Olan benar2 kebingungan deeh… Dia gak mau kehilangan uang Rp.13 juta-an. TIGA BELAS JUTA RUPIAH… lebih kurang sama dengan gaji setahun Pegawai Negeri Sipil Golongan III/a. Tapi Olan juga gak mau meninggalkan kesempatan untuk kuliah di institut impiannya…

Mama Olan mendorong anaknya mengejar impian dan tidak usah memikirkan uang Rp.13 juta-an yang akan hilang lenyap tak berbekas… Karena pilihannya kali ini akan menentukan masa depannya, kebahagiannya… Olan akhirnya memilih untuk mengejar mimpinya kuliah di institut teknologi di kota kembang. Namun itu pun ternyata gak mudah buat dia… Selama beberapa minggu Olan mengalami diare tanpa sebab yang jelas… Setelah konsultasi ke dokter, ternyata itu dipicu oleh rasa tertekan karena menghabiskan uang lebih dari Rp.60 juta-an (uang registrasi 2 universitas, uang SPP dll dll) untuk memulai kuliah… Setelah Mama-nya menjelaskan bahwa semua dana yang keluar telah dipersiapkan melalui asuransi pendidikannya… Barulah Olan merasa tenang, merasa tidak terlalu membebani orangtua.

Bagaimana pun Olan termasuk anak yang beruntung… Bagaimana dengan anak2 lain yang berasal dari keluarga dengan level ekonomi pas2an atau bahkan kekurangan…? Bagaimana mereka bisa mengakses pendidikan yang berkualitas yang akhir2 ini membutuhkan biaya yang sangat tinggi… ? Kok kesannya pendidikan berkualitas hanya tersedia untuk orang2 berkantong tebal..? Bukankah pendidikan merupakan jalan untuk memperbaiki taraf kehidupan? Bagaimana mereka bisa memperbaiki taraf kehidupannya kalau akses mereka terhadap pendidikan yang berkualitas sangat terbatas…

Tati jadi ingat masa2 kuliah di Bogor… Masa2 yang sangat menyenangkan karena hidup dalam keberagaman… Saat itu mahasiswa baru tingkat persiapan dibagi dalam sepuluh kelompok. Di setiap kelompok, mahasiswa dgn nomor induk terkecil berasal dari DI Aceh (sekarang Nanggroe Aceh Darussalam), sedangkan mahasiswa dgn nomor induk terbesar berasal dari Indonesia Bagian Timur atau anak2 lulusan sekolah Indonesia di luar negeri. Jadi setiap kelompok merupakan cerminan Indonesia yang Bhinneka Tungal Ika. Dan mahasiswanya benar2 heterogen.. Ada mahasiswa yang berasal dari desa, ada yang berasal dari metropolitan, bahkan ada yang besar dan tumbuh di luar negeri. Ada yang anak petani, anak pegawai sampai dengan anak menteri bahkan anak presiden. Bahkan ada mahasiswa yang untuk bayar kuliah perlu keringanan dengan membawa surat keterangan tidak mampu…

Tapi gak masalah tuh…, kampus bisa menerima siapa aja tanpa melihat status ekonomi keluarga dan asalnya. Saat itu kami benar2 merasakan keberagaman di Kampus IPB, Kampus Rakyat.. Keberagaman yang memperkaya cara pandang tentang orang lain, keberagaman yang memperkaya wawasan kita..

Masih adakah keberagaman itu di kampus2 di negeri ini…? Masih ada kah keberagaman saat kampus dijalankan nyaris sebagai sebuah bisnis..? Masihkah pendidikan bisa menjadi sebuah cara untuk memperbaiki tingkat kehidupan di negeri yang kita cintai ini…?

Btw Tati sempat kaget lho waktu ujian Matematika Dasar I. Kaget karena petugas pengawas ujian yang mengulurkan kertas absen ke Tati adalah Mamik Suharto, yang waktu itu masih mahasiswa Jurusan Statistika. Bayangin, pengawas ujian anda adalah putri presiden yang selama ini wajahnya hanya anda lihat di media massa atau di buku2. Tati rasa kejadian seperti ini hanya terjadi di lingkungan kampus yang menghargai keberagaman, keheterogenan… Kalo enggak, mana mungkin kita2 yang berasal dari daerah dengan latar belakang keluarga biasa2 aja bisa ujian diawasi putri presiden Indonesia, yang zaman itu begitu diangungkan..?

Ncin, Ncon dan Mprit….

Ternyata Ito Faiz yang suka kasi komen diblog Tati, sekantor dengan Arif teman sekelas Tati di kelompok Lima Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB Angkatan 23.. dan ternyata mereka dulunya juga sekantor dengan suaminya Yani, teman sekost Tati di Cirahayu 5 dan juga sama2 di Kelopok Lima. What a small world, ya…? Asal jangan sesempit daun kelor aja…. !!! Hehehe. Arif nanyain, apa Tati tau kabarnya Ekarina…?

Siapa sih Ekarina… ?
Ekarina alias Ina adalah sahabat Tati sejak di Kelompok Lima TPB IPB.

Pada zaman kita, di tiap kelompok di TPB pasti ada anak yang berasal dari Indonesia Bagian Barat sampai dengan Indonesia Bagian Timur. NRP (nomor mahasiswa) terkecil dalam tiap kelompok adalah milik anak asal dari Aceh, sedangkan NRP terbesar kalau gak anak dari Indonesia Bagian Timur, ya anak2 dari Sekolah Indonesia di Luar Negeri. Jadi kalo daerah asal kita deketan, biasanya NRPnya juga deketan..

Ina berasal dari Lampung, NRP kita hanya beda 8 angka. NRP Tati 23.0580, sedangkan NRP Ina 23.0588. Kok ingat…? Kan suka saling ngabsenin… Hehehe. Tapi kayaknya banyakan Ina ngabsenin Tati deh… Btw angka 5 dan angka 8 adalah angka di sekitar Ina.. Ina lahir tanggal ..8 bulan 5, dan alamat rumah orang tua Ina waktu masih di Lampung nomornya. 58. Gue masih ingat lho… ‘Ncin…!!!

Tati dan Ina sebenarnya pertama kali ketemu bukan di ruang kuliah, tapi di Jl. Riau No. 95 Bogor. Itu tempat kost2an yang penghuninya sebagian besar anak2 Pekanbaru. Tati waktu itu ke sana buat ambil buku2 warisan dari kakak kelas, sedangkan Ina nganterin Rini, teman sekelas Tati di SMA 1 Pekanbaru yang sama2 masuk IPB, yang satu kost dengan Ina di Taman Malabar 1.. Jadi waktu ketemu di ruang kuliah kita langsung bergabung deh…

Tati dan Ina selama di TPB mainnya gak cuma berdua, tapi bertiga dengan Wieke Savitri, alumni SMA 6 Jakarta. Entah kapan mulainya, Ina tuh manggil Tati dengan Ncon, padahal nama Tati kan indah dan unique… Hehehe… Sebaliknya Tati manggil Ina dengan panggilan saying Ncin, dan kita manggil Wieke dengan Mprit… Hehehe.

Ina tuh lembut , baik dan sabar banget… Terutama ngadapin Tati yang kuliahnya ogah2an.. Ina bahkan kadang nginap di tempat kost Tati buat sama2 belajar.. Tapi boro2 belajar kita malah balapan tidur… Hehehe..

Setelah TPB, Tati masuk ke Sosek, Ina masuk ke Perikanan dan Wieke masuk ke GMSK. Karena masuk ke Perikanan, Ina pindah kost ke kompleks dosen yang berada di dalam kampus IPB Dramaga. Sementara Tati tetap tinggal d Baranangsiang. Wieke yang tinggal di Jl. Riau entah karena kesibukannya, hilang dari semesta kehidupan Tati.. Dimana kamu sekarang Mprit…?

Meski tinggal jauhan, Tati dan Ina masih aja main.. Meski gak sering2… Kadang Ina yang ke kost Tati, kadang Tati yang ke kost Ina.. Hal ini terus berlangsung, meski Ina udah duluan lulus dan bekerja di Unitex di Tajur. Komunikasi kita sempat terputus saat Tati bekerja dan menetap di Jakarta.. Tapi karena kangen, Tati akhirnya mencari Ina.. Gimana caranya….?

Sejak kita tingkat 2, Ina tuh pacaran dengan mas Ario yang waktu itu asisten dosen di Fakultas Perikanan. Nah.. waktu kehilangan Ina, Tati minta tolong Ara yang kuliah di Perikanan IPB untuk mencari informasi di kampusnya, apakah dosen yang bernama Ario Damar itu menikah dengan Ekarina. Kalo iya, Tati minta tolong Ara nemuin Mas Ario dan menitipkan kartu nama Tati untuk disampaikan ke Ina…

Beberapa waktu kemudian… Tati dapat telepon. Begitu diangkat, terdengar suara menyapa, “Apa kabar lhoe, Ncon…?” Masya Allah, Ina…!! Akhirnya kita terkoneksi kembali… Kita lalu meng’arrange pertemuan.., janjian buat jalan2 seharian di akhir pekan.. Kita waktu itu janji ketemuan di DPR yang penuh kenangan… Kita lalu duduk di Taman Koleksi yang pohon randunya sexy banget di musim gugur… Kapuknya itu lho…! Terbang bertebaran ke segala penjuru seakan2 mengucapkan selamat datang bagi para mahasiswa baru… Kita jalan kaki menyusuri Jl. Raya Pajajaran yang teduh.. Kita makan siang di RM. Fatmawati…

Gak lama setelah itu, Tati pulang ke Pekanbaru… Tapi kita tetap berkomunikasi, melalui email atau telpon2an sekali2.. Lalu Ina berangkat ke German untuk menemani Mas Ario yang ngambil S3 di sana.. Tati juga gak lama kemudian kuliah ke Yogya.

Pada saat2 Tati nyusun Thesis, Ina dan Mas Ario berkunjung ke Yogya. Ina lalu datang ke tempat kost Tati di Pogung Dalangan… Seneng banget rasanya… Mana kita dikasi waktu ama Mas Ario buat jalan2 berdua.. Jadilah kita muter2 Yogya numpak montor.. Kita nyusurin jalan2 di Yogya yang menabjukkan.. Kita sempat muter2 di Bringharjo nyari poci teh dari tanah liat, karena katanya Mas Ario seneng banget minum teh poci, dan Ina pengen bisa bikin sendiri…

Setelah itu Ina kembali ke German untuk menemani Mas Ario.. Kita kembali berkomunikasi by email…

Bulan Agustus 2005, Tati ada pelatihan di Jakarta, yang waktunya pas banget buat disambung dengan weekend. Tati lalu nelpon Ina, menanyakan apa dia punya waktu buat ketemuan.. Ina malah ngundang Tati buat nginap di rumahnya di Taman Yasmin Bogor. Apalagi waktu itu Mas Ario lagu ikut ekspedisi dengan sebuah kapal asing dari Cilacap ke Aussie (kalo gak salah ingat, ya?). Ya, kita bebas merdeka donk…. Wara wiri ke sana ke mari… Kita main2 di sekitar Baranangsiang… Nyusurin factory outlet yang sekarang berjejer di Jl. Raya Pajajaran. Tati naksir 2 buah lampu yang lucu2 banget.. Tapi mikir2 buat beli… (Tati belajar buat gak jadi pembeli spontan, dan masih tetap belajar). Yang satu standing lamp berbentuk bunga berkelopak 5, yang satu lagi wall lamp dengan bentuk kupu2. Dua2nya berwarna merah… Akhirnya belakangan Tati minta tolong Ina buat beliin dan ngurus pengirimannya ke Pekanbaru. Thanks banget ya ‘Ncin. Gue emang gak pernah berhenti ngerepotin elho, ya…???

Kita juga ngobrol di restoran Jumbo, yang dulunya merupakan resto favorit kita (juga favoritnya Tati dan Miko…) Mie ayamnya enak baget lho….!! Juga baso tahunya… Hmmmm…!! Kita juga sempat beli asinan Gedung Dalam… Secara Tati kangen banget dengan makanan yang satu ini… Jadi ingat becandaan tentang makanan ini dengan Mia di zaman dahulu kala… Kita berdua adalah pengemar berat asinan buah made in Gedung Dalam.

Oh ya, Tati sempat ngobrol dengan Ina beberapa minggu yang lalu by phone. Ngobrolin tentang asuransi yang cocok buat persiapan dana pendidikan anaknya. Gue jadi kangen ama elhoe, Ncin.. Mudah2an dalam waktu gak lama Tati bisa dapat kesempatan main2 ke Bogor buat ketemuan sama teman2 lama, termasuk si Ncin ya….***