3rd Day : Matsumoto

Saat menyusun ittenerary, diriku berharap bisa melihat kota-kota yang punya tinggalan budaya, salah satunya adalah istana. Dari hasil baca-baca dan surfing di internet, aku mendapatkan informasi salah satu istana tertua di Jepang yang masih ada adalah istana yang berada di Kota Matsumoto, Nagano Perfecture. Kota ini berada sekitar 219 km barat laut Tokyo.

Karena pada hari keempat kami akan ke Kota Takayama yang merupakan base untuk mengunjungi Shirakawa-Go, yang tiketnya sudah kami beli sebelum keberangkatan, maka kami membuat rute perjalanan hari ketiga ke Matsumoto dan dilanjutkan dengan ke Takayama di hari keempat. Namun karena salah seorang teman melihat informasi ada suatu tempat yang must visit di Kota Toyama, maka diputuskan perjalanan hari ketiga adalah Tokyo – Matsumoto – Toyama (ningap di sini). Lalu dilanjutkan hari keempat perjalanan Toyama – Takayama – Shirakawa-Go – Takayama.

So, here the strory our journey to Matsumoto..

  1. Perjalanan ke Matsumoto
Limited Express Train

Hari Sabtu pagi tanggal 8 Februari 2020, pagi-pagi kami sudah keluar dari tempat menginap di kawasan Yotsuya, di Tokyo. Perjalanan dimulai dengan mengantarkan koper-koper besar ke agen Takkyubin di Seven Eleven yang tak jauh dari Yotsuya Station. Kami melanjutkan perjalanan dengan membawa koper ukuran kabin, ransel dan sling bag saja.

Dari Yotsuya Station kami menuju Shinjuku Station untuk menaiki Limited Express Train menuju Matsumoto, dengan menggunakan JR Pass. Ini pengalaman pertama naik kereta untuk jarak yang relatif jauh, sekitar 3 jam, dan karena belum pengalaman, kami langsung naik saja ke kereta. Padahal JR Pass yang kami beli, bila ingin naik ke kereta harus reserve tempat duduk dulu di loket JR Station tempat keberangkatan. So, jadilah kami diperkenankan duduk di tempat duduk yang kosong, dan harus pindah ke tempat duduk lain, bila penumpang pemesan tempat duduk naik di station berikutnya. Tanda kursi yang kosong, lampu di sebelah nomor tempat duduk yang terdapat di dinding samping, akan berwarna merah. Bila pada station berikutnya, ada penumpang yang akan naik dan sudah reserve tempat duduk tersebut, maka lampu berubah warna menjadi hijau. Penumpang tanpa kursi yang numpang duduk di nomor tersebut, silahkan pindah ke kursi lain. Bila tak ada kursi yang kosong, silahkan berdiri di ujung gerbong penumpang. 😀 😀 😀 Lelah…? Pasti. Tapi terobati dengan pemandangan indah di sepanjang perjalanan, termasuk pemandangan Gunung Fuji di sisi kiri kereta di awal perjalanan.

Locker at Matsumoto Station

2. Suitcase Handling

Kami sampai di Matsumoto Station sekitar jam 12.00 waktu setempat. Kami langsung mencari locker dan menitipkan koper-koper kami di sana. Loker di Matsumoto Station berada di lantai dasar, di seberang Starbucks, satu ruangan dengan waiting room. Harga sewa locker tergantung besar ruang locker yang akan digunakan. Untuk menggunakan locker tersebut, kita harus menggunakan coin Yen 100. Bila tak punya, kita bisa menukar di toko-toko di seberang locker, mereka bersedia membantu tanpa kita harus belanja di toko tersebut. Cara menggunakan locker, terdapat di pintu-pintu locker dalam dua bahasa, Bahasa Jepang dan Bahasa Inggris. Jadi tak perlu khawatir.

3. Matsumoto City

Dari Stasiun Matsumoto kami berjalan kaki mengikuti arahan Maps Go, ke arah Istana Matsumoto. Jarak tempuh sekitar 1,4 kilometer. Jauh….? Lumayan, tapi pemandangan di sepanjang jalan sungguh cantik.. Di kiri kanan berdiri toko-toko dengan kaca-kaca besar yang memajang aneka barang cantik dan tertata apik.. Sungai yang melintasi kota ini bersih, dan dilintasi jembatan-jembatan yang juga cantik. Kota ini benar-benar ramah untuk pejalan kaki, bahkan di beberapa bagian ruas ajalan tersedia bangku-bangku yang nyaman untuk pejalan kaki beristirahat sejenak.

Matsumoto City

Ada yang unik di Kota Matsumoto. Di beberapa sudut jalan terdapat pancuran kecil, Daimyocho Otemon Ido Well, yang airnya bersumber dari mata air pegunungan (spring). Airnya bersih dan layak minum. Para pejalan kaki bisa singgah, mengambil air dari pancuran dengan centong yang disediakan, dan langsung meminumnya. Apa rasa airnya? Gak ada rasa apa-apa, tawar tapi sejuk dan segar…

Daimyocho Otemon Ido Well

4. Matsumoto Castle

Matsumoto Castle Ticket Box, Gate and Park

Setelah jalan kaki sekitar 20 menit, kami melihat Istana Matsumoto yang megah. Kawasan istana ini dikelilingi oleh parit besar yang memisahkannya dari kawasan lain di Kota Matsumoto. Parit tersebut berisikan ikan-ikan koi dengan ukuran yang relatif besar. Untuk masuk ke istana dan kawasannya, setiap pengunjung harus membeli tiket seharga Yen 700 untuk pengunjung dewasa. Harga tiket termasuk biaya guide dan peminjaman sandal.

Guide yang bertugas di kawasan istana tersebut adalah para senior citizen Kota Matsumoto yang mempunyai kemampuan berbahasa asing dan menyediakan waktu beberapa hari dalam seminggu untuk menjadi guide sebagai wujud kecintaannya kepada kota ini. Koordinator guide yang berdiri di sekitar tiket box menanyakan asal kami, dan ketika kami menyebutkan Indnesia, salah seorang di antara mereka langsung mengajukan diri dengan penih semangat. ternyata guide tersebut mempunyai kedekatan rasa dengan Indonesia. Almarhum ayahnya pernah bertugas ke Indonesia pada masa penjajahan Jepang, dan beliau kerap bercerita tentang beberapa kota di Indonesia yang pernah dikunjungi kepada anak-anaknya.

Setelah membeli ticket, untuk masuk ke kawasan istana pengnjung harus melewati gerbang besar, yang di sisi dalam sebelah kirinya terdapat patung penjaga berbaju zirah penuh warna. Di halaman juga ada beberapa orang-orang yang menggunakan baju tradisional, lengkap dengan kipas dan senjata, yang bisa diajak foto bersama dengan aneka gaya. Jasa yang mereka berikan merupakan bagian dari service yang sudah termasuk harga tiket.

Untuk masuk ke dalam istana, setiap pengunjung harus menggunakan sandal khusus, sandal yang biasa digunakan penduduk jepang saat di rumah. Bahagian atasnya berbahan rajut. Sepertinya untuk menjaga kelestarian lantai-lantai istana yang terbuat dari kayu, sandal tersebut juga untuk melindungi kaki pengunjung dari rasa dingin, dan licinnya anak tangga yang di beberapa bahagian sangat curam.

Apa istimewanya Istana Matsumoto sehingga diriku merasa perlu dibela-belain mengunjunginya…?

@ Matsumoto Castle

Istana Matsumoto yang termasuk Japan National Heritage dibangun pada tahun 1594. Salah satu dari sedikit istana peninggalan sebelum Zaman Edo yang masih tersisa. Istana dengan tampak luar berwarna hitam, kerap disebut sebagai Istana Gagak, mempunyai menara utama yang terdiri dari 6 lantai.

Bagian dalam Matsumoto Castel dan pemandangan dari lantai 4

Meski dari luar terlihat besar, ternyata menara utama istana ini relatif kecil, dengan tangga-tangga yang sangat curam menghubungkan lantai demi lantai. Seluruh bangunan menara utama ini terbuat dari kayu, dengan tiang-tiang penyangga berbentuk balok. Lantai dasar benteng terdiri dari panggung berketinggian sekitar 30 cm, dengan lorong-lorong di sekitarnya. Lorong-lorong ini berfungsi sebagai “Musha Bashiri” alias warrior running passage, lorong tempat para prajurit berlari-lari sambila membawa pedang. Bekas goresan pedang terlihat pada kayu-kayu yang ada di lantai tersebut.

Setiap lantai di menara utama, kecuali lantai 3, mempunyai dinding-dinding berjendela, yang digunakan sebagai tempat senjata untuk melawan musuh. Ada 2 bentuk jendela di menara utama, yaitu Yazama dan Teppozama. Yazama adalah jendela berbentuk persegi pajang, yang digunakan untuk menembakkan anak-anak panah kepada musuh yang menyerbu. Adapun Teppozama adalah jendela berbentuk bujur sangkar, yang digunakan untuk menembakkan peluru dari senapan. Seiring dengan diperkenalkannya senjata api dari Eropa, pada awalnya hanya jendela Yazama yang digunakan. Namun dengan diperkenalkannya senjata api, maka kedua jenis jendela tersebut digunakan secara berkombinasi. .

Apa fungsi lantai 3 yang sama sekali tidak mempunyai jendela? Lantai 3 yang merupakan “attic” atau ruang bawah atap lantai 2, digunakan sebagai tempat menyimpan perbekalan makanan, bubuk mesiu dan perbekalan senjata. Ketidakadaan jendela di lantai 3 menyebabkan menara utama di istana Matsumoto dari luat terlihat sebagai bangunan 5 lantai. Oleh karenanya, lantai 3 disebut sebagai hidden floor, lantai tersembunyi.

Moon Viewing Wing

Pada lantai teratas atau lantai 6, terdapat Moon-Viewing Wing, alias sayap atau balkon untuk memnadang bulan. Romantisnya bangsawan kerajaan Jepang tempo dulu ya… Balkon ini menghadap ke arah utara, timur dan selatan. Ruangan ini dibangun berdasarkan arahan Naomasa Matsudaira, cucu dari Tokugawa Ieyasu, Shogun pertama dari periode Tokugawa. Saat ini tinggal 2 istana saja yang masih memiliki Moon-Viewing Wing, yaitu istanam Matsumoto dan istana di Kota Okayama , Okayama Perfeture.

Apa yang dipamerkan di dalam menara utama istana Matsumoto? Beberapa koleksi senjata api dan baju zirah. Meski tak banyak koleksi yang dipamerkan, tapi pemandangan dari jendela-jendela yang ada di menara utama istana ini luar biasa indah. Namun ada pembatasan waktu untuk setiap pengunjung atau rombongan pengunjung. Bahkan pengunjung tidak diperkenankan berlama-lama di satu bahagian. Hal ini diterapkan untuk menjaga agar setiap lantai tidak mengalami beban berlebih pada saat yang sama.

Nawate Dori

5. Nawate Dori

Selesai melihat bahagian dalam menara utama Istana Matsumoto, kami menlanjutkan berjalan kaki. Tujuannya ke Nakamachi Dori, sebuah shopping strret untuk wisatawan, yang berjarak sekitar 600 meter Istana Matsumoto. .Tapi di tengah perjalanan kami menemukan Nawate Dori, sebuah jalan yang panjangnya sekitar 100 meter saja, namun di kiri kanannya banyak toko-toko kecil yang menjual berbagai produk yang lucu-lucu, berbentuk kodok. Nawate Dori ditandai dengan patung kodok bergaya ala ninja di salah satu dudut di pangkal jalan.

Klo aku bilang siyy.. Nawate Dori itu Keroppi District.. Hehehehe.. Buat teman-teman remaja putri di tahun 1980-an dan senang dengan berbagai produk dengan merk Sanrio, teman-teman pasti kenal dengan character Hello Kitty, Littlre Twin Star, My Melody, Tuxedo Sam, dan si kodok ijo Keroppi.

Selain menjual aneka produk berbentuk kodok, di Nawate Dori juga menjual kaus kaki, totte bag, payung yang cantik-cantik, juga aneka jajanan khas Jepang. Tapi soal jajanan di Jepang, harus hati-hati memang, karena tak banyak outlet yang menjual makanan bersertifikasi halal.

Di samping Nawate Dori juga terdapat Yohashira Shrine tempat beribadah umat Shinto, dengan gerbang yang tinggi menghadap ke sungai yang berada di balik salah satu deretan toko-toko kecil di Nawate Dori. Di shrine ini juga banyak merpati, yang segera beterbangan ketika genta yang ada di salah satu pojok shrine diayun.

Dari Nawate Dori, kami membatalkan rencana untuk melanjutkan perjalanan ke Nakamavhi Dori, karena tubuh rasanya sudah lelah, belum makan siang dan, harus mengejar kereta untuk melanjutkan perjalanan ke Toyama. Jadi kami langsung kembali ke Matsumoto Station, dengan berjalan kaki sepanjang 900 meter.

6. Kulineran di Matsumoto

Soba dan kedai modern

Tak mudah menemukan makanan halal di Matsumoto. Apa lagi di siang menjelang sore, saat resto2 pada tutup untuk rehat siang. Beberapa teman memilih untuk membeli roti, sementara buat aku dan kak Vivi rasanya roti tidak cukup. Kami butuh makan berat dan hangat. Udah capek jalan seharian… Mana udara dingin pula.. 😀 😀 😀

Di samping Matsumoto Station kami menemukan Soba Ogiso Mill Matsumoto Ekimae, kedai yang menjual soba, makanan khas Jepang. Soba adalah mie yang terbuat dari biji soba, atau gandum kuda (Latin : Fagopyrum esculentum). Soba dihidangkan dengan kuah miso, dengan pilihan miso dingin, atau miso panas. Miso di Jepang tidak sama dengan miso di tempat kita. Miso di Jepang adalah sup yang dibuat dengan menggunakan dashi, kaldu khas Jepang. Di kedai Soba Ogio, pilihan protein untuk menyantap soba adalah ayam, udang atau kerang, no beef. Ini yang membuat diriku merasa aman untuk masuk ke kedai ini. Selain itu di kedai ini juga tersedia kakiage (gorengan sayur iris pakai tepung) dan ubi jalar goreng untuk teman menyantap soba.

So, sore itu semangkok soba panas dengan sepotong kakiage (sayur), pkus segelas ocha panas adalah pilihan ternikmat di udara yang 2 derjaat celcius.. Alhamdulillah..

Meski tak besar, kedai Soba Ogiso Mill Matsumoto Ekimae adalah kedai yang modern. Di kedai ini pembeli melakukan pemesanan di mesin seperti ATM, lengkap dengan pembayaran yang akan direspon mesin dengan mengeluarkan selembar receipt dan uang kembalian, jika ada. Pelayan hanya berada di balik counter, mengolah dan memberikan makanan sesuai yang dipesan pembeli di mesin. Mereka tidak menerima pesanan, tidak juga menerima uang. Jadi kesalahan pesan sepenuhnya tanggung jawab pemesan. Tak juga ada kesalahan pembayaran, karena tidak ada kasir di sini. Tempat menikmati makanan di sini, hanya meja kayu yang menempel di dinding toko, dan kursinya berupa bangku-bangku kayu. Jumlah tempat duduk di kedai ini juga terbatas. Setelah selesai makan, pembeli yang makan di tempat menyerahkan kembali baki yang berisi piring dan gelasbekas makan kepada pelayang yang berdiri di balik counter. Minimalis, tapi keren, menurut diriku.

Selesai makan siang yang sangat telat, kami mengambil koper di locker, lalu melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya, ke Kota Toyama. ***

Rindu Speculaas…

Diriku  penikmat teh..
Rasanya selama bertahun2, tiada hari dilalui tanpa minum teh..
Ada masa2, ketika belum menikmati secangkir kopi plus creamer rasanya nyawa belum kembali utuh setelah bangun tidur…, tapi di hari yang sama secangkir teh tetap dikonsumsi..
 
Bagiku, teh bisa diminum kapan saja.
Pagi hari, sebelum mandi, untuk menghangatkan badan..
Teman kerja saat duduk menghadapi komputer..
Sore hari.. bahkan kadang sebelum tidur kala badan terasa kurang nyaman…
 
Apa teman minum teh yang paling disukai teman2?
 
Klo pagi2 aku senangnya dengan sesuatu yang sedikit bervolume, seperti roti canai, roti dengan selai, atau cake..
 
Tapi klo sore, senangnya dengan biskuit.. 😀
Dan herannya, biskuit kesukaan tidak berubah2 meski perjalanan makin panjang dan usia bertambah…
Apa biskuit favoriteku?
Biskuit speculaas.. Katanya ini biskuit tradional Negeri Kincir Angin..
 

Spekulaas1

Biskuit speculaas

Aku mengenalnya saat masih sangat kecil, di salah satu deretan toples2 besar di Toko Benson.. Biskuit warna coklat gelap dengan bentuk yang lucu2, ada yang bentuk kincir angin, lambang khas negeri asal resep biskuit tersebut.  Rasanya khas sekali karena memakai rempah kayu manis (cinnamon), juga ada potongan kenari (nutmeg) yang dipotong kecil-kecil..
Tahun 80-an, saat aku kuliah di Bogor, gampang sekali menemukan biskuit ini di rak-rak supermarket. Dijual dalam kemasan berwarna hijau muda dengan merk Verkade.
Belakangan kemasannya berubah menjadi warna jingga..
Tapi tak mudah menemukannya di kota kami..Mungkin karena biskuit ini tak sepopuler nastar, castengel, kue salju, skippy dan lidah kucing..
 
Jadilah diriku merindu, rindu bikuit speculaas
Mungkin begitu waktu lapang dan punya oven di rumah, aku akan belajar membuat  sendiri biskuit ini…  Resolusi 2019, kayaknya nihhh.. 😀 😀 ***

Berkunjung ke Selatpanjang

Awal minggu lalu, aku kembali ngebolang.. Menjadi bocah petualang.  Ceritanya diriku diajak teman-teman kantor pergi ke Kota Selatpanjang, ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti.  Kota ini berada di Pulau Tebing Tinggi, salah satu pulau yang berada di pesisir timur Pulau Sumatera.

Untuk sampai ke Kota Selatpanjang, dibutuhkan sedikit perjuangan, karena kita harus berganti kendaraan sebanyak 3 kali.  😀 😀 Pertama-tama kita naik kapal selama 1 jam, dari Pelabuhan Sungai Duku di daerah Teluk Lembu di Pekanbaru, sampai ke pelabuhan rakyat di daerah Buantan di Kabupaten Siak.  Di Buantan kita bertukar kendaraan, naik bus.  Perjalanan selama 1.5 jam sampai ke Pelabuhan Butun yang berada di pantai timur Pulau Sumatera, namun masih termasuk Kabupaten Siak.   Di Butun kita ganti kendaraan lagi dengan kapal.  Kita harus berlayar 1.5 jam, baru sampai ke Kota Selatpanjang.  Saat berpindah-pindah kendaraan, kita harus berjalan kaki antara 50 – 200 meter, jadi disarankan untuk tidak membawa barang yang besar atau banyak.  Kalau memang akan membawa barang, ada jasa pengangkut  berupa gerobak, atau serahkan kepada awak kapal untuk mengurus.  Dengan tambahan bayaran tentunya.  Atau kalau memang mau bawa barang banyak, supaya gak pindah-pindah kendaraan, pilihannya adalah naik kapal kayu Gelatik.  Hanya waktu tempuhnya 3 kali lipat, 12 jam lebih kurang.

Berapa ongkos Pekanbaru – Selatpanjang?  Kalau naik Nagaline, nama salah satu operator yang melayani  jalur tersebut, ada 3 kelas dengan 3 tingkatan harga.  Rp. 150K untuk kelas ekonomi.  Di kapal duduknya di baris keempat sampai ke belakang.  Kursi di bus, 3 tempat duduk di sisi kiri dan 3 tempat duduk di sisi kanan.  Untuk kelas VIP, harganya Rp.170K.  Di kapal duduk di baris pertama sampai baris ketiga.  Busnya beda dengan yang kelas ekonomi.  Tempat duduk di dalam bus berada di jalur kiri, 2 kursi bersebelahan.  Kelas VVIP harganya Rp.190K.  Di kapal duduk  di baris pertama.  Di bus, duduk di jalur kanan, kursi tunggal, kaki bisa selonjoran.

Vihara Hoo Ann Kiong, Agustus 2012 at my insta @sondhasiregar

Kunjungan ke Selatpanjang kali ini bukan yang pertama kali bagiku.  Diriku pernah ke sana sekitar bulan Agustus 2012, untuk mengunjungi teman lamaku,  kak Vivi.  Waktu itu kak Vivi yang dokter gigi dan besar di Selatpanjang bertugas di sana.  Saat berkunjung ke sana,  aku sempat dibawa kak Vivi berkeliling dengan sepeda motor, melihat-lihat beberapa bahagian sisi kota, termasuk melihat Vihara Hoo Ann Kiong, yang berlokasi di Jl.  Ahmad Yani.  Diperkirakan, vihara ini adalah vihara tertua di Kota Selatpanjang, bahkan  tertua di Provinsi Riau.   Kota Selatpanjang, sebagaimana kota-kota besar mau pun kecil di pesisir timur Pulau Sumatera, pesisir barat Pulau Kalimantan dan pesisir utara Pulau Jawa adalah daerah-daerah yang banyak penduduk dengan etnis Tionghoa.  Jadi tidak heran kalau ada beberapa vihara di Selatpanjang.

Becak Selatpanjang

Di Kota Selatpanjang transportasi umumnya adalah sepeda motor, sepeda dan becak. Tak banyak mobil yang wara wiri di kota ini.  Yang ada itu pun sebagian besar berplat merah alias mpbil dinas.  Karenanya kota ini udaranya segar dan nyaman untuk dihuni.  Kenderaan umum?  Becak.   Jangan heran bila begitu keluar dari gedung pelabuhan akan banyak pengemudi becak yang menawarkan tumpangan, bahkan tukang becak yang nafsu banget mendapatkan penumpang bisa menarik bawaan penumpang untuk dimasukkan ke becaknya.  Rada-rada menyebalkan, memang. 😀  Tapi mungkin harus dimaklumi saja di tengah ekonomi yang sedang sulit.  Bersikap tegas, adalah cara terbaik menghadapi mereka.  Oh ya, becak di kota ini unik.  Seperti becak di Jakarta, becak di Selatpanjang ditarik dengan motor bebek, tapi kursi penumpangnya dua baris.  Untuk duduk di baris belakang, penumpang harus melompati kursi di baris depan, karena tak ada akses untuk naik ke bangku belakang dari samping.  Ya, bangku belakang itu memang lebih sering digunakan untuk tempat barang yang dibawa penumpang.  Sedangkan bila penumpang becak ada 3 atau empat orang, penumpang ketiga dan keempat duduk di bangku tambahan yang diletakkan di sisi belakang pagar depan becak.  😀

Untuk menginap, di Selatpanjang ada banyak hotel dengan harga kamar yang wajar.  Tapi kita  harus cari-cari info yang cukup sebelum memilih hotel, karena katanya tak semua hotel airnya bersih dan jernih.  Makumlah, sebagai daerah pesisir yang sebagian besar lahannya adalah gambut, air di Selatpanjang selain payau juga berwarna coklat.  Katanya meski telah beberapa kali mengusapkan sabun ke badan, mandi bisa terasa bagai tak bersabun, busanya tak keluar, kulit terasa licin saja.  😀  Untuk dapat air yang jernih, masyarakat biasanya menampung air hujan, atau dengan sumur bawah tanah yang mebutuhkan investasi sangat tidak sedikit.  Saat kunjungan kemaren diriku dan teman-teman menginap di hotel Dyva, atas rekomendasi teman yang sudah beberapa kali ke sana.  Alhamdulillah air di hotel itu bagus, dengan volume supply yang memadai.

Kemana saja saat berkunjung ke Selatpanjang kali ini?  Secara waktu terbatas,  selain menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan, kami menyempatkan diri menikmati seafood dan mie sagu, juga ke pasar untuk melihat-lihat berbagai produk khas Kepulauan Meranti lainnya.  Kabupaten Pulau Meranti  yang merupakan daerah pesisir, banyak ditumbuhi oleh tanaman Rumbia atau Sagu (Metroxylon sagu Rottb).  Makanya di daerah ini terdapat banyak produk olahan dari bahan dasar sagu.

wp-image-235261116.Apa itu mie sagu?  Mie sagu merupakan kuliner khas Selatpanjang.  Mie ini olahan dari teras batang sagu, teksturnya lembut dan kenyal.  Lebih lembut dan warnya lebih bening bila dibandingkan dengan kwetiaw.  Mie sagu biasanya dimasak dengan bumbu bawang merah, bawang putih dan cabe merah yang digiling kasar. Sebagai penyemarak biasanya ditambahkan kucai (Allium tuberosum), toge dan ikan teri yang sudah digoreng atau udang kering.  Mie sagu saat ini sudah mulai banyak dijual di kedai-kedai kopi di Pekanbaru, tapi berburu mie sagu di daerah asalnya tentu memberi keseruan tersendiri.  😀

Selama di Selatpanjang, kami dua kali menikmati mie sagu.  Yang pertama di foodcourt di samping hotel.  Mie sagunya enak, cuma bumbunya yang rasanya belum maksimal.  Mie sagu kedua, kami nikmati di Kedai Kopi Pelangi di Jl. Ahmad Yani.  Kedai kopi yang berada di ruko ini terkesan tak terawat karena dinding-dindingnya kusam, tapi mie sagu yang dijual maknyuss.

Mie sagu di Kedai Kopi Pelangi ini merupakan rekomendasi dari seorang cicik (tante) pemilik toko tempat kami membeli beberapa produk olahan sagu di pasar.  Cicik itu bilang, kedai kopi yang tak jauh dari Hotel Pulama.  Maka kami pun bertanya-tanya pada beberapa orang yang kami temui di sepanjang pencaharian, dimana itu Hotel Pulama, tapi tak ada yang tahu.  Dan ternyata maksud si Cicik itu adalah Hotel Furama.  😀 😀 😀  Dan ternyata juga, salah seorang teman perjalananku pernah menginap di Hotel Pulama itu. Tapi enggak ngeh dengan maksud si cicik.. 😀 😀

Sebenarnya ada satu lagi tempat dan kuliiner yang direkomendasikan untuk menikmati mie sagu dan sempolet :  kantin di samping gedung kantor Badan Kepegawaian Daerah di kompleks perkantoran Pemerintah Kabaupaten Kepulauan Meranti.  Sayang saat kami ke sana, kami baru saja sarapan, perut kami masih penuh.  Adapun sempolet adalah bubur sagu yang dinikmati bersama sup ikan, seperti papeda kalau di Indonesia Bagian Timur.

Cerita Sondha - Oleh-oleh Selatpanjang

Oleh-oleh Selatpanjang

Apa yang didapat di pasar di Selatpanjang?  Klo diriku siyy cuma beli mie sagu, ebi alias udang kering dan kerupuk udang.  Sebenarnya di pasar, diriku menemukan banyak banget produk olahan sagu dan hasil laut yang sebenarnya layak untuk coba dibeli dan diolah jadi makanan istimewa.  Misalnya sagu dalam bentuk butiran yang bisa dibuat jadi bubur.  Ada juga terasi dan ikan teri.  Tapi mengingat transportasi yang nyambung-nyambung, jadi malas belinya.  Malas gotong-gotong.  😀
Bagi penggemar kopi, di Selatpanjang  ada toko Diamond, yang menjual bubuk kopi dengan merk Cengkeh.  Kata teman-teman yang minum, rasanya enak pakai banget.  Jadi gak boleh dilewatkan.

So, bagi teman-teman yang senang menjelajah, silahkan berkunjung ke Selatpanjang…***

Holat dan Ikan Mera, Kuliner Padang Sidempuan

Masih cerita kuliner yang dinikmati saat libur lebaran 1438 H.  Kalau sebelumnya cerita kuliner di Medan (baca : Soto Udang Warkop Bahagia dan Kopitiam Apek), kali ini cerita kuliner di Padang Sidempuan.

Hari Rabu, 28 Juni 2017, alias lebaran keempat, diriku pulang kampung ke Sipirok dengan adik bungsuku Noy, dan ditemani teman kerjanya, Dana.  Dari Sipirok kami sempat jalan-jalan juga ke Padang Sidempuan, yang hanya berjarak 32 km dari Sipirok.

Padang Sidempuan bukan kota yang asing bagi diriku dan keluarga.  Papaku pernah bertugas 10 tahun di sini tahun 1970 – 1980.  Bahkan  3 dari 4 orang adikku lahir di kota ini. Tapi meski begitu kami tak tahu banyak tempat makan di sini.  Kami hanya tahu Buffet Anda di Jalan Merdeka dan Rumah Makan Batunadua di jalan ke arah Sipirok.  Kenapa begitu? Karena kalau kami ke Padang Sidempuan, kami selalu makan di rumah peninggalan Opung yang di belakangnya ada sawah dan kolam ikan.  Istri penjaga sekaligus pengelola sawah akan memasakkan ikan arsik dan rebusan sayur buat kami.  Jadi kalau ke Padang Sidempuan, kani hampir tak pernah makan siang di restoran, kecuali di Buffet Anda, restoran tempat kami dulu selalu dibawa almarhum Mama makan sepulang menemani beliau belanja.

Hari Kamis, 29 Juni 2017, seorang teman yang tinggal di Padang Sidempuan mengajak aku dan adikku makan malam, menikmati Kuliner Padang Sidempuan.  Teman itu membawa kami ke Warung Naufal, sebuah rumah makan yang menyediakan masakan khas Padang Bolak, nama salah satu daerah di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Padang Bolak terkenal sebagai daerah peternakan kerbau untuk memenuhi kebutuhan daging kerbau di wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya.  Namun, masyarakat Padang Bolak juga terkenal dengan masakan Holat, yaitu pindang ikan mas asap yang dimasak dengan pakkat,  rotan muda, yang rasanya kelat, dan serutan buah balakka.

Selain holat, di Warung Naufal juga menyediakan gulai Ikan Mera dan gulai Lele Asap.

Apa itu ikan mera? Ikan Mera atau lebih populer dengan nama Ikan Jurung, merupakan makanan para raja dan ikan untuk upacara adat di Tapanuli Selatan.   Namun karena belakangan tak mudah didapat, hanya ada di daerah hulu sungai yang berair jernih, maka untuk upacara adat yang digunakan adalah ikan mas.  Ikan Mera diperkirakan mempunyai manfaat untuk kesehatan.  Ikan Mera yang dihidangkan di Warung Naufal adalah ikan yang sudah diasap, sehingga daging ikan yang gulai terasa padat dan punya bau yang khas.  Rasanya juaraaaaa.. !!!

Ikan Lele atau Ikan Tikkalang dalam Bahasa Batak Angkola,  yang dihidangkan di Warung Naufal adalah hasil tangkapan dari sungai, bukan lele hasil budidaya di keramba.  Jadi dagingnya juga lebih padat dan enak.  Rasanya juga juaraaaa… !!!

Gimana soal harga? Harga makanan di tempat ini lebih juara lagi !  Saat hari Kamis malam kami makan berlima, dengan menu Ikan Mera dan Ikan Lele, tagihannya hanya Rp.88.000,-.  Saat makan hari Jum’at siang, yang makan 3 orang dengan menu masing-masing ikan dan telur dadar plus juice untuk 4 orang, tagihannya Rp.105.000,-.  Murah yaaa…

Buat teman-teman yang sedang atau akan berkunjung ke Padang Sidempuan, silahkan mampir ke Warung Naufal di Jalan Mayjen Sutoyo, gak jauh dari Bank BRI dan Bank Mandiri yang berlokasi di Jalan Kapten Koima.  Mari menikmati kuliner lokal***

satu-minggu-satu-cerita

Kopitiam Apek

Hari ini pagi kedua diriku libur lebaran 1438 H di Medan.  Dua kali pagi juga diisi dengan jalan kaki menyusuri bahagian lama Kota Medan.  Kegiatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya, meski sejak masih bau kencur sudah bulak balik ke Medan.

Pagi ini diriku jalan kaki berdua dengan Aldy, ponakanku.   Kalau kemarin kami memarkirkan mobil di halaman BNI di Jalan Pemuda dan langsung masuk ke Jalan Kesawan,  hari ini kami memarkirkan mobil di basement Lippo Plaza di sekitar Lapangan Benteng.  Lalu kami jalan kaki menyusuri jalan Sutoyo ke arah Kesawan.

Di pojokan Jalan Hindu, kami singgah di sebuah kedai kopi warna hijau yang dari kemarin sudah terlihat ramai.  Tak ada plang nama di depan warung kopi itu, tapi ternyata warung kopi itu sudah terkenal di kalangan pencinta kuliner di Medan.  Kopitiam Apek, namanya.

Apa saja yang ditawarkan Kopitiam Apek ? Kopi dan segala macam variasinya, teh dengan variasinya, chocolate dengan variasinya, telur setengah matang, roti bakar dan roti kukus dengan aneka pilihan isi : srikaya, skippy, coklat, keju atau kombinasinya.

Makanan lain seperti lontomg medan dan menu khusus hari Jum’at, nasi briyani, disediakan oleh pihak ketiga yang ikut menyediakan gerai makanan di kedai kopi tersebut.  Untuk yang ingin makan mie-mie-an, akan dipesankan dari warung di seberang jalan.  Kerjasama yang baik ya. (Y)

Kopitiam Apek dikelola oleh Cici Suyenti, yang sekaligus merupakan generasi ketiga pemilik kedai kopi tersebut.  Seluruh minuman, baik teh dan variannya, kopi dan variannya, chocolate dan variannya serta telur setengah matang dibuat sendiri oleh cici Suyenti di dapur mungilnya di bawah tangga.  Menurut beliau, dia membuat semua sendiri minuman untuk menjaga kualitas produk yang  diberikan pada pelanggan.  Beliau dibantu 3 asistennya, perempuan, yang masing-masing bertugas memanggang roti di tungku berbahan bakar arang, mencuci gelas dan piring kotor, serta sebagai runner alias menerima dan mengantar pesanan.

Saat kami ke sana, di hari ketiga lebaran, semua meja yang jumlahnya tak lebih dari 10, penuh.  Padahal gerai makanan lain yang ada di kedai kopi tersebut belum buka.  Artinya pengunjung hanya datang untuk menikmati minuman dan roti bakar dan aneka mie dari kedai di seberang.  Tapi tetap, meja-meja penuh.  Bahkan pengunjung kadang harus antri dan berdiri di depan pintu masuk, menunggu ada meja yang kosong.

Berapa harga minuman dan makanan di Kopitiam Apek?  Sebagai referensi, teh manis Rp.15K, teh susu dingin Rp.31K, roti bakar srikaya Rp.20K, roti bakar coklat keju Rp.27K dan roti kukus skippy srikaya Rp.23K.   Mehong? Agak yaaa.. Tapi klo dibandingkan dengan rasa dan kualitas minuman dan makanan yang dinikmati, radanya worthed.

Buat yang lagi liburan di Medan dan cari alternatif sarapan, KopitIam Apek yang berlokasi di Jalan Hindu No. 37 Medan ini bisa jadi alternatif.  Silahkan singgah, dan salam buat cici Suyenti. ***

Soto Udang Warkop Bahagia

 Libur tlah tiba…  Libur tlah tiba..  Horeeee… horeeeee… horrreeee ….

Libur lebaran kali ini panjang yaa.. Total 10 hari.  Kemana? Diriku ke Medan.  Kok gak bosan-bosan? Ya enggak lah.  Namanya juga balek kampung kata anak Medan.

Hari ini, lebaran kedua, Selasa 26 Juni 2017 diriku dan dua ponakan menikmati pagi dengan jalan kaki di kawasan lama Kota Medan, Kesawan.  Jalan kali, mandi sinar matahari pagi sambil motret-motret bangunan tua, merupakan aktivitas yang menyenangkan.  Diriku juga sempat mutar 2 keliling Lapangan Merdeka.  Lumayan ngundang keringat. 😀

Capek jalan kaki, pasukan ngajak makan.  Ada yg ingin sarapan fastfood di pojokan Merdeka Walk.  Tapi aku ngajak mereka menikmati kuliner khas Medan di Kawasan Kesawan yg pernah aku nikmati dengan adikku Nora sekian belas tahun yang lalu.  Soto Udang.

Soto udang yg terkenal di Kawasan Kesawan ada di  Warung Kopi Bahagia.  Lokasinya di pojokan Jalan Masjid dengan Jalan Perdana, gak jauh dari bangunan kantor PT. London Sumatera (Lonsum) di seberang Merdeka Walk.

Apa istimewanya soto udang di Warkop Bahagia? Istimewa banget, karena tak banyak tempat makan yang menyediakan Soto Udang.  Kebayangkan nyari udang di pasar gak mudah.  Setelah dimasak dan dikupas kukitnya, dagingnya tinggal sejumput. 😀  Tak heran klo harganya mehong. Seporsi Soto Udang plus nasi dan 1 buah perkedel, harganya Rp.35.000,- .  Soal bumbu, bumbu soto udang ini khas Medan, pakai santan dan rempah yang pekat. Maknyuuuzzzz

Selain jual Soto Udang, Warkop Bahagia juga menyediakan Soto Daging, Soto Jeroan dan Soto Ayam dan.juga Sup Lembu.  Bisa juga kalau mau dicampur.  Soto Daging maupun Soto Ayam harganya Rp.20.000,- per porsi.  Di sini juga ada Lontong Medan dan Nasi Lemak.  Harga seporsi Rp.10.000,-

Tapi pilihan makanan di Warkop Bahagia tak terlalu banyak memang.  Tak ada roti bakar,  mie pangsit atau pun dimsum seperti di Kedai Kopi Kim Teng di Pekanbaru, atau pun Warung Srikandi di Merdeka Walk.  Tapi bagi penģgemar udang, kalo berkunjung ke Medan, sebaiknya tak lupa menikmatinya.***

Pekanbaru Juga Seru !

Diriku baru bergabung dengan sebuah komunitas  1 Minggu 1 Cerita.  Komunitas yang mendorong anggotanya untuk menerbitkan 1 tulisan setiap 1 minggu di web atau blog pribadi masing-masing.  Tulisan itu temanya bebas, kecuali bila ada ketentuaan dari pengelola.  Daku kecebur di komunitas tersebut karena diseret-seret Teh Ani Sulaksani, si Ibu Pengembara. 😀 😀

Nah untuk minggu ini, Komunitas 1 Minggu 1 Cerita menetapkan tema Kampung Halamanku  Juga Seru! bagi para anggotanya.  Tema ini membutuhkan pemikiran buat diriku.  Bukan karena gak kenal kampung, gak pernah pulang kampung atau gak cinta kampung..  😀  Tapi justru karena sejak kecil terbiasa pulang kampung, punya banyak kenangan manis tentang kampung, cinta kampung dan selalu rindu kampung, maka selama 9 tahun 5 bulan punya blog, aku cukup sering menulis tentang Sipirok, kampung halamanku, tanah leluhurku.  Bahkan kata Sipirok menjadi Tags di Cerita Sondha.  Selama tahun 2017 yang baru 29 hari ini, di Cerita Sondha sudah ada 2 tulisan tentang Sipirok, yaitu Kuliner Sipirok, dan Sipirok, A Prospective Destination.  Karenanya untuk kali ini diriku menulis tentang  Kota Pekanbaru.

Ya, Pekanbaru adalah kampung halaman kedua bagiku.  Di kota ini aku dibesarkan sejak usia satu tahun.  Tempat aku menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja.  Tempat aku mengisi usia dewasa setelah kuliah di Bogor dan bekerja juga di Jakarta, lalu sekolah lagi ke Yogya.  Pekanbaru tempat aku hidup, bekerja, dan berkehidupan sosial.  Ya, Pekanbaru adalah kampungku, rumah bagi jiwaku, dan sampai saat ini Pekanbaru adalah tempat satu-satunya rumah yang kumiliki dari hasil kerja keras bertahun-tahun. 😀  Pekanbaru tempat aku kembali setelah bepergian kemanapun.  Makanya aku paling sebel dan geram, kalau ada orang yang merasa berdarah lokal lalu dengan seenak udelnya bilang aku adalah pendatang di Pekanbaru, hanya karena aku berdarah Batak.  Apa lagi klo yang ngomong itu gak lebih  lama tinggal di Pekanbaru dari diriku dan keluarga.  Rasanya diriku pengen ngebalas omongan gak enak itu dengan bilang, “Helloowww…. ! Kamu kali yaa,  yang pendatang !”  ðŸ˜€

Apa siyy serunya Kota Pekanbaru ?

Buat aku, pertama-tama  Pekanbaru itu seru karena aku banyak teman dan kenalan di sini.  Mulai dari teman keluarga, teman sekolah, teman kerja dan juga teman yang aku kenal dari teman-teman.  Karena perkembangan, Pekanbaru tidak lagi seperti dulu, ketika kita pergi ke berbagai sudut kota akan ada saja ketemu orang yang kita kenali dan mengenali kita.  Orang-orang lama Pekanbaru.

Kedua, Pekanbaru itu seru karena kotanya relatif nyaman.  Kota yang saat ini cukup besar, dan sudah semakin banyak fasilitas tersedia.  Namun Pekanbaru  terhitung kecil bila dibanding dengan Medan, Bandung, Surabaya.  Apalagi Jakarta, kota dimana langkah kita terbatas karena macet cet cet.  Di Pekanbaru kita masih gampang kalau mau pergi kemana-mana.  Gak terlalu butuh waktu panjang.

Pekanbaru juga seru karena penataannya yang cukup rapi, terutama di pusat kota.  Ada jalan-jalan dua arah yang lebar dan dibatasi jalur hijau yang asri.  Ada trotoar yang cukup nyaman untuk melakukan salah satu aktivitas kesukaanku, jalan kaki.  Di kawasan tertentu ada  jalur khusus untuk pengendara sepeda, meski pada hari kerja, jalur sepeda tersebut sering dijadikan tempat parkir oleh orang-orang yang masih kurang perduli.

Di Pekanbaru ada perpustakaan megah, dengan koleksi buku-buku yang banyak, pustaka milik pemeritah daerah Provinsi Riau.  Fasilitas yang bisa  bikin mabok kepayang para pencinta buku.

Naahhh itu kan serunya Pekanbaru untuk orang-orang yang tinggal dan besar di Pekanbaru.   Buat orang-orang yang berkunjung ?  Pekanbaru juga seru lho !   Seru banget !

Pekanbaru secara historis merupakan bahagian dari Kerajaan Siak Sri Inderapura.  Salah satu kerajaan Melayu di sekitar Selat Malaka.  Kerajaan yang besar dan jaya di masanya.  Oleh karenanya, ciri khas Melayu yang bernuansa Arab mewarnai Pekanbaru,  termasuk kulinernya.

Lokasi Pekanbaru yang strategis, dilalui oleh Sungai Siak yang berhilir di Selat Malaka.  Selat ini sejak berabad-abad merupakan  perairan  tersibuk di dunia, diarungi berbagai bangsa.  Hal ini membuat Pekanbaru juga didatangi dan dihuni oleh orang-orang dari Sumatera Barat, Batak, Jawa dan juga China.  Ditambah lagi,  adanya eksplorasi minyak bumi dan perkebunan sawit di sekitarnya, membuat Kota Pekanbaru didatangi orang-orang dari berbagai suku yang mencari peruntungan.  Maka jadilah kota ini kota yang plural, namun tak kehilangan akar budayanya.

Pluralitas yang ada di Pekanbaru menghadirkan warna yang khas pada kulinernya.  Ini adalah salah satu daya tarik  Kota Pekanbaru.  Kuliner apa saja ?

Untuk sarapan di Pekanbaru, kedai kopi menjadi pilihan utama.  Kedai kopi yang diwarnai budaya Chinese, sama sekali tidak hanya menghidangkan kopi. Ada banyak kedai kopi di seantero Kota Pekanbaru.  Beberapa di antaranya  telah ada puluhan tahun, seperti Kedai Kopi Kim Teng di Jalan senapelan, Kedai Kopi Laris di Jalan Karet dan Kedai Kopi King di Jalan Juanda.  Ketiga kedai kopi tersebut punya ke-khasan masing-masing.

Kedai Kopi Kim Teng, menyediakan kopi yang luar biasa juga aneka roti.  Beberapa tahun terakhir, Kedai Kopi Kim Teng bahkan menjadi food court yang menyediakan berbagai menu, seperti dimsum, mie pangsit dan aneka mie.   Kedai Kopi Laris juga punya kopi yang sangat enak, kopi yang dihidangkan berasal dari biji kopi yang baru dipanggang.  Salah satu makanan khas di Laris adalah soto ayam kampung.  Bubur ayam merupakan hidangan utama di Kedai Kopi King.  Diriku gak pernah bosan dengan kuliner yang satu ini.  Jadi makanan wajib ketika tubuh butuh sesuatu yang bisa membangkitkan ekstra energi di pagi hari.

Selain ketiga kedai kopi  yang sudah well-known tersebut, di Pekanbaru juga ada Kedai Kopi Liana.  Aapa istimewanya kedai kopi ini? Kedai kopi ini menyediakan aneka hidangan yang berbahan utama mie sagu.  Mie sagu merupakan salah satu bentuk hasil olahan dari tanaman sagu (Metroxylon sagu) yang banyak terdapat di wilayah Pesisir Provinsi Riau.

pekanbaru-juga-seru-cerita-sondha

Sarapan lain yang khas Melayu adalah roti canai.  Saat ini ada 2 penjual roti canai yang maknyus banget.  Kedai Canai Kuansing di jalan Diponegoro Ujung, dan Kedai Canai Tuan Prata di Jl. Mendut Pekanbaru.  Oh ya, Tuan Prata juga menyediakan teh tarik dan luti gendang, roti khas Pulau Tarempa, yang dulunya bahagian dari Provinsi Riau, namun sekarang menjadi bahagian Provinsi Kepulauan Riau.

Selain mie sagu dan roti canai, ada kuliner untuk sarapan yang sangat khas Melayu, bubur lambuk.  Bubur ini hampir sama dengan bubur Manado yang sudah well-known, terbuat dari beras yang dimasak dengan air yang cukup banyak, lalu dicampur dengan sayur-sayuran.  Khusus untuk bubur lambuk, sayur-sayurnya berupa tanaman khas wilayah Riau, seperti sayur paku (Diplazium esculentum),  dan ditambahkan dengan ikan bilis (Mystacoleucus padangensis) goreng.  Setahu diriku sampai saat ini belum ada tempat makan atau kedai kopi yang menyediakannya.  Kalau mau, harus pesan.  Setahu diriku yang menerima pesanan bubur lambuk adalah ibu Dinawati, salah satu pengurus Ikaboga Riau, pemilik usaha bolu mojo Al Mahdi di Jalan Rajawali Pekanbaru.

Saat ini ada beberapa kedai kopi baru yang juga menyediakan berbagai sarapan yang khas Pekanbaru denga penataan ruang yang lebih nyaman, Kedai Kopi Coffee Two di Jalan Setia Budi, misalnya. Jadi kalau teman-teman ke Pekanbaru, tinggal pilih mau sarapan dimana. 😀

Untuk maksi, masakan khas melayu adalah asam pedan ikan patin (Pangasius hypophthalmus) atau asam pedas ikan baung (Bagrus nemurus).  Ada banyak restoran yang menghidangkan masakan ini,  Dari warung sederhana, sampai restoran canggih dengan tempat yang nyaman.  Restoran yang terkenal dengan masakan asam pedas patin adalah Rumah Makan Haji Yunus di Jalan Kaharuddin Nasution, tak jauh dari Bandara Sultan Syarif Qassim.  Atau Rumah Makan Khas Melayu di sekitar bandara.

Kalau mau menikmati ikan asam pedas patin yang dijual oleh masyarakat lokal, teman-teman bisa nyoba di Rumah Makan Si Tjuik.  Rumah makan ini dulu lokasinya unik, di dekat pelabuhan container PT. Chevron.  Sekarang lokasinya sudah di jalan besar, di Jl. Yos Sudarso, Rumbai.

Untuk kue-kue khas Melayu adalah kue Bolu Kembojo, atau yang populer dengan Bolu Mojo, dan kue bangkit.  Ada banyak pengusaha UMKM yang menjual kedua jenis kue ini.  Bolu Mojo adalah sejenis kue basah, sedangkan kue bangkit adalah cookies yang berbahan baku tepung sagu. Favorite keluargaku adalah bolu kembojo buatan Mie mie di Jalan Pepaya.  Kenapa ? Selain rasanya memang enak, ukurannya juga kecil-kecil.   Pas untuk satu kali makan.  Sedangkan kue bangkit favorite kami kue yang dibuat kelompok usaha Kembang Sari.  Kuenya renyah dan wangi karena dikasi parutan kulit jeruk purut.

Oh ya di Pekanbaru juga ada yang jual kue-kue khas Banjar alias wadai.  Namanya warung Papadaan.  Lokasinya di Jalan Hang Tuah, di seberang SD Teladan.  Di sini juga menyediakan Soto Banjar dan Nasi Kuning dengan Ayam Masak Habang (ayam masak merah) khas Banjar.

Ada lagi yang selalu bisa didapatkan kalau berkunjung ke Pekanbaru.  Durian.  Ya durian selalu ada di Pekanbaru.  Ada banyak warung-warung di sekitar Hotel Pangeran di Jalan Sudirman yang menyediakan durian, lengkap dengan ketan sebagai teman untuk disantap.  Kalau ingin bawa pulang durian, teman-teman bisa minta penjual mengupas durian yang sudah dibeli, lalu dikemas sedemikian rupa di dalam kotak sehingga layak untuk dibawa.  Atau kalau mau lebih praktis, bisa dengan membeli lempok alias dodol durian.  Ada banyak toko yang menjual makanan khas Riau ini.

Dengan kulinernya yang luar biasa, siapa yang bisa bilang Pekanbaru gak seru ? Yuukkk ke Pekanbaru !!!  ***

minggu-1-2017

Kuliner Sipirok

Akhir pekan tanggal 13 – 15 Januari 2017, diriku ke Sipirok, lagi. Padahal  tanggal 29 Desember 2016 sampai dengan 02 Januari 2017 yang lalu diriku juga ke Sipirok buat libur akhir tahun dengan keluarga.  Ngapain bulak balik ke Sipirok?  😀  Kalau dipikir capek, memang sihh pergi yang pertama belum hilang capeknya.  Tapi kali ini aku pergi menemani kakakku  Lintje buat ziarah ke Sibadoar.  Lagian, kalau urusan pulang ke Sipirok kayaknya rasa capek gak ada.  Hihihihi. Padahal pinggang berdenyut-denyut nihhh !!

Oh ya, buat teman-teman ketahui, Sipirok itu adalah nama kecamatan, yang terdiri dari  6 kelurahan dan 34 desa.  Kalau diriku dan keluarga pulang ke Sipirok, itu artinya kami pulang ke rumah peninggalan ompung kami dari pihak Papa, yang berlokasi di Pasar Sipirok, kelurahan yang menjadi pusat Kecamatan Sipirok.  Di Pasar Sipirok tersebut berada kantor Kecamatan Sipirok, kantor Polsek Sipirok, kantor Koramil Sipirok, kantor Kejaksaan Sipirok, sekolah dari tingkat SD, SMP, SMA dan SMK, juga pasar serta pusat aktivitas ekonomi masyarakat di Kecamatan Sipirok.  Kampung leluhurku dari pihak  Papa yang bermarga Siregar adalah Desa Sibadoar, 3 km ke arah Timur Laut dari Pasar Sipirok.  Sedangkan kampung asal leluhur Mama yang bermarga Harahap adalah Desa Hanopan, 16 km ke arah Timur Laut dari Pasar Sipirok.   Jadi jangan bingung dengan istilah Sipirok, dan Pasar Sipirok ya teman-teman.

Oleh-oleh dari perjalanan kali ini, diriku ingin cerita tentang kuliner Sipirok. Topik tentang Kuliner Sipirok dengan scope yang lebih kecil, Panganan Khas Sipirok, pernah diriku bahas sebelumnya, namun tulisan kali ini scopenya lebih luas, tidak cuma tentang kue-kuean, tapi juga tentang makanan, lauk pauk dan sayuran.

Kita mulai dari kue-kuean dulu yaaa.

penjual-kue-sipirok

Panggelong Apri hasibuan dan Pedagang kue di Pasar

Dulu saat saya masih bocah cilik, kue-kue di daerah Pasar Sipirok hanya dijual pada hari Kamis, hari pasar di  Pasar Sipirok.  Poken Kamis, demikian masyarakat menyebutnya.

Poken Kamis adalah pasar terbesar, teramai di Kecamatan Sipirok.  Para pedagang dan pembeli dari berbagai kelurahan dan desa di Sipirok tumplek blek di sini, bikin macet sampai sekitar jam 2 siang.  Hari lain tetap ada pasar di Pasar Sipirok, tapi hanya sekedar  menyediakan kebutuhan harian penduduk di sekitar Pasar Sipirok.  Pasar yang agak ramai berlangsung secara bergilir tiap hari di  kelurahan atau desa di Kecamatan Sipirok.  Misalnya pada hari rabu, pasar yang disebut Poken Arba (Pasar Rabu dalam bahasa Batak Angkola) berlangsung di Desa Arse, sebuah desa yang berjarak 14 km di Timur Laut Pasar Sipirok.  Desa yang gak jauh dari Hanopan, kampung leluhurku dari pihak Mama.

Tapi sekarang tiap hari ada yang menjual kue-kue tradisional khas Sipirok.  Ada yang menjual di pasar, dan juga ada di dua warung atau toko kecil  di jalan lintas Padang Sidempuan – Tarutung.  Pedagang petama, Panggelong Apri Hasibuan, di jalan Tarutung No. 52 Banjar Toba, Sipirok.  Pedagang yang kedua (maaf gak sempat motret warung dan mencatat namanya), lokasinya sekitar 1 km dari Panggelong Hasibuan, dekat masjid Sipirok Godang.

Kue apa saja yang bisa ditemuin di Sipirok?  Sesuai dengan hasil bumi Sipirok, beras, ketan,  dan gula aren atau gula bargot kata orang Sipirok, maka kue-kue khas Sipirok berbahan baku betas atau ketan dengan gula aren ditambah variasi pisang dan kelapa parut atau santan. Apa aja kuenya?

panggelong

Panggelong

Panggelong,  terbuat dari adonan tepung ketan/pulut yang dicampur dengan gula aren, lalu digoremg, lalu dicelup ke cairan gula aren.

golang-golang

Golang-golang

Golang-golang, terbuat dari adonan tepung ketan dengan gula aren, dibuat seperti gelang-gelang kecil, digoreng.

paniaram

Paniaram

Paniaram, campuran tepung beras dan gula aren dipanggang seperti serabi.  Tapi lebih padat, lebih alot.. 😀

Lapet (lepat) beras, adonan tepung beras dengan gula aren dan santan, dibungkus dengan daun pisang, dikukus.  Adonan yang sama ada juga dimasukkan ke dalam bambu yang telas dilapis dengan daun pisang, lalu dibakar, namanya lemang daun.

lapet-pisang

Lapet Pisang

Lapet (lepat) pisang, adonan tepung beras dengan gula pasir dan santan, dikasi irisan pisang, dibungkus dengan daun pisang, lalu dikukus.

itak

Itak pohul pohul

Itak Pohol-pohul.  Ini adalah kue khas orang Batak sekali.  Biasa dihidangkan di acara-acara adat, seperti menyambut bayi yang baru lahir, acara masuk rumah baru, juga  acara penghiburan setelah meninggalnya anggota keluarga.  Itak terbuat dari tepung beras yang dikukus sebentar, lalu dicampur dengan irisan gula aren dan kelapa parut, dibentuk dengan cara digenggam kuat-kuat sehingga berbentuk kepalan tangan, lalu dikukus.

Kembang loyang manis/asin.  Kembang loyang adalah adonan tepung beras.  Untuk yang manis dicampur dengan gula pasir dan wijen.  Selanjutnya cetakan berbentu kembang yang diberi tangkai dicelupkan ke adonan tersebut, sehingga adonan menempel, kemudian cetakan tersebut dimasukkan ke penggorengan yang sudah berisi minyak panas.  Adonan yang masak akan lepas dari cetakan dan membentuk kue yang berbentuk kembang.  Untuk yang rasanya asin, adonan tepung beras ditambahkan dengan bumbu-bumbu daun jeruk, daun seledri, ketumbar atau merica, daun jeruk, juga udang halus, seperti membuat adonan bakwan.

Kue angka 8 sangat khas Sipirok, kayaknya gak ada di tempat lain.  Kue ini terbuat dari campuran tepung beras dan tepung ketan juga gula pasir.  Adonan lalu dibuat panjang-panjang dibentuk seperti angka 8, kemudia digoreng.  Setelah dingin, kue dibalur dengan bubuk gula putih, seperti donat.

Selain kue-kue yang sudah disebut di atas, yang selalu ada dalam panganan di Sipirok adalah lomang (lemang) dan wajik, yang keduanya terbuat dari  ketan. Lemang dibuat dari ketan dikasi santan yang dimasukkan ke bambu dilapisi daun pisang,  kemudian dipanggang di atas bara.  Sedangkan wajik dibuat dari ketan yang ditanak dengan gula aren dan santan.   Setelah masak dicetak di nampan yang diaLas dengan daun pisang atau plastik agar tidak lengket.

Sekarang kita bicara tentang makanan utama..

ikan-mas

Ikan mas goreng dan gulai ikan mas

Sesuai dengan lokasi yang jauh dari laut,  alam Sipirok yang pegunungan, membuat sungai-sungainya curam berbatu-batu dan  berair deras sehingga tak banyak ikan.  Ikan hanya ada di tempat-tempat tertentu, di lubuk-lubuk.  Sumber protein masyarakat di Sipirok adalah daging kerbau (Bubalus bubalis)  dan ikan mas (Cyprinus Carpio sp.)  hasil peliharaan di kolam.   Kolam ikan di Sipirok biasanya bukan kolam air deras, tetapi sawah yang yang secara periodikal dialihfungsikan sebagai kolam.  Untuk menghasilkan ikan dengan ukuran yang layak untuk dimakan, dibutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan lebih dari setahun.  Lama yaakkkk...  Btw, orang Batak kayaknya gak doyan ikan gurame ya?  Entah lahh.  Tapi memang untuk acara-acara adat di masyarakat Batak, ikan yang digunakan ya ikan mas.  Biasanya diarsik.  Hmmm… enak banget… Kata orang-orang sangkin enaknya, mertua lewat gak keliatan.   Ya, enggak keliatan laahh, wong saat nikah sama anaknya mertua udah gak ada.  😀 😀

olahan-kerbau

Sup tulang kerbau dan daging panggang

Untuk daging, enggak tahu kenapa di Sipirok adanya daging kerbau. Termasuk untuk dipotong pada acara-acara adat.   Yang dipelihara orang-orang juga kerbau.  Untuk penyediaan daging kerbau di Pasar Sipirok, biasanya dilakukan oleh keluarga Pardede, yang sudah jadi Partiga-tiga Juhut di Sipirok dari generasi ke generasi.  Tiga itu artinya pasar, partiga-tiga artinya pedagang, juhut artinya daging.  Partiga-tiga Juhut artinya pedagang daging.

Kerbau diolah menjadi masakan apa di Sipirok? Karena udara yang dingin, di Sipirok tulang dan daging kerbau biasanya dijadikan sup.  Aihhh jadi ingat saat-saat pulang kampung ketika masih kecil.  Sup adalah menu yang wajib hadir di meja makan di rumah Opung.  Sup daging dengan kentang dan wortel mengepul-ngepul.  Nikmat banget  !!  Nah di salah satu rumah makan yang terkenal dan sangat representatif di Sipirok, Rumah makan Siang malam, daging kerbau dipanggang, lalu dimasak asam pedas pekat dengan irisan bawang dan tomat yang banyak. Enaknya, gila !!!  Bikin nagih. Sedangkan tulang kerbau dibikin sup, bahkan sumsum yang di bagian engsel, bisa dinikmati dengan menggunakan sedotan.  Tapi menu yang satu ini saya gak makan.  Takut kolesterol !

gulai-daun-ubi-tumbuk

Gulai Daun Ubi Tumbuk

Bagaimana dengan menu sayurnya? Yang selalu hadir di meja makan di rumah-rumah di Sipirok adalah sayur bolgang alias sayur rebus, yang terdiri dari berbagai macam sayur.  Daun singkong, rimbang, terong ijo dan lain-lain dicampur jadi satu.  Rasanya enak, karena sayur-sayur tersebut biasanya baru dipetik.  Bahkan dulu di rumah Ompung, ketika akan masak,  baru sayur dipetik di kebun  milik Ompung di daerah Pasar Malam, yang gak jauh dari rumah.

Selain sayur bolgang, menu sayur yang menjadi trade mark orang Batak adalah Gulai Daun Ubi Tumbuk.  Gulai ini dibuat dari daun ubi muda alias bagian pucuk, ditambah dengan rimbang, honje atau kecombrang (Etlingera elatior) ditumbuk sampai setengah halus di alu yang terbuat dari kayu.  Kalau almarhum Mama bahkan menambahkan daun pepaya muda pada campuran tersebut.  Untuk meningkatkan  daya tahan tubuh, menurut beliau.  Setelah setengah hancur, campuran sayur tersebut dimasak dengan santan dan ditambahkan dengan ikan salai atau ikan asap.  Jangan tanya rasanya.  Juaaarrrraaaaa  !!!!

Kok jadi bikin pengen pulang kampung lagi yaaa ?? Padahal badan masih belum hilang pegalnya.  😀  ***

Dream, Love and Family

DREAM, LOVE AND FAMILY  adalah filosofi  L’ Cheese Factory, toko kue milik kakak ku, Lintje Siregar..

L CheeseBuat diri ku dan keluarga, L’ Cheese Factory, yang L’ nya diambil dari nama kakaku ku Lintje, merupakan pencapaian yang luar biasa…

Why, why, why…..???  Karena seingat ku, dari sejarah keluarga kami yang aku tahu, dalam 3 generasi, tidak ada yang punya toko… Apa lagi toko kue.. 😀  Opung kami adalah para pendidik.. Generasi orang tua kami adalah para birokrat, demikian juga aku, dan kakak ku sebelum beliau pensiun..

Tak pernah terbayangkan rumah kami menjadi toko kue, tempat nongkrong anak muda, bahkan ada live music setiap sabtu malam..

L cheese1aTeras rumah yang dulu tempat duduk-duduk keluarga di pagi dan sore hari sudah menjadi tempat duduk-duduk customer 😀 Demikian juga ruang tamu.  Garasi mobil sudah menjadi tempat display produk, counter kasir dan juga tempat customer duduk santai menikmati produk yang mereka pilih… Ruang kerja, tempat aku dan para ponakan les dengan memanggil guru ke rumah,  yang posisinya di belakang garasi, bersama ruangan yang dulunya dapur bersih sudah menjadi ruang garnish.. Gudang tempat persediaan amunisi, alias penyimpan bahan makanan, sudah menjadi ruang kerja team marketing..  Ruang makan ramai-ramai yang menyatu dengan dapur sudah jadi tempat kerja pegawai toko, tempat menyimpan case-case besar stock produk dan bahan.  Kamar si mbok yang dulu juga merangkap ruang penyimpanan pecah belah peninggalan alm Ibu, sudah jadi ruang produksi dan tempat stock barang.  Ruang musik di halaman belakang rumah, sudah menjadi ruang produksi khusus buat wedding cake dan special order. Bahkan sebagian ruang keluarga dipakai untuk staff accounting bekerja… 😀

Terkadang bila aku habis bepergian, lalu pulang ke rumah tempat aku dibesarkan, dan melihat teras rumah ramai, terlintas di pikiran ku, “Siapa orang-orang itu…? Ngapain pada duduk-duduk di teras rumah kami…??” Hahahahaha…

L’ Cheese Factory bermula dari kakak ku yang ingin membangun usaha setelah beliau pensiun, setelah berkarir sejak muda di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau, berpindah-pindah  dari satu instansi ke instansi.  Bermulai dari instansi yang menerbitkan izin usaha pada tahun 1980-an, dan persiun di Badan Arsip dan Perpustakaan.  Beliau nyaris tak punya keahlian yang cemerlang, tapi suka dan cinta sekali dengan dunia memasak…

Saat aku kecil, kue lebaran di rumah kami adalah hasil kerjaan beliau, dengan mengerahkan bala bantuan dari teman-temannya dan juga orang-orang yang bekerja di rumah..  Saat aku SMA, teman-teman ku senang sekali kalau ke rumah.., karena selalu ada makanan, selalu ada kue yang enak..  Bahkan terkadang teman-teman perempuan ku dengan jail bilang pengen belajar bikin kue, padahal itu hanya alasan agar bisa menikmati cake-cake lezat buatan beliau..  Hahaha…

Di rumah tak pernah tidak ada tepung, gula, dan bahan  kue… Tak pernah juga sepi dari loyang-loyang, mixer dan oven  😀

Sepertinya, punya Mama yang gila memasak, bahan kue yang selalu ada, membuat Ira, putri  bungsu kakak ku juga jadi senang memasak..  Ira bahkan memutuskan untuk tidak mau sekolah “normal” seperti Mamanya, aku dan 2 abangnya, Parlin dan Olan. Dia memilih tidak mengikuti mainstream.., mengambil jurusan Pastry di Sekolah Perhotelan.  Ira merupakan anggota keluarga yang kedua, yang tidak mengikuti mainstream.. Yang pertama Nanda, anak kakak ku yang nomor dua.  Dia memutuskan untuk mengambil Sinematografi di IKJ, setelah bertahun-tahun, kalau ditanya mau jadi apa, jawabnya cuma satu “Kami mau jadi sutradara”

Setelah melalui proses yang tidak pendek, dan aku tahu tidak mudah…, bulan Maret 2012 kakak ku memulai usahanya.  Dengan hanya menggunakan garase rumah yang direnovasi sebagai tempat jualan, dan dapur bersih sebagai tempat produksi..  Beliau membuat sendiri cake yang akan dijual.   Parlin, putra sulungnya, dan Typhany, istri Parlin,  mengurus manajemen toko sekaligus menjadi penjaga toko..  Ira sebagai pembuat resep untuk produk-produk yang akan dijual..

L cheese2aProduk yang dipilih kakak ku PREMIUM CHEESE CAKE. Pilihan iItu dilakukan dengan pernuh pertimbangan, pasti.  Semua bahan yang digunakan merupakan bahan pilihan, diproses  secara cermat dengan  mengunakan peralatan yang terbaik, serta dengan pengawasan yang ketat untuk menghasilkan produk terbaik.  Bahkan untuk kepuasan dan ketenangan hati  konsumen, sejak awal usaha telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan dan sertifikasi halal oleh LPPOM MUI Provinsi Riau.

Kak Lintje mengenang,  saat awal usahanya dengan ucapan “Kalau ada orang yang beli 1 slice cake aja, rasanya sudah senang sekali.. Kalau orang itu makan di tempat, rasanya deg-degan menunggu komentar si pembeli.” 😀

Waktu berjalan….  L’ Cheese Factory sudah hampir genap 3 tahun…  Kak Lintje tidak lagi harus mengerjakan sendiri seluruh proses produksi, tapi beliau mengawasi dan terkadang ikut mengerjakannya.   Yang terlibat dalam pengelolaan toko bukan lagi hanya Parlin, Ira dan Typhany.. Nanda, yang lulusan IKJ dan sempat kerja di production house untuk pembuatan iklan produk, dan Olan, anak nomor 3, yang sempat kerja di salah satu bank di Pekanbaru, memutuskan untuk full time bergabung dengan L’ Cheese dan mengambil peran sesuai dengan studi dan pengalaman kerja masing-masing.  Nanda mengurus marketing, Olan mengurus finasial.  Bahkan pada akhir Tahun 2013, L’ Cheese Factory mendapatkan penghargaan UMKM award dari Bank Riau Kepri, bank milik Pemerintah Daerah Provinsi Riau yang memberi dukungan pada awal usaha.  Alhamdulillah Tahun 2014, L’ Cheese Factory tak bisa lagi ikut dalam seleksi UMKM award yang diadakan bank tersebut, karena sudah tidak tergolong dalam Usaha Mikro lagi  😀

Anugrah UMKM a

Satu hal yang kak Lintje bilang berkali-kali ke diri ku, “JANGAN TAKUT MENGHADAPI PENSIUN”.  Tapi tentu saja bukan tanpa persiapan..  Bekerja, sambil meningkatkan keterampilan di bidang yang menjadi passion kita adalah hal yang HARUS DILAKUKAN.. Juga menyiapkan anak-anak dengan memberikan kesempatan bersekolah sesuai dengan passion mereka adalah hal yang terbaik yang bisa dilakukan, bagi anak-anak, sekaligus bagi diri kita sebagai orang tua.

Seperti  Nanda bilang ke aku… DREAM artinya berani bermimpi dan berjuang mewujudkannya..  LOVE, melalukan hal-hal yang merupakan passion, seperti kak Lintje dan Ira yang mempunyai passion sangat kuat terhadap cooking, serta FAMILY, menjalankan bisnis dengan melibatkan keluarga dan value yang ada di keluarga..

So,  L’  CHEESE IS NOT JUST A CAKE SHOP, IT’S ABOUT DREAM, LOVE AND FAMILY…

L Cheese 2nd Anniversary

d Family on L’ Cheese 2nd Anniversary

So Guys, Kalau sedang berada di Pekanbaru,  come to L’ Cheese…  You are gonna  feel how the Dream, Love of cooking, and value of Family can MAKE YOUR HEART SAY CHEESE...

Iga Bakar Cobek

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman baik di kantor, kak Indria ngajak pergi maksi..  Kemana?  Hmmm seperti biasa, ibu yang jahil ini, sukanya ngasi saya kunci mobil, biar saya yang nyetir.., lalu dia bilang , kiri, kanan, lurus… 😀

Kali ini dia menggiring saya ke jalan Rajawali…  Ujug-ujug, setelah melewati lampu merah, saya disuruh belok kanan, parkir di depan sebuah ruko.. Saya lalu tanya, ini jual apaan, kak?  Kak Indria bilang, ayo aja lah… Pokoknya pasti suka..Hmmmmmm…

Tempat makan ini, meski di ruko, penataannya seperti warung…   Hanya ada 8 meja plastik dengan masing2 4 kursi.. Gak ada penataan yang memberi kesan istimewa..  Biasa banget…

Begitu masuk, kak Indria langsung mesan, 2 porsi iga bakar cobek + nasi, dan 2 porsi es teler… Aku mikir, buset daahh…, gak kebanyakan niyy mesannya…? 😀

Iga Bakar Cobek1Yang datang duluan…, es teler… Dalam mangkok ukuran yang lumayan banyak… 😀  Itu pikiran sebelum dicicipin… hehehehe..  Begitu dirasa…., mikirnya mau bawa pulang beberapa bungkus, ahhhhh… :D.  Es tellernya yang dikasi nama es teler cihuy ini uenak… Alpukat, nangka dan parutan kelapa mudanya, banyak… Gak pelit…  Semangkok tuhhh, gak berasa habisnya… hehehe…

Sebelum es teler lenyap masuk perut…, iga bakar dan nasi putihnya datang…  Apa siyy iga bakar cobek itu…?  Iga sapi, dibumbu sedemikian rupa, dan dibakar dalam cobek yang terbuat dari tanah liat…    Iga di dalam cobek imut-imut dengan kuah masih mendidih plus serakan rawit dan potongan tomat di atasnya, sungguh menggoda mata…:D  Saat dicicipin…, hmmm bumbunya sedap…  Tapi kalau aku perhatiin, yang dihidangin itu belum beneran iga.. Karena klo iga kan tulangnya tipis-tipis.. Tulang yang di dalam cobek itu bulat…   Tapi terlepas dari itu, dagingnya empuk, bumbunya juga mantap…

Setelah kunjungan yang pertama itu, aku ada 2 kali makan ke Iga Bakar Cobek ini..  Masih tetap belum kebagian iga alias ribs yang tipis2 itu… 😀  Mudah-mudahan kebagian klo berkunjung lagi…. 😀

Sate Karang…

Ini cerita tentang kunjungan yang dilakukan pertengahan April 2014… Udah lama yaaakkk….  Iya niyy teman-teman, hampir 3 tahun aku sibuk dengan pekerjaan dan melakukan banyak perjalanan, tapi banyak juga yang belum ditulis..  Ini sedang diusahakan menulisnya satu per satu… Agar bisa berbagi cerita dan informasi…, dan siapa tahu ada yang nawarin buat travelling turs nulis… Hahahaha… Amiin…  😀

So, apa ceritanya niyyy  si sate Karang…?

Diriku mengenal sate karang kira-kira 14 tahun yang lalu… Lamenye sudaahhhhh…. cakap Melayu  Saat itu aku lagi sekolah di Yogya, kost di Pogung, dan berteman dengan Anna, yang juga berasal dari Pekanbaru, Mimi, teman kuliah S1 Anna, dan Veni Moenif, our rantang…  Kami biasa pergi makan malam bareng, terutama nge-capjay di Jl. Kaliurang di sekitar Graha Saba..

Suatu malam, gak lama setelah magrib.. Anna dan Mimi datang ke tempat kost, terus bilang, “Kak Sondha, makan sate kerang yuukkk” (demikian pendengaranku menangkapnya saat itu).  Begitu aku mengiyakan ajakan mereka, kami pun keluar rumah, dan menjemput Veni di kos-kosan.  Anna menggonceng Veni.  dan Mimi bilang dia aja yang bawa motorku, karena aku gak tahu lokasinya..  Btw, itu bukan motorku.., itu mootor pinjaman dari adik ku David, dink… :D.  Saat itu aku herannya, kenapa Mimi bilang aku gak tahu lokasinya yaa.. Bukannya sate kerang sepertinya ada dekat jembatan sebelum Hotel santika..   Tapi karena berpikir mereka tahu tempat makan yang baru, aku manut aja…

Tapi ternyata jalannya enggak ke arah tugu…  tapi ke arah selatan Kota Yogya…, yang lama-lama ngebingungin aku..  Aku kehilangan orientasi… Secara udah malam, gelap…  Aku lalu nanya ke Mimi, emang mau keman siyyy.. Dengan nyebelinnya, Mimi bilang, “Diam aja lah, kak.. Pokoknya enak…”   Bussseeetttt daaahhhh….  😀

Tapi saat aku amat-amati, kok sepertinya kami itu di Kota Gede yaa..  Karena ada beberapa bahagian jalan di  Kota Gede yang khas, dan aku ingat..  Saat aku tanya lagi, apa kami mau ke sate kelatak, Mimi  sambil ketawa-ketawa bilang bukaann… Sepertinya dia menikmati kebingungan ku… Aseeeemmmmmm….

Setelah naik motor sekitar 30 menit… Jauh euyyyy… motor akhirnya dihentikan.. Di pinggir lapangan… Bikin diriku makin bingung, dan bertanya-tanya, apa iya ada jual seafood di pojok negeri dalam gelap gulita begini… Hehehehe…  Aku akhirnya nanya sama Mimi dan Anna, kami ini sedang dimana, dan mau makan apaan…

Sate KarangBocah-bocah gendeng itu sambil senyum-senyum bilang, “Kak Sondha, ini di pinggir lapangan di Kota Gede.  Kita mau makan sate Karang… ” Oaaalllaaahhhhhh…. Salah dengar…, aku pikir sate kerang…  😀

Aku lalu bilang, apa hebatnya siyy niyy sate sampai dibela-belain pergi jauh-jauh naik montor, malam-malam pula…  Para bocah gendeng itu bilang, ayo dicoba aja… 😀 Yoo wissss, aku nurut aja… Juga pesanannya apa, aku nurut ajaaaa…

Kami lalu duduk di tikar di pinggir lapangan.., tanpa atap.. Klo ujan, ya sudah kehujanan…  Aku lalu mengamati.., di pinggir lapangan, gak jauh dari tempat kami duduk, ada 3 buah gerobak.. Yang satu gerobak tukang sate, lengkap dengan bara buat bakar sate..  Yang satu aku lihat sepertinya tukang lontong…, soalnya sibuk motong-motongin lontong daun.. Gerobak yang satu lagi jual wedan ronde…

Saat makanan yang dipesan, dihidangkan, aku terheran-heran.. Kok banyak banget piringnya… Ada yang isinya sate, ada yang isinya lontong dengan kuah lodeh tempe..  Juga ada wedang ronde… Aku nanya sama para bocah gendeng, kenapa mesannya banyak banget..  Kan gak semua harus makan sate trus makan lontong juga… Kesannya kok kita kaum gembili banget…. 😀 Para bocah gendeng itu ngakak… Mereka lalu menjelasakan klo itu lah istimewanya Sate Karang…  Sate dihilangkan dengan lontong yang disiram sayur lodeh… Oaalllaahhhh…. Ngono toohhh…

Tapi memang rasa satenya enak… Dagingnya lembut dan bumbunya juga berasa.. Lontong daunnya juga lembut, kuah lodehnya lumayan enak…  Buat orang Sumatera, yang makanannya biasa berbumbu, lodeh ala Jawa yang bumbunya tipis, memang tak terlalu istimewa…   Tapi karena unik, Sate Karang ini jadi selalu terkenang-kenang.. Apa lagi saat pertama kali, kayak dibawa kemana gitu… 😀

So, karena selalu terkenang-kenang, setelah kembali ke Pekanbaru di akhir tahun 2001, dan lumayan sering ke Yogya, aku kadang terpikir juga untuk kembali menikmati Sate karang..  tapi baru dua kali kembali ke sana..  Sekitar akhir Maret Tahun 2011, dan Pertengahan April 2014..

Akhir Maret Tahun 2011, aku pergi lapangan di Kota Gede itu dengan Ika dan Ika, staff-nya mba Widya Nayati, yang saat itu Kepala Pusat Studi Kebudayaan.  Kami pergi malam hari, khusus ke sana…   Sedangkan pertengahan April, aku pergi dengan salah satu kenalan, sesama peserta rapat, yang berasal dari Pontiianak, dan kami perginya sore hari…  Pada tahun 2014, tempat duduk pembeli sate udah dikasi terpal…, sehingga kalau hujan ndak kehujanan…  Tahun 2011, seingatku belum..

Oh ya, berapa harga se porsinya aku sudah gak ingat… Gak nyatat… 😀

Bagi teman-teman yang mau ke sana…, gak usah bingung… Ada banyak petunjuk jalan menuju Kota gede dari Pusat kota Yogya.. Sampai di Kota Gede, teman-teman tinggal tanya dimana Lapangan Karang.. Tapi ya itu… Nyarinya jangan siang2.. Satenya jualan sejak sore hari, sekitar jam 17-an, sampai malam…

Selamat berburu Sate Karang…

Anna, Mimi dan Veni, para bocah gendeng (saat itu), I miss you so much… ***

Ke Negeri Laskar Pelangi… (2)

Ini cerita tentang perjalanan hari ke dua dan hari ketiga kunjungan ke Belitong…, Negeri Laskar Pelangi…  Lanjutan dari tulisan yang ini

Hari kedua adalah hari bekerja…  Pada hari kedua ini dilaksanakan Rakorbang di Aula Kantor Bupati Belitung..  Jadi gak ada acara jalan-jalan.. Dari pagi sampai malam, urusan kerjaan…, bareng-bareng dengan teman-teman dari SKPD lain dan juga teman-teman dari Bappeda Provinsi Riau..

Apa yang berkesan dari rapat ini… ?  Ada dua…

Yang pertama, saat menunggu acara dimulai, ada pertunjukan musik daerah, yang dimainkan oleh 2 orang bapak-bapak tua…  Saat aku pasang fotonya di FB, ada teman yang komen.. “Kenapa yang main musik meuni aki-aki?”.. Hahahaha…

Kesan yang kedua…, snack yang disediakan pantia isinya hanya kue2 yang manis.. dan salah satunya donat… Kesannya daerah ini gak punya cukup kekayaan kuliner kue-kuean… Gak seperti di Riau.. Kue-kuenya macam-macam…, dan enak-enak… dasar si perut karet

Rumah Makan Pribumi a

Tapi saat makan siang, aku sempat diajak keluar dari tempat rapat sama salah satu Kepala Dinas, yang dulu pernah jadi atasan ku.. Makan kemana? Rumah Makan Pribumi..

Rumah Makan Pribumi, penataannya benar-benar seperti rumah makan tradional.. Seperti ruang tamu sebuah rumah yang dibuka jadi tempat makan.. Lokasinya di Jalan Penghulu No. 21 Tanjung Pandan.  Apa yang dihidangkan di sana…? Ikan laut yang disemur…  Daging kepiting yang diorak-orik dengan telur.. Sementara cangkang kepiting diisi dengan campuran tepung, telur yang dibumbu, lalu dikukus dan digoreng.. Rasanya enak.. Tapi harga makanan di sini mehong…. Untuk makan 3 orang dan 4 gelas es jeruk, tagihannya sekitar IDR450K..  Mehong-nya makin kerasa bila dibanding dengan RM Timpo Dulu..  Di hari ketiga, aku ke sana dengan 6 orang teman, tagihannya hanya sekitar IDR300K..

Oh ya, saat rapat aku juga bertemu dengan teman-teman dari instansi yang ngurus Pariwisata dari Provinsi Bangka Belitung dan Provinsi Sumatera Selatan..  Saat rapat, Yoen Roesli bersama temannya, memberi saran agar aku pergi ke Belitung Timur..  Karena di situlah Negeri Laskar Pelangi yang sebenarnya…  Temannya Yoen, perempuan dan masih muda itu ternyata  Kepala Bappeda Kabupaten Belitung Timur.  Beliau juga merekomendasikan kenalannya yang menyediakan rental mobil sekaligus menjual paket wisata.. Namanya pak Robby, nomor telponnya 081929642156.

Selesai rapat, aku menghubungi pak Robby untuk tahu berapa harga yang dia tawarkan.. Sewa mobil avanza, IDR600K, include BBM.  Klo plus makan dan lain2, harganya bisa dinego…   Karena menurut aku harganya pantas.. Aku lalu menghubungi teman-teman dari Dinas CK, siapa tahu mereka mau sharing..  Mereka serombongan, masih muda-muda, dan memang bilang berencana untuk pergi juga ke Belitung Timur di hari ketiga.. Ternyata mereka udah pesan mobil, dan mereka nawarin agar aku bergabung dengan mereka saja..

Mie Atep 1

Jadilah hari ketiga aku pergi ke Belitong Timur dengan teman-teman dari Cipta Karya..   Sebelumnya, kami singgah ke Mie Atep.. Mie yang kondang di Tanjung Pandan…  Mie ini berlokasi di Jl. Sriwijaya No, 27, di pusat kota.. Gak jauh dari Tugu Satam..  Apa istimewanya mie atep…  Klo yang pernah ke Medan dan menikmati mie Meng-meng…, ya kira-kira mie atep seperti itu.. Hanya mie medan kuahnya lebih kental karena pakai tepung maizena, kayaknya..  Dan mie Medan juga lebih spicy, karena kuahnya terbuat dari kaldu kulit udang…

Di Belitung Timur mau kemana aja siyy….??? Ada beberapa lokasi yang must visit di sini…  Semuanya berada di Kampung Gantong dan Kota Manggar..  Berapa jauh siyy perjalanan dari Tanjung Pandang ke Kampung Gantong, tempat tujuan pertama…? Lebih kurang 90-an kilometer..  Tapi jangan takut… Jalannya mulus… Gak ada lubang.. Ini yang membuat pariwisata bisa berkembang dengan baik di pulau ini.. Tak ada jalan yang buruk…  Ada hal yang unik… Karena film Laskar Pelangi membuat Belitung, terutama Kampung Gantong dan Kota Manggar, terkenal di Indonesia, bahkan di mancanegara, begitu kita memasuki wilayah Kabupaten Belitung Timur, nuansa pelangi terasa dimana-mana…  bahkan tiang listrik di sepanjang jalan menuju Kampung Gantong dan Kota Manggar juga dicat warna pelangi yang mejikuhibiniu..  😀

Kampung Gantong, menurut cerita supir yang sekaligus menjadi guide kami, adalah kampung Adrea Hirata, penulis buku Laskar Pelangi..  Menurut pak supir, semua teman-teman si Ikal yang ada di film tersebut juga tinggal di Gantong..

SD Muhammadiah Gantong a1

Apa yang bisa dilihat di Gantong…? Replika SD Muhammadiah Gantong, yang menjadi lokasi pembuatan film Laskar Pelangi..  SD yang berada di bukit berpasir, dengan dinding nyaris rubuh disangga 2 pokok kayu…  Di kaki bukit pasir juga terdapat susunan kayu-kayu.., tempat Ikal dan teman-temannya bermain..  Mengunjungi replika sekolah ini membuat kita bisa merasakan keterbatasan, yang justru menjadi tantangan bagi Ikal..   Oh ya… di kaki bukit pasir, dekat tempat parkir kendaraan ada mesjid mungil, berbahan kayu, lagi-lagi dengan nuansa pelangi..  Cantik..

Museum Kata a1

Dari Gantong kami melanjutkan perjalanan ke Museum Kata di Kota Manggar…  Apa isinya…? Foto-foto dan property  film Laskar Pelangi…  Cerita di balik buku Laskar Pelangi..  Dan sepertinya ada bagian yang ingin dijadikan tempat mengenalkan bukusebagai jendela dunia..  Di museum ini kami sempat duduk, menikmati suasana, dan memesan teh serta goreng pisang yang dibuat di dapur tradisional…   Dan bukan hanya kami yang melakukan itu, sebagian besar pengunjung yang ada di situ juga melakukannya…

Puas menikmati ruangan demi ruangan… tulisan demi tulisan…, juga duduk-duduk di bagian belakang Museum Kata, kami melanjutkan perjalanan ke Cafe Vega untuk makan siang..  Dalam perjalanan, kami singgah ke rumah milik bapak Basuki Tjahaja Purnama alias pak Ahok, yang dijadikan Sanggar Batik Simpor.. Namun lagi-lagi harga sepotong kain batik dengan bahan yang menurutku biasa, dibandrol IDR250K..   Mahal….

Cafe Vega a1

Sebenarnya kami ingin singgah juga di salah satu kedai kopi khas Manggar yang banyak terdapat di kota tersebut.. Tapi perut sudah terlalu lapar…, dan hari pun gerimis..  Jadi kami langsung ke Cafe Vega..  Apa istimewanya Cafe Vega?

Cafe ini berada di tepi danau yang dulunya merupakan galian timah…Danau yang salah satu ujungnya berakhir ke pantai Serdang..  Bahkan menurut pak supir, pemilik Cafe Vega ini dulunya juga pegawai PN. Timah..  Salah satu bangunan di Cafe Vega berbentuk seperi haluan kapal, menghadap ke danau.. Yang ingin berfoto ala Tictanic…., sile… 😀

Oh ya, di Cafe Vega ini, pada hari tertentu juga tersedia paket wisata Mangrove..  Di pelataran di halaman depannya juga ada yang menjual baju kaus dengan logo film Laskar Pelangi.  Katanya, penggunaan logo-logo ini sudah se-izin Andrea Hirata..

Pantai Samak

Usai makan…, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Serdang..  Pantai ini tak jauh beda dengan pantai-pantai lain di Indonesia… Pasirnya tak terlalu bersih..  Mungkin karena banyak vegetasi di sekitarnya..  Di pantai ini ada banyak perahu.., persis seperti jukung di Bali..   Uniknya, di bagian depan perahu terdapat kayu melintang, yang di sisi kanannya ada kayu berbetuk burung..  Kata pak supir, perahu di situ namanya perahu kater…  dan kayu melintang dengan kayu berbentuk burung itu adalah tempat melilitkan tali jangkar, saat perahu akan berhenti di tengah laut…

Puas melihat-lihat pantai…, dan gerimis mulai berubah menjadi hujan…  Kami melanjutkan perjalanan… Kemana…? Pulang ke Tanjung Pandan.. Tapi mutar-mutar dulu di Kota Manggar, tanpa turun dari mobil..  Kemana aja..? Melihat daerah kediaman Bupati Belitung Timur, Bapak Basuni, adiknya pak Ahok, di perbukitan yang menghadap ke laut.. Juga melihat bekas pemukiman pegawai PN. Timah..  Sempat singgah juga ke kelenteng yang juga berada di perbukitan…

Perjalanan sehari yang menyenangkan… ***

Wiskul di Pontianak..

Ketika bertugas ke Pontianak di minggu keempat bulan Oktober 2013 yang sudah aku ceritakan ke teman-teman di sini.., aku seperti kunjungan-kunjungan ke tempat lain, pasti lah disempat-sempatin buat menikmati kuliner khas lokal…  Apa aja…??? Yuuuukkk berbagi cerita… Siapa tahu bisa jadi referensi teman-teman kalau berkunjung ke Pontianak…

BUBUR PEDAS....

Saat dalam perjalanan dari bandara Supadio ke hotel Santika Pontianak tempat aku dan teman-teman menginap, kami sempat bertanya pada supir taxi apa saja masakan khas Pontianak..  Pak supir menyebutkan Bubbor Paddas (bubur pedas).  Saat kami tanya dimana bisa didapatkan bubur itu, pak supir bilang, ada banyak yang jual…  Hmmm…

Saat sarapan di hotel Santikan, aku melihat di salah satu meja yang menghidangkan makanan, terdapat tulisan Bubur Pedas Khas Sambas..  Aku lalu memesan satu porsi…  Sambil menyiapkan pesananku, petugas resto hotel menjelaskan pada ku apa itu bubur pedas dan bagaimana cara membuatnya…

Bubur Pedas

Oh ya, untuk teman-teman ketahui, Sambas adalah salah satu nama Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat, yang berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia Timur.  Tak heran bila daerah ini yang banyak dihuni oleh etnis Melayu, sehingga kulinernya pun sangat bercitarasa Melayu..

Bubbor Paddas nyaris seperti Bubur Menado yang dicampu dengan berbagai sayur…  Bedanya…? Dalam proses pembuatannya, beras yang menjadi bahan baku disangrai alias digongseng, demikian juga kelapa parut yang akan menjadi campurannya..  Setelah itu baru ditumbuk, dan kemudian dimasak bersama air kaldu, dan dicampur dengan bumbu-bumbu dan sayur mayur…  Daannnn…., satu yang khas dari bubur pedas adalah, bubur ini menggunakan daun kesum sebagai salah satu sayur yang dicampurkan..

Apa itu daun kesum…?

diambil dari  http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://2.bp.blogspot.com/_kOYiqA_uMFQ/TGO-84I1GWI/AAAAAAAAIUk/VC_5jWrGSQQ/s1600/daun%2Bkesum%2B1.jpg&imgrefurl=http://dancaerobicfreak.blogspot.com/2010_08_01_archive.html&h=864&w=1296&sz=130&tbnid=RWNlbxIZkmuhfM:&tbnh=90&tbnw=135&zoom=1&usg=__DjCwTdQ912XRlJuuqPhgobRAOwQ=&docid=n9Zcl7Ix6KiY2M&sa=X&ei=WhmbUtWNC4fzrQf5-IH4Dg&ved=0CDMQ9QEwAw

Daun Kesum, gambar diambil dari sini

Daun kesum  dengan nama Latin Persicaria odorata atau yang dalam dunia kuliner dikenal Vietnamese coriander adalah sejenis bumbu yang banyak digunakan di Asia Tenggara, terutama daerah-daerah yang dihuni etnis Melayu.  Rasanya pedas.. , biasa digunakan untuk campuran dalam membuat laksa, salah satu masakan khas Melayu..  Aku sempat mengunyah sejumput irisan daun kesum yang diletakkan di meja hidangan di Hotel Santika.. Rasa dan aromanya seperti honje..

Selain menikmati Bubur Pedas di Hotel Santika, aku juga sempat dibawa bu Wiwiek menikmati Bubur Pedas Pa’ Ngah.  Lokasinya di Jalan Sungai Raya Dalam.  Kalau teman-teman datang dari bandara Supadio ke arah pusat Kota Pontianak, sebelum sampai di gerbang kota, teman-teman belok ke kiri jalan..  Dari simpang itu kira-kira 300 meter, di sebuah ruko di sisi kiri jalan.

Bearapa harga seporsi Bubur Pedas di Pa’ Ngah…? Rp.7.000,- saja…  Atau kalau teman-teman ingin coba bikin sendiri, ini ada salah satu blog yang memuat resep Bubur Pedas, yang mungkin bisa teman-teman coba..

TOM YAM PAKLONG

Tom Yam Pallong

Tom Yam Pallong

Cafe Paklong berlokasi di Jalan Sultan Hamid II, dekat jembatan Kapuas, di daerah pusat kota Pontianak..  Cafe yang sederhana ini menyediakan berbagai makanan dengan bahan seafood, seperti nasi goreng, mie2-an.. Namun menu utama yang ditawarkan adalah tom yam..

Tom yam yang disediakan di sini rasanya uenaaaakkk bangetss……  Selain karena bumbunya yang pas dan yummy banget, juga karena bahan-bahannya, udang, cumi, irisan ikan benar-benar masih segar..   Buat kita yang sedang gak enak badan karena gejala flu, sungguh bisa membuat perasaan lebih enak…   Tapi kalo teman-teman mau ke sini, jangan hari minggu yaa…, karena di cafe ini ada tulisan besar-besar, hari minggu tutup..

SERIKAYA SUKAHATI….

Sukahati adalah  nama kedai kopi tua yang berlokasi di Jalan Tanjung Pura Nomor 17..  Benar-benar di pusat kota, di daerah pasar..  Menurut bu Wiwiek kedai kopi ini sudah ada sejak lama, bahkan sejak beliau masih kecil pun kedai kopi ini sudah terkenal…

Sukahati

Serikaya Sukahati

Apa yang ditawarkan oleh kedai kopi Sukahati…? Serikaya, pasti….  Hehehe…

Ya…, kedai kopi ini memang menjual serikaya sebagai menu utama selain, kopi… Serikaya home made dihidangkan sebagai selai untuk roti, baik yang dibakar atau pun tidak… Namun bukan itu saja.. serikaya juga dijadikan selai untuk pisang goreng Pontianak, yang maknyuussszzz itu.., juga selai bagi talas goreng…

Apa istimewanya serikaya Sukahati…?  Rasanya enak…, adonan telur dengan gulanya pas banget… Gulanya gak terlalu manis..  Jadi buat penikmat yang sudah manis, seperti aku, serikaya sukahati gak bikin neg… hehehehe….

D’ BAMBOO

D’ Bamboo berlokasi di Jalan Veteran Nomor 3 – 4.  Aku ke sana dibawa bu Wiwiek dan putrinya, Dea..  Tempat makan ini adalah tempat nongkrongnya anak-anak muda.. , generasinya Dea..  Tempatnya hanya 2 buah toko satu lantai, plus halamannya, yang disi dengan berderet-deret meja dan kursi-kursi plastik..  Tidak lebih..

Makanan apa yang disediakan di D’ Bamboo…, yang membuat bu Wiwiek mengajak aku dan teman kantorku bu Sri berwiskul ke sini…?

Mie

mie ayam mangkok pangsit, mie ayam baso, pangsit, mie seafood

D’ Bamboo menyediakan berbagai macam mie-mie-an., seperti mie pangsit baso sapi, mie tiau pangsit baso sapi, mie seafood dan yang unik, mie ayam mangkok pangsit.  Kenapa unik, karena mangkoknya adalah pangsit goreng yang dibentuk seperti mangkok..  Kreatif banget yaa…

Dari berbagai mie yang ditawarkan, aku memilih untuk memesan mie seafood… Ternyata rasanya sungguh maknyuuuzzzz… Selain pakai udang, dan baso ikan, juga pakai crackers cumi…   Top markotop…

Chai Kue

Aneka Chai Kue Goreng

Apa lagi yang ditawarkan di D’ Bambbo…? Chai Kue..  Apa itu Chai Kue…?  Chai kue atau Choi Pan bisa dikategorikan sebagai dim sum.  Bahan dari kue ini adalah tepung beras dan tepung ketan.., dicampur dengan berbagai bumbu..  Dari cara pengolahan, chai kue ada yang digoreng ada yang dikukus..  Sedangkan dari isinya,  ada yang isi bengkuang, kuchai, kacang atau keladi..

Chai Kue kukus

Chai Kue Kukus

Apa rasanya Chai Kue…?  Buat aku, hhmmmmm…. ini bukan sesuatu yang bisa jadi favorite-ku..  Di lidahku, kue ini rasanya too plain, meski dimakannya memang dengan sambel..  Bentuknya yang glenyer-glenyer dan berminyak, bikin aku cuma ingin mencicipi..

Oh ya, ada lagi menu yang juga luar biasa di D’ Bamboo…  Apaan…? Es gunungnya… 😀

Es Nona dkk

Choco Snow Ice, Manggo Snow Ice dan Es Nona..

Es gunung di sini namanya macam-macam…  Ada yang namanya Es Nona, ada Manggo Snow Ice, Dragon Fruit Snow Ice, Milk Snow Ice juga ada Choco Snow Ice..    Rasanya uenaaaakkkkk bangetszzz….

Oh ya, berapa raBamboonge harga makanan di D’ Bambbo…? Hmmm, harganya relatif murah..  Mie-mie-an antara Rp.15.000,- Rp.20.000,-.  Chai Kue kukus harganya Rp.900,-/buah, Chai Kue goreng, harganya Rp.7.500,-/set (lima buah).  Sedangkan es-es-an dari Rp.10.500 – Rp.14.000,-.

BAKMI KERING HAJI AMAN

Bakmi Kering Haji Aman, didirikan pertama kali di Kota Singkawang, kota yang penghuninya mayoritas adalah etnis Tionghoa….  Kedai Bakmi kering Haji Aman yang aku datangi adalah cabang Pontianak yang berlokasi di Jalan Sungai Raya Dalam, gak jauh dari toko baju Muslimah Alam Hijau-nya Wiwiek..

Bakmie Kering Haji Aman

Bakmi Kering Haji Aman

Apa istimeawanya mie kering Haji Aman…? Rasa mie-nya enak, dan enggak bikin belenyek setelah makan..   Maknyuzzz…

SERASAN BOAT

Serasan1

Menu Searasan Boat

Tentang makan di Serasan Boat sudah saya ceritakan di postingan yang ini…  Apa istimewanya Serasan Boat…? Ya makan sambil berlayar….  😀  Soal menunya… Restoran ini menawarkan menu dari berbagai macam bahan, ikan sunga, seafood dan ayam.., dengan masakan yang umumnya ala Melayu…  Masakannya enak…, bumbunya mantap…

ALOE VERA..

Beberapa tahun terakhir ini Pontianak nyaris tak bisa lepas dari kata Aloe Vera alias lidah buaya (Latin : Aloe barbadensis Milleer)  Yaaa…., tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit ini banyak dibudidayakan masyarakat di wilayah Pontianak Utara.., tepatnya di sekitar Jl. Budi Utomo.  Dan hebatnya Aloe Vera yang dihasilkan segede-gede bagong…, sementara yang biasa kita lihat di halaman rumah kita, mau pun rumah tetangga besar batangnya gak lebih dari dua buah jari tangan…

Aloevera

Aloe Vera di Pontianak

Oleh masyarakat di Pontianak, Aloe Vera diporses sedemikian rupa menjadi minuman, dodol, permen, krupuk dan entah apa lagi.. Sungguh kreatif…   Kalau teman-teman berkunjung ke sekitar Jl. Budi Utomo ini, teman-teman bisa melihat warung-warung yang menjual Aloe Vera segar, sekaligus menyediakan yang siap untuk diminum..   Dari yang aku amati, ada 2 toko yang besar dan sepertinya dikelola dengan baik, Aloe Vera Center dan Tsun Aloe Center…

Untuk sampai ke tempat ini sama sekali tidak sulit…, daerahnya tidak jauh dari jalan ke lokasi Tugu Khatulistiwa.  Jadi kalau teman-teman ke Tugu Khatulistiwa, jangan lupa, sekalian singgah ke daerah ini yaa…

Teman-teman yang mau ke Pontianak, selamat berwiskul yaa…  Semoga tulisan ini bisa menjadi referensi tema-teman.. Meminjam istilah Pak Bondan…, “Tetap Jalan-jalan.  Tetap Makan-makan…”. Meski setelahnya harus berjuang habis-habisan membuang lemak-lemak yang bertambah di badan… Hhhhhrrrrggggggg….

Tembilahan Trip…

Postingan ini berlanjut  dari postingan sebelumnya tentang perjalanan ku ke  Rengat…  Karena dari Rengat aku dan teman-teman melanjutkan perjalanan ke Tembilahan, ibu kota Kabupaten Indragiri Hilir…

Apa yang unik dari Tembilahan..?. 

Perahu di Kuala Getek, Tembilahan

Perahu di Kuala Getek, Tembilahan

Tembilahan dan sekitarnya berada di hilir Batang Kuantan alias Sungai Indragiri..  Bentuklahan (landform)-nya yang  braided river (sungai terjalain), sebagai hasil sedimentasi, menyebabkan daerah ini mempunyai banyak sekali sungai-sungai kecil, atau kanal.. (Hmmm…, Jadi ingat buku Terrain analysis and classification using aerial photographs : a geomorphological approach karangan Zuidam and Zuidam-Cancelado, kitab suci saat kuliah Penginderaan Jauh. :D).   Bahkan Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir menyatakan daerah tersebut sebagai Daerah Seribu Parit,  “Land of  Thousand Calnnals”..

Ada parit, ada jembatan donk…  Kan udah gak zaman dan gak efisien kalo mobilasasi pakai getek.. :D.  So, jadi lah di daerah ini ada sangat banyak jembatan…   Penasaran dengan banyaknya jembatan, saat menuju ke Tembilahan, aku dan teman-teman menghitung berapa jumlah jembatan yang dilalui..  Kami bersama-sama menghitung sejak jembatan Rumbai Jaya yang besar dan megah itu… Berapa…? Untuk sampai di tengah kota Tembilahan, ada 59 jembatan…  Banyaknyaaaaaaa…….

Oh ya, ada lagi yang unik dari Tembilahan…  Karena di daerah pesisir dan banyak burung wallet, yang sarangnya punya nilai ekonomi tinggi, jadi banyak penduduk yang membuat bangunan-bangunan yang difungsikan untuk beternak walet..  Akibatnya sepanjang hari, terutama di malam yang seharusnya hening, tidak demikian di kota ini…  Selalu ada kicauan burung wallet… Bisa kah ini disebut sebagai polusi…? Entah lahh…  Yang jelas bagi orang yang berkunjung, rasanya aneh, dan unik…

Apa yang menarik dari Tembilahan…?  Buat diriku Si Tukang Makan, kulinernya…., pasti…

Sebagai wilayah pesisir, wajar kalau Tembilahan sebagaimana mana daerah pesisir lainnya, dihuni oleh beragam suku..,  Selain suku Melayu, di sini juga banyak orang yang berasal dari suku Banjar, Bugis, Jawa dan Minang, juga Chinese..  Akibatnya, kulinernya juga beragam…

Aku dengar-dengar, di sini seafood-nya luar biasa…, secara di daerah ini kan banyak hutan mangrove, tempat udang, ikan berkembang biak..  Tapi sudah 3 kali ke sana, belum ada yang merekomendasikan rumah makan yang menghidangkan seafood…  Umumnya rumah makan di sana menyediakan masakan Melayu dan Minang yang standard-standard aja…

WadaiSaat bertemu dengan seorang kenalan di kantor yang kami kunjungi, aku menanyakan dimana bisa membeli wadai.., kue-kue basah khas banjar..  Kalau di Pekanbaru, ada tempat yang khusus jualan wadai plus soto banjar, nasi kuning dan berbagai masakan khas Banjar..  Namanya warung Papadaan

Kenalan tersebut tadinya meminta aku menunggu di kantornya, dan dia akan pergi sendiri membeli..  Ya, aku gak mau…  Justru buat aku melihat  orang-orang berjualan kue itu yang menjadi daya tarik, selain menikmati rasa kuenya…  😀

So, jadi lah aku berjalan kaki ke Pasar Pagi, yang lokasinya tidak jauh dari kantor kenalan ku itu..  Pasar pagi ini sebenarnya sudah pernah aku kunjungi.., karena di sis lain Pasar Pagi ini juga ada PJ alias pasar yang menjual barang-barang bekas  yang diimpor dari negara tetangga…

Apa yang aku temukan di Pasar Pagi… Buanyaaakkk.. Hehehe…    Ada apam serabi, cantik manis (Ini kue sombong banget yaaa..?  Namanya udah cantik, manis pulaaa…!!), sari muka (sejenis kue lapis), lemang (kecil-kecil dibungkus daun, kayaknya gak dibakar di dalam bambu seperti lemang Sipirok),  ada bingke (sejenis bika), ada pepudak (seperti lepat, tapi kecil dan imut-imut, warnanya hijau karena dikasi pandan), dan ada pulut panggang.  Meski gak ada amparan tatak (kue talam) yang merupakan primadonanya wadai,  kue yang ada  seru-seu….  Semua menggoda, bikin pengen dicicipin, dan dibeli tentunya..   Jadi lah masing-masing jenis dibeli 2 – 4  potong…  Yang gak enaknya, kenalan itu tidak memperkenankan aku membayar sendiri wadai-wadai yang ku pilih-pilih itu… Hmmmm…, jadi gak enak hati… 😀

Untuk urusan wadai ini…., sebenarnya ada satu yang gak kesampaian di kunjungan kali ini…  Apaan…? Pulut panggang…  Pulut panggang yang dibeli di Pasar Pagi tidak senikmat pulut panggang yang pernah dibeli oleh kak Sartidja, atasan ku saat di Bappeda Kota Pekanbaru.  Aku berkunjung ke Tembilahan spertama kali, sekitar akhir tahun 2006 karena dibawa beliau..  Waktu itu beliau  membeli buat kami pulut panggang yang uenaaaakkkk banget… Pulut panggangnya diisi tumisan udang kecil-kecil alias kecepe yang puedes banget…  Tapi karena udah gak ingat lagi dimana dulu dibeli, tinggal lah pulut panggang yang enak itu masih dalam angan-angan untuk dinikmati..  Hehehehe… 😀

Apa lagi yang unik dari Tembilahan….?? PJ…   Apa itu PJ…?  Di Tembilahan, PJ itu singkatan dari Pasar Jongkok…, bukan Penginderaan Jauh... hehehehe..

Pasar JongkokPasar Jongkok adalah pasar kaget, biasanya ada pada malam hari…, Kenapa dibilang Pasar Jongkok…? Karena dagangannya diletakkan di plastik-plastik lebar yang dibentangkan di emperan toko, atau di pinggir-pinggir jalan di antara deretan-deretan toko…    Kalau ada yang mau melihat barang yang didagangkan, ya harus berjongkok-jongkok ria…

Apa aja yang dijual di PJ…? Macam-macam… Pakaian, tas, kpoer, travelling bag, peralatan rumah tangga, sepatu, dan lain-lain..  Umumnya yang dijual di PJ adalah barang impor dari negara tetangga.., barang bekas..  Kalau beruntung dan pandai memilih, pembeli bisa mendapatkan barang yang bagus dengan harga murah…  Tapi aku lihat, di PJ ada juga dijual barang-barang baru, dan bukan impor…

Lalu…, apa oleh-oleh dari Tembilahan…? Kalau kita punya cool box, saat akan pulang kita bisa membeli kepiting dan ikan segar yang dijual ibu-ibu di salah satu jembatan di pinggir kota Tembilahan..  Buat yang tidak bawa cool box, kita bisa berbelanja keripik pisang dan amplang khas Tembilahan di toko-toko makanan yang ada di jalan utama kota..

Saat aku berkunjung ke Tembilahan, pilkada baru saja usai..   Akan ada kepala daerah baru, tentu dengan kebijakan pembangunan yang baru…  Semoga bisa membuat kota ini dan daerah-daerah lain di Kabupaten Indragiri Hilir jadi lebih baik..

Aku membayangkan kalau kanal-kanal yang ada di Tembilahan ini ditata dengan baik, tepiannya dibuat hijau royo-royo…,  Lalu hutan magrovenya dilestarikan…  Rasanya akan banyak orang yang mau datang ke sana untuk ber-getek-ria.. Dan setelahnya mereka bisa menikmati seafood yang akan melimpah karena hutang magrove yang lestari… Mereka juga bisa menikmati kekayaan kuliner yang bisa ditawarkan oleh penduduk yang berbagai suku..

Meski Tembilahan relatif tidak mudah dijangkau.., karena jauh dari Pekanbaru yang menjadi pintu gerbang Riau..  Juga tidak cukup dekat dengan Batam, yang bisa menjadi alternatif pintu masuk…  Bukan tidak mungkin orang akan berkunjung ke Tembilahan..  Paling tidak bisa dimulai dengan memberikan tempat wisata pagi orang-orang yang datang untuk kegiatan bisnis ke Tembilahan, mengingat daerah ini punya aktivitas industri yang besar..  Saya yakin dengan potensi yang ada, bila dilakukan kebijakan yang tepat..  Tembilahan bisa juga berkembang pariwisatanya…  Rakyat bisa mendapatkan penghasilan dari kunjungan wisatawan ke daerah ini..   If there is a will, there is a way…  I’m sure and optimist…  ***

– Sondha Siregar –

Berkunjung ke Rengat, Kota Para Raja..

Akhir September 2013 yang lalu, dalam rangka kerja, aku kembali berkesempatan untuk berkunjung ke Rengat dan Tembilahan..  Rengat dan Tembilahan itu kota-kota di Provinsi Riau, Rengat  ibukota Kabupaten Indragiri Hulu.., sedangkan Tembilahan merupakan ibu kota Kabupaten Indragiri Hilir.

20130924_151211

Bersama Kak Indria, teman perjalanan ke Indragiri

Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten  Indragiri Hilir, dan Kabupaten Kuantan Singingi yang dilalui oleh Batang Kuantan atau Sungai Indragiri  dulunya merupakan bagian  wilayah Kerajaan Indragiri,  sebuah Kerajaan Melayu yang menjadi bawahan (nazal) dari Kerajaan Minangkabau (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Inderagiri). Batang Kuantan atau Sungai Indragiri yang berhulu ke Danau Singkarak di wilayah Minangkabau,, dan berhilir ke Pantai Timur Sumatera membuat  wilayah Indragiri pada masa itu bisa mengambil peran sebagai  pelabuhan bagi Kerajaan Minangkabau..

Karena Rengat dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Indragiri, dan keturunan bangsawan Indragiri memakai gelar Raja, sebagimana gelar Raden di daerah Jawa Tengah dan Timur, Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu menyebut Kota Rengat sebagai Kota Para Raja.

Ini  bukan kunjunganku yang pertama ke Rengat dan Tembilahan..  Untuk ke Rengat, ini kunjungan ku yang ke 4, untuk ke Tembilahan ini kunjungan ku yang ke 3.  Bahkan sekitar tahun 2009, aku sempat berkunjung ke Rengat diajak oleh ibu Dr Widya Nayati, seorang arkeolog senior, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM, untk melihat makam Raja-raja Indragiri serta beberapa makam tua di daerah Japura, sebuah daerah di pinggir Kota Pengat.

Berapa lama perjalanan ke sana?  Dari Pekanbaru ke Rengat sekitar 4 – 5 jam jalan darat.  Dari Rengat ke Tembilahan butuh waktu sekitar 2,5 – 3 jam.  Jadi rata-rata dari Pekanbaru ke Tembilahan butuh waktu sekitar  7  – 8 jam…

Apa yang menarik di Rengat…?

Rumah Tinggi Rengat

Rumah Tingg idi Rengat

Saat bertemu dengan seorang kenalan di Rengat, aku bertanya tentang tinggalan Kerajaan Indragiri yang masih bisa dikunjungi..  Beliau menyarankan aku untuk menyusuri jalan yang berada di tepi Sungai Indragiri.  Ke arah hulu..  Tak jauh dari jembatan terbesar yang ada di Rengat… , hanya sekitar satu km.

Apa yang ada di sana…?  Sebuah  Rumah Tinggi, yang dulunya merupakan rumah salah satu menteri Kerajaan Indragiri..  Rumah kayu dua lantai ini  cantik, penuh dengan ornamen yang khas Melayu…  Posisinya menghadap Sungai Indragiri, lebih kurang 100 meter dari bibir sungai..

Saat ini, Rumah Tinggi ini  oleh Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu dijadikan Museum Daerah.  Sayang, saat aku sampai di Rengat, sudah hampir jam 17.00.  Jam kerja sudah usai.., tak bisa lagi melihat ke dalam Museum.. Hanyabisa  melihat dari luar…  Hmmm… Semoga di kunjungan berikutnya bisa yaa…

Bolu Berendam Source : www.riaudailyphoto.com

Bolu Berendam
Source : http://www.riaudailyphoto.com

Apa lagi  yang istimewa dari Rengat….?  Kulinernya…  😀

Ada kue yang khas dari Rengat, namanya Bolu Berendam..   Kue ini custome made… Hanya dibuat by order..  Tak ada di toko2 atau penjual kue sehari-hari..  Biasaya hanya dihidangkan di acara pesta-pesta atau selamatan, atau saat lebaran..  Sama dengan kue bolu lainnya., terbuat dari campuran gula, terigu dan telur.. , dibakar dalam oven dengan cetakan kecil-kecil berbentuk bunga..  Lalu apa istimewanya…? Istimewanya, bolu ini setelah matang, direndam dalam larutan gula pasir yang dikasi esence vanilla..  Jangan tanya rasanya… Muaaaannniiiissss bangeeeetttttt….. Bikin ngilu gigi.. Entah siapalah yang menciptakannya..  Entah mengapa lah orang di Rengat suka…  Tak takut diabetes kah mereka…??? 😀

Kue Rengat

Lalu apa yang bisa menjadi buah tangan  kalau kita berkunjung ke Rengat…?

Hmmmmm….. Di Rengat, ada yang namanya Pasar Rakyat Rengat.. Lokasinya di tengah kota.. Tak jauh dari alun-alun kota..  Di pasar tersebut, di bagian tengah, setelah penjual sayur dan bumbu-bumbu dapur, persis sebelum los-los yang menjual bahan makanan kering, teman-teman bisa menemukan penjual berbagai kue khas Rengat..  Antara lain kue bawang, keripik pisang tanduk, kue bolu… Pokoknya heboh laahhh…  Harganya pun tak mahal…,, mulai dari Rp.10.000,- per bungkus..  lupadiet.modeon 😀 ****

 

Berkunjung ke Kuto Wong Kito Galoh

Tanggal 09 September 2013, aku diberi tahu kalau aku harus mewakili boss ku dalam sebuah rapat koordinasi di Palembang, Sumatera Selatan. Rapatnya tanggal 12, sejak pagi sampai sore.  Jadi harus berangkat dari Pekanbaru tanggal 11 September 2013.  Secara tanggal 14  September 2013 ada acara Reuni Akbar dalam rangka 50 Tahun SMPN 4 Pekanbaru, jadi aku harus kembali ke Pekanbaru tanggal 13 September 2013.

Seperti biasa, bila aku berkunjung ke suatu daerah, apa lagi yang belum pernah aku kunjungi, aku berusaha menyisihkan waktu untuk meilihat-lihat daerah tersebut..  Demikian juga kali ini…, secara aku belum pernah berkunjung ke Palembang, jadi lah aku merencanakan menyisihkan beberapa jam untuk melihat-lihat kota ini, sebelum kembali terbang ke Pekanbaru, via Jakarta..

@ replika  Ampera Bridge

Sondha & mba Lien

Belum pernah ke Palembang…? Beneran…? Beneeeerrrr….  Sumpe…  😀

Klo singgah siyy pernah lah yaa…  Dulu banget…, saat aku dengan Papa dan adikku David dari Pekanbaru ke Jakarta dengan bawa mobil sendiri..  Juga saat aku kuliah pasca sarjana di Yogya, periode 1999 – 2001, karena harga tiket pesawat mahal bangetsss, aku dari Pekanbaru beberapa kali naik bus ke Bandung, lalu nginap di tempat adik ku yang saat itu menetap di Bandung, trus dari Bandung naik kereta api ke Yogya.  Naik bus dari Pekanbaru ke Jakarta, ya lewat Palembang..  Tapi saat itu, gak singgah.. Hanya melintas..  Waktu sama Papa dan David, kami enggak bisa singgah dan liat-liat, karena harus mengejar jadwal David wisuda.  Waktu naik bus, ya jelas lah gak pakai singgah…. Hehehee..:D

Karena belum pernah, sebelum berangkat aku mengirim bbm ke Iis, teman SMA ku yang menetap di Palembang,  must visit places klo ke Palembang.  Iis bilang Benteng Kuto Besak dan Pulau Kemaro.  So, jadi lah kedua tempat itu masuk dicatatan ku..   CATATAN TEMPAT YANG HARUS DIKUNJUNGI…

So, let me share PERJALANAN KU, apa saja yang kulakukan dan tempat2 apa saja yang aku kunjungi selama  sekitar 48 jam di Palembang…  Siapa tahu bisa jadi referensi teman2 yang akan berkunjung ke Palembang..

Dari bandara Sultah Mahmud  Badaruddin II, aku ke hotel yang disediakan oleh Ditjen Pemasaran Kemenparekraf, dengan menggunakan taxi bandara.  Aku membayar beberapa ribu rupiah di loket yang ada di ruang pengambilan bagasi, lalu bayar ke supir taxi sesuai argo.  Rp.95.000,- .  Tersedianya taxi dengan argo sungguh menjadi sesuatu yang menyenangkan bila berkunjung ke sebuah kota yang asing, apa lagi tidak punya kenalan yang bisa kita repotkan dengan minta dijemput di bandara.. hehehe…

Aku menginap di  Jayakarta Daira Hotel di Jl. Jend. Sudirman..  Hotel yang cukup nyaman, dan makanannya cukup enak..  Soal rate, hmmm silahkan cek di web hotel ya.  Aku gak sempat nanya pula.. hehehehe…

Ada yang seru dengan lunch di hotel ini.. Karena ramainya orang yang nginap dan meeting di hotel ini menjelang pelaksanaan Islamic Solidarity Games, petugas resto sepertinya kelabakan dalam mengatur paket2 makan siang group-group yang berbeda..  Saat saya dan beberapa teman mau makan siang, ternyata paket makanan yang disediakan untuk group kami sudah kandas, dimakan oleh peserta group lain.. Karena gak enak hati, sembari menyiapkan paket pengganti buat anggota group kami yang masih banyak belum makan, maka kami dipersilahkan ke meja hidangan yang lain..  Apa yang dihidangkan di situ…? Nasi briyani, lengkap dengan daging kambing, kacang dan kismis.., pizza yang mozarellanya nikmaaatttt…, spagetti bolognaise, french fries dan fried chicken..  Secara rasanya alhamdulillah enak, ya aku siyy gak keberatan..  Bahkan saat sarapan, selain menu-menu standard untuk breakfast di hotel-hotel bertaraf internasional. juga tersedia roti canai dengan kari tuna… Sedaaaap….. Lupa diet…  Hiiiikkksss…

Oh ya, begitu aku sampai di hotel, dan langsung registrasi ke Panitia yang tugas di lobby hotel, aku dikasi tahu bahwa sekitar jam 19-an rombongan panitia dan peserta rapat sama2 berangkat ke Restaurant Riverside..  Secara saat kedatangan ku di hotel dengan jadwal rombongan berangkat ke resto, mepet… Yo wisssszzzz, aku gak pakai mandi, cuma narok koper  di kamar, langsung turun lagi ke lobby bareng mba Lien, teman sekamar ku, yang berasal dari Surabaya…

Ampera Bridge

Pemandangan Jembatan Ampera di malam hari dari Riverside Restaurant

Riverside Restaurant gak terlalu jauh dari Hotel Jayakarta Daira, gak sampai 30 menit jarak tempuhnya..  Ternyata resto ini sesuai namanya, berada di tepian Sungai Musi.., dengan view Jembatan Ampera yang menjadi icon Kota Palembang.  Dan karena di waktu malam, jembatan yang penuh lampu menjadi pemandangan yang sangat sangat indah…   Lokasi resto ini  tepat di seberang jalan dari Benteng Koto Besak,   salah satu lagi icon Kota Palembang..  Meja dan kursi makan di rrestoran ini ada yang berada di tepian, ada pula yang berada di dalam kapal-kapal yang memang menjadi bahagian permanen restoran..

Apa yang dihidangkan di resto ini…?  Ikan, yang merupakan masakan khas daerah yang dilintasi sungai.. Ada juga  ayam dan daging..  Tapi menurut saya yang biasa mencicipi hidangan Melayu dan Padang yang spicy, juga masakan Sunda yang relatif segar, dan masakan Jawa yang rada-rada manis…,  Masakan yang dihidangkan rasanya relatif plain…

Pagi hari kedua di Palembang diisi dengan kerja sampai sore..  Baru bebas, sekitar jam 17-an.. Mau kemana, naik apa?  Taxi hotel…? Tanya2 sama petugas hotel… Ternyata mahal bow.., sekitar Rp.100.000,- utk sekitar 1 jam.. Aku dan mba Lien akhirnya memutuskan untuk menelpon Blue Bird Taxi.. Agak lama datangnya… Tapi lumyan lah, karena pakai argo..

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II

Kami memutuskan untuk pergi ke Museum Sultah Mahmud  Badaruddin I, yang berada di sekitar Benteng Kuto Besak, dan kami lintasi saat kembali dari Riverside Restaurant menuju hotel..  Sayang, mueumnya sudah tutup…  Padahal arsitektur bangunan yang terlihat cantik dari luar, menggoda hati untuk bisa melihat-lihat isinya..  Next time kali yaaa…

Terus kita kemana…? Nyari pempek donk..  Sama supir taksi kami direkom untuk ke Pempek Candy..    Tapi lupa nyatat lokasinya dimana…  Kalau dari yang saya lihat Pempek Candy punya banyak outlet yang tersebar di sepenjuru Kota Palembang.., bahkan juga ada yang di sebelah hotel Jayakarta Daira..  Tapi outlet yang kami datangi sore itu tempatnya nyaman…, bersih…  Oh ya, selain Pempek Candy, yang lagi populer di Palembang saat ini juga Pempek Viko, dan Pempek Pak Raden..

Trus apa yang dipesan di Pempek Candy…?Pempek Candy text

Selain aneka pempek, termasuk pempek bakar dan otak2…,, aku pesan mie celor.., mie yang maknyuzz tapi buat yang kolesterol tinggi, sebaiknya enggak makan yaa.. hehehe..  Kenapa? Karena pakai santan, kaldu udang dan udang…  :D.  Mba Lien mesan tekwan… (sorry ya friends, lupa motret…).  Naahhh ada yang suprise buat aku yang pecinta pempek.., yang hampir tiap minggu singgah di salah satu dari 2 penjual pempek di kotaku…   Yaa.., di piring aneka pempek, aku menemukan satu jenis pempek yang bentuknya kayak pastel..  Saat digigit, ternyata di dalamnya ada tumisan sayur… , jadi terasa seperti dimsum..  Aku lalu memanggil pelayan resto dan menanyakan nama pempek jenis yang ku makan itu.. Pelayannya bilang, itu namanya pempek pastel..  Aku lalu minta beberapa butir lagi…  Saat mau order pempek buat oleh2, pelayan toko tidak merekom pempek pastel untuk dibawa, karena lebih gampang rusak dibanding jenis yang lain..  Puas-puasin lah makan pempek pastel…  😀

Selesai dari Pempek Candy, kami langsung balik ke hotel, untuk istirahat dan magriban.. Dengan pikiran, kalau gak terlalu capek, keluar lagi setelahnya.. Tapi ternyata oh ternyata, faktor U, alias Umur, yang ada kami berdua tertidur lelap sampai tengah malam…  So, perjalanan berikutnya dilakukan pagi-pagi, setelah sarapan..

Pagi-pagi setelah sarapan, kami bergegas ke seberang Benteng Kuto Besak… Ya.., di seberang benteng tersebut, di samping Riverside Restaurant, di belakang pasar,  terdapat pelabuhan rakyat, tempat dimana kita bisa menyewa perahu mesin untuk membawa kita menyusuri Sungai Musi menuju….., Pulau Kemaro..

Berperahu menyusuri Musi

Berperahu menyusuri Musi

Perahunya gak terlalu besar…  Kapasitasnya sekitar 5 – 8 orang..  Kalau mau nyaman siyy naiknya berempat, kali yaa..  Perahu ini benar-benar perahu rakyat, belum ada life jacket buat para penumpang…  😀

Berapa  biayanya…? Biasanya tukang perahu mengajukan penawaran pertama sekitar Rp.350.000,- untuk pergi-tunggu-pulang.  Kalau kita tawar, bisa dapat Rp.250.000,-.  Jangan coba-coba hanya minta antar, dengan harapan akan tersedia perahu untuk kembali di Pulau Kemaro, ya.. Bisa repot urusannya.. Karena gak ada tukang perahu yang mangkal di sana..  Mungkin kalau teman-teman mau nyari tukang perahu tapi asing dengan situasi pelabuhan rakyat tersebut, teman-teman bisa minta tolong petugas satpam Riverside Restaurant untuk mencarikan.

Bisa naik ke perahu butuh kekuatan tekad sendiri.., karena tidak ada tangga..  Kita harus turun dari pelataran ke perahu terdekat, lalu melompat dari satu perahu ke perahu sebelahnya, sampai ke perahu yang dimiliki si tukang perahu yang akan membawa kita..  Hebohh…, karena perahunya kan bergerak-gerak di permukaan air..  hehehe…

Musi ViewSetelah duduk dengan cukup aman di perahu, perjalanan dimulai.. Yaaa, perjalanan menyusuri musi ke arah muara..

Perjalanan ini jauh dari membosankan.  Kenapa? Karena  selain memang tidak lama, hanya sekitar 20 menit, pemandangan tepian di sisi kiri dan kanan sungai sangat menarik dan bervariasi.. Ada kampung-kampung, yang sepertinya sudah ada sejak lama..  Ada juga bangunan tua dengan arsitektur yang cantik, yang menurut tukang perahu adalah pabrik es, milik keluarga keturunan Arab..  Ada juga pabrik pupuk Sriwijaya… Ada perahu-perahu tradisional, ada kapal besar dan modern, ada juga kapal terapung yang merupakan klinik kesehatan.  Bahkan ada juga penjual bahan bakar  untuk perahu yang hilir mudik di sungai.

Akhirnya kami melihat daratan di tengah-tengah sungai..  Ya, itu Pulau Kemaro, kata Tukang Perahu..  Dari jauh terlihat pagoda yang berdiri megah..

Pulau ini oleh masyarakat diberi nama Pulau Kemaro, dengan asal kata kemarau, alias kering, karena sejauh ini pulau yang berada di tengah-tengah Sungai Musi ini tak pernah digenangi air meski volume air di Sungai Musi  sedang tinggi..

Apa yang bisa kita temukan di Pulau Kemaro…?

Pulau KemaroDi pulau ini terdapat klenteng tempat umat Budha sembahyang, dilengkapi dengan sebuah pagoda yang berdiri tegak menghadap selatan..  Pagoda yang dikawal oleh sepasang singa di depan tangga masuk, dihiasi sepasang naga meliuk di kedua tepi tangga, serta ikan-ikan di bagian atas beranda-beranda  di lantai-lantai atas pagoda..

Tak ada apa-apa, selain tempat sembahyang plus beberapa orang yang menjual minuman kemasan, dan beberapa orang tua yang memang bekerja di situ, sedang membereskan lampu-lampu untuk perayaan salah satu hari raya umat Budha..  Mungkin karena kami datang di hari Jum’at, tak pula bertepatan dengan perayaan umat Budha..

Karena Pulau Kemaro bukan tempat yang ramai, kecuali mungkin di hari besar Chinesse yang dirayakan di klenteng yang ada di Pulau Kemaro.., saya tidak menyarankan para traveller perempuan untuk pergi ke sana sendiri..

Apa istimewanya Pulau Kemaro sehingga direkomendasikan untuk dikunjungi..  Menurut aku, karena ada legendanya..  Teman-teman bisa baca legendanya di sini, ya…  Satu makna yang bisa diambil dari legenda tersebut adalah untuk tidak tergesa-gesa menilai sesuatu.. Periksa dulu.., sebelum memutuskan…

Buat saya, justru pengalaman berperahu menyusuri Sungai Musi dengan pemandangan yang sangat bervariasi, justru menjadi daya tarik yang utama, pada akhirnya..  Sayang karena waktu yang singkat kami tidak bisa untuk singgah ke beberapa kampung di tepi sungai yang terlihat sangat  menarik, seperti Kampung Kapitan, yang dari jauh terlihat punya bangunan-bangunan  tua yang cantik..

Puas berkeliling Pulau Kemaro, kami kembali menyusuri Sungai Musi dengan berperahu…  Saat sampai di Palembang, kami tak menepi di pelabuhan rakyat tempat kami memulai perjalanan, tapi tepat di depan gerbang  Benteng Kuto Besak..  Untuk naik ke darat, lebih heboh lagi dari pada saat naik ke perahu.. Alhamdulillah, tas dan sepatu tak kecemplung ke sungai.., tak juga ada baju yang basah…

Semoga di masa yang akan datang, pemilik perahu menyediakan life jacket buat penumpang, lalu pemerintah menyediakan fasilitas pelabuhan yang lebih “ramah” sehingga memudahkan penumpang naik ke perahu..  Juga semoga ada kapal patroli menyusuri sungai,  sehingga lebih banyak para wisatawan yang mau naik perahu menyusuri Musi..  Pasti akan jadi daya tarik wisata yang luar biasa buat Sumatera Selatan..

20130913_095237

Apa yang bisa dilihat di Benteng Kuto Besak…?  Sepertinya benteng ini belum disiapkan jadi obyek pariwisata, karena benteng yang merupakan bagian dari sejarah besar Palembang itu, sekarang berfungsi sebagai markas KODAM Sriwijaya..  Jadi kami hanya berfoto di depannya, sambil menunggu taksi datang..

Sebenarnya di plataran antara jalan di depan Benteng Kuto Besak dan Sungai ada banyak orang yang jualan.. Ada yang mangkal, ada yang pakai sepeda.. Apa yang dijual…? Macam-macam.., antara lain pempek..  Hmmmmm, pempek memang ada di sepenjuru Kota Palembang.. 😀

Songket PalembangDari Benteng Kuto Besak, kami menuju ketempat pengrajin tenun songket Palembang.   Bagi yang berkunjung ke Palembang, terutama para perempuan, melihat-lihat songket Palembang adalah hal yang tak boleh terlewatkan…  Soal beli urusan belakangan..  Heheheee… Kenapa?  Karena songket Palembang adalah karya seni yang luar biasa, yang untuk memilikinya butuh uang yang lumayan..  Aku sudah punya satu, warna hijau.., pemberian Mama untuk ku pakai sebagai setelan kebaya saat menikah..  Untuk sementara, rasanya punya satu pun sudah cukup..  Secara aku juga jarang, nyaris gak pernah, hadir ke acara-acara dengan mengenakan kebaya dan bersongket..   Mungkin nanti kalau ada adik atau ponakan yang pesta kawinan lagi kali yaa…

Pengrajin yang kami kunjungi, adalah Fikri Songket, sesuai rekomendasi dari Iqbal. teman yang kerja di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan,   Fikri, yang  sekaligus menjual sarung songket, jumputan, batik Palembang, Kain Tanjung., berlokasi di Jl. Kiranggo Wirosentiko No. 500 RT. 12 30 Ilir, Palembang.  Siapa tahu teman-teman yang berkunjung ke Palembang ingin ke sana..

Emang berapaan siyy harga songket Palembang…?  Menurut yang penjaga toko di Songket Fikri, ada yang satu set (kain dan selendang) mulai  Rp.2 jutaan, sampai dengan yang puluhan juta.   Tergantung kualitas bahannya, benang emas-ya, serta kerumitan pembuatannya..  Aku sempat lihat kain jumputan yang dikombinasikan dengan tenun, saat aku tanya harganya sekitar Rp.65 juta.  Wadddooohhh….

Aku dapat apa di Fikri Songket…? Secara lagi senang batik…,, dan lagi pengen bikin gamis berbahan batik, aku akhirnya membeli satu Batik Palembang dan satu bahan motif jumputan khas Palembang berwarna orange..

Dari Fikri Songket, dan sempat singgah di Pempek Candy di samping Jayakarta Daira Hotel, kami bergegas ke hotel untuk ambil koper…  Sudah hampir jam 11.30 WIB, sementara jadwal penerbangan mba Lien dan Radit ke Surabaya vis Jakarta jam 13-an.  Kalau penerbangan aku masih lebih sore..  Untungnya bandara tidak jauh dari hotel..

Alhamdulillah… Dalam perjalanan yang cuma 3 hari 2 malam ini aku bisa mengunjungi beberapa tempat, melihat dan menikmati banyak hal..  Dan pekerjaan, yang merupakan hal paling utama dalam perjalanan ini, juga bisa berjalan dengan baik…  Alhamdulillah…  ***

Kedai Kopi…

Kali ini Sondha cerita2 soal kedai kopi di Pekanbaru ya, teman2…   Ya, sarapan di kedai kopi sepertinya menjadi kebiasaan bagi sebagian masyarakat  di sini…   Kalimat “Sarapan di Kedai Kopi”,  rasanya  preman kali yaaa…  Secara kedai kopi itu kesannya dunia para bapak-bapak, para lelaki…  Tapi enggak kok…  Heheheee..

Sondha dan Diana Chalil, teman sejak kuliah di Bogor yang berkunjung ke Pekanbaru

@ Coffee Time, Sondha dan Diana Chalil, teman sejak kuliah di Bogor yang berkunjung ke Pekanbaru

Sebenarnya sekarang2 ini, kedai kopi tak lagi semata menjual kopi.., tapi juga menjual berbagai minuman yang tidak menggunakan kopi sebagai bahan dasar..  Bahkan kedai kopi juga menjual berbagai jenis makanan, bukan hanya roti bakar sebagai teman yang asyik buat minum kopi…  So, mengunjungi kedai kopi bagi Sondha, sama sekali bukan buat ngopi, tapi buat ngobrol dengan teman, atau membawa wiskul teman-teman  yang berkunjung ke Pekanbaru….

Oh ya, buat para bisnisman, biasanya sambil ngopi mereka juga melakukan pembicaraan2 yang bersifat bisnis..  Gak heran di beberapa kedai kopi besar di sini menyediakan TV layar datar dengan screen besar yang menayangkan nilai tukar dollar, indeks NIKEI, HANSENG dan Gold…

Cuma berkunjung ke kedai kopi ini di hari kerja tidak lah sesuai dengan disiplin sebagai abdi masyarakat….,  Selain karena kerjaan yang lumayan menunggu untuk dikerjakan, juga ada aturan bahwa PNS gak boleh pagi-pagi nongkrong di kedai kopi di hari kerja…  Jadi kalau mau nyaman sarapan di kedai kopi, ya di weekend…  Atau sesekali, kalau ada teman dari luar kota pada hari kerja, ya pergi juga ke kedai kopi… Hehehehe…

Beberapa kedai kopi yang punya nama di Pekanbaru, tentu karena sajiannya yang oouukeeeyyy, berlokasi di bagian lama kota.., bahkan bisa dibilang di China Area, kalau tak mau dikatakan China Town, yaitu di sekitar Jalan Senapelan, Jalan Juanda dan Jalan Setiabudi ..  Bahkan para pemiliknya memang etnis China..  Tapi jangan takut, juru masaknya adalah muslim..  Bahkan buat kedai kopi yang berkonsep food court, para penjual makanan di kedai kopi tersebut adalah muslim..

Ini ada beberapa kedai kopi yang Sondha datangi di kota ini.. ..

Bubur Ayam, menu andalan Kedai Kopi Kings...

Bubur Ayam, menu andalan Kedai Kopi Kings…

Kedai kopi yang sering dikunjungi adalah Kedai Kopi Kings, di Jl. Juanda, di sebelah BCA.  Kedai kopi ini yang paling sering Sondha datangi karena di kedai kopi ini ada tukang bubur ayam yang uenak banget buat sarapan… Kayaknya itu bubur ayam paling enak se-indonesia deehhh… 😀

Kedai kopi kedua yang agak sering Sondha kunjungi adalah Kedai Kopi Kim Teng, yang berlokasi di Jalan Senapelan.. Kedai kopi ini sebenarnya sudah punya gerai di beberapa lokasi di Pekanbaru, antara lain di Gedung Perpustakaan Daerah, di RS Awal Bross, di Mall Ciputra dan Mall SKA, tapi tempat yang seru untuk dikunjungi yang adalah yang di jalan Senapelan.  Bukan saja karena lebih besar, tapi juga pilihan sajian minuman dan makanannya jauh lebih bervariasi.., misalnya roti bakar dari terigu, roti bakar dari keladi, mie pangsit, dim sum, kwetiau, dan berbagai keluarga mie2-an..  Tapi Kedai Kopi Kim Teng bukan tempat yang terlalu nyaman buat ngobrol…, karena terlalu ramai dan brisik…  Klo ngobrol, gak bisa pelan, suara harus kencang…  Hehehehe…

Sajian di Kedai Kopi Kim Teng..

Sajian di Kedai Kopi Kim Teng..

Kedai Kopi yang baru beberapa kali Sondha kunjungi adalah Kedai Kopi Laris di Jl. Karet.  Menurut para penikmat kopi yang kerap mengunjungi kedai kopi ini,  kopi yang disajikan enak banget, karena biji kopinya digongseng (roast) dan digiling ketika kopi dipesan..  Jadi rasa dan aromanya fresh…  Tapi Sondha dan teman2 ke sini karena di sini menyediakan soto ayam kampung, juga ayam goreng kampung, yang rasanya maknyuuuussszzz….

Oh ya ada 2 lagi kedai kopi yang sebelumnya juga pernah Sondha kunjungi.., yaitu Kedai Kopi Liana dan Coffee Time.  Kedai Kopi Liana di Jl. Setiabudi Ujung, dekat PT Agung,  Kedai ini selain menyediakan kopi, juga menyediakan makanan khas Selat Panjang, ibu kota Kabupaten Kepulauan Meranti, yaitu mie sagu.  Sedangkan Coffee Time yang berada di Jl. Setiabudi, persis di seberang kantor PT. PLN, menyediakan berbagai makanan, mirip dengan Kedai Kopi Kim Teng, hanya saja suasananya lebih nyaman.  Bahkan ada 2 pilihan ruangan, ruang dengan AC atau tanpa AC.

Mie Sagu ala Coffee Time...

Mie Sagu ala Coffee Time…

So, kalau teman-teman ke Pekanbaru, jangan lupa menikmati berbagai kedai kopi yang ada yaaa.. Terutama kedai kopi-kedai kopi yang berada di bagian kota lama…  Kalau keburu pulang, sebelum ke kedai kopi, kunjungan teman-teman bisa dianggap belum afdol… 😀 ***

Pecel Kembang Turi…

Turi….?  Apa itu….?

Gak terlalu lazim ya kita dengar… Kecuali mungkin buat teman-teman yang tinggal di sekitar Jawa Tengah, atau teman-teman yang memang beretnis Jawa…

Turi memang sejenis tanaman..  Nama latinnya Sesbania grandiflora syn. Aeschynomene grandiflora.  Biasanya pohon ini mudah ditemui di tepi-tepi jalan, karena sering berfungsi sebagai peneduh..  Tapi ternyata bunganya bisa dimakan, disajikan sebagai sayuran dikasi bumbu pecel…, Pecel kembang turi…
Aku tak pernah tahu sebelumnya kalau bunga turi bisa dimakan…  Bahkan yang mana pohonnya pun sebelumnya tak begitu jelas bagiku.. , karena mirip dengan pohon petai cina alias lamtoro… Maklum secara klasifikasi tanaman, keduanya masih satu famili Fabaceae.

Aku mengenal Pecel kembang turi saat sekolah di Yogya, sekitar tahun 1999 – 2001.  Sebagai makhluk lasak dan kaki panjang, Pasar Bringharjo pasti lah jadi salah satu tempat di Yogya yang kerap aku kunjungi..  Naaahhhhh, sebagai makhluk yang  juga pemamahbiak kelas kakap (hahahahaaaa… a confession) dan memegang prinsip anything that can not kill you, gonna make you stronger” , aku juga suka mencoba-coba makanan…  Aku pun mencoba pecel yang dijajakan di emperan Pasa Bringharjo…

Seorang Penjual Pecel Kembang Turi di Depan Pasar Bringharjo

Sayur mayur yang dihidangkan ada yang  tak jamak bagi ku sebelumnya… Kembang turi dan ada juga kecipir alias Psophocarpus tetragonolobus.  Tapi sumpe lhooo…, rasanya enak… krenyes krenyes…. Hahahahaaaa… Dan ternyata manfaatnya juga bagus buat kesehatan…   Kecipir bisa  jadi obat radang anak telinga…

Rasanya yang unik dan belum nemu di tempat lain, membuat aku menjadikan pecel kembang turi sebagai “must-eat-food” bila berkunjung ke Yogya, sebagaimana Guded Yu  Djum  di Wijilan dan Gudeg Bu Ahmad di Selokan Mataram..   Lagi pula seru juga rasanya makan di emperan pasar, sambil minum es degan dan diramaikan dengan suara  pengamen yang berganti-ganti namun tak henti-henti…

Menikmati Pecel Kembang Turi, ditemani segelas es degan dan nyanyian pengamen…

Kalau teman-teman ke Yogya, cobain deehhh… Jangan takut menikmati makanan tradisional  dan dijual di pinggir jalan.. Pakai saja prinsip anything that can not kill you, gonna make you stronger”, yaaa…. 😀 ***

Ramayana Ballet Prambanan…

Pagi hari  tanggal 13 Oktober 2012, sebelum aku berangkat ke Solo aku sempat ngobrol by phone  dengan mba Wik, lengkapnya mba Widya Nayati, salah satu arkeolog, yang sudah seperti kakak buat ku.  Begitu tahu aku mau ke Solo numpak sepur, mba Wik bilang, “Kamu ntar pulang dari Solo, turun di Prambanan aja.. Terus naik ojeg ya ke Prambanan, bilang sama tukang ojeg ke Gedung Tri Murti.”  Ada Festival Ramayana, kita nonton Ramayana Ballet Prambanan..

Namun kereta api yang aku tumpangi lagi minta perhatian dari PJKA  kayaknya.. :D.  Kereta apinya ngambeg saat kami singgah di stasiun Klaten, lebih dari satu jam…  Lalu gak jauh dari Klaten, di tengah persawahan, kereta apinya ngadat lagi… Hikssss…  Udah gitu, ternyata gak singgah pula di stasiun Prambanan..  Jadilah aku turun di stasiun Maguwo yang berada di sekitar Bandara Adi Sucipto, menjelang magrib…

Trus gimana ke Prambanannya….??  Naik ojeg jeg jeg jeg….  Berapa duit…? Dua puluh lima ribu rupiah…   Ini harga yang pantas, menurut aku.. Secara jarak yang ditempuh lumayan jauh, bok….   15 kilometer, ada kali..  Mana pakai acara nyari-nyari pula..  Iya, gedung Trimurti tidak berada di lokasi yang sama dengan kompleks Candi Prambanan… Kalau kita datang dari arah Yogyakarta,  kita belok ke arah utara sebelum kita melintasi sungai persis sebelum sampai ke kompleks Candi Prambanan..  Yaaa…., gedung Trimurti dan kompleks Candi Prambanan dipisahkan oleh sungai…

Aku sampai di gedung Tri Murti saat magrib…   Mba Wik dan 3 staff nya sudah berada di halaman depan gedung Trimurti..  Pameran yang merupakan bagian dari Festival Ramayana sudah tutup… Hiksss…..

Mba Wik langsung mengajak aku dan staff beliau ke restoran yang berada di utara gedung Trimurti… Restoran tersebut terdiri dari beberapa bale…, dengan beberapa set meja makan tersusun cantik di halamannya menghadap “Kompleks Candi Prambanan”..  Sungguh makan malam yang istimewa, suasananya…  Makanannya enak, tapi gak luar biasa… Standard, kalo menurut aku…  Menunya campuran… ada masakan Eropa, Chinesse ada pula Gudeg… 😀

Makan malam derngan pemandangan Candi Prambanan.. What a romantic dinner for people in love…

Selesai makan malam yang menyenangkan, mba Wik  mengajak aku dan staf-staf beliau ke teater terbuka…  Tempat  Ramayana Ballet Prambanan akan ditampilkan…

Apa siyyy Ramayana Ballet Prambanan….??

Ramayana Ballet Prambanan adalah pertunjukan sendratari Ramayana yang dilakukan di Kompleks Gedung Trimurti yang berdampingan dengan  Candi Prambanan.., dimana pertunjukan di sini dilakukan di teater terbuka dengan memanfaatkan pemandangan Candi Prambanan sebagai latar belakang…

Menurut tulisan Bung Karno, Presiden Indonesia Pertama pada 25 Agustus 1961, yang ditampilkan di beberapa bagian tempat petrunjukan…

“Ballet Ramayana adalah satu pertjobaan (good effort) untuk membawa seni-pentas Indonesia ke taraf jang lebih tinggi”

Buat teman-teman generasi setelah EYD alias Ejaan Yang Disempurnakan  tahun 1974, mungkin bingung ya baca tulisan itu… Tapi perlu tau donkkk… 😀

Harga Tiket Pertunjukan Ramayana Ballet Prambanan

Ramayan Ballet Prambanan tidak diadakan setiap hari…  Kalau teman-teman akan berkunjung ke Yogya dan ingin menonton pertunjukan ini,  coba lihat jadwalnya di website Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko  ini… Siapa tahu pas dengan jadwal pertunjukan…

Berapa harga tiketnya…?  Pada saat aku kesana, aku sempat memotret daftar harga  yang tertulis samping di ticket box..  Larang alias mahal yaaa….?? Klo menurut aku yang udah melihat pertunjukannya, ya enggak laahhh…   Wajar…  Karena ada banyak pihak yang terlibat dan pantas mendapatkan imbalan dari apa yang mereka berikan bagi penonton.. Ada para penari yang penampilannya luar biasa, juga para pemain musik dan orang-orang yang bekerja sebagai tenaga pendukung, seperti penata lampu, penata suara, sampai petugas kebersihan dan keamanan…  Lagi pula masa kita tidak mau menghargai kinerja seniman kita sendiri… Masa harus wisatawan asing saja yang menikmati karya seni anak negeri… Rugi laaahhh…  Nanti orang asing paham dan bisa mengapresiasi seni dan budaya kita, sementara kitanya sibuk mengembangkan seni yang berorientasi ke barat sana…

Pada saat aku menyaksikan Ramayana Ballet Prambanan, yang tampil bukan lah para seniman  yang biasa melakukan pertunjukan di situ… Tapi para peserta Festival Ramayana, yang diikuti oleh utusan 8 Provinsi di Indonesia..  Dan malam itu yang tampil adalah utusan dari Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Jawa Tengah..

Hanoman Obong…

Saat Kalimantan yang tampil, hmmmmm aku rasanya seperti melihat pertunjukan ludruk di televisi.. Sorry to say that…  Tapi saat melihat penampilan dari Provinsi Jawa Tengah…. waaaaaaaw, keren banget….  Selain karena yang ditampilkan adalah episode Hanoman Duta, yang mengambarkan Hanoman si monyet ,bule menjadi duta Rama untuk menemui Rahwana di Alengkadirja, dan berakhir dengan Hanoman Obong alias Hanoman dibakar, dan membakar bangunan-bangunan di Alengkadirja, sehingga pertunjukan juga dilengkapi dengan bakar-bakaran…, penampilan kontingen Jawa tengah benar-benar indah,  gerak penarinya yang halus dan detail, busana yang indah, juga musik dan suara penembang yang  merdu…..  Komplit banget… Dengar-dengar, para penarinya adalah para sarjana Sekolah Tinggi Karawitan Solo, dan dibina oleh salah satu putri Kraton Surakarta…

Kontingen Jawa Tengah setelah pertunjukan..

Sungguh saat kontingen Provinsi Jawa Tengah yang tampil, mata ku sepenuhnya terbuka lebar… Meski tubuh sudah sangat lelah karena sudah jalan-jalan seharian…  Tidak demikian saat kontingen provinsi lain tampil sebelumnya, aku sempat beberapa kali tertidur dalam duduk, lalu terbangun dan kembali nonton… Hehehehee…

Buat teman-teman yang mau berkunjung ke Yogya, sempatin nonton pertunjukan ini… Dijamin tidak rugi…, yang tidak nonton justru rugi…   😀 ***

Kuku Macan….

Beberapa waktu yang lalu saat di Samarinda, teman2 ku dari Jakarta yang juga datang ke Samarinda nanya dimana mereka bisa beli kuku macan…

Kuku macan…? Benda apa itu? Buat apa…?  Bahkan menurut Noy, adik bungsuku, saat dia menjanjikan pada teman kerjanya oleh-oleh Kalimantan Timur berupa kuku macan, temannya bilang “Untuk apa itu Noy? Buat guna-guna kah?” Gubbbrrrrraaaakkkkssssssss…..  Noy yang jail bin sablenk malah bilang.. “Iya, ntar aku oleh-olehin 2 ya.. Satu buat kamu, satu buat istrimu… ” Hahahaha.. 😀

Apa siyy sebenarnya Kuku Macan itu…? Kuku macan itu nama amplang (kerupuk ikan) khas Samarinda, terbuat dari daging  ikan pipih (belida) yang diaduk dengan tepung dan bumbu-bumbu…  Kenapa namanya “kuku macan”, aku juga belum tahu cerita bin riwayatnya…

Seperti pada kunjungan-kunjungan ku sebelumnya bila ke Samarinda, dan ingin bawa kuku macan buat oleh-oleh.. Adikku David dan istrinya Nana selalu mengajak ku ke Toko Sari Rasa di jalan Ahmad Dahlan Nomor 31B Samarinda..  Toko Sari Rasa ini bukan hanya menjual kuku macan tapi juga memproduksi sendiri kuku macan yang mereka jual.. Kok tahu? Karena adikku Davi berteman baik dengan pemilik Sari Rasa, David juga namanya.  Bahkan adikku David adalah kontraktor yang membangun ruko panjang yang berfungsi sebagai toko, pabrik sekaligus rumah buat pak David pemilik Sari Rasa.

Kenapa adikku David dan Nana selalu membawa keluarga dan kenalannya buat membeli amplang di sana…? Karena amplang Sari Rasa tidak menggunakan zat pengawet dan adiktif lainnya…  Kok tahu…? Karena Ajere putri bungsu adikku, tidak bisa mengkonsumsi makanan yang mengandung zat pengawet dan zat adiktif seperti mono sodium glutamat (msg).  Mengkonsumsi zat-zat tersebut akan membuat Ajere mengalami radang tenggorokan..  Tapi ternyata Ajere bisa mengkonsumsi kuku macam produksi Sai Rasa, sementara kuku macan dari beberapa tempat penjualan yang berjejer di sepanjang tepian Sungai Mahakam, Ajere tidak bisa..

Naah saat ke Toko Sari Rasa tanggal 03 Desember 2011 yang lalu (ha,nya beberapa jam sebelum aku menikah… :D), aku  ditawarkan oleh pemiliknya untuk melihat proses produksi kuku macan.  Alhamdulillah prosesnya bersih… Aku bahkan sempat membuat beberapa foto proses pembuatan tersebut, serta telah meminta izin untuk membuat tulisan ini..

Here some pictures my friends..

mengulen, menggoreng, mendinginkan yang sudah matang lalu membungkus dalam kemasan…

Martabak Piring…

Aku dan Penjual Martabak Piring…

Martabak piring… Teman-teman dah pernah dengar, belum…?  Aku sebelumnya juga gak pernah dengar.. Aku siyy tahunya martabak mesir, martabak telor, martabak kubang, martabak bangka dan  martabak terang bulan…

Aku  mengenal makanan ini saat liburan lebaran lalu di Medan..  Adikku Ivo yang ngajak aku dan Nana, iparku, untuk mencoba menikmati makanan yang satu ini…

Apa siyy sebenarnya martabak piring..? What kind of food…??? Heehehehe..

Martabak piring bahan bakunya sama dengan martabak terang bulan atau martabak bangka.. Bedanya apa…?

Perbedaan pertama martabak terang bulan dan martabak bangka dimasak di pan martabak yang terbuat dari bahan kuningan tebal dan besar.., sedangkan martabak piring dimasak dengan menggunakan piring kaleng yang biasa digunakan di rumah-rumah zaman bahuela sebagai wadah..

martabak dimasak dengan piring sebagai wadah memasak..

Pebedaan kedua, adonan martabak terang bulan dan martabak bangka tebal, sedangkan martabak piring tipis, sehingga hasilnya lebih menyerupai crepes..

Aneka rasa…

Soal isi…, sama seperti martabak bangka dan terang bulan.., ada beberapa pilihan.. Ada isi coklat, kacang, keju, dan coklat kacang,…  Teman-teman tinggal pilih sesuai selera… Tapi beneran rasanya maknyussszzzz…  Klo gak percaya lihat gimana ekspresi Nana saat menikmati martabak piring… hehehe…

Makkknyyyuuussszzzzz…..

Dimana kalian bisa menemukan martabak ini…??? Di Medan, di pertigaan jalan Selat Panjang dan jalan Bogor… Silahkan dicoba kalau teman-teman ke Medan ya… ***