Arisan !

Arisan ! adalah judul film satir karya Nia Dinata yang beredar tahun 2003.  Film yang keren abis, menggambarkan kehidupan 3 sahabat serta kehidupan sosialita di ibukota.  Film yang menurut diriku asyik banget buat ditonton, sampai diriku beli  DVDnya.  😀

Tapi kali ini, diriku bukan buat ngebahas film tersebut.  Tapi mau sharing tentang pengalaman ikut arisan.  Kenapa jadi terpikir untuk nulis tentang arisan? Karena hari minggu tanggal 9 April 2017, aku kebagian tugas mendampingi kakakku yang menjadi tuan rumah arisan kompleks perumahan tempat kami dibesarkan.  Arisan yang sebagian  pesertanya adalah tetangga kami sejak zaman bahuela.  Tapi sebahagian lagi adalah warga baru, orang-orang yang membeli rumah di daerah tersebut dari pemilik lamanya.

Senang sekali bisa hadir di arisan tersebut, karena jadi ketemu teman-teman lama, yang tak lagi sering berjumpa.  Maklumlah, meski secara adminsitrasi kependudukan kami masih warga di kompleks tersebut, tapi realnya kami sudah pindah tempat tinggal sejak tahun 1981. Peserta arisan yang datang juga senang, karena kakakku yang memang suka masak, dan punya toko kue menjamu para peserta arisan dengan karya-karyanya dalam jumlah yang cukup juga untuk dibawa pulang.  Hahahaha..

Back to the topic…, teman-teman sudah pernah ikut ARISAN ?  Sudah berapa kali ? Diriku gak ingat persis sudah berapa kali ikut arisan.  Ini beberapa yang daku ingat.

Aku ikut ARISAN pertama kali saat baru lulus S1 dan bekerja di Jakarta.  Arisan dengan sahabat-sahabat sepermainan sejak di Kampus Rakyat.  Tujuan arisannya supaya kami ketemu dan kumpul-kumpul secara rutin.  Judulnya tak ingin terlepas dari kenyaman persahabatan masa kuliah. Hehehe.   😀  Peserta arisannya cuma 6 orang : diriku, Venny, Linda, Ati, Idien dan Chi-chi.  Arisan ini diledekin bang Salim, suami Idien sebagai arisan aneh, peserta cuma 6, sehingga tempat arisannya mutar-mutar di rumah yang itu itu lagi. 😀   Arisan ini umurnya  tak lama, sekitar 2 putaran saja.  Karena saat itu, dalam waktu yang berdekatan  2 pesertanya pindah  dari wilayah Jabodetabek.  Diriku  kembali ke Pekanbaru, Venny ikut suami  pindah tugas ke negeri tetangga.

Setelah itu aku  baru  ikut arisan lagi beberapa tahun kemudian,  di kantor dan di lingkungan tempat tinggal.

ArisanArisan  di kantor itu arisan ibu-ibu Dharma Wanita Unit Bappeda Kota Pekanbaru.  Ini kegiatan wajib setiap bulan yang dilakukan dalam rangka pembinaan istri Pegawai Negeri.  Tapi karyawati juga dilibatkan.  Kalau gak salah, saat itu uang arisannya sekitar Rp.20.000,- per bulan.   Diriku saat itu kebetulan ditunjuk jadi pengelolanya.  Gak susah buat mengelola arisan Dharma Wanita, karena gak harus mengingatkan peserta arisan buat bayar.  Uang arisan diperoleh dari potongan gaji para karyawan dan karyawati. Begitu juga uang sosial dan uang konsumsi arisan. .  Diriku hanya harus berkoordinasi dengan ibu pimpinan tentang jadwal dan kegiatan yang akan dilakukan.  Acara bisa berupa beauty class, table manner class, parenting, ceramah agama, atau kunjungan ke rumah anggota yang baru melahirkan, atau berduka cita.  Mencari pengisi acara, membuat undangan, mengatur tempat dan konsumsi juga menjadi tanggung jawab diriku.  tentu aku tidak sendiri.  Saat itu ada sahabatku  alm Eko (baca : Rest in peace, Eko !), yang selalu setia dan tanpa lelah membantuku.

Arisan tetangga dibuat untuk membangun silaturahmi  kami yang tinggal di jalan yang sama.   Arisan dengan setoran Rp.50.000,- per orang per bulan ini seru karena menjadi ajang kami para ibu-ibu yang sehari-hari sibuk dengan kegiatannya masing-masing.  Dan lebih seru lagi karena  jumlah konsumsi yang disediakan harus berlipat ganda dari jumlah peserta arisan.  Kenapa?  Karena konsumsinya ikut dinikmati oleh anak-anak, bahkan pasangan dari peserta arisan. Seruuuu yaa.. !!!  Sayang arisan ini berakhir karena ada warga yang pindah, dan diriku juga semakin lebih sering di luar rumah.  Hikss..

Arisan berikutnya yang aku ikuti adalah arisan dengan teman-teman kantor saat bertugas di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau.  Ini arisan benar-benar cuma ngumpulin duit setiap terima tunjangan.  Gak ada acara kumpul-kumpul dan makan-makan.  Uang dipotong langsung oleh bendaharawan gaji, untuk diserahkan ke pengelola arisan, dan selanjutnya diserahkan kepada yang dapat bulan itu.  ini arisan pertama yang iurannya lumayan bagiku,   Rp.1.000.000,- per bulan.  Alhamdulillah, setiap dapat arisan uangnya bisa aku pakai buat beli logam mulia sebagai tabungan.  Sebagian tabungan logam mulia ini lah yang beberapa tahun kemudian diriku jual untuk biaya umroh.  Alhamdulillah.

Arisan berikutnya, arisan dengan teman-teman lama (baca :  Bersahabat Sampai Tua), teman-teman main saat kuliah di Kampus Rakyat.  Teman arisanku yang pertama, yaitu Venny, Linda dan Ati.  Arisan ini arisan long distant,  3 peserta berdomisili di Jakarta, hanya diriku yang di Pekanbaru.  Kami bertemu, berkomunikasi lagi setelah bertahun-tahun tak berkomunikasi intens, bahkan sempat kehilangan kontak.  Arisan dilakukan tiap bulan, uang ditransfer tapi gak mesti ketemuan tiap bulan.  Kalau diriku pas lagi ke Jakarta, waktu untuk kumpul-kumpul disesuaikan.  Kalau tidak, yang kumpul Venny, Ati dan Linda saja.  Arisan dengan nominal Rp.1.000.000,- per bulan ini  juga tidak berlangsung lama, hanya beberapa putaran,   Tapi acara ketemu-ketemu begitu ada kesempatan selalu diusahakan.

Arisan EmasArisanku yang berikutnya adalah arisan emas, dengan Veny dan sahabat sekaligus partner bisnisnya, Meggy.  Caranya, pengelola tiap bulan bertugas membeli emas dengan berat sesuai kesepakatan di awal.  Harga emas tersebut  dibagi dengan jumlah peserta arisan.  Itulah besar uang arisan bulan tersebut.  Jadi uang arisan tiap bulannya fluktuatif, tergantung harga emas.   Untuk arisan emas keluaran Aneka Tambang (Antam) 10 gram yang bersertifikat seama 3 bulan, uang arisannya sekitar Rp.1.7000.000,- – Rp.1.800.000,- per bulan.  Arisan emas ini benar-benar sebuah upaya untuk menabung.  Gak banyak-banyak tiap bulannya, sesuai dengan kemampuan saja.  Arisan ini sudah berlangsung beberapa tahun, dan alhamdulillah masih berlangsung sampai saat ini.

Arisan lain adalah arisan dengan teman-teman alumni sekolah.  Uang arisannya gak banyak.  Hanya Rp.100,.000,- plus uang konsumsi Rp.30.000,- dan uang sosial Rp.20.000,-.  Arisan ini agak ribet menurutku, karena pesertanya buanyak,  70 orang dengan durasi 10 bulan.  Jadi direncanakan ada 7 orang peserta yang menerima uang masing-masing Rp.1.000.000,-  di setiap bulannya.  Tapi realnya, bisa 60% peserta saja hadir di pertemuan bulanan sudah luar biasa.  😀  Karena rendahnya tingkat kehadiran,  menyebabkan ribet juga pengumpulan uangnya.  Ribet untuk mengelolanya.

Arisan yang baru beberapa bulan ini aku ikuti adalah arisan umroh dengan beberapa teman seangkatan di SMA.  Gak ramai-ramai, hanya sekitar 12 orang saja.  Tujuannya untuk mengumpulkan uang untuk membiayai umroh bareng-bareng di tahun yang akan datang.  Semoga Allah memudahkan.   Mekanismenya, siapa yang dapat uang arisan akan dibukakan tabungan umroh atas namanya, tapi buku dan atm dipegang oleh pengelola arisan.  Yang punya tabungan bisa menambahkan setoran ke rekening tersebut untuk meingkatkan jumlah uang persediaan biaya umrohnya.

Dari sederet perjalanan arisan yang telah diriku ikuti,  berikut diriku buat beberapa catatan yang mungkin bisa jadi masukan bagi kita yang menyukai arisan.

  1.  Jumlah peserta arisan sebaiknya gak banyak.  10 – 20 orang rasanya sudah jumlah yang optimal. Khusus arisan emas, sebaiknya hanya dilakukan dengan jumlah peserta hanya beberapa orang saja, namun rutin.
  2.  Peserta sebaiknya adalah teman-teman dekat, yang sudah diketahui karakter, terutama komitmennya atas janji dan kesepakatan.  Ini sangat penting, agar tidak ada peserta arisan yang gak bayar-bayar setelah dapat duluan.
    Pengelola arisan harus orang yang bisa dipercaya, mengerti pembukuan sederhana, punya waktu dan mau untuk melakukan pembukuan.  Ini SANGAT PENTING !!
  3. Bila arisan dilakukan dalam bentuk pertemuan, sebaiknya ada pemisahan antara uang arisan dan uang konsumsi, agar konsumsi tidak menjadi tanggung jawab si penerima arisan.  Karena arisan pada prinsipnya adalah sebuah upaya menabung. Kasihan donk tuan rumah kalo uang yang dia dapat harus diambil sebagian buat biaya konsumsi ramai-ramai.
  4.  Bila arisan dikembangkan menjadi  sebuah komunitas, bisa juga diadakan pengumpulan dana sosial di setiap kesempatan arisan.  Namun harus ditetapkan Peraturan Operasional seperti apa pengelolaan dana sosial tersebut.  Misalnya, siapa saja, dan dalam kondisi bagaimana peserta arisan bisa memperoleh dana sosial tersebut.  Peraturan tersebut sebaiknya cukup detil dan disepakati bersama oleh seluruh perserta arisan.  Sebainya harus dibicarakan juga akan dikemakan sisa uang sosial tersebut, bila suatu saat arisan tak lagi dilanjutkan.  Dan penggunaan uang sosial sebaiknya dilaporkan dalam pertemuan arisan.
  5. Bila ada uang konsumsi, sebaiknya harus dibuat juga kesepakatan, apakah uang konsumsi yang telah diumpulkan itu harus diserahkan utuh pada tuan rumah, atau hanya sebesar pengeluaran sang tuan rumah.  Ada pengalaman, beberapa teman menyarankan untuk melakukan negosiasi harga konsumi pada tuan rumah, karena harga konsumsi lebih murah bila disediakan sendiri, tidak dibeli di restaurant atau tempat pertemuan.  Sisa uang bisa untuk menambah kas komunitas.  Tapi upaya nego yang dilakukan juga bisa membuat sang tuan rumah merasa tidak nyaman karena merasa haknya dikurangi.  Jadi harus dibicarakan dan ditetapkan aturan main, agar semua pihak merasa nyaman..

Mungkin ada catatan lain dari teman-teman yang berpengalaman ikut arisan ? Yukk dishare di sini, untuk jadi masukan bagi kita-kita yang senang dengan kegiatan arisan sebagai upaya menabung sambil bersilaturahmi. ***

satu-minggu-satu-cerita

Bagaimana Rasanya ?

Temans, postingan kali ini adalah sebuah tulisan tentang perasaan. Tapi sungguh bukan sebuah tulisan yang baper, bawa perasaan.  Alhamdulillah setelah perjalanan yang cukup panjang, nyaris setengah abad, insya Allah, diriku sudah mulai bisa menerima dan mensyukuri apa yang ada di diriku, yang ada di hidupku saat ini.  Tulisan kali ini adalah jawabanku atas sebuah pertanyaan yang disampaikan seorang teman tadi malam, saat diriku dan beberapa teman kumpul-kumpul di Wang Bistro, sebuah resto di kawasan lama Kota Pekanbaru.

bagaimana-rasanyaDi sela-sela percakapan ramai-ramai, temanku bertanya, “Ndha, apa rasanya gak punya anak?”  gubbbbrrrrraaaaaakkkksssss 😀

Hmmmm….  Petanyaan yang bagi kebanyakan orang bisa berkesan tak berperasaan.  Tapi  aku yakin pertanyaan temanku itu pertanyaan yang tulus.  Pertanyaan yang hadir karena rasa ingin tahu.  Diriku bisa melihat ketulusan itu dari sorot matanya saat bertanya.   Dan diriku juga mengerti kalau temanku yang usianya 2 tahun lebih tua dari diriku itu adalah sosok yang secara duniawi memang bisa dibilang tak pernah tak punya. Lahir, besar dalam keluarga berada, menikah dengan laki-laki yang juga berada, punya anak.  Dia mungkin tak pernah merasakan tak punya, sehingga ingin tahu bagamana rasanya tak punya. 😀

Apa rasanya gak punya anak ?  Apa yaaa….?

Dulu saat belum menikah dan melihat teman-teman punya anak,  aku sempat terpikir, “Mereka punya anak.  Ada yang mendoakan kalau nanti mereka sudah meninggal.  Lalu, siapa yang akan mendoakan diriku, kalau aku tak punya anak ?”

Tapi punya anak kan gak segampang beli boneka.  Datang ke toko, pilah pilih, bayar, lalu bawa pulang.  😀  Anak harus dirawat, diisi jiwa dan pikirannya, agar dia bisa menjadi manusia yang utuh pada waktunya.  Dengan kehidupanku yang saat itu melajang, dan selalu mengisi waktu dengan bekerja dan bepergian, aku gak berani untuk mengadopsi anak.    Gak usahkan anak, kucing dan ikan aja aku gak berani pelihara di rumah.  Takut mati kalau ditinggal-tinggal.

So saat itu  aku berpikir kalau mau punya anak, ya menikah.  Tapi  menikah kan bukan cuma urusan bertemu seseorang, lalu bareng-bareng pergi ke KUA.  Menikah butuh 2 manusia, 2 hati, 2 pikiran yang mau berkomitmen untuk berjuang bersama membangun sebuah kehidupan bersama, sampai maut memisahkan.   Butuh orang yang frekuensi berpikirnya sama dengan diri kita, agar bisa conneted meski sebagai dua individu punya banyak perbedaan.

So, jadilah aku menunggu untuk punya anak dari pernikahan.  tapi penikahan datang padaku di usia yang sudah tidak muda.  Masa dimana jam biologis tak lagi seproduktif di usia muda.  Saat menikah, sebenarnya aku dikarunia seorang anak dari pernikahan terdahulu lelaki yang menjadi jodohku.   Sungguh mendapatkan bonus berupa anak adalah salah satu hal yang aku syukuri saat itu.   Tapi dengan berakhirnya pernikahan,  membuat diriku tak sempat mengurus dan merawatnya.

Setelah perjalanan yang panjang,  berkutat dengan berbagai pikiran selama bertahun-tahun, aku akhirnya sampai pada pemikiran bahwa bagaimana  pun perjalanan di masa lalu, keadaanku saat ini tak lepas dari ketentuan Allah SWT, izin Allah.  Ini lah keadaan yang terbaik bagiku saat ini.  Pasti ada hikmahnya.  Harus disyukuri, tak perlu bersedih, tak perlu berduka.    Lagi pula saat ini aku punya 13 keponakan dan 4 cucu dari kakak, abang dan adik-adikku.  Mereka mewarnai hidupku, membuat hidupku meriah.  Semoga rasa cinta dan kasih sayang antara diriku dengan mereka cukup kuat, sehingga tetap ada, meski diriku kelak sudah tak lagi bersama mereka.

Jadi apa rasanya tak punya anak bagiku?  Gak ada rasa apa-apa juga.  Yang ada rasa baik-baik saja.  Alhamdulillah.  ***

The Dracula Return…

DraculaThe dracula return to d world…
The witch can not rest him anymore…
Just be careful…
Don’t forget to bring garlics where ever you go…

*sandi Lima Sekawan*

Hmmm…..

Tulisan ini sama sekali gak ada hubungannya dengan sinetron Ganteng-ganteng Srigala yang lagi tayang di SCTV..  Tak ada juga kaitannya dengan Twilight yang sukses tayang di bioskop2 di sepenjuru dunia.. Tapi ini adalah cerita real.., dengan tokoh yang perilakunya seperti drakula.. Menghisap darah orang-orang yang didekatinya.. Terutama dengan approaching yang luar biasa…

Mulai  minggu ini makhluk pengisap darah itu kembali gentayangan, setelah menjadi tawanan nenek sihir selama hampir 1,5 tahun…  Tak ada yang bisa aku lakukan untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasarannya.. Karena aku tak tahu siapa mereka, dan itu bisa siapa saja.., dimana saja..  Sebaran geografis tak jadi masalah, kalau dilihat dari kasus2 sebelumnya..  Kita tak akan bisa mengenali si korban, sampai suatu waktu nanti, mungkin seperti yang sudah-sudah, ceritanya terbuka…  Lalu sebagian besar korban pun juga menjadi drakula yang mencakar orang-orang yang dia pikir menjadi saingannya…

Kalau ada makhluk yang gayanya begitu flamboyan seperti Don Juan De Marco, aku hanya bisa bilang.. Jangan percaya begitu saja… Periksa, periksa, periksa.. Periksa berpuluh-puluh kali periksa..  Kalau perlu hubungi siapa pun yg diduga pernah ada kaitan.. Jangan percaya pada keluarga drakula yang hanya diam seribu bahasa saat dikenalkan…

Bila dia menunjukkan sebuah akta untuk sebuah penawaran… Minta dia menunjukkan risalah yang menjadi catatan dalam proses penerbitan akta..  Kalau ada nama-nama tertulis di situ, cari tahu tentang mereka.. Hubungi.. Meski dilarang.. Meski dibilang kalau orang2 itu adalah para serigala yang menjadi musuh drakula…

Semoga tak ada lagi yang mejadi korban si drakula…***

Catatan Hati Seorang Istri

Aku menemukan buku ini pada tanggal 09 Juni 2013 di sebuah rak di TB Gramedia Pekanbaru.. Dan membacanya secara mencicil selama dalam penerbangan2 saat aku liburan ke Thailand pada bulan Juni 2013…

Buku ini merupakan non fiksi yang ditulis ulang, dikompilasi oleh ibu Asma Nadia ..   Aku juga pernah menulis catatan kecil tentang buku ini di FB-ku… , tapi aku akan coba menulis lebih detil di sini..

Seperti yang pernah ku tulis, buku ini memang  bagus utk dibaca, oleh para istri, perempuan yg belum menikah, juga para lelaki.. Kenapa…?

DSCN2119Karena…., menegakkan rumah tangga bukan lah hal yang mudah,.., Dan rumah tangga selalu menjadi ujian besar bagi para istri untuk menggenapkan setengah dari imannya…

Buku ini menceritakan pengalaman para istri dalam menjalani cobaan-cobaan yang terjadi dalam rumah tangga, ketika suami berselingkuh, atau ingin berpoligami, serta langkah-langkah yang telah mereka lakukan untuk menyelesaikan masalahnya.  Tentu penyelesaian dengan jalan yang sesuai aturan agama, dalam hal ini Islam..

Buku ini memberi sisi pandang tentang hal atau situasi yang mungkin tak pernah terbayangkan akan terjadi dalam kehidupan kita para perempuan saat kita memutuskan akan menikah..  Jadi dengan membaca buku ini kita bisa melihat bahwa kemelut yang terjadi bukan hanya pada diri kita..  Kita juga bisa punya referensi langkah-langkah seperti apa yang bisa kita lakukan, tentu dengan penyesuaian terhadap kondisi dan situasi yang terjadi pada diri kita..

Namun….,  di dalam buku ini kita bisa melihat bahwa penderitaan para istri acap kali disebabkan oleh sikap dan tindakan perempuan lain..  Ya..,, ternyata selalu kaum kita sendiri yg menjadi peran pendukung dalam ujian2 yang hadir dalam kehidupan para istri.. Kaum kita sendiri yg menggerogoti, menyakiti hati perempuan lain yang telah berstatus istri…

Ya…, kaum ku, kaum perempuan, kalau jatuh cinta sepertinya sering kali menjadi buta, dan menerima ucapan lelaki yang menjadi kekasih hatinya sebagai kebenaran mutlak..  Si lelaki menjadi matahari, bulan sekaligus bintang di hati dan pikiran, sehingga tak mau membuka mata, hati dan pikiran terhadap kebenaran yang sesungguhnya..  Bahkan menargetkan si lelaki harus menjadi miliknya dengan segala cara, bahkan dengan menutup mata, telinga bahkan hati..

Ini beberapa kisah yang ku tahu pernah terjadi…

1.  Ada perempuan belia, yang begitu tahu kekasihnya ternyata sudah menikah dan punya istri, yang dia lakukan bukan meninggalkan si lelaki dan melanjutkan hidupnya.. Tetapi dia justru mengejar si lelaki, bahkan melakukan tindakan-tindakan yang terus menerus menyakiti hati si istri, dengan harapan si istri sakita dan tak sanggup meneruskan pernikahan…   Astagfirullah al adzim…

2.  Ada perempuan yang bisa berkata pada istri lelaki yang pernah jadi kekasihnya, “Kalau kamu nanti cerai, kasi tau aku, ya…” Astagfirullah al adzim…

2.  Ada juga perempuan yang sudah berusia matang, yang pernah mengalami kegagalan rumah tangga, yang memutuskan tetap menjalin hubungan dengan lelaki yang dia ketahui sudah punya istri..  Bahkan dengan berani menulis status di media sosial, “Pacaran dengan brondong itu biasa.. Pacaran dengan suami orang, itu baru luar biasa dan menantang.”  Innalillahi..

3.  Ada juga perempuan yang setelah tahu bahwa lelaki yang melamar dirinya adalah suami perempuan lain, justru dia bersedia untuk dipoligami.. Saat si istri menolak untuk dipoligami, dan ingin berpisah saja, si perempuan lalu mendekati si istri dengan mengaku sebagai sahabat si lelaki.., Menasehati agar bersabar menghadapi tingkah laku suami, dan tak usah meninggalkan si suami karena permintaan poligaminya.., Dia juga  mengatakan apakah suami akan berpoligami atau tidak itu adalah takdir Allah, dan jangan lah bercerai hanya karena tak mau dipoligami suami..

4.  Ada juga perempuan yang tahu bahwa laki-laki yang mendekati dan melamar dirinya ternyata suami perempuan lain..  Tindakan yang dia lakukan bukannnya pergi, dan mengingatkan si lelaki akan tanggung jawabnya.  Tapi malah menghbungi si istri dan mengatakan ingin bersilaturahmi sebagai sesama istri dari si lelaki.  Gubrrrrraaakkksssss…   Padahal saat itu sebenarnya  dia belum menikah (siri) dengan si lelaki..  Bahkan setelahnya dia mengirim pesan agar si istri bersabar, tetap tersenyum dan melupakan orang yang menyakitinya..  Entah laahh…

Mungkin ada banyak cerita yang lebih mengerikan tentang ujian rumah tangga terhadap para istri..  Tapi apa pun, bagaimana pun itu, sebaiknya kita para perempuan berhati-hati agar tidak berkontribusi menyakti hati para istri..

Di halaman 286 buku ini ada tulisan yang menurut saya bisa jadi masukan bagi para perempuan yang menyatakan dirinya bersedia dipoligami..

“Tentang poligami, harus dilihat… siapa yang melakukannya.  Benarkah poligami tersebut dilakukan seseorang yang memiliki pemahaman agama dan berakhlak baik (implementasi iman)? Bukan sekedar dilakukan orang yang merasa jatuh cinta dan mencari wadah agar maksiat yang mungkin malah sudah terjadi menjadi halal?”

Buku ini juga baik dibaca oleh para lelaki, menurut saya…  Mengapa..?

Agar laki-laki yang katanya berasal dari planet yang berbeda dengan perempuan, bisa melihat dan memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan para istri saat mereka menghadapi perselingkuhan suami atau si suami minta agar diizinkan berpoligami..

Pada halaman 21 – 24 ada tulisan tentang pikiran seorang lelaki tentang poligami…

Menurut lelaki tersebut, “Kalau saya menikah lagi, itu murni karena saya suka dengan gadis itu.  Saya jatuh cinta. Titik.”  Jadi bukan karena untuk melindungi perempuan-perempuan yang semgsara… Atau untuk membantu para perempuan menegakkan imannya…  Sama sekali bukaaaaaaannnnn…..

Tapi kemudian si lelaki juga berkata…

“Jika saya menikah lagi ; pertama, kebahagiaan dengan istri kedua belum tentu… karena tidak ada jaminan untuk itu.  Apa yang di luar kelihatannya bagus, dalamnya belum tentu.  Hubungan sebelum pernikahan yang sepertinya indah, belum tentu akan terealisasi indah.  Dan sudah banyak kejadian seperti itu. 

Yang kedua, sementara luka hati istri pertama sudah pasti, dan itu akan abadi.  …

Sekarang, bagaimana saya bisa melakukan sebuah tindakan untuk keuntungan yang tidak pasti, dengan mengambil resiko yang kerusakannya pasti dan permanen?”

Hmmmm…..

Tapi di dalam buku ini, tak seluruhnya berisi cerita buruk tentang pernikahan bagi para istri..  Ada juga cerita tentang seorang suami yang tidak mau mempoligami atau menceraikan istrinya yang diserang penyakit cacar sehingga kehilangan kecantikan fisiknya…  Ada juga tentang seorang suami yang memilih menduda sampai akhir hayatnya setelah si istri meninggal, karena rasa cintanya, karena kebaikan-kebaikan yang telah diukir sang istri di sepanjang pernikahan mereka..  Ada juga cerit-ceritaa tentang istri yang sangat berduka karena meninggalnya suami yang begitu baik terhadap mereka…

Dari semua catatan yang ada di buku ini, KESABARAN DAN BERPEGANG KEPADA ALLAH adalah jalan dan langkah yang terbaik..  Bila masih banyak kebaikan dari pasangan yang berpotensi untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang, bertahanlah..  Berjuanglah untuk menegakkan rumah tangga.. Namun ketika pernikahan itu hanya mendatangkan kemudharatan, perceraian, tindakan yang halal namun dibenci Allah, bukan lah hal yang tak boleh dilakukan…

Namun…., saya tahu, sangat tahu BERSABAR itu tidak semudah membalikkan telapak tangan…  Tapi kita harus mencoba, mencoba dan mencoba…, meski luka menganga, dan sakitnya tak terkatakan…  ***

Let’s Strengthen Our Daughters’ Wings…

Akhir-akhir ini banyak sekali saya dan juga mungkin teman-teman mendengar tentang nikah siri.., dan perempuan-perempuan yang menjadi korban dari pernikahan siri…

Apa sihhh yang dimaksud dengan nikah siri…?

wedding ringMenurut Wikipedia, nikah siri adalah sebuah pernikahan yang tidak dicatat di Kantor Urusan Agama Artinya meski syarat-syarat nikah secara agama terpenuhi, pernikahan itu syah secara agama, namun tidak punya kekuatan secara hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Artinya anak hasil nikah siri  akan mengalami kesulitan dalam pengurusan hak hukum seperti nafkah, warisan, mau pun akta kelahiran.  Demikian juga perempuan yang dinikahi secara siri, akan mengalami kesulitan mendapatkan haknya sebagai istri..

MENGAPA PEREMPUAN MAU MENIKAH SIRI…?

Biasanya nikah siri dipilih sebagai JALAN PINTAS, alias short-cut, bagi pihak-pihak yang ingin menikah namun gak mau menjalankan prosedur yang semestinya, sesuai peraturan..

Sampai saat ini  peraturan yang berlaku di Indonesia untuk perkawinan adalah Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974…  Teman-teman bisa lihat soft-copy file undang-undang tersebut di sini… UU No. 1 Th 1974 tentang Perkawinan.

Di Undang-undang tersebut pada Pasal 3 dinyatakan hal-hal berikut :

(1) Pada asasnya seorang pria hanya boleh memiliki seorang isteri.  Seorang wanita hanya boleh memiliki seorang suami.
(2) Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

Lalu di Pasal 4 dinyatakan :

(1) Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang, sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini, maka ia wajib mengajukan permohonan ke Pengadilan di daerah tempat tinggalnya.
(2) Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberi izin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila:
a. istri tidak dapat memnjalankan kewajibannya sebagai isteri;
b. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;
c. istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Kemudian di Pasal 5 dinyatakan :

(1) Untuk dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a. adanya persetujuan dari  isteri/isteri-isteri;
b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka.
c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka.

(2) Persetujuan yang dimaksud dalam ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi seorang suami apabila isteri/isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian;atau apabila tidak ada kabar dari istrinya selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari Hakim Pengadilan.

Banyak perempuan yang menikah secara siri karena mereka tidak punya pengetahuan dan kesadaran hukum…  Mereka tidak mengerti bahwa melakukan pernikahan siri, mereka memasuki dunia dimana hak-hak merekasebagai istri  tidak diakui oleh hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia…

girl with wingsAda juga yang sebenarnya agak-agak mengerti, dan sangat mengerti, tapi tetap mau melakukan nikah siri… Kenapa? Karena mereka MERASA MEMBUTUHKAN PERLINDUNGAN SECARA PSIKOLOGIS, MATERI dan SOSIAL dari seorang lak-laki melalui institusi pernikahan.  Mereka bisa jadi berpikir sangat singkat karena keterbatasan pilihan hidup…  Apa lagi kalau dalam angan-angan mereka ada pikiran bahwa sebagai istri muda, mereka akan mendapat tempat yang lebih besar di hati dan pikiran suami, sehingga mereka bisa memperjuangkan kepentingan-kepentingan mereka..  Sungguh mereka lupa, bahwa tindakan yang mereka lakukan merupakan tindakan yang menzalimi perempuan lain, yang mungkin mereka tidak tahu situasi yang sebenarnya….

Jadi, apa yang harus kita lakukan agar anak-anak perempuan kita tidak melakukan kesalahan seperti ini…? BERI MEREKA PENDIDIKAN yang bukan hanya berarti  pendidikan formal, tapi pendidikan agama dan juga keterampilan.., sehingga mereka punya tata nilai yang benar tentang hidup dan bisa MANDIRI secara psikologis dan materi, sehingga BISA MELIHAT PILIHAN-PILIHAN HIDUP YANG LEBIH BAIK…  Sehingga ketika pernikahan akan mereka lakukan, mereka akan melangkah ke instusi yang melindungi hak-haknya secara baik…, tanpa menzalimi perempuan lain..

Bagaikan burung, dengan sayap yang lebih kokoh, mereka akan bisa terbang tinggi di langit kehidupan… Bukan burung yang sayapnya lemah, sehingga terpaksa mencari perlindungan di bawah sayap elang pemangsa…, bahkan ikut memakan cabikan-cabikan tubuh burung lain yang dimangsa sang elang pemangsa…

Mari sama-sama berjuang mendidik anak-anak perempuan kita agar mereka punya  PILIHAN-PILIHAN HIDUP YANG LEBIH BAIK ***

My Before and After Program…

http://happiersondha.wordpress.com/2012/05/01/my-before-and-after-program/

Mencoba Pola Baru….

Aku mencoba pola baru…, pola makan dan juga kegiatan harianku… Pola lama bagaimana, pola baru gimana…? Kenapa harus dirubah….???

my lunch box..

Pola lama…, pola yang sudah aku jalankan sejak pertama kali kerja, tahun 1993-an..,enggak  pernah bawa bekal ke kantor… Makan semau dan seadanya  pas jam makan siang datang…  Klo lagi pengen dan punya energi, bisa pergi makan kemana-mana…  Tapi klo lagi gak pengen, atau gak sempat, ya pesan aja ke warung makan yang ada di sekitar kantor..

Naaahhh di Pekanbaru, warung makan sebagian besar dimiliki oleh saudara-saudara kita dari Sumatera Barat yang makannya acap kali bersantan dan banyak minyak…  Secara aku udah berusia 18 tahun dan nyaris 26 tahun pengalaman, hehehe, tubuh tidak lagi seperti dulu, yang bisa menerima apa aja..  Memakan santan yang terlau pekat aja bisa bikin tubuh gak nyaman… That’s why aku memutuskan untuk merubah pola…

Tapi menjalankan pola baru ini tidak semudah membalikkan telapak tangan..  Rasa malas, gak mau repot sering kali menggoda… 😀

my another lunch box

Untuk menguatkan hati, aku memesan lunch box pada seorang teman yang menjadi agen Tupperware di lingkungan kantor…  Tapi ternyata setelah aku memesan barang, temanku itu cuti, sehingga barang pesanan tertunda sampai pada ku… Jadi punya alasan dehh buat menunda perubahan pola… 😀

Lalu, hari Sabtu 24 September yang lalu.., saat jalan-jalan dengan Mama di Brastagi Pasar Buah di Medan, aku melihat berbagai jenis lunch box keluaran Lock & Lock..  Setelah berdiskusi dengan Mama akhirnya, aku pun menenteng pulang satu set lunch box yang manis…

Maka sejak Senin 26 September, aku memulai pola baru, yaitu setelah sholat subuh, aku masak sendiri makanan untuk makan siang ku.. Diolahnya tidak menggunakan santan dan sedikit minyak..  Lalu makanan itu dikemas dalam lunch box yang lucu, sehingga menjadi sesuatu yang menyenangkan…, dan ternyata memang menyenangkan.. Semoga akan selalu begini yaaa.., agar kesehatanku menjadi lebih baik, dan hidupku juga lebih sehat dan berwarna…  Hehehe…

sup sayur dan makaroni, ikan disambel, plus cah cai sim dan jagung muda...

Ini contoh jatah makan siang made by my self… ***

 

 

Percakapan Indah di Sore Hari…

Hari Jum’at 21 Januari 2011 siang, Friska,  seorang junior di kantor menyapaku di FB chat…   Nona  cantik ini ceritanya ingin “membayar hutang”nya pada ku…

Hutang…?  Hehehehe.. Hutang nraktir ice cream…!!!  Iya  beberapa waktu yang lalu, lebih dari setahun deeh kayaknya, gara2 ngebahas ice cream  “one of the keys to turn my mood when I am sad”,  Friska janji kami akan menikmati ice cream bersama, dan dia yang akan bayar..  Tapi kesibukan pekerjaan masing2, kami gak sempat2 pergi bareng… By FB chat, kami berjanji untuk menikmati ice cream bersama sepulang kantor Jum’at sore itu…

So, sore itu menjelang magrib kami membawa mobil kami masing2 ke Free Day…, sebuah resto di kompleks Toko Bahan Bangunan “Global” di jl. T. Tambusai di kota kami…

Sambil menikmati  makanan dan ice cream yang kami inginkan, kami ngobrol.. Kami sudah lama juga tidak ngobrol… Terakhir saat sama-sama mengikuti training ESQ – Self Controlling & Strategic Collaboration (SC2) di Hotel Pangeran akhir Oktober 2010 yang lalu…

Kami berbagi cerita tentang apa yang terjadi dengan hidup kami masing2.. Friska mengingatkan ku agar lebih taktis dan bijak menghadapi masalah2 yang ada di lingkungan kerja kami…  Dia mengingatkan agar aku lebih bijak dalam menyampaikan protes2ku terhadap situasi yang buruk, karena bila tidak, justru akan memberikan kesan buruk tentang aku, yang dia mengerti menginginkan perubahan, menginginkan keadaan yang lebih baik..  She’s really a wise young girl… Punya visi dan ketetapan hati untuk mencapai visinya…

Lalu, Friska bertanya pada ku, “Kak Sondha, apa kah kakak gak terpikir untuk berkeluarga? Kalau kakak gak punya keluarga, siapa yang akan mendoakan kakak bila kakak telah berpulang nanti?”

Subhanallah….. Peringatan yang so touchy…. Tq so much, darling…

Aku lalu berbagi cerita tentang keinginan dan impian akan kehadiran sosok yang baik, yang bisa membimbing untuk menjadi makhluk Alloh SWT yang lebih taqwa… Sosok yang bisa menjadi tempat aku memperoleh dukungan dalam menjalani pasang surut kehidupan..

Friska yang jauh lebih muda dari aku mengingatkan bahwa aku harus berjuang meraih hal-hal baik dalam hidupku.., termasuk berjuang meraih sosok yang akan membawa kebaikan dalam hidupku.. Tq for d suggest, darling…

Friska lalu menanyakan apakah aku bisa melepaskan pekerjaanku saat ini? Karena kalau dilihat dari kacamata yang wajar tidak akan ada suami yang paham agama yang mau istrinya bekerja seperti yang aku lakukan saat ini…

Subhanallah…..

Aku mengerti, sangat mengerti, gak akan ada suami yang paham agama yang mengizinkan istrinya menghabiskan waktu dan energinya di luar rumah, dan pulang dalam keadaan lelah fisik dan psikologis… Gak akan ada suami yang mau istrinya pergi sendiri ke sana ke mari berhari-hari, berkali-kali dalam setahun… Gak akan ada suami yang paham agama yang mengizinkan istrinya menjalani kehidupan kerja yang acap kali berada di zona abu-abu…  Karena suami yang baik harus berjuang  membawa pasangannya ke jalan yang lurus…

Tapi sungguh aku tak bisa menjawab pertanyaan Friska dengan cepat dan spontan…  Aku terdiam…, aku termangu…

Friska kembali bertanya, untuk apa aku hidup…

Subhanallah…  Pertanyaan yang sudah berkali-kali dipertanyakan padaku, bahkan di ruang-ruang training ESQ…

Aku tahu hidupku adalah sesuatu yang sementara, sesuatu yang fana.., sesuatu yang akan segera menjadi tiada… Hidupku hanyalah suatu kesempatan untuk berbuat kebaikan sebagai hamba Alloh agar aku mendapat izin dari Nya untuk bertemu dengan Dia Sang Pemilik Diri ku…

Aku lalu menjawab “Friska, aku tidak pernah berpikir untuk menjadi wanita karir.. Ibu dan Mama, 2 sosok perempuan yang  hadir di awal kehidupan dan menjadi role model ku adalah ibu rumah tangga. Awalnya bagiku bekerja hanyalah sesuatu yang harus dilakukan setelah aku mendapat pendidikan…  Lalu pekerjaan menjadi bagian kehidupanku karena aku harus financing myself.”

Sungguh, tidak ada target karir.. Semuanya mengalir begitu saja…, melakukan yang terbaik yang bisa ku lakukan dalam tugas2 ku…  Apalagi ketika beberapa tahun yang lalu dibukakan kesadaran bahwa aku adalah satu bagian yang sangat sangat sangat kecil dari alam semesta yang harus bergerak untuk menjalankan tugasku, sebagaimana unsur alam semesta lainnya.. Aku menterjemahkan diriku harus menjalankan tugasku sebagaimana aku dalam pekerjaanku..

Perjalanan hidup dan pengalaman di masa lalu membuat aku tak terlalu memikirkan kodratku yang terlahir sebagai perempuan, meski kadang naluri sebagai perempuan itu acap hadir di sela-sela hari…  Bukan tak ada rasa perih di dada saat melihat adik2ku berinteraksi dengan anak2nya…  Bukan tak ada rasa perih di dada saat melihat Papa ku bercanda dengan Ananda, cucunya, karena rasanya secara logika aku tidak akan sempat menikmati hal yang sama…

Astaghfirullah al adzim… Penuhi dadaku dengan rasa syukur pada Mu ya Alloh atas hidup yang ada di tanganku, jangan biar kan yang tidak bisa ku gapai membuatku menjadi hamba yang tak bersyukur…

Lalu aku melanjutkan : “Aku tidak pernah berpikir untuk meninggalkan pekerjaanku yang sudah ku jalani beberapa belas tahun ini…  Tapi kalau dipikir-pikir gak ada masalah juga kalau aku harus meninggalkannya, asal pasangan hidupku adalah sosok yang benar-benar komit memperjuangkan kesejahteraan hidup keluarganya.  Cuma sebagai makhluk yang telah mendapat kesempatan pendidikan, sudah biasa berkarya, aku pasti butuh wadah untuk berkarya agar aku tidak ke hilangan keseimbanganku..“

Friska : “Kenapa kakak tidak mencoba menjadi penulis.  Tulisan-tulisan kakak mudah dimengerti.”

Hmmmm….  Opini seperti bukan pertama kali aku dengar..  Mungkin sudah seharusnya aku lebih serius mengali bakatku yang ini…, agar pada waktunya nanti bisa menjadi wadah untuk keseimbangan diri,  dan mungkin juga jadi sumber rezeki…  Amin…

Friska lalu menyemangatiku untuk meraih makhluk baik yang beredar di semesta kehidupanku..  Friska bilang : “Laki-laki baik itu langka, kak Sondha.  Berjuang lah untuk mendapatkannya.  Itu tidak salah.. Agama kita membenarkannya.. Bahkan Bunda Khadijah (istri Rasulullah SAW) pun telah melakukannya…”

Subhanallah…. Terima kasih buat ice creamnya adiku.. Terima kasih buat waktunya.. Terima kasih buat percakapannya… Terima kasih atas nasihat2nya.. Terima kasih atas dorongan-dorongannya…  Semoga Alloh berkenan memudahkan jalanmu meraih lelaki terbaik yang akan membawamu ke surga yang dijanjikan Alloh bagi umat Nya yang taqwa…

Makna…

Apa makna tatapan itu…?

Apa makna percakapan2 itu…?

Tahu kah engkau, aku perempuan yang hatinya nyaris sebeku salju di kutub…?

Cepetan Cari Suami…!!!

Aku kehilangan passport beberapa bulan yang lalu… , aku lalu mencoba mengurus kembali… Karena rasanya akan merepotkan kalau mendadak mau pergi ternyata passport gak ada…

Karena ini penggantian passport yang masih berlaku hilang, prosesnya jadi lebih panjang… Harus bikin berita acara pemeriksaan alias BAP dulu… Aku diajak ke sebuah ruang di lantai 2 kantor tersebut… Lalu di suruh menunggu petugas yang akan mewawancaraiku… Aku duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan tersebut… Menit demi menit, tak ada juga petugas yang muncul… Setelah 20 menit menunggu, aku memutuskan untuk turun ke lantai 1, dan menghampiri petugas yang tadi mengantarkan aku ke lantai 2. Petugas tsb menyuruh aku kembali menunggu di lantai 2, dengan janji petugas yang akan mewawancaraiku akan segera datang… Aku lalu kembali menunggu di lantai 2…

Beberapa menit kemudian datang seorang petugas instansi tersebut. Wajahnya juteqqqqqqqqq bangetsss…. Aseeemmm…!! Kalau tukang asinan Gedung Dalam di Bogor kekurangan cuka, dia tinggal colek muka itu petugas.. Hehehe…

Petugas itu lalu menanyaiku beberapa pertanyaan.., mulai dari pertanyaan standard seperti nama, tempat tanggal lahir, pekerjaan, nama ayah, nama ibu. Lalu pertanyaan yang memintaku menceritakan kronologis kejadian kehilagan passport tsb beberapa bulan yg lalu… Lalu dia minta aku untuk kembali lagi besok, jam 10-an, mengambil surat pengantar untuk permohonan izin penerbitan passport pengganti dari Kantor Wilayah instansi tersebut.

Saat aku tanya apa lagi proses2 yg harus aku jalani, dan butuh berapa lama untuk mereka menerbitkan passportku, dia bilang : “Belum tentu passport kamu diizinkan untuk diterbitkan, karena kamu lalai.”

Aku lalu bilang : “Maaf bapak, siapa yg mau kena musibah? Kalau boleh milih, gak ada yang mau. Dan apa dasarnya bapak mengatakan saya lalai?”

Si muka juteq bilang : “Ya kenapa juga passport ditarok di dalam tas..?”

Aku : “Bapak liat gak siyy surat keterangan kehilangan yang dari kantor polisi? Di situ kan juga tertulis kalau saya juga kehilangan tiket pesawat. Itu artinya saya mau berangkat, jadi semuanya sudah disiapkan di dalam tas.”

Si muka juteq lalu diam, dan mengkosentrasikan dirinya untuk mengisi2 blangko yang ada di hadapannya..

Aku lalu bilang : “Boleh saya minta nomor telpon bapak? Jadi besok sebelum datang saya bisa telpon dulu, memastikan apa suratnya sudah selesai apa belum.”

Si muka juteq : “Besok ibu datang aja, cari aja saya di kantor ini.”

Aku : “Maaf bapak, kantor ini cukup besar. Bapak sibuk dengan kerjaan bapak, saya juga sibuk dengan kerjaan saya. Akan lebih baik bila saya menelpon dulu sebelum datang untuk memastikan suratnya sudah selesai dan bapak ada di kantor.”

Beliau akhirnya menyerah dan menyebutkan nomor telponnya… 0812 sekian sekian…

Lalu keesokan harinya, jam 10an aku menelpon nomor si muka juteq.. Dia bilang suratnya udah selesai… Sampai di ruangan si muka juteq, aku disodori lembar2 Berita Acara Pemeriksaan (BAP), kalau aku sudah setuju dengan isi surat tersebut aku harus menandatangani surat tersebut plus memaraf setiap lembarnya.  Tapi sebelum aku tandatangani, aku harus fotocopy dulu rangkap 3…

Saat aku baca surat tersebut…. ternyata si bapak itu telah mengganti margaku dari Siregar jadi Harahap… Aku memberitahukan ke si bapak tersebut dan minta dia menggantinya…

Aku bilang dengan nada santai  : “Bapak, kenapa nama saya bapak tukar…?”

Si Muka Juteq : “Maksudnya…?”

Aku : “Marga saya Siregar, pak. Yang Harahap itu ibu saya..”

Si muka juteq : “Oh salah ya bu… Sini saya perbaiki…”

Beliau akhirnya mengedit ulang dan setelahnya baru aku tanda tangani…

Setelah aku tandatangani, si bapak muka juteq menyusun berkas dan memasukkannya ke amplop..

Sambil bekerja dia tiba-tiba bilang : “Ibu setelah ini segeralah cari suami….” *Gubbbrrrraaaakkkksssssssssssssssss………!!! Kaget aku dengarnya…. Rasanya gak percaya si bapak bermuka juteq bin sangar bisa ngomong begitu…*

Aku : “Maksudnya, pak?”

Si muka juteq tanpa wajah juteqnya dan sambil tersenyum : “Iya, usia ibu sudah 43, berpendidikan, punya karir.  Kalau ibu mengharapkan laki-laki yang selevel dengan ibu, ya gak ketemu2 lah bu.. Ibu harus bisa menerima orang yang levelnya gak sama dengan ibu, dan ibu juga harus menurunkan kapasitas ibu.. Baru bisa ketemu.. Kalau ibu nyari yang selevel dengan ibu, ya udah pada jadi suami orang semua, bu…”  *Jeder, jeder, jeddddeeeerrrrrrrrrrrr…. Kok kepala ku mendadak pusing 7 keliling yaa…???  Lagian ST alias Sok Tau bangets siyy ini orang tentang kriteria calon suami yang aku mau… Lha dia kan gak kenal aku, mana lah dia tau pikiranku, keinginan ku.. Hmmmmm…, penghakiman yang tidak fair… Hehehehe…*

Lanjut si muka juteq : “kalo ibu gak nikah2, sampai kapan ibu mau jadi anak yang tergantung sama orang tua terus menerus..? Kapan ibu mau mandiri?”

Aku sambil balas tersenyum santai : “Bapak salah… Biar saya belum menikah, saya alhamdulillah sudah mandiri.. Saya bukan anak yang merepotkan orang tua saya, dan semoga selalu begitu. “

Aku melanjutkan sembari menunjuk surat yang telah selesai dirapikannya :  “Sudah suratnya, pak?”

Si muka juteq : “Ini bu. Silahkan dibawa ke Kanwil, setelah ada jawaban dari mereka, bawa kembali ke saya ya.”

Aku lalu mengambil surat itu lalu membawanya ke kanwil.. Beberapa jam kemudian orang kanwil menelpon, meminta aku mengambil surat yang sudah selesai dan untuk dibawa kembali ke kantor asal tempat aku mengurus.

Aku lalu menelpon si bapak bermuka juteq, menyakan apa dia ada di kantor dan apa aku bisa melanjutkan pengurusannya siang itu juga.  Beliau dengan ramah menyuruh datang dan menunggu ku di ruang kerjanya.

Akhirnya semua bahan pengajuan passport lengkap sudah.  Saat aku akan meninggalkan ruang kerjanya, si bapak bermuka juteq bilang : “Jangan lupa ya bu, segera cari suami…!!!” *jedeeer.. jedeeeer… jedeeeeer…*

Aku membalas ucapannya dengan senyum seraya bilang : “Makasiyy atas nasehatnya, pak… Emang di sini ada stock ya…? “

Si muka juteq sambil tersenyum-senyum gak puguh : “Di sini udah gak ada, bu… Sudah pada bangkotan… “ Hahahaha…

Aku pun meninggalkan ruangannya sembari tertawa dan bilang : “Thank you….!!!!”

Sebenarnya kalo mengikut konsep “privacy”, menanyakan, apalagi membahas, umur, status perkawinan, kepercayaan dan beberapa hal yang menjadi wilayah pribadi seseorang adalah hal yang tabu..  Ce urang Sunda mah pamali.., alias gak sopan..  Tapi kita yang harus mampu menghadapi manusia2 yang terkadang lupa batasan antara public topic dan  private topic, kalau perlu meresponnya dengan santai  dengan sense of humor.. Menurut aku, justru akan membuat kita kesannya berkelas.. Bukan begitu teman2…??

Tapi mungkin juga teman2 kita yang bekerja di bidaang services, terutama yang berurusan dengan masyarakat juga harus belajar tentang tata krama alias manner… karena gak semua orang bisa cukup dewasa menghadapi pertanyaan-pertanyaan tak terduga…  Salah2 bisa digaplok…!!!  Pakai sandal pula….. !!!  Mau…? Hahahaha…***

1st Day of Long Weekend

Hmmm…  senengnya dapat libur 3 ari..  Secara sejak masuk kerja setelah liburan akhir tahun, aku selalu di kantor sejak jam 7.30 pagi, pulangnya jam 18.00-an bahkan lebih..  Klo untuk ukuran Jakarta siyy itu biasa yaa..  Belum lagi klo terjebak macet saat pulang kantor..

Trus ngapain ajahhhh…?

Hari Sabtu, pengennya dari pagi bisa masuk ke ruang training ESQ dari pagi..  Tapi karena ada acara kantor, aku mutusin buat hadir di acara kantor dulu..  Kenapa? Karena mungkin dari mengikuti acara itu, ada masukan2 untuk perbaikan kegiatan di masa depan..

bm-syam-awardKegiatan apa siyy…? Kegiatan penganugrahan BM Syam Award kepada anak2 SLTP/SLTA se-Riau yang jadi pemenang lomba menulis hikayat tentang kampung mereka.  Kayaknya kegiatan ini sangat positif ya..  Mendorong generasi muda untuk mencari tahu tentang kampung halamannya serta hikayat2 yang ada di sana..  Karya2 siswa SLTP/SLTA yang menjadi pemenang dan beberapa cerita yang dikirmkan peserta yang dianggap menarik oleh Dewan Juri diterbitkan oleh Gurindam Press dalam sebuah buku yang yang mengambil judul dari pemenag pertama  “Pulau Kijang Asal Mula Ibu Kota Kecamatan Reteh”.  Sebagai feedback, mereka memperoleh royalti.   Kayaknya perlu dilanjutkan di tahun2 mendatang…   Untuk memotivasi generasi kita supaya mau kreatif menulis, terutama yang menyangkut budaya daerahnya…

Aku rada heran juga siyy..  Kok sekarang tuh jarang liat buku cerita daerah untuk anak2 yang bagus2 ya..  Secara waktu aku kecil aku punya banyak buku yang bagus tentang cerita daerah, selain cerita2 anak2 dari manca negara yang dirilis dalam Seri Cerita Dari 5 Benua, trus ada juga seri buku cerita “Sekian Gambar Dalam 2 Warna”, yang keduanya diterbitkan oleh Gramedia, kalo gak salah.   Kalo sekarang ke toko buku, yang banyak tuh komik Jepang, kalo pun ada cerita2 daerah tampilannya gak memikat..  Bikin malas membeli…  Mudah2an akan banyak terbit buku2 tentang cerita daerah dengan tampilan memikat di masa2 yang akan datang ya..  Supaya anak2 kita nantinya bisa mengenal budaya kita melalui cerita2 tersebut..

Btw, siapa sihh Alm. BM Syam lengkapnya Bujang Mat Syamsuddin yang namanya dipakai untuk award ini..?  Aku juga gak tau persis..  Karena aku sebelum ini nyaris gak ngikutin perkembangan sastra Indonesia terutama Sastra Melayu..    Aku cuma ingat aku pernah sekelas sama salah satu putrinya, Rita Rupiati,  saat kelas 1 di SMA 1 Pekanbaru.  Tapi teman2 bisa mendapat sekilas info tentang beliau di sini

Selesai dari acara kantor… Aku dan kak In, salah seorang senior di kantor, menikmati acara perempuan…  Ngapain? Ngubek2 toko kain yang lagi sale…  Ceritanya, di daerah ini kalo aniversary provinsi atau kota, para PNS tuh diwajibkan pakai baju Melayu selama 10 hari..  trus buat acara2 kondangan, orang2 juga biasa pakai baju Melayu atau baju kurung..  So, kita harus punya beberapa stel, sekedar buat ganti..  Kan bosan juga kalo pake baju cuker alias cuci kering…

Apa siyy baju Melayu.. .? Untuk perempuan potongan bajunya longgar, gak ada kupnat, jauh dari body fit and tight.. Trus di bagian keteknya, ada sambungan berbentuk persegi yang disebut kekek, sedangkan di bagian samping ada sambungan yang disebut sabar.

Selesai dari berburu kain dan ngater kain2 tersebut ke tukang jahit, aku nerusin jalan ke hotel Pangeran, tempat training ESQ Proffesional Angk 37 Pekanbaru dilakukan..  Selesai training sampai menjelang magrib, kita yang alumni diajak untuk mengikuti Renungan 165 yang dilakukan setelah magrib sampai sekitar jam 21-an..  Di renungan kali ini yang disampaikan adalah tentang malaikat, salah satu dari 6 prinsip ESQ, Angle Principle.  Yang ngasi materi mas Imam, salah satu trainer ESQ.  Dengan kali ini, aku udah 3 kali ikut kelasnya Mas Imam.  Satu kali saat datang sebagi alumni di Basic Training, satu kali saat di kelas Mission Statement.  Btw, minggu depan ada kelas CB alias Character Building.., tahap ketiga dari ESQ Training..  Mudah2an aku bisa ikut yaa…

Selesai perenungan baru deh pulang…  Pengen cepat2 tidur karena besoknya pengen ikut ESQ seharian..  Nge-charge batteray… Supaya pikirannya tetap positif menghadapi hari2 di depan…  Supaya bisa tetap senyum menghadapi teman2.. , bisa tegar menghadapi berbagai persoalan…

SMILE……………….!!!

Begitu Banyak Laki2…

Hari ini jam 11.00 siang Tati janjian ketemu dengan seorang calon nasabah..

Dia seorang pengacara yang ketemu dan berkenalan dengan sahabat Tati hampir setahun yang lalu di ruang tunggu pengadilan agama saat teman Tati itu ngurus perceraiannya.

Beberapa minggu yang lalu, si Pengacara itu mengirimkan sms pada teman Tati, minta dijelaskan tentang asuransi karena dia berpikir sudah waktunya dia membeli asuransi demi keamanan keluarganya.. Karena teman Tati ini sudah pindah ke kota lain setelah perceraiannya, teman Tati memberikan nama dan nomor telephone Tati kepada si Pengacara, dan menyarankan beliau untuk menghubungi Tati saja. Pada saat yang bersamaan, teman Tati itu juga memberikan nama dan nomor telephone si Pengacara kepada Tati (Makasih ya Teh..! Mudah2an si bapak itu beneran jadi nasabah gue, ya…)

Tati lalu menghubungi si Pengacara. Tapi karena beliau sibuk dan mobile banget.., kita baru bisa ketemu hari ini. Janji ketemuan di kantor beliau, yang berlokasi di lantai 4 sebuah Mall. Secara belum pernah ketemu sebelumnya, Tati lalu ngajak Venny, junior di kantor lama buat nemanin…

Alhamdulillah si Pengacara ini ramah dan santun banget.. Kita lalu ngobrol tentang produk2 yang ditawarkan perusahaan asuransi tempat Tati kerja, juga ngobrol tentang keluarga beliau dalam rangka mempelajari kebutuhan beliau..

Saat kita lagi asyik2 ngobrol, tau2 si Pengacara bertanya pada Tati..

Si Pengacara : Ibu orang Sipirok, ya ?

Tati : Kok tau, pak ?

Si Pengacara : Teman2 saya yang marganya Siregar, biasanya dari Sipirok.. Udah lama tinggal di sini ?

Tati : Udah dari kecil, pak. Emang besar di sini. Cuma kuliah aja di Jawa..

Si Pengacara : Anaknya udah berapa, bu?

Tati, sejenak bengong, pongok, bingung mau jawab apa : Oh, saya belum berkeluarga, pak.

Si Pengacara : Memang belum menikah atau pisah?

Tati : Enggak, pak. Saya memang belum menikah.

Si Pengacara : Lahir tahun berapa, bu?

Tati : Tahun enam tujuh, pak..

Si Pengacara : Bu, kok bisa belum menikah padahal begitu banyak laki2 di kota ini, dan di tempat2 ibu kuliah? Masa ibu gak nemu satu juga dari mereka…?

Gubbbbbrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkk….!!! Hehehe.. Untung kursi Tati gak patah karena kaget….

Tati : Belum rezeki aja kali, pak..

Si Pengacara : Tapi itu harus diusahain, lho bu. Yang namanya rezeki itu gak ada yang ujug-ujug jatuh di depan kita.. Harus dicari, harus diusahakan…

Tati dengan senyum maniz.. niz.. niz… : Iya nih, pak.. Saya yang mungkin matanya gak beres sehingga belum bisa lihat segitu banyak laki2 di sekitar saya.. Mungkin saya perlu belajar dari bapak bagaimana cara mengenali laki2 yang baik… Hehehe..

Dalam hati Tati berkata, “Bapak mau gak saya kasi tugas nyariin buat saya…? Yang baik hati, bisa jadi imam dalam keluarga, sayang sama keluarga… Juga rada2 mirip Mel Gibson atau Harrison Ford, ya pak.. Syukur2 orangnya berkepribadian : rumah pribadi, mobil pribadi, deposito pribadi, investasi pribadi….!!!” Huahahaha… Dasar cewek matre…!!!

Perempuan itu Bodoh…?

Secara gak sengaja, beberapa waktu yang lalu saat ada keperluan ke bagian Kepegawaian di kantor, Tati mendengar seorang pegawai lelaki, masih muda, sedang bicara dengan seorang ibu yang sudah pantas jadi emaknya.. Lelaki muda itu berkata dengan lantangnya “Perempuan itu bodoh… Senengnya dibo’ongin…

Saat itu Tati hanya diam tak bergeming karena belum ngerti apa konteks pembicaraannya, dan bagaimana awalnya bisa jadi begitu. Tapi Tati jadi pasang kuping karena curious … Lalu terdengar percakapan lanjutan antara si pegawai lelaki muda dengan seorang ibu yang sudah pantas jadi emaknya..

Si Ibu : Ape engkau cakap tuuhhh (bahasa Melayu : kamu bilang apa) ?

Lelaki muda : Iya Bu. Perempuan itu bodoh, senang banget ditipu.. Maunya dikasi tau yang baik2nya aja, meski realitanya gak begitu… Itulah bodohnya perempuan.. Kayak ibu, pasti senangnya dibilang sama suami kalo ibu masih cantik lah, masih sexy lah.. Padahal kenyataannya….? (kurang azar betul mulut nii anak muda…!!! hhhrrrrrrrrrrrrrrrgggggggg….!!!)

Tati lalu nyeletuk : Kok bisa berkesimpulan begitu ?

Lelaki muda : Ya iya lah kak. Kan bodoh namanya, mau ditipu.. Padahal dia tau kok realitanya seperti apa..

Tati : Saya gak sependapat dengan statement kamu. Menurut saya, perempuan itu tidak bodoh. Dia hanya ingin dihargai pasangannya. Dia ingin terlihat cantik dan sexy di mata suaminya, manusia yang pendapat dan pandangannya paling berarti bagi perempuan tersebut. Toh cantik dan sexy adalah sesuatu yang relatif, yang terkait dengan rasa. Gak ada parameternya. Gak ada hubungannya dengan tipu menipu dan kebohongan. Gak ada hubungannya dengan tingkat kecerdasan. Dan menurut saya statement kamu terlalu naif. Coba kamu ucapkan statement kamu tadi di depan Ibumu?

Lelaki muda : Kok kakak jadi mengaitkan dengan ibu saya? Gak ada hubungannya…

Tati : Ya ada lah hubungannya. Mungkin kamu punya pengalaman dengan beberapa perempuan yang senang mendengarkan hal2 yang menyenangkan meski dia tahu kenyataannya gak seperti itu. Tapi pengalaman kamu gak bisa dijadikan dasar untuk membuat statement “perempuan itu bodoh”. Kalo sesuatu yang sifatnya kasus kamu jadikan statement yang general, maka perempuan yang kamu bilang bodoh itu, ya termasuk ibu kamu.. Karena ibu kamu kan juga perempuan.. Padahal apa iya ibu kamu bodoh? Kalo ibu kamu bodoh, saya yakin kamu gak akan sampai di tempat ini…

Si Lelaki muda terdiam dan tercenung… Sementara Tati memutuskan untuk pergi meninggalkan ruangan tersebut sambil tersenyum ramah tanpa lupa menyampaikan permisi pada si lelaki muda dan orang2 lain yang hadir di situ.

Tapi percakapan itu terulang lagi hari ini di ruang kerja Tati, masih dengan si Lelaki muda. Dia masih berkeras dengan pendapatnya, “bahwa perempuan itu bodoh”

Tati : Sekali lagi menurut pendapat saya, perempuan itu gak bodoh. Kamu lihat berapa banyak bisa perempuan berprestasi ? Kamu lihat berapa banyak perempuan yang mampu mendidik anaknya sehingga menjadi orang2 yang hebat..? Apa bisa mereka melakukan itu semua kalo mereka bodoh ?

Lelaki muda : Iya, itu benar kak. Tapi sepintar2nya perempuan, mereka itu senang banget ditipu sama lelaki. Makanya saya bilang “perempuan itu bodoh”…

Tiba2 seorang teman lelaki yang seruangan dengan Tati nyeletuk : Aku gak setuju kalo perempuan dibilang bodoh.. Perempuan itu banyak sekali yang cerdas, cuma dalam menjalankan hidupnya, dalam mengambil keputusan, perempuan cenderung lebih memakai rasa dari pada akal..

Pernyataan teman seruangan Tati rasanya lebih tepat.. Soal perempuan senang mendengar yang baik meski tahu kenyataannya tidak seperti itu, mungkin terkait dengan sifat dasar perempuan yang merasa bahagia kalo pasangannya mengakui eksistensi dirinya.., mengakui usaha2 yang udah dilakukannya untuk menjadi perempuan terbaik bagi pasangannya.. Bukan karena dia senang dibodoh2in…

Soal lebih menggunakan rasa dari pada pikiran dalam menjalani hidup dan mengambil keputusan.. Tati pikir gak selamanya itu jelek.. Bukan kah perempuan, yang didominasi dimensi rasa dalam menimbang dan bertindak, diciptakan untuk mendampingi laki-laki yang lebih didominasi dimensi akal ? Bukan kah justru perbedaan itu yang menyebabkan keduanya saling melengkapi dan menciptakan keserasian…?

Atau pendapat Tati ini mungkin kurang tepat yaaa…? Secara agak2 kurang pengalaman… Huahahahaha……

Monogami dan Poligami…

Beberapa hari yang lalu dalam percakapan by phone dengan seorang teman perempuan yang sepantaran dan juga belum menikah…

Teman : Kak, apa pendapat kakak tentang poligami…?

Tati : Maksudnya?

Teman : Iya, apa pendapat dan pikiran kakak tentang poligami..?

Tati : Kamu baru nonton Ayat-ayat Cinta, ya?

Teman : Kakak ni…! Ditanyain malah nanya lagi…! Gimana siyyy…?

Tati : Aduuuuuhhh, gimana yaa? Secara aku dibesarkan dalam keluarga yang menjunjung tinggi azaz monogami, jadi konsep poligami gak ada di semesta pikiran ku

Teman : Terus menurut kakak, siapa yang mau mengawini kita2 yang belum menikah di usia segini ini…?

Tati : Maksud kamu…?

Teman : Coba kakak lihat kenyataan… Laki2 seumuran kita umumnya udah menikah. Kalau pun belum, mereka akan mencari perempuan yang usianya lebih muda.. Lebih segar, lebih cantik…!! Duda…? Sama aja kak… Mereka juga akan mencari perempuan2 yang lebih muda dari kita… Jadi siapa yang mau menikahi kita? Apa kita mau sampai mati seperti ini…?

Tati tercenung mendengar ucapan sang teman yang berapi2… Berusaha mencerna ucapan2nya dengan baik…

Tati : Kok kesannya desperate ya…?

Teman : Bukan desperate kak… Ini kenyataan hidup..

Tati : Entah lah…!! Memang kalau dilihat2 kenyataannya begitu ya.. Tapi semua yang terjadi dalam hidup kita atas seizin dan sepengetahuan Alloh.. Jadi pasti ada hikmahnya.. Lagi pula apa semua lelaki memandang perempuan itu dari fisiknya? Aku pikir banyak juga laki2 yang membutuhkan mitra dalam hidupnya.. Cuma kita belum ketemu aja.. He must be somewhere out there Buat aku siyy tetap poligami itu masih belum suatu pilihan hidup, rasanya. Karena menurut aku lembaga perkawinan itu terlalu sempit kalo diisi oleh tiga orang atau lebih.. Pasti akan ada pihak yang merasa tersakiti, karena yang namanya manusia itu kan sulit untuk bisa adil..

Teman : Tapi kalo semua pihak ikhlas kan gak ada masalah, kak..?

Tati : Ikhlas…? Berbagi suami..? Menurut aku harta benda adalah hal2 yang relatif lebih mudah untuk dibagikan.. Tapi suami, ayah anak2 kita…? Rasanya sulit ya… Kecuali mungkin kita sudah tidak mampu lagi mengurus dan melayani suami, poligami bisa jadi menjadi suatu pilihan… Atau mungkin karena kondisi seperti yang terjadi dalam Ayat2 Cinta..

Teman : Kakak lihat “tokoh A” yang berpoligami..? Setelah reda berita yang simpang siur, toh mereka tenang2 aja tuh.. Menurut aku gak apa2 kok kak.. Asal laki2nya benar2 mampu apa lagi punya pemahaman agama yang kuat.. Malahan mungkin dia bisa mendidik kita jadi istri yang solehah..

Tati : Entah lah yaa… Setiap orang kan berhak punya pendapat dan pikiran yang berbeda… Btw, kamu lagi punya hubungan dengan suami orang..?

Teman : Kakak ini…..!!!!

Tati : Terus…, kenapa gitu ngotot banget nanya-nya…? Hehehe…

Mrs. Tupperware….

Tanggal 14 Maret 2007 saat pulang kantor, Tati menemukan surat panggilan dari Kantor Pos untuk mengambil kiriman. Karena tanggal 14 hari Jum’at, so tangga17 siang Tati pergi deh ke sono.. Ternyata ada kiriman dari Opi, mantan teman sebelah kamar di Cirahayu 4 yang suka Tati resehin kalo pengen ke kamar mandi malam2… Hehehe..

 

sondha-mia-opi.jpg

 

Ngirimin apa siyy mantan The Most Expensive Face of CR4 yang sekarang bermukim di Mataram ini…?

Pas kardusnya dibuka….. Taadaaaaaaa…………. Satu set kotak2 Tupperware plus sebuah plate yang bisa di-push di bagian tengahnya sedemikian rupa hingga bisa jadi bowl… Dan semua berwarna hijau pupus…., salah satu my favorite colour… Thank you ya, emaknya Pipank… Kok repot2…? Kirimin lebih banyak lagi donk….!!! Hehehe… Dasar si Sondha bokiz…

 

tupperware1.jpg

 

tupperware.jpg

Opi, yang dulu kita kata2in kalo punya anak akan dikasi nama Pipank (akronim dari Opi dan Papank) karena pacaran dengan Mas Papank (yang sekarang beneran jadi suaminya), saat ini menjadi salah satu marketing Tupperware yang sukses di Mataram.. Sudah 2 tahun ini doski mencapai target penjualan yang membuat Opi dapat bonus travelling ke Hongkong tahun lalu dan ke China tahun ini…

Opi yang sempat kerja beberapa tahun di sebuah perusahaan yang memproduksi essence dan fragrance di kawasan Otista Jakarta, memilih jadi full time mother mengikuti Mas Papank yang kerja di perusahaan tambang di Kalimantan dan kemudian di Nusa Tenggara Barat… Ternyata meski jadi full time mother, Opi bisa tetap produktif tuuhh… Hebat kan….? Tati aja yang kerja bertahun2 belum pernah dapat bonus jalan2 ke Hongkong atau ke China… Jadi jealous deehhhh…. Hehehe…

Buat teman2 yang harus memilih jadi full time mother tapi pengen tetap bisa produktif, mungkin Opi bisa jadi contoh…

My dear friend Opi.. Makasih buat segala kebaikan kamu.. makasih udah jadi sahabat ku selama bertahun2… I love you..

Kak Tutik…

Tadi malam Tati sampai di rumah sekitar jam setengah sembilan malam, setelah seharian mhadiri mission statement training angkatan 03 Pekanbaru. Begitu buka pintu rumah……. sreeeeennnnggggggtercium bau yang wangi dan segar... Ini adalah hasil kerja keras kak Tutik…

Siapa siyy kak Tutik..?

Kak Tutik adalah kakak yang seminggu sekali datang ke rumah buat bantu Tati neriska (= nyetrika, ce urang Sunda..!!), kerjaan yang tetap harus dilakukan secara manual dan belum bisa dilakukan oleh mesin. Karena merasa gak sanggup buat duduk selama berjam2 buat neriska, Tati dari dulu selalu nyari orang yang bisa mengerjakan pekerjaan tersebut…

Sejak tinggal di rumah yang sekarang, ada sekitar 3 orang yang pernah kerja sama Tati. Lumayan baik2 siyy… Dulu ada kak Mila, kerja setahun lebih sama Tati. Berhentinya karena dia punya sakit rematik dan mutusin buat gak kerja lagi. Tapi kak Tutik is the best, dia udah lebih dari 2 tahun kerja buat Tati,  kerjanya rapi jali…. Dan alhamdulillah selama kak Tutik kerja di rumah, Tati belum pernah kehilangan satu barang pun..  Mudah2an akan selalu begitu ya..

Setahun terakhir karena Tati sering mengisi akhir pekan dengan berbagai kegiatan, Tati minta kak Tutik untuk juga beberez rumah : nyapu, ngepel dan bersihin kaca2 jendela.

Selama ini, meski belum tentu ketemu dengan Tati saat dia bekerja, hasil kerjaannya tetap baik dan rapi… Pokoknya pada hari kak Tutik kerja, pulang dari berbagai kegiatan Tati akan menemukan rumah dalam keadaan wangi.., pakaian2 tergantung dan terlipat rapi, , seprai & bed cover juga terlipat rapi, kaca2 jendela dalam keadaan cling… Bahagia rasanya menemukan rumah di akhir minggu dalam keadaan rapi dan wangi.. Rasanya Tati jadi siap untuk menjalani hari2 satu minggu ke depan.. Mudah2an kak Tutik selalu betah ya ngurusin Tati…

Menurut Tati, kak Tutik adalah contoh pekerja yang patut diteladani, meski mungkin di mata sebagian orang kerjaannya gak ada apa2nya…, cuma pekerjaan sederhana : nyetrika, nyapu, ngepel, ngelap kaca. Bandingkan dengan berjuta pekerjaan lain yang lebih canggih, yang membutuhkan keterampilan yang super dupper… Tapi rasanya hasil kerjaan kak Tutik yang bisa bikin Tati bahagia, bikin Tati merasa terbantu dan siap menjalani kehidupan satu minggu ke depan di setiap akhir pekan, pastilah kerjaan yang dilakukan dengan penuh rasa pengabdian, penuh rasa cinta, penuh keikhlasan… Karena tanpa harus diawasi, semua hasilnya dalam keadaan terbaik..

Insya Alloh segala pengabdian kak Tutik menjadi amal dan ibadah yang membawa kemudahan bagi kak Tutik dan keluarganya.. Amin…

Pertanyaan STD…

Secara di kantor baru lebih banyak orang yang belum pernah Tati kenal sebelumnya… So, Tati berusaha untuk selalu tersenyum “2cm kiri dan 2cm kanan” pada semua orang2 yang ada di lingkungan kantor.. Itung2 ibadah.. Hehehe..

Kalo senyum Tati dibalas dan kita berada dalam jarak yang tidak jauh.., biasanya akan dilanjutkan dengan saling sapa dan beberapa pertanyaan STD alias standard…..

Ini beberapa pertanyaan STD yang biasa Tati dengar beberapa hari terakhir ini, beserta jawabannya..

Penanya (P, kenalan baru di kantor baru) : Baru ya? Siapa namanya?
Tati (T) : Iya (sambil senyum semakin lebar…!! Hehehe). Sondha. Kalo Ibu/Kakak?
P : Saya Ibu/Kak ANU. Tadinya kerja dimana?
T : Tadinya di kantor SANA… Ibu/Kakak di bagian mana?
P : Oh saya di bagian A/B/C atau D. Kamu ditempatkan dimana?
T : Oh.. saya ditempatkan di bagian Penyusunan Rencana Kerja.
P : Anaknya udah berapa ‘Ndha? (Naahhh… mulai seru niyyy…!!)
T : Oohhh, saya belum nikah Bu/Kak..
P : Kok bisa? Ada apa? Kayaknya gak ada yang kurang deh di kamu (sambil MENGAMATI Tati dari ujung kerudung sampai ujung sepatu BERULANG2). Kamu-nya yang gak mau nikah, ya ? Kamu patah ati, ya…?

Gubbbrrrraaaakkkkkk…… !!! Tati melongo pongok….!!! Gak tau mau jawab apa… Hehehe..

Jadi ingat postingan ini

Ibu di Yogya…

Sabtu 24 November 2007 sekitar jam 20an.. Tati, kak Lintje dan Kak Iye jalan ke Mal SKA.. Ceritanya pengen nyari makan malam ke Solaria, one of our favorite restaurant.. Begitu masuk.., di lobby depan kami berpapasan dengan kak Effi, suaminya bang Rizka Nasution dan kedua anaknya. Kita langsung saling menghampiri dan bersalaman memohon maaf lahir bathin, secara belum ketemu sejak Idul Fitri..

Habis salam2an, kak Effi bilang.. : Ndha, ibu tuh ingat kamu terus lho.. Yang diomongin tuh kamu terus.. Kata Ibu dia belum dapat anak kost yang kayak kamu lagi..

Tati : Iya kak. ‘Ndha juga sering kangen sama Ibu. Makanya waktu malam lebaran ‘ndha telpon ibu, tapi gak ada yang angkat telpon. Ternyata ibu, Bapak pergi sama kak Effi dan keluarga liburan ke Malang, ya?

Kak Effi : Iya ‘ndha. Di Pekanbaru lebarannya kan hari Sabtu, di Yogya hari Jum’at. Kami jalan2 rame2 setelah sholat Ied. Jadi waktu ‘Ndha nelpon kami udah gak di rumah.

Setelah ngobrol sana sini.. Tati cs bepisah dengan kak Effi dan keluarga..
Siapa sih kak Effi, siapa Ibu yang dibilangin kak Effi?
Kak Effi adalah putri bungsu Bapak dan Ibu Suhaimi, yang rumahnya menjadi tempat kost Tati waktu di Yogya. Tati tinggal di rumah Bapak dan Ibu Suhaimi selama 2 tahun, dari Januari 2000 sampai dengan Desember 2001.

Ceritanya, setelah beberapa bulan kuliah di Yogya, Tati ketemu dengan Hendrizal, teman sekelas Tati waktu SMP. Hendrizal waktu itu baru saja menyelesaikan S2 dan akan segera kembali ke Pekanbaru. Hendrizal menawarkan Tati untuk pindah kost ke rumah Bapak dan Ibu Suhaimi, yang orang Riau tapi mengisi masa pensiunnya dengan menetap di Yogya. Di Pekanbaru, rumah orang tua Hendrizal bersebelahan dengan rumah Bapak dan Ibu Suhaimi.

Tati lalu menemui Ibu Suhaimi, memohon agar beliau berkenan menerima Tati untuk jadi anak kost di rumahnya. Alhamdulillah ibu Suhaimi berkenan, jadilah Tati menghuni kamar kost yang berada di paviliun rumah Ibu..

Gak lama.. ternyata Tati dan Ibu Suhaimi malah jadi dekat.. Secara Bapak Suhaimi sering keluar kota karena beliau punya pekerjaan di luar kota bersama teman2nya sesama pensiunan, jadi Ibu Suhaimi tinggal di rumah sendirian. Mungkin karena Ibu Suhaimi sendirian di rumah, dan Tati juga jauh dari keluarga, kita jadi suka ngobrol kalo Tati ada waktu luang.. Dan Ibu paling seneng kalo ditemanin nonton TV.. Ibu juga sering banget nganterin sarapan semangkuk bubur Menado ke kamar Tati. Bubur Menado buatan Ibu enak banget… Tati jadi kangen sama Ibu Suhaimi..

Ibu dan Bapak Suhaimi percaya banget sama Tati. Bukan satu dua kali, Tati ditinggal di rumah berbulan2, sementara Bapak dan Ibu pulang ke Pekanbaru. Tati juga sering dilibatkan di kegiatan keluarga Bapak dan Ibu Suhaimi. Pernah Tati diajak berkunjung ke rumah besan Bapak dan Ibu di Solo. Kata Bapak supaya Bapak bisa gentian nyetir sama Tati kalo Bapak capek. Kali lain, Tati juga kebagian tugas nganterin kak Eva (anak ibu yang nomor 3 yang menetap Amerika) wara wiri mencari berbagai keperluan. Kali lain, Tati diajak ikut jalan2 dengan Ibu dan kakak2 yang lagi berkunjung ke Yogya. Bahkan telepon diparalel ke kamar Tati… So, kalau ada telepon, seperti yang dikatakan Ibu sebelumnya, Tati dulu yang angkat supaya Ibu Suhaimi gak mesti lari2 ngejar telepon.. Kalo teleponnya buat Ibu, baru deh Tati kasi tau ke Ibu di rumah induk. Asyik banget gak siyy tempat kostnya…?

Ibu juga peduli banget sama Tati, bahkan cenderung protektif ke Tati. Ibu Suhaimi beberapa kali bilang, “Saya gak ngerti sama kamu ‘Ndha. Kamu dari muda udah keluar rumah, sekolah di Bogor, kerja di Jakarta, bertahun2 kost, tapi pikiran kamu tuh tetap lugu. Kamu orangnya polos banget.. Saya gak ngerti, kok semua perjalanan kamu gak merubah kepolosan kamu. Saya kadang takut orang akan menyakiti kamu.” Masa sih Sondha sepolos itu, Bu?

Lalu ada masa dimana Ibu Suhaimi mencoba menjaga Tati yang beliau anggap terlalu polos…

Tati terbiasa hidup berteman bertahun2, namun Alhamdulillah gak ada teman yang aneh2. Tati jadinya berpikir bahwa teman2 Tati di Yogya pun seperti itu. So, Tati gak pernah berpikir jauh dengan jadwal bertamu teman2.., they could come to my place anytime. Mana Tati biasa nerima teman2 di kamar karena memang pintu paviliunnya langsung menghadap jalan. Karena kamarnya berfungsi ganda, Tati menatanya sedemikian rupa, bed-nya lebih berkesan seperti amben.. Jadi gak berkesan kamar tidur.. Tapi Ibu keberatan dengan teman laki2 yang suka datang sendiri berlama2, dan terkadang datang setelah magrib dan baru pulang setelah hampir jam 10 malam. Tati gak mikir jauh, dan juga gak bisa menolak kedatangan teman tersebut karena sering kali teman itu datang buat ngurusin keperluan Tati juga siyy.. Lagian Tati rasanya kenal baik dengan teman Tati itu, dan yakin kalo dia benar2 care dengan Tati dan gak akan berbuat buruk terhadap Tati. Tapi ibu tidak berpendapat demikian.. Ibu lalu mengajak Tati berbicara dari hati ke hati…

Ibu Suhaimi: ‘Ndha, saya keberatan dengan jadwal berkunjung teman kamu.

Tati : Tapi teman saya datang pasti ada perlunya, Bu. Dan kita gak ngapa2in kok. Ibu percaya deh sama saya, saya gak punya pikiran yang aneh2. Lagian saya punya prinsip untuk mejaga kepercayaan yang udah diberikan orang tua saya. Saya gak ingin menyalahgunakan kebebasan yang sudah diberikan orang tua saya sejak saya sekolah ke Bogor, Bu.

Ibu : Saya percaya dengan kamu, Ndha. Tapi saya gak percaya dengan orang lain, saya gak percaya dengan setan yang bisa menggoda manusia. Dan di agama juga sudah dibilang, laki2 dan perempuan itu gak boleh berdua2an, karena yang ketiga adalah setan. Ibu minta kamu mengerti.

Tati : Tapi Bu, saya gak bisa melarang teman saya buat datang.

Ibu Suhaimi : Apa perlu saya yang ngomong dengan teman kamu?

Tati : Jangan, Bu. Teman saya kan urusannya dengan saya, bukan dengan Ibu. Rasanya gak pantas kalo Ibu yang bicara dengan dia. Tapi saya bingung, bagaimana ngomongnya, Bu? Kok kesannya saya menyangsikan itikad baik teman saya terhadap diri saya.

Ibu Suhaimi : Pokoknya kamu harus ikut aturan saya. Kalo tidak, silahkan kamu cari tempat kost lain. Jangan pikir, saya jahat ke kamu. Tapi justru karena saya sayang dengan kamu seperti anak saya. Kalo kamu mau jalan di luar aturan agama, dan suatu saat tergelincir, lebih bagus tidak terjadi di depan mata saya. Saya gak tahu bagaimana nanti mempertanggungjawabkan pada keluarga kamu kalo sesuatu yang buruk terjadi pada kamu. Ngerti ?

Tati sempat bingung juga.. Malah sempat nyari kost lain.. Tapi waktu Tati telepon kak Lintje, kak Lintje gak setuju Tati pindah, karena menurut kak Lintje apa yang dilakukan Ibu Suhaimi itu adalah benar. By the time, Tati juga akhirnya bisa menerima aturan Ibu Suhaimi, apalagi setelah Tati membaca buku2 agama. Sikap terlalu percaya diri akan mampu menjaga diri adalah sikap yang angkuh.. padahal kita tahu setan jauh lebih pintar dan licik dari kita..

Ibu, terima kasih sudah menjaga Sondha dengan cara yang luar biasa.. Ibu benar2 telah bersikap sebagai seorang ibu buat Sondha..

Setelah Tati selesai sekolah dan pulang ke Pekanbaru, Tati beberapa kali ketemu dengan Bapak dan Ibu di rumah kek Effi. Ibu Suhaimi selalu bilang, kalo ke Yogya jangan nginap dimana2. Harus di rumah Bapak Ibu, karena itu udah jadi rumah kamu juga. Buat Bapak dan Ibu, kamu itu udah jadi anak Bapak dan Ibu yang nomor 6.

Bulan Mei 2006, Tati ada pelatihan ke Yogya. Waktu Tati ngasi tahu Bapak dan Ibu kalo Tati mau ke Yogya ternyata Ibu Suhaimi lagi di Semarang, di rumah kak Titin (anak ibu yang nomor 2). Tapi ibu ngotot Tati harus nginap di rumah.. Jadi nginaplah Tati di
rumah.. Bapak, seperti juga Ibu, memperlakukan Tati seperti anak sendiri.. Tiap pagi Bapak nganterin Tati ke kampus FMIPA UGM tempat Tati pelatihan. Sebenarnya Bapak Suhaimi nyuruh Tati bawa sendiri mobil beliau, tapi Tati gak mau. Eh Bapak malah ngotot nganteri tiap pagi. Malah mau menjemput segala.. Tapi gak bisa lah.. kan Tati habis pelatihan mau pergi main dengan teman2. Hehehe..

Tadi pagi.. Tati menelpon Ibu.. 0274 561 dst dst.. Setelah terdengar 2 kali nada panggil, terdengar suara Ibu Suhaimi..

Ibu Suhaimi : Assalammualaikum..

Tati : Waalaikum salaam. Ibu apa kabar?

Ibu Suhaimi : Siapa ini?

Tati : Sondha, Ibu. Ibu apa kabar?

Ibu Suhaimi : Ya ampun, Sondha.. Ibu kangen sama kamu. Kalo ngobrol sama kakak2 dan abang, pasti yang ibu omongin itu kamu terus. Enggak tau ya.., rasanya kamu tuh udah jadi anak Ibu.

Tati : Iya, Bu. Sondha juga kangen dengan Ibu. Waktu malam lebaran ‘Ndha telepon Ibu, tapi gak ada yang angkat. Kata kak Effi, Ibu dan keluarga liburan ke Malang.

Ibu Suhaimi : Iya, ‘Ndha. Karena semua kumpul jadi kita sekalian piknik aja.

Tati : Tadi malam ‘Ndha ketemu kak Effi dengan Bang Rizka dan anak2 di Mal SKA. Kak Effi cerita.

Ibu Suhaimi : Kapan kamu ke Yogya, ‘Ndha. Datang lah.. Jangan nginap dimana2, nginap di rumah. Ajak kak Lintje liburan ke sini… Biar kita ketemu dan ngelepas kangen.

Tati : Iya, Bu. Mudah2an ada rezeki, ‘Ndha bisa ngunjungin Ibu dan Bapak, ya.

Kita lalu ngobrol wara wiri untuk beberapa waktu.. Tati jadi semakin kangen dengan Ibu.. Air mata mulai merebak di pojok mata… ***

Being Single Is Not Bad At All…

Setelah cerita 2 kejadian tidak enak karena “kesingle-an”… Tapi pikir, Tati harus cerita juga imbangannya… Karena Tati yakin, segala sesuatu dalam hidup seperti koin, punya 2 sisi. Sisi baik dan sisi buruk.., Sisi menyakitkan dan sisi menyenangkan… Sisi sedih dan sisi bahagia… So, menurut Tati begitu juga dengan kesendirian…, pasti punya 2 sisi…

Secara kodrati, gak ada orang yang mau selamanya hidup sendiri.. Karena di Kitab2 Suci pun dinyatakan bahwa manusia diciptakan berpasang2an.., tapi kan tidak ada penjelasan umur berapa kita akan ketemu dengan pasangan hidup kita… Jadi mengapa hidup harus terhenti untuk menunggu sesuatu yang gak jelas kapan datangnya…?

Buat Tati yang sudah keluar rumah sejak usia 18 tahun, hidup sendiri itu bukan hal yang baru… Karena meski punya teman di sekitar, Tati tuh secara mentally hidup sendiri. Menimbang segala sesuatu sendiri, memutuskan suatu langkah sendiri, menjalani langkah yang sudah dipilih sendiri… Kalau pun ada keluarga atau teman di sekitar, umumnya mereka berperan sebagai pemberi masukan, pemberi dukungan.. FINAL DECISION ada di tangan Tati…, dan Tati yang menjalaninya, SENDIRI… Itu untuk hal2 besar..

Untuk hal2 kecil, Tati ditempa oleh keadaan untuk mandiri..
Waktu kost di Cirahayu 4 dan 5, akhir pekan gak masalah, karena banyak teman kost yang bukan anak Jakarta, sehingga punya teman di kost2an. Tapi setelah tinggal di Pangrango16, weekend artinya sendiri di tempat kost.. Terus Tati ngapain..? Tati selalu pergi ke Toko Buku Gunung Agung di Plaza Internusa (sudah terbakar nihh..), membeli beberapa buku untuk dibaca selama weekend..

Urusan makan, Tati juga sudah terbiasa pergi makan sendiri.. Bahkan kalau lagi pengen makan di restoran tertentu, Tati biasa pergi sendiri.. Tapi untuk melakukannya di Pekanbaru, lebih berat buat Tati, sehingga lebih pilih tempat dan waktu.

Urusan bergerak kemana2 sendiri Tati juga udah biasa…Tinggal bertahun2 di luar rumah benar2 membuat Tati gak terbeban kalau harus pergi sendiri, meski larut malam, asal alasan dan tujuan perginya jelas.. Sekarang aja, kalau ada pekerjaan yang membuat Tati dan teman2 harus ngantor sampai larut malam atau larut pagi…, pulang sendiri buat Tati gak masalah. Insya Allah aman, asal alasan dan tujuannya baik, terus jalannya pake perhitungan…

Kondisi mandiri sejak belia ini telah membentuk Tati sehingga tidak merasa terbebani kalau harus ngapa2in sendiri… termasuk tinggal sendiri.

Bu Veni, istri mantan boss di kantor pernah nanya. :. “Jadi kalo kamu pengen ngomong, gimana donk, ‘Ndha?”
Tati : “Ya, kalau di rumah, saya gak ngomong2. Kalo ngomong sendiri, ntar saya dikira tetangga orang gila, bu. Hehehe. Tapi kalo saya bener2 lagi pengen ngobrol, ya saya telpon temen aja. Syukur2 teman yang ditelpon gak keberatan.”

Kesepian…?
Karena keluarga tinggal di kota yang berbeda, ya pastilah ada rasa sepi.. karena yang namanya manusia itu kan makhluk sosial..

Menyedihkan ?
Enggak sama sekali… karena Tati berusaha menikmati keadaan… Mengisi weekdays dengan kerja dan kerja… Lalu mengisi weekend dengan jalan2 ke toko buku, toko kaset/CD/VCD?DVD, membaca, nonton di rumah atau sekali-kali main ke rumah teman.

Soal cinta…,
Kita yang single punya banyak cinta buat orang tua, kakak adik dan ponakan.. Pada prinsipnya, kita nikmati aja hidup yang ada… Pasti semua ada hikmahnya..

Yang jelas, hidup sendiri membuat kita punya banyak kesempatan untuk “ngobrol dengan diri sendiri”, membuat kita lebih banyak berpikir tentang hidup dan kehidupan… Yang insya Allah membawa kebaikan bagi pematangan diri.

Hikmah lain Tati masih sendiri, rumahnya bisa agak berantakan. Mau ada tumpukan buku dan majalah dimana2, gak masalah… Hehehe. Lalu Tati juga bisa pergi kemana aja kapan aja. Misalnya kayak sekarang2 bisa pergi ke Medan buat ngunjungi Papa dan Mama, kapan aja asal kerjaan di kantor aman dan kantong memungkinkan…

So, Being Single Is Not Bad At All, kan…? Bukan sesuatu yang memalukan, bukan sesuatu yang menyedihkan. Kalo para teman2 kita perempuan yang berumah tangga dan punya anak bisa dengan bangga mengatakan, “A Proud Mom of…..”, kita yang single gak perlu takut mengatakan I am Single. Karena single bukan lah suatu kekurangan, bukan suatu aib… Jangan pernah mau terhakimi oleh penilaian orang2 di lingkungan kita yang belum tentu benar…

Jadi ingat tulisan Susan Polis Schultz….

This Life is Yours..
Take the power to make your life happy,
No one else can do it for You….
***

Praduga Bersalah…

Ketidaknyamanan menjadi perempuan single menjelang 40-an, seperti kejadian “Single…..?” yang nyebelin, bukan lah satu2nya kejadian yang gak enak yang pernah Tati alamin.. Sering kali Tati mengalami “praduga bersalah”.. baik dari orang yang kenal lama, tapi gak kenal pribadi Tati, maupun dari orang2 yang baru kenal Tati… Tapi buat Tati, itu lah kembang2 “tai kotok”-nya kehidupan… Kalo gak gitu hidup Tati jadi gak seru kaleeeee.. Gak ada ceritanya… Hehehe..

Tapi kejadian yang satu ini benar2 gawat… Karena kalau tidak punya kekuatan mental untuk menghadapi dan mengatasi… Bisa depresi berkepanjangan, bisa sekolah gak selesai.. Apa ceritanya sih…?

Cerita ini bersetting di suatu sore di bulan Maret tahun 2001… Lokasi? Di salah satu ruang di kampus tempat Tati mengambil program strata 2. Waktu itu Tati lagi ujian komperhensif… Yang diuji proposal penelitian yang sudah kita bikin, serta penguasaan terhadap teori2 pendukungnya…

Tati waktu itu bikin proposal “Integrasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Evaluasi Keseuaian Lahan untuk Pemukiman di Wilayah A”. Karena yang akan dilakukan adalah evaluasi kesesuaian lahan (land suitability), harus dibuat kriteria kesesuaian donk.. Gak sulit2 banget sebenarnya, karena Departemen Kimpraswil pernah merilis kriteria ini, juga ada beberapa peneliti2 lain yang juga sudah membuat.. Memang kriteria yang mereka buat cenderung kriteria dari segi fisik lahan, untuk kriteria sosial ekonomi lebih memerlukan perjuangan untuk mendapatkannya. Intinya, Tati hanya perlu menyusun kriteria2 mana yang akan Tati gunakan.

Yang agak meragukan adalah Tati tidak menemukan buku2 yang menggunakan akses terhadap jaringan listrik dan jaringan air bersih sebagai kriteria kesesuaian lahan untuk permukiman, tetapi ada beberapa skripsi dan thesis yang mengunakan. Untuk memperoleh jalan keluar, Tati sengaja mencantumkan kedua kriteria tersebut pada proposal, dengan harapan dosen penguji bisa memberi masukan (kalo dosen pembimbing udah dari awal kan bulak balik konsultasi, dan mereka juga setuju kalo apa yang Tati ragukan dibawa ke forum untuk mendapat masukan dari dosen penguji).

Setelah Tati mempresentasikan secara ringkas isi proposal tersebut, dilakukan pembahasan oleh dosen2 penguji…

Salah seorang dosen penguji, mempertanyakan kedua kriteria yang Tati ragukan diatas..
Si Bapak Dosen bilang : “Mbak, kenapa mbak memasukkan kedua kriteria tersebut?”
Lalu tanpa memberi kesempatan pada Tati untuk menjawab, si Bapak Dosen melanjutkan lagi : “Kalo seperti ini, MAHASISWA GAK LAKU SAMA KAMU, YA? SEBENARNYA KALO MAU MENIKAH, SEMUA AKAN DIBANGUN BERSAMA? ATAU MAU YANG SUDAH JADI? KALO MODEL KAYAK KAMU BEGINI, KAYAKNYA MAU YANG SUDAH JADI, YA? BUKAN YANG MAU SUSAH BERSAMA-SAMA. Dst dst dst…”

Guuuubbbbrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkk.
Tati kaget, benar2 kaget dengan ucapan Bapak Dosen tersebut. Rasanya seperti ditampar habis2an… Mana di belakang 5 orang dosen (2 Dosen Pembimbing dan 3 Dosen Penguji) yang duduk berjajar, duduk teman2 sekelas, teman2 seangkatan tapi lain jurusan, kakak kelas yang belum selesai, adik kelas dan lain2 yang jumlahnya lebih dari 30 orang.. Masya Allah, apa kejadiannya kok begini…? Dosa apa yang sudah Tati perbuat sehingga dipermalukan di depan umum seperti ini? Tapi Tati berusaha tetap bisa mengendalikan diri, tidak meneteskan air mata setitik pun, tetap tersenyum meski Tati tau warna muka Tati pasti berubah jadi pucat pasi… Yang Tati ingat, Tati sempat melemparkan pandangan “APA SALAH SAYA SEHINGGA BAPAK MENGHINA SAYA SEPERTI INI” ke si Bapak Dosen tersebut.

Dosen Pembimbing Tati yang sangat senior, dengan kepribadian yang lembut, berdehem.. Sementara dosen2 lain, bergerak membetulkan posisi duduk yang mendadak menjadi tidak nyaman. Si Bapak Dosen yang barusan ngomong, mendadak sadar… Lalu melanjutkan ucapannya.

Bapak Dosen : “Maksud saya, jaringan listri dan PDAM itu kan bisa dibangun setelah lahan yang sesuai ditemukan. Bukan sebaliknya kita membangun di daerah yang dekat dengan ketersediaan jaringan listrik dan PDAM.”
Setelah manrik nafas dalam2 untuk mengumpulkan kekuatan yang tersisa, Tati bilang : “Bapak, saya mengerti apa yang Bapak maksudkan. Sebenarnya saya sependapat dengan Bapak, bahwa jaringan listrik dan PDAM bisa dibangun belakangan. Tapi karena saya menemukan di beberapa thesis dan skripsi kedua kriteria tersebut digunakan, makanya saya masukkan ke dalam kriteria yang akan saya gunakan. Justru, melalui ujian komperhensif ini, saya mengharapkan masukan dari Bapak2 sekalian, apakah kedua kriteria tersebut akan digunakan atau tidak.”

Ujian lalu berlanjut selama sekian jam… Tati gak ingat pastinya… Yang jelas dalam ingatan Tati, begitu selesai ujian tanpa kata ba bi bu, Tati langsung ngambil motor dan pulang…

Sampai di rumah.., setelah ganti baju dan bersih2, Tati naik ke tempat tidur dan mulai melepas air mata dan rasa sesak yang tertahan selama ujian…. Dalam hati Tati bertanya2 “Apa salah saya sama Bapak itu, sehingga Beliau bisa bicara seperti itu pada saya?”

Tati mencoba mengingat2 kelakuan Tati selama di kampus…

Rasanya, gak ada yang salah.. Tati bukan orang yang berpenampilan high-class sehingga bisa membuat orang berpikiran Tati tinggi hati. Setiap ke kampus Tati cuma pakai celana panjang dengan baju kaus/tank top yang dilapis jacket or cardigan plus sepatu keds. Rasanya dandanan paling gaya adalah pake jeans boot cut dengan kemeja kotak2, plus sepatu boots. Tas branded…? Gak tuh… Tas kuliah Tati cuma slingbag atau ransel.. Gak adalah gaya wanita mapan di usia 30 something, apalagi gaya emak2 tajir… Jauh..!! Selain emang gak doyan dandan aneh2.., Tati juga gak punya duit untuk hal2 seperti itu… Hehehe. Kalo punya duit mendingan buat jalan2, beli buku, beli kaset dll deh kayaknyanya…!!!

Apa karena Tati selama kuliah selalu berjalan ke sana ke mari dengan seseorang yang di mata si Bapak terlihat mapan? Padahal sungguh mati, Tati tidak melihat teman berjalan Tati itu sebagai laki2 mapan. Tati hanya tau bahwa dia selalu ada untuk menolong Tati, dia selalu membawa Tati ke dunia yang baru, dia selalu bisa bikin Tati tertawa (dan diatas segalanya, kita ngomongnya nyambung!!). Gak ada yang lain… Tati malah menikmati saat naik motor kemana2.. bahkan naik BMW (Bebek Merah Warnanya = Honda Cup 70) sekalipun…

Jadi sisi sebelah mana yang bisa bikin Tati dicap sebagai “Orang yang mau terima jadi?” Tati mikir dan tetap berpikir, “Apa yang bisa bikin si Bapak Dosen negative thinking ke Tati…?”

Dugaan lain…, apa karena Tati belum nikah setelah usia hampir 33 tahun (waktu itu), sehingga si Bapak berpikir, “Tati gak nikah karena terlalu pilah pilih dan banyak maunya?” Tapi kok rasanya cupat banget.. Si Bapak itu kan Dosen Senior, gak mungkin lah rasanya berpikiran sempit… Rasanya gak mungkinlah Si Bapak itu menduga orang bersalah tanpa pernah tahu siapa orang itu dan apa yang telah dilakukannya… Tapi kenyataannya, Si Bapak yang gak tau apa2 tentang hidup Tati dan juga gak tahu apa yang Tati cari, bisa bicara begitu di depan umum.

Tapi Tati gak nemu jawaban atas pertanyaan Tati .. Bener2 gak nemu…

Gak lama, terdengar suara Anna, teman main Tati yang juga anak Pekanbaru tapi lain jurusan, ngajak pergi makan malam. Kita pergi makan, tapi pikiran Tati gak bisa lepas dari accident yang terjadi di sore hari..

Selesai makan, dan Anna juga sudah pulang, Tati mencoba untuk tidur.. tapi rasanya sulit… Antara sadar dengan gak sadar… Tati seakan2 melihat kembali semua yang terjadi di ruangan ujian sore itu… Seperti nonton film dengan Tati sebagai pemeran utama.. Film itu berputar dan berputar lagi.. Lagi dan lagi… Lagi dan lagi… Sampai Tati merasa sangat lelah dan terbangun dengan tubuh basah berkeringat… Setelah ganti baju, lalu minum segelas air, Tati mencoba kembali tidur… tapi film itu kembali berputar… Gak bisa dihentikan…., sampai pagi…..
Sampai saat terdengar suara azan subuh…
Masya Allah… Dalam hati Tati bertanya, beginikah yang namanya depresi? Beginikah yang namanya sakit hati karena dipermalukan…?

Pagi… setelah melakukan aktivitas rutin. Tati mencoba duduk dan berpikir tenang… Karena Tati gak nemu jawaban “Apa salah Tati sama si Bapak Dosen?”, Tati pikir yang bisa Tati lakukan adalah “tetap berlaku baik, rendah hati, tanpa rasa marah”. Satu hal yang pasti, Tati merasa harus bisa mengatasi rasa sakit ini. Karena kalau tidak, prosposal tidak akan jadi dan disetujui oleh kelima dosen, lalu tidak akan maju ke tahap penelitian, pengolahan dan analisis data, tidak akan maju ke tahap penyusunan thesis, tidak akan sampai ke tahap ujian.., lalu TIDAK AKAN SELESAI SEKOLAH..

Tapi hati Tati sakit, terlalu sakit atas penghakiman yang telah terjadi…Tati lalu memutuskan untuk memberi waktu bagi diri Tati selama 3 hari, TIGA HARI, untuk menyembuhkan rasa sakit… Selama 3 hari Tati tidak menginjakkan kaki di kampus. selama 3 hari Tati tidak keluar rumah kecuali untuk pergi makan.. Selama tiga hari Tati mencoba menginventarisir semua masukan2 yang diberikan 2 dosen pembimbing dan 3 dosen penguji.., lalu merangkumnya menjadi 5 daftar (masing2 1 daftar untuk 1 dosen), membuat catatan2 kalau ada pendapat yang sama maupun berbeda dari 2 dosen atau lebih..

Hari keempat…, Tati melangkah ke kampus.. Menguatkan hati menemui si Bapak Dosen… Begitu Tati, mengucapkan salam untuk memberitahukan kehadiran Tati di depan ruangannya, Tati melihat si Bapak Dosen termangu sejenak… Entah apa yang ada dipikirannya.. Entah menyesal, entah heran karena setelah hantaman itu Tati bisa muncul di hari keempat… Yang jelas, waktu Tati memulai konsultasi dengan mengeluarkan daftar hasil inventarisir masukan2 dari beliau waktu ujian serta beberapa catatan yang Tati buat, Tati bisa melihat bahwa Beliau berusaha merespon secara baik, bahkan sangat baik… Alhamdulillah.. Mungkin semua yang terjadi hanya ujian, untuk melihat seberapa tegar hati Tati untuk menyelesaikan sekolah kali ini…

Peristiwa ini mungkin tidak akan pernah terlupakan seumur hidup Tati… Tapi alhamdulillah tidak ada rasa dendam dan sakit hati… Tati malah menganggap si Bapak Dosen saat itu sedang punya masalah, sehingga terlepas emosi membahas proposal Tati.. Tati dan si Bapak bisa tetap berbicara dengan baik… Bahkan Tati sempat ngobrol dengan beliau saat Tati tahun lalu singgah di kampus, waktu ada pelatihan di Yogya..

Dan… buat diketahui, si Bapak Dosen ini memberikan nilai A pada saat Tati ujian Thesis di bulan November 2001, seperti 3 Dosen lainnya… (Tati dikasi liat detail nilainya sama dosen2 tersebut pada saat akhir ujian) Terima kasih, ya Bapak.. Hanya Pembimbing Utama Tati yang memberikan nilai sedikit di bawah A, sehingga setelah dirata2, nilai akhirnya adalah A.

Soal Pembimbing Utama memberikan nilai sedikit di bawah A, menurut Tati adalah tindakan yang wajar… Kok ? Thesis Tati kan tidak sepenuhnya karya Tati…, ada kontribusi si Pembimbing Utama dan juga Pembimbing Kedua, baik dalam hal pola pikir, editorial dan sebagainya. Sebagai seseorang yang sangat senior dan sangat bijaksana, wajar beliau tidak memberikan nilai A bagi karya yang ada kontribusi dirinya. Tapi beliau justru memberikan kesempatan untuk dosen2 lain menilai, apakah karya ini layak dapat A atau tidak..

Pelajaran besar dari peristiwa ini buat Tati adalah tidak boleh menyerah dalam menjalani hidup, apapun yang terjadi.. Mau nangis dulu sampai termehek-mehek, silahkan aja…. Tapi jangan lama2. Kalo kelamaan, ‘ntar hanyut, sementara rantai yang melilit diri makin tebal dan panjang… Makin susah memutuskannya.

Satu hal…, biar kan saja orang2 melakukan praduga bersalah atas diri kita.. Toh kita gak akan bisa menghabiskan waktu untuk menjelasakan “kebenaran” versi kita pada mereka… Gak ada gunanya. Buang waktu dan energi..! Tapi waktu…? Waktu akan menunjukkan siapa kita dan bagaimana kita sebenarnya.. So, keep smilin’ and cheer up, girl…!! ***