Batak Berekor atau Berbelalai…?

Beberapa waktu yang lalu Tati dapat komen dari Ito Faiz Siregar. Komen-nya diletakkan di posting Puisi Tinneke, tapi komen tersebut mengenai kamus Angkola yang disusun Papa dan teman2nya (termasuk Opung Parningotan Siregar gelar Baginda Hasudungan dari Bunga Bondar, pernah dengar nama ini, Ito Faiz?), serta kabar bahwa keberadaan kamus tersebut telah diberitahukan ke para anggota milis Parsipirok. Makasih, ya Ito. Kiranya Tuhan yang membalas segala budi baik Ito. Mudah2an juga kamus ini bermanfaat bagi generasi penerus Batak Angkola, dan semoga Kebudayaan Batak Angkola tidak punah ditelan zaman… Papa dan teman2nya pasti akan bahagia bila karya mereka bisa bermanfaat. Sekali lagi, terima kasih.

Adik ku Uli sedang mengamati akui pake bulang

Komunikasi dengan Ito Faiz dan keberadaan milis Parsipirok, seakan kembali mengugah perasaan Tati, bahwa Tati itu adalah Boru Batak… Iya, nama Tati kan Sondha Siregar… Sebagian besar orang Indonesia pasti tahu, kalo nama itu menunjukkan bahwa Tati berasal dari suku Batak…

Btw, teman2 tau gak kalo suku Batak itu, sebagaimana Dayak juga punya banyak varian? Antara lain Toba, Karo, Mandailing dan Angkola. Bedanya apa sih? Kayaknya sih awalnya beda sebaran secara geografis (maaf kalo salah, ya). Batak Toba, bermukim di sekitar Danau Toba, Batak Karo, bermukim di daerah Tanah Karo (Brastagi, Kabanjahe, Tiga Binanga dll), Batak Mandailing bermukim di daerah perbatasan Sumatera Utara dengan Sumatera Barat. Tapi akhirnya juga jadi berbeda dari cara berlaku, orientasi hidup dan juga bahasa.. Jangan heran kalo orang Mandailing menyebut uang dengan piti dan memanggil saudara laki2 ibunya dengan Mamak, seperti orang Sumatera Barat. Sementara orang Angkola dan juga Toba menyebut uang sebagai hepeng, serta memanggil saudara laki2 ibunya dengan Tulang. Pernah dengar istilah “hepeng na mangatur nagaraon”.. ??? Ini bahas sindiran yang artinya ngeri bangeeeeetttttttt…, bertentangan dengan What Money Can Buy..

Tati gak tahu banyak tentang suku Batak… Tati hanya memperoleh pengetahuan dari keluarga dan sedikit2 dari buku2 sejarah keluarga yang ditulis Opung Bagon Harahap gelar Baginda Hanopan dan Pak Tuo Anwar Janthi Siregar. Tapi Tati tahu bahwa keluarga Tati adalah orang Batak Angkola. Tepatnya, kampung Papa di Sibadoar (sekitar 1.5 km dari Kota kecil Sipirok) dan kampung Mama di Hanopan (terus lagi dari Sibadoar sekitar 20 km).

Apa itu Batak Angkola..?? Batak Angkola adalah orang Batak yang secara geogafis bermukim di antara wilayah Batak Toba dan wilayah Mandailing. Efeknya kita mempunyai karakter budaya sendiri, yang unik… Gak segalak, dan seblak-blakan orang Toba, tapi gak juga dipengaruhi budaya Sumatera Barat sebagaimana orang Mandailing.. Orang Angkola lebih mementingkan keselarasan, sementara orang Toba lebih mementingkan hamoraon (kemuliaan), hagabeon (nama besar) dan hasangapon… Orang Toba juga menganggap berdebat dengan keras adalah sebagai sesuatu yang biasa2 aja…. Sementara di Angkola budaya maila(malu)-nya lebih kuat… Jadi jangan heran ya kalo banyak orang Toba yang jadi pengacara beken.. Mereka memang dari sononya udah jago berdebat dan menarik urat leher…

Beberapa teman Tati yang baru kenal gak percaya kalo dibilang Tati tuh orang Batak.
Katanya, cara ngomongnya, baik logat maupun tutur katanya sama sekali gak seperti orang Batak… Macak cih…..??? Jadi malu deh kami……!!!

Kalo soal logat, mungkin karena Tati dibesarkan di Pekanbaru, di lingkungan Melayu (kan Tati orang Pekanbaru !), plus pengaruh pernah tinggal di beberapa kota yang berbeda, jadi logat Bataknya gak tersisa… Kecuali kalo lagi ngomong batak, atau kalau lagi marah…, hmmmmmm keluar deh ekornya… (kan ledek2annya orang Batak tuh dibilang berekor, gak tau kenapa…) Hehehe.

Kalo soal tutur kata…, kita emang gak terbiasa ngomong bledak beleduk… karena emang di keluarga tidak begitu.. Dan memang orang Angkola itu tidak beledak beleduk., kecuali kalo lagi marah karena merasa harga dirinya diinjak2…

Ngomong2 soal orang Batak.., Tati tuh gak tau banyak adat istiadat Batak Angkola… Paling ngertinya bagaimana bertutur sapa. Ini juga gak gampang lho. Secara, panggilan terhadap anggota keluarga dari garis ibu dan ayah berbeda.. Bahasa juga gak fasih2 banget.. kalo diajak ngomong bisa dikit2.. Kalo pulang ke kampung mudah2an gak malu2in.., karena masih ngerti kalo dengar orang bicara… Kecuali kalo ketemu dengan istilah2 ajaib, seperti beberapa yang diajarkan Mama : bucenetan, dursat, tukap tikap tippalang tipayak. Hehehe. I love your sense of humor, Mam…!!!

Sebenarnya Papa yang punya banyak pengetahuan tentang adat istiadat, karena Papa tuh boleh dibilang Raja Adat (artinya orang yang dituakan dan menguasai tata cara adat). Tapi karena kita hidup di kota yang berbeda dengan Papa, kita jadi gak bisa belajar langsung dari Papa..

Waktu Tati kecil, sekitar kelas 4 SD, Tati pernah mengikuti acara adat Batak. Tapi karena Tati masih bocah, jadi banyak gak ngertinya… Seingat Tati, keluarga kita tuh bikin acara berhari-hari dan bermalam-malam di Sibadoar, pake acara potong kerbau. Bahasa Batak Angkolanya Horja. Selama acara2 tersebut, kalo kita anak2 yang masih kecil gak perlu hadir di pada tahap2 tertentu, kita diantar pulang ke rumah Opung di Sipirok. Makanya Tati jadi gak tau semua yang dilakukan.., hanya ingat acara2 yang Tati dilibatkan.. Dan mungkin ada yang udah terlupakan pula… (mudah2an Papi David bisa segera menuliskan tentang ini berdasarkan buku tulisan Pak Tuo Jakarta (Anwar Janthi Siregar) di blogs-nya ya..?)

Samuel Siregar gelar Baginda Parhimpunan alias Opung Kotuk (Tulang = Buyut ku)

Yang Tati ingat, waktu itu keluarga Tati meresmikan Bale ni Ja Barumun dohot Poparanna, yaitu sebuah bangunan beratap tapi tidak berdinding yang menaungi kuburan leluhur Tati. Siapa aja ? Waktu tahun 1978 tersebut, di bale itu terdapat kuburan Ja Barumun dan 3 istrinya (istri2 yang muda dinikahi sebagai pengganti istri yang meninggal, maaf ya, keluarga Tati penganut monogamy. Hehehe), Samuel Siregar gelar Baginda Parhimpunan alias Opung Kotuk (putra Ja Barumun alias Buyut Tati) dan 2 istrinya, serta Piter Siregar gelar Sutan Barumun Muda (Putra Baginda Parhimpunan alias kakeknya Tati), yang saring2 (tulang-tulangnya) nya dipindahkan dari kompleks Pemakaman Blok P, Kebayoran Jakarta sekitar 6 bulan sebelumnya. Saat ini, di bale tersebut telah bertambah penghuninya, yaitu istri Sutan Barumun Muda (Menmen Harahap, putri Tuongku Mangaraja Elias alias Opung Lintje alias nenek Tati), Opung Pintor (Adik Sutan Barumun Muda) beserta istrinya.

Pieter Siregar gelar Sutan Barumun Muda, Opung Godang ku

Yang Tati ingat, anggota2 keluarga kita dikasi gelar. Termasuk Tati.. Waktu pemberian gelar itu Tati dipakein baju kebaya (Nggak tau punya siapa tuh yang dipinjam..Untung ada yang muat ya.. hehehe), lalu dipakein bulang (hiasan kepala pengantin wanita Batak). Waktu itu Tati dikasi gelar NAI BONA RAJA, katanya sih artinya Ibu Para Raja. Tapi kata bang Rio, gelar Tati itu mestinya NAI BONA GAJAH KECIL BERBELALAI PANJANG…. Rong-rong nya siapa ya…? Hahaha…

Jadi kesimpulannya, Tati itu BATAK BEREKOR atau BERBELALAI, ya?***

Aku dan Uli (yang kecil di sebelah kanan ku) saat diarak2 keliling kampung di Sibadoar...

Customer Antik…

Jam di bagian kanan bawah compi di kantor menunjukkan waktu 15.05 waktu Pekanbaru..
Tiba2, tidit tidit… sebuah SMS masuk.. dari nomor 0812 sekian sekian.. nomor HP salah seorang customer Tati, Mr. K.
Isinya “Ibu bisa ke kantor saya sekarang?”
Tati membalas, “Baik Pak, jam 15.30 saya akan sudah di kantor Bapak.”
Mr. K : “Kalo jam segitu saya sudah tidak ada di kantor. Gak bisa sekarang?????

Waduh.., kayaknya si Bapak ini lupa atau gak pernah belajar mekanika dasar…
Dia gak tau ya, kalau ada rumus S = v x t
Dimana, S = Jarak, v = kecepatan dan t = waktu.

Artinya kalo Tati harus ke kantornya yang kira2 5 km dari kantor Tati, plus kondisi jalan yang crowded, itu butuh waktu.. Mau nyetir dengan kecepatan berapa Tati untuk sampai di kantornya sekarang juga…? Haiiiiyyyyyyyaaaaaa…

Tati pikir, mendingan besok pagi2 aja lah si Bapak ini diurus..
Beliau mau minta laporan terakhir investasinya, yang kebetulan waktu itu dihandel UM-nya Tati, karena Tati ke Medan nengok Mama.
Sebenarnya si Bapak ini adalah pemegang Orphant Policy..
Apa itu? Orphant Policy, adalah polis2 yang agen awalnya sudah tidak bekerja di perusahaan lagi. So, untuk melayani pemegang polis, Perusahaan biasanya menunjuk agen2 yang aktif.

Customer Tati yang satu ini, sebenarnya masih muda, kalo gak salah 25 tahun, lulusan universitas papan atas negeri ini, dan sudah jadi manager area perusaan besar penyedia alat berat.. Mantap lah pokoknya…
Dan agak sulit bertemu dengan beliau karena basenya di luar Pekanbaru..

Sore, jam 17an, saat Tati sudah pulang ke rumah…, beliau nelpon.
Mr. K : “Ibu, bisa gak ke rumah saya aja sekarang? Saya tunggu ibu sebelum saya pergi lagi.”
Tati : “Boleh, pak. Tapi setelah magrib ya. Ngomong2 rumahnya dimana, Pak?”
Secara orang2 seperti beliau yang berasal dari luar Pekanbaru (Riau), biasanya tinggal di Mess yang disediakan perusahaan. Dan di dokumen polis, beliau hanya mencantumkan alamat kantor.
Mr. K : “Ibu, tahu Villa Duyung Mas?”
Tati : “Di jl. Duyung, dekat Jl. Paus, ya Pak?
Mr. K : “Enggak bu. Ibu kalau di Jl. Nangka dari arah Mall SKA, kan ketemu pom bensin di kiri jalan, begitu nemu jalan pertama di kiri, Ibu masuk aja. Terus ke ujung samapi mentok. Di situ Ibu belok kiri. Di situ ada perumahan, ibu cari Blok E Nomor 2. E ya, Bu. Entok..!!”
Tati : “Ya sudah, Pa. Nanti saya cari.”

Jam 19an.. Tati bergerak dari rumah. Secara rumah Tati berjarak 15 km dari pusat kota dan I’m a slow speed driver… Selama di jalan, Tati udah coba2 telpon teman2 yang tinggal di daerah sana, tapi gak tau. Tati juga nanya teman2 yang ngurus anggaran Kimpraswil, yang biasanya hapal nama2 jalan, juga gak pada tau. Weleh weleh.. !!!

Sampai di Jl. Nangka, Tati susurin tuh pom bensin, nemu jalan kiri pertama, Tati belok.. Ups… Jalannya gelap…, di kiri kanan ruko2 kosong, jalannya jelek..
Hati Tati mulai merasa gak nyaman…
Tati mencoba menghubungi nasabah tersebut, tapi hpnya gak aktif… Gimana nih..?
Tapi, dengan niat baik dan membaca Bismillah, Tati lalu melanjutkan perjalanan sesuai petunjuk si Bapak…

Begitu nemu rumah pertama, kira 200 meter dari jalan besar, Tati nanya sama Bapak2 yang lagi duduk di teras… : “Malam, Pak. Maaf menggangu. Perumahan Villa Duyung Mas Blok E di sebelah mana, ya Pak? Masih jauh dari sini?”
Si Bapak yang duduk di teras : “Wah, gak pernah dengar tuh, Buk. Kalo jalan Duyung itu di seberang sana jl. Nangka. Gak di sini.”
Tati : “Gitu, ya Pak? Makasih, ya Pak.”
Tati lalu melanjutkan perjalanan dengan asumsi si Bapak yang di teras gak tau daerah sini..

Tati nerusin jalan.. sampai mentok.. Setelah ingat2 omongan si Mr. K di telepon, Tati belok ke kiri…
Setelah menyusur pelan2 Tati ketemu anak muda yang lagi duduk di motor, dan bertanya : “Dek, di daerah sini rumah Blok E No. 2 di sebelah mana ya?”
Aanak Muda yang duduk di motor : “Bu, di sini gak sampai Blok E. Adanya sampai Blok B aja.”
Tati jadi tambah bingung deh…

Tati lalu ingat customer Orphant Policy yang lain, yang kerja di perusahaan yang sama dengan Mr. K. Tati langsung mendial nomor beliau, 0813 sekian sekian.. Begitu diangkat, Tati langsung bicara :
“Malam, Pak A. Ini saya, Sondha. Mau nanya alamat Mr. K, pak. Beliau minta saya datangi, tapi alamatnya gak jelas pak.”
Mr. A : “Oh, beliau tinggal di Mess yang di Jl. Anu nomor sekian, Bu. Masuknya dari sebelah anu…”
Tati lalu kembali menyusuri jalan sesuai pentunjuk Mr. A. Setelah kali2 bertanya dan bertanya dengan orang2 di pinggir jalan, Akhirnya Tati menemukan Mess itu. Dan alamatnya benar2 di Jl. Anu nomor Anu. Gak ada itu blok E Nomor 2. Jadi maksudnya apa ya, ngasi alamat gak jelas, salah pula…. Sementara jam di dashboard mobil sudah menunjukkan jam 21 lewat. Jadi Tati udah 2 jam muter2…???

Sampai di Mess, tersebut Tati ditemui oleh staf2 perusahaan yang tinggal di situ, mereka bilang, ternyata si Mr. K gak tinggal di situ… Halllllaaaahhh.. Maksudnya apa toh? Ketika Tati bilang no HP si Bapak tersebut gak bisa dihubungi, staff2nya memberikan nomor yang lain… Ada 2 nomor lagi ternyata..
Tati segera mendial2 nomor tersebut, tapi gak diangkat2..
Tiba2, tidit… tidit… HP Tati berbunyi.. dari nomor HP si Mr. K yang mula2 ada di Tati..
Mr. K : “Ibu, ibu balik aja ke Jl. Nangka. Saya tunggu di situ.”
Tati : “Jl. Nangka, di sebelah mana, Pak?”
Mr. K : “Di jalan ibu masuk tadi aja.”

Tati terpaksa balik menyusuri jalan2 yang gelap dan rusak… Dalam hati berdoa, semoga semua baik2 aja.. semoga ban mobil gak kena paku… dan sejuta semoga lainnya..
Begitu sampai di Jl. Nangka, Tati mendial HP si Mr. K : “Bapak dimana? Saya sudah di Jl. Nangka.”
Mr. K : “Ibu tunggu saja. Saya 5 menit lagi sampai ke sana.”
Apaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa? LIMA MENIT LAGI….? Tati harus nunggu di pinggir jalan, malam2 begini? Dipikirnya siapa dia? Benar2, gak tau etiket dan tidak punya tata krama serta niat baik nih orang…”
Tati lalu sms “Saya tunggu bapak di JCo saja.”
Tati langsung meluncurkan mobil ke Mall SKA yang posisinya sekitar 400 meter di belakang mobil Tati berhenti..

Begitu Tati melewati U-turn, Hp Tati langsung berbunyi, tidit tidit.. dari Mr. K :
“Bu, balik lagi… Saya sudah di belakang Ibu. Ibu gak dengar saya tuter2 Ibu?”
Tati : “Saya gak denger ada yang tuter mobil saya, Pak.”
Gak mau ribut, Tati muteri balik mobil Tati dan parkir di depan kantor bank Bukopin, yang berada di pojokan jalan masuk yang gelap gulita dan buruk tadi.
Si Bapak itu nelpon, lagi.. :”Ibu, ibu yang nongkrong di warung di pinggir jalan, ya? Saya di belakang mobil ibu nih..”
Tati lihat ke belakang, gak ada mobil apa pun dan Tati tidak keluar dari mobil apalagi nongkrong di pinggir jalan…
Tati menjawab : “Pak, saya sedang duduk di dalam mobil. Mobil saya sedang parkir di depan Bank Bukopin”
Mr. K : “Oh ya, saya liat bu.”

Beliau lalu mengampiri mobil Tati. Tati lalu keluar dari mobil, menyampaikan berkas yang harus disampaikan, menjelaskan seperlunya. Lalu pergi. Tati gak mau menunjukkan amarah atau kejengkelan yang sudah menumpuk lebih dari 2 jam..
Gak perlu lah untuk orang seperti Mr. K. Tati gak mau memuaskan ego beliau.. So, stay cooooooollllllll…..!!!!

Antik banget si bapak ini ya?
Dia pikir karena dia nasabah dia bisa memperlakukan agen seenak perutnya… “Pak…, bapak membeli jasa perusahaan tempat saya bekerja, bukan membeli diri saya… Saya, sebagai orang yang bekerja di perusahaan, akan berupaya sebisa mungkin menjaga nama perusahaan. Tapi kalo urusanya sama orang2 seperti Bapak… Waduuuuuuhhhhhh….”

Tapi Tati pikir, mungkin orang ini bermasalah dengan dirinya sendiri.. sehingga senang menyusahkan orang lain.. (dengar2, agen dia yang mula2, kalau mau ketemu bisa disuruh nunggu berjam2…!!!).
Si Bapak ini lupa, bahwa dalam hubungan customer dan agen, yang ada bukan hanya kepentingan agen. Justru yang lebih besar itu adalah kepentingan nasabah.. Karena dia butuh orang yang mengurus investasinya.. Kalo diperlakukan dengan tidak baik, agen mana juga yang mau ngurus..? Agen juga manusia….***