Penginderaan Jauh………….(1)

About Me
Sondha Siregar
Single, 39yo, SMAN 1 Pekanbaru Angkatan 1986, Sosek- IPB Angkatan 23, PJ UGM Angkatan 99, Government Staff & Marketing Freelance, Kutu Buku, Penggemar Musik, Penyanyi Kamar Mandi, Tukang Jalan2, Tukang Ngobrol, Tukang Makan..

Sederet kata2 itu tertulis pada profil Tati, di bagian kanan atas blogs ini…
Di situ ada kata PJ UGM Angkatan 99.. Apa itu PJ? Itu jurusan di UGM atau apa?

PJ ? Singkatan Penginderaan Jauh.. kerennya Remote Sensing..
Untuk level S1, Penginderaan Jauh itu salah satu jurusan di Fakultas Geografi di UGM. Sedangkan untuk level S2, Penginderaan Jauh merupakan salah program studi dari Jurusan MIPA. Temen2 di kantor dulu suka ngeledek… “Apa bedanya sih Penginderaan Jauh dengan Telepati, ‘ndha?” Gak sopan banget pertanyaannya….!!! Hehehe.

Iya sih, PJ tuh beberapa tahun yang lalu gak popular di Indonesia. Orang lebih tau ilmu ekonomi, teknik, hukum, kedokteran deelel… Tapi setelah tsunami menerjang Aceh, gempa yang terus menerus, kebakaran hutan yang datang setiap musim kemarau, serta isu pemanasan global yang gencar dibicarakan, orang2 jadi lebih sering melihat dan mendengar tentang citra satelit, foto udara dsb dsb… Nah, citra satelit, foto udara dan rekan2nya itu merupakan sarana yang digunakan dalam penginderaan jauh…

Apa itu Penginderaan Jauh?
Menurut Lillesand dan Kiefer di buku Penginderaan Jauh karangan Prof. Sutanto, pembimbing Tati waktu nyusun Thesis, “Penginderaan Jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji.” (Sondha, ini blogs, bukan tulisan ilmiah….!!!!)
Artinya, informasi diperoleh melalui media seperti citra satelit, foto udara dll.

Kok, Tati bisa sampai belajar ilmu itu…?
Kan S1 nya pertanian, Sosek pula.. Gak nyambung atuh…!!!
Jujur, sebenarnya Tati gak sengaja berkenalan dengan ilmu ini…
Kecelakaan… Enggak dink.. Hehehe…
Tati tadinya juga gak kepikiran buat mempelajari ilmu ini…

Bulan September 1998, Tati dipanggil atasan di kantor, diperintahkan untuk menggantikan bang Dim yang seharusnya menjadi utusan kantor. Bang Dim keburu ikut kursus struktural.. Sebenarnya beliau ingin mengundurkan diri dari kursus struktural buat ikut kursus yang diinginkannya ini, tapi gak dizinkan lah sama yang mengelola kursus struktural… Kan repot pertanggungjawaban pelaksanaan kursus..
Waktu Tati tanya, saya mesti ikut kursus apa sih? Atasan Tati bilang kursus GIS.. Di Surat Perintah Tugas, Tati baca kursus PUSPICS.
Tati cuma bisa bilang, ya sudah kalo saya harus pergi..
Waktu dikasi tau bahwa kursus itu 6 bulan, Tati kaget juga… Enam bulan…? Dalam hati Tati mengguman “Bisa mati bosan nih gue.!!!”.

Hari pertama Tati ikut kursus, ternyata itu sudah awal minggu ke2. Untungnya, ada beberapa orang yang juga terlambat datang. Salah satunya Yohanna Endang, orang Yogya yang bertugas di Bappeda Kalimantan Tengah. Hanya Endang dan Tati peserta kursus yang perempuan, selebihnya laki2 (15 orang?). Kita tuh ngambil posisi di kursi paling belakang sisi kanan.. Semua kejadian di depan terpantau dari belakang… Jadi kita bisa liat siapa peserta yang jail (Aris dari Kalteng), siapa yang gokil (juga Aris), siapa yang serius banget2 (pak Teguh..!!). Lumayan lah buat ngilangin bosan dan ngantuk. Hehehe. Btw, kamu dimana sekarang ‘Ndang? Hubungi aku lah kalau kamu nemu blogs ini..

Hari pertama, segala kalimat pengajar gak ada yang nempel di kepala Tati…, masuk kuping kiri keluar kuping kanan, gak ada yang nempel…!!! Semua lewat begitu aja. Karena istilah2 yang digunakan gak ada dalam kosa kata Tati.., topik yang dibicarakan juga gak ada dalam semesta pikiran Tati… Ampuuuuuuun! Berat sekali rasanya menahan kantuk yang diiringi dengan rasa bosan.. Lagu “Menghitung Hari” nya KD seperti mengalun di kepala Tati, setiap detik, setiap menit, setiap jam…. Kapan keadaan yang membosankan ini akan berakhir…

Di hari pertama juga, pada sesi yang siang, peserta kursus digiring ke laboratorium… Kita diajar menggunakan streoskop untuk melihat foto udara yang bertampalan, sehingga terlihat tiga dimensi…Istilahnya Yayat, yang orang Bandung kita disuruh nginceng..! Pekerjaan yang nyebelin, karena Tati gak tau apa yang mesti dilihat… apa yang bisa dikenali dari apa yang terlihat… Sementara teman2 yang punya background geologi, geografi dan tambang sepertinya sih gak masalah… Mereka udah biasa… Tati rasanya ingin pulang… Sebel…!!!

Situasi ini terjadi berhari2, bermingu2, sampai kita menyelesaikan peta bentuk lahan tentative dan peta penutup lahan tentative daerah Semarang… Dalam membuat Peta bentuk lahan, jujur Tati partisipasinya kecil banget.., hanya mampu membaca arah2 aliran air.. Menganalisis bentuk lahannya, wassalam deh… Kagak ngatriiiiiii!!! Tapi kalo menganalisis penutup lahan, Tati ikutan, karena lebih mudah…

Setelah kedua peta tentative itu jadi, Tati dan semua peserta kursus dibawa ke lapangan oleh para pengajar untuk mengecek kebenaran hasil interpretasi kita… Nah pada saat ini, baru Tati tertakjub2… betapa ilmu ini sangat menarik… Belum lagi, akhirnya Tati diperkenalkan dengan buku2 yang bisa membantu untuk menganalisis bentuk2 lahan berdasarkan pola2 aliran yang tampak dipermukaan bumi… Tati juga diberi pengetahuan bagaimana ilmu ini bisa bermanfaat untuk analisis sosial ekonomi, juga untuk pengelolaan perkotaan. Kita juga diajar membuat peta2 digital dan GIS… Rasanya asyik aja bisa nguplek2 di depan compi..

Penginderaan Jauh ini akan sangat membantu kita mengenali “kekayaan” negeri kita..
Andai ilmu ini benar2 dimanfaatkan dalam pengelolaan kekayaan sumberdaya alam di negeri ini… Pengelolaan alam yang sustainable mungkin bisa diwujudkan… Tapi kita seringkali hanya berpikir “bagaimana menyelesaikan masalah dalam jangka pendek”, bukan berpikir bagaimana “merencanakan dan melakukan sesuatu yang akan bermanfaat dalam jangka panjang, sembari sekaligus menyelesaikan masalah2 jangka pendek”. Mudah2an akan tiba masanya, kegiatan pembangunan di negeri kita dilakukan berdasarkan data, yang valid dan up date.. Mudah2an..

Btw, ini beberapa foto2 pantai selatan di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dikunjungi bersama para pengajar… Pantai2 yang indah, yang ternyata “punya cerita menarik” yang bisa dibaca dari data penginderaan jauh… Pak Sunarso Simoen, terima kasih buat pelajaran Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Pesisir-nya. Penjelasan bapak benar2 telah membuat saya takjub dan tertarik dengan Penginderaan Jauh.***



Mami Uli & Tambak….

Suatu hari, sekitar tahun 2005an, Mami Uli dari Samarinda nelpon Tati…

Mami Uli cerita :
“Kak, waktu itu aku ikut Papi Samuel pulang kampung ke kampungnya di Narumonda.
Terus aku diajak Eda2 (Eda = ipar perempuan)ku pergi. Mereka ngajak ke tambak.
Aku heran, kok bisa mereka punya tambak padahal Narumonda itu kan di daerah yang cukup tinggi. Air dari mana?
Tapi dari pada makin heran, ya aku ngikut aja…
Ternyata…. Tambak itu artinya kuburan… Walaaaaah aku gak ngerti, kak…!!!”

“Di tambak itu, tersusun rapi kuburan bapaknya si Papi, lalu abang2 dan saudara2nya lengkap dengan istri2nya yang juga sudah meninggal… Kayak kuburan keluarga kita juga di Sibadoar dan Hanopan..
Aku bengong aja, mengamati…
Tau2, salah seorang Edaku bilang, nanti kalo aku dan Papi Samuel meninggal, juga akan di sini dikuburkan..
Aku kaget mendengarnya, kak…
Aku sempat termangu2, lamaaaaaa….”

Tati : “Kenapa, gitu ?”
Mami Uli : “Aku gak kepikir kalo aku akan di kubur di situ nanti… Aku pikir, aku akan dibawa ke Sibadoar kak.”
Tati : “Mana bisa, Li? Kalo lhoe udah kawin sama Sinambela, artinya elhoe juga udah jadi Sinambela. Lhoe akan jadi bagian keluarga itu. Kalo lhoe meninggal, mereka yang berhak menentukan dimana elhoe akan dimakamkan. Lhoe tau sendiri kan adatnya kita?”
Mami Uli : “Jadi, kita akan terpisah kak? Kita gak akan sama2 di Sibadoar? Aku ingin dikuburkan di Sibadoar kak, sama2 dengan Opung dan semua anggota keluarga kita. Aku gak mau sendirian kak.”
Tati : “Dek…, kakak pun ingin dimakamkan di Sibadoar kalo saatnya tiba. Tapi kita gak bisa menentukan, karena kalau kita meninggal, urusan kubur menguburkan adalah urusan yang masih hidup. Kita gak tau dimana takdir kita akan dikuburkan. Kita harus pasrah aja..”

Sama seperti Mami Uli… karena sejak kecil kita selalu pulang kampung untuk ziarah ke makam keluarga di Sibadoar dan Hanopan, Tati sering kali berpikir bahwa bila saatnya tiba Tati akan dimakamkan di Sibadoar.. Kalaupun tidak di pemakaman keluarga yang berlokasi di belakang gereja, paling tidak di makam kaum muslim, yang ada di bagian depan kampung.
Tapi sekali lagi, urusan kubur mengubur adalah urusan yang masih hidup.
Urusan kita saat ini adalah, hidup sebaik2nya…
Berjuang meraih ridho Sang Pemilik Kehidupan..***

My Metamorphoses….

Banyak kenalan lama yang bilang wajah Tati itu gak berubah dari zaman ke zaman. Sehingga mudah dikenali, meski udah bertahun2 gak ketemu… Masa iya sih, gak berubah…? Rasanya itu berlebihan deh.. Yang pasti, andeng2 Tati bertambah.., dari sebiji waktu masih kecil sekarang jadi 3… Belum lagi, keriput yang bertambah…
Kalo gak percaya, lihat nih metamerposis Tati dari zaman ke zaman. Emang ulat, jadi kupu2.., kok pake istilah metamerposis. Hehehe


Photo tahun 1973, usia 6 tahun, digunakan pada ijazah TK


Photo tahun 1980, usia 12 tahun, digunakan pada ijazah SD


Photo tahun 1983, usia 15 tahun, digunakan pada ijazah SMP


Photo tahun 1984, usia 16 tahun


Photo tahun 1985, usia 17 tahun


Photo tahun 1986, usia 18 tahun, digunakan pada ijazah SMA


Photo tahun 1992, usia 25 tahun, digunakan pada ijazah S1

Siapa bilang, gak berubah…? Masa sama dengan wajah Tati sekarang? Yang bilang gak berubah, pasti perlu ke dokter mata…!!! ***