Ini tulisan tentang perjalanan yang diriku lakukan bulan Mei 2014 yang lalu… Perjalanan ke tanah suci. Ke Madinah al Munawaroh lalu ke Mekah al Mukkaromah. Semoga bisa jadi masukan bagi teman-teman, terutama yang awam, yang ingin berumroh.

Perjalanan umroh yang pertama ini sangat berarti bagi diri ku. Karena sebenarnya aku sudah mulai punya Tabungan Haji sejak tahun 2005.
Saat itu sesuai dengan pendapatan, aku setiap bulan menyisihkan sebahagian untuk tabungan haji. Namun karena selama beberapa tahun, sejak awal tahun 2007 aku mencicil si sparky, maka tabungan haji itu pun terlupakan. Justru kakak ku yang juga mulai buka tabungan haji pada tahun yang sama dengan ku, pergi haji pada tahun 2010..
Perjalanan hidup yang bergelombang membuat aku rindu untuk pergi ke Baitullah.
Aku lalu bilang ke kakakku, bagaimana kalau kami pergi umrah bersama.. Tapi kakak ku bilang, sebaiknya aku menggenapi dulu tabungan haji ku untuk bisa mendaftar, sehingga bisa dapat nomor porsi.. Setelahnya baru, kami pergi umrah… Jadilah di akhir tahun 2013 aku fokus untuk menggenapi tabungan haji ku.. Lalu mendaftar… Alhamdulillah wa syukurillah…. Meski aku harus mengantri selama 15 tahun, bila kuota haji masih seperti tahun- tahun ini, aku tetap bersyukur… Ada teman-teman yang menyarankan agar pendaftaran haji reguler yang ku lakukan itu, dialihkan saja ke ONH Plus, biar lebih cepat.. Antriannya katanya hanya 5 tahun.. Tapi aku sampai saat ini masih bertahan di kelompok reguler, karena aku ingin kalau pergi haji bisa 40 hari.. Belum mau pergi haji hanya 2 mingguan di sana… Pengen berlama-lama di sana… Semoga Allah membuka pintu rezeki bagiku agar bisa segera pergi haji, yaaa….
Lalu mulai awal tahun 2014, aku dan kakak ku mulai mencari-cari informasi tentang travel umroh.., serta mencari-cari kemungkinan waktu untuk aku cuti dari kantor.. Karena tugas ku di kantor itu ada sepanjang tahun… 😀 Tapi dari hasil diskusi dengan pimpinan ku, beliau menyarankan aku untuk berangkat setelah bulan Maret.. Dan setelah mencocokan paket-paket yang ditawarkan dengan kesesuaian jadwal, kami memutuskan untuk ambil paket yang berangkat di awal Mei 2014…
Apa pertimbangan untuk mengambil paket tersebut…? Ada beberapa hal…
Pertama, agen dari travel umroh yang ada di Jakarta itu kenalanku.. Meski gak terlalu akrab, tapi kami kenal cukup baik..
Kedua, paket yang ditawarkan 15 hari.. Itu paket yang terlama dari yang ditawarkan travel-travel yang aku lihat-lihat..
Aku dan juga kakak ku menginginkan kita selama mungkin di tanah suci.. Toh, pimpinan ku mengizinkan.. 😀
Ketiga, karena itu paket promo, jadi harganya relatif murah dibanding paket-paket yang aku lihat..
Lalu apa saja yang aku siapkan sebelum berangkat umroh..? Selain menyiapkan hati, tentunya…
Sebagai perempuan…, aku harus mempertimbangkan siklus biologis ku… Karena dengan waktu yang hanya 15 hari pulang pergi, tentu aku ingin bisa full beribadah.. Jadi sebulan sebelum berangkat aku pergi ke dokter obgyn, alias spesialis kandungan.. Kebetulan oleh menantu kakak ku, yang bekerja di Rumah Sakit Awal Bross Panam, Pekanbaru, aku direkomendasikan ke dokter kandungan perempuan, yang berjilbab syar’i.. Alhamdulillah beliau sangat membantu.., bahkan beliau memberikan pin BB nya agar bisa dihubungi bila kita butuh masukan… Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap kondisiku, dan hasil diskusi kami, si ibu dokter memberi aku resep pil KB.. Jumlah yang diberikan tidak 30 butir, tetapi lebih untuk mengantisipasi perlunya meningkatkan dosis, karena pertimbangan kondisi tubuh ku..
Bagaimana dengan pakaian…? Sesuai dengan masukan dari sahabat-sahabatku yang sudah pergi umroh, aku tidak membawa banyak baju.. Jadi apa saja yang aku bawa…?
Beberapa lembar baju yang bahannya sangat ringan (aku bawa empat lembar) plus legging bahan kaus yang menyerap keringat; Sekitar 2 buah baju dengan bahan katun; 4 buah mukena (atasannya saja) yang ringan dan adem, plus sajadah kecil; 1 gamis putih dan 1 buah mukena putih, niatnya buat saat umrah. Tapi ternyata gak harus kok…Jilbab atau kerudung cukup 3 buah saja, termasuk yang dipakai saat berangkat;
Beberapa kaus kaki; Sepatu sendal yang nyaman buat jalan kaki; Sling bag (tas sandang menyilang badan) yg kecil,
yang tidak menghalangi saat berdesak-desakan saat tawaf dam umrah, dan gak perlu dilepas saat sholat. Tas ini buat menyimpan dompet, dan buku cacatan doa; Biasanya travel memberikan sling bag, tapi buat aku rasanya kebesaran.. Menghalangi kalau gak dilepas saat sholat. Tas kain untuk bawa Al Qur’an dan tempat air minum. Kantong tempat sepatu; Sun glasses, lip balm, cream pelembab kulit, tissue basah, tissue kering, dan toilet paper (kertas untuk alas duduk di toilet umum); Beberapa buah gantungan baju, seperti yang biasa kita dapat dr laundry. Jadi gak merasa rugi kalo harus ditinggal saat pulang; 😀 dan beberapa perlengkapan pribadi lainnya…
Kok jilbab cuma tiga…? 😀
Jadi selama di tanah suci, kita kan aktivitasnya hanya mundar madir ke masjid Nabawi dan masjdil Haram.. Kalau ada yang mau dibeli biasanya juga dalam perjalanan menuju atau sepulang dari sholat di masjid. Jadi busana yang nyaman adalah, baju yang ringan, lalu pakai mukena yang juga ringan, plus kaus kaki… Jadi baju katun yang dua dan jilbab itu dipakainya saat travel membawa kita berkunjung ke berbagai masjid, saat di Madinah.. Juga saat diajak berkunjung ke Jeddah.., dan saat kembali ke tanah air.. Baju yang ringan, seperti juga pakaian dalam, mudah dicuci dan dijemur di kamar mandi hotel.. Kalau mau nge-laundry juga bisa siyy… Tapi saran saya, gak perlu kita bawa mukena cantik yang bordirnya besar-besar.. Beraaattt….. 😀
Oh ya di pesawat perlu bawa apa aja?
Saran saya, bawa koper buat cabin deehhh… Apa aja isinya? Baju ganti 1 stel, peralatan bersih-bersih diri, juga handuk kecil.. Di tas tangan sediain tissue kering, tissue basah, kertas alas duduk di toilet, shawl, kaus kaki tebal, dan klo saya bawa sarung tangan tebal untuk saat tidur di pesawat biar gak kedinginan. Bawa juga cemilan kesukaan,
atau lauk kering kesukaan.. Buat mengganjal perut kalau menu yang dihidangkan gak cocok di lidah… 😀
Sesuai jadwal, kami, aku, kak Lintje, Kak Yai dan Olan, putra kak Lintje berangkat tanggal 2 Mei 2014 sore ke Jakarta. Menurut jadwal kami tanggal 2 Mei sekitar jam 23-an akan berangkat dari Jakarta menuju Jedah via Kuwait. Kenapa ke Jakarta? Karena travel umroh yang akan membawa kami base-nya di jakarta. Dan kenapa via Kuwait? Karena paket 15 hari itu menggunakan Kuwait Airlines..
Ternyata begitu kami landing di jakarta, kami diberi tahu bahwa pesawat Jakarta – Kuwait ditunda keberangkatannya sampai besok pagi, jam 06.00. Dan seluruh penumpang akan diinapkan di salah satu hotel di Jakarta. Hmmmm…. Secara kami tidak menyiapkan koper untuk dibawa di cabin, kami terpaksa membongkar koper untuk mengambil baju tidur dan beberapa perlengkapan pribadi untuk keperluan menginap… Kejadian yang sama berulang saat kami dalam perjalanan pulang setelah umrah… Penerbangan Kuwait Air Kuwait – Jakarta di-delay sekian jam, sehingga kami harus diinapkan di hotel di dalam bandara di Kuwait City.
Berdasarkan pengalaman ini, saya menyarankan teman-teman yang akan pergi ke luar negeri dan akan transit, membawa koper kecil di cabin yang berisi perlengkapan pribadi kalau mendadak harus menginap.. 😀
So, setelah mengambil beberapa perlengkapan, kami pun bergabung sama puluhan orang lain calon penumpang Kuwait Air yang didelay.. Ramai banget.., karena ada juga rombongan besar yang akan ziarah ke Jerusalem. Ada 3 bus besar yang disediakan untuk mengangkut kami ke Hotel Aston di Kawasan Pluit. Memang, airlines menyediakan fasilitas, tapi rasanya capek lho.. Apa lagi bersama saya ada 2 orang kakak yang tak muda lagi usianya.
Dan salah satu kakak saya, punya masalah dengan saraf di tulang belakang, yang membuat beliau jalan agak bungkuk dan tak selincah orang muda.
Keesokan paginya, jam 3 pagi kami sudah dibangunkan. Karena jam 4an sudah harus ke bandara lagi..
Saat kami berangkat, ternyata kami dari Pekanbaru ada 6 orang. Yang 2 lagi sepasang suami istri. Rombongan lain sebagian besar berasal dari Purworejo, dan ada juga beberapa orang dari Jakarta. Rombongan dari Purworejo dipimpin langsung oleh agen travel yang di Purworejo, yang kebetulan seoramg ustad. Beliau beserta istrinya lah yang memimpin rombongan kami. Alhamdulillah setelah beberapa hari bersama, mereka mengetahui keadaan kakak saya, mereka kemudian justru menjaga kami, terutama pada saat sai… Bu ustad tetap mengiringi saya dan kakak saya, meski kami berjalan sangat pelan, karena kakak saya sempat tertatih-tatih di beberapa putaran terakhir, namun tak mau menyerah untuk menggunakan kursi roda. Bu Ustad akhirnya bilang, di awal perjalanan mereka tidak mengetahui kondisi kakak saya itu, tidak ada yang menyampaikan kepada mereka.. Sehingga ketika boarding di Bandara Soettta dan turun naik di Bandara Kuwait, mereka tidak sadar bahwa kami berjalan sangat perlahan, dan sempat merasa tidak nyaman karena hampir tertinggal oleh rombongan. Merasa diabaikan…
Sebenarnya ada beberapa hal yang menjadi catatan buat teman-teman bila ingin mengambil paket umroh.. Terutama yang masih awam, seperti kami…
Pertama, tanyakan betul jalur perjalanan.. Saat presentasi, kami diberi tahu bahwa perjalanan kami Jakarta – Kuwait,
lalu langsung Medinah. Sebagai orang awam kami berpikir dari Kuwait kami akan terbang ke Medinah. Ternyata pesawat yang mendarat di Medinah itu hanya Saudi Air. Jadi yang bukan Saudi Air mendaratnya di Jeddah..
Dari Jeddah ke Medinah itu jalan darat sekitar 5 jam. Hal ini sebenarnya tidak masalah kalau ada pemahaman sejak awal… Tapi kami tahunya hanya beberap hari menjelang keberangkatan. Bahkan kami tidak diberi tahu bahwa penerbangan itu tidak langsung dari jakarta ke Kuwait, melainkan singgah dulu beberapa jam di Bandara KLIA, Kuala Lumpur, tanpa penumpang turun dari pesawat. Demikian juga saat pulang.
Kedua, pastikan betul lokasi hotel tempat kita akan menginap. Berapa jaraknya dari Masjid Nabawi, mau pun Masjidil Haram.Kalau kita dengan usia relatif muda, dan fisik sehat, jalan 400 meter pulang pergi 4 kali sehari , 2 kali di terik cuaca padang pasir, in sha Allah tidak apa-apa. Anggap saja olah raga… Tapi buat yang usianya tak lagi muda,
dan untuk berjalan pun tak semudah yang sehat, ini adalah hal yang betul-betul perlu dipertimbangkan. Bila kita rasanya butuh hotel yang lebih dekat dari yang ditawarkan travel, tanyakan kemungkinan untuk meng-upgrade hotel.
Karena ternyata umumnya travel bisa menyediakan fasilitas tersebut. Apa lagi bila kita itu perginya bersama keluarga atau teman, yang akan sekamar bersama-sama.. Kalau dianggap bikin repot, karena ada rombongan yang terpisah,
itu bukan alasan yang kuat, karena selama di Madinah dan Mekah, di luar kegiatan umrah dan ziarah ke masjid, kita lebih banyak melakukan aktivitas pribadi, ke masjid.
Kalau bisa hotel itu cukup dekat, sehingga bila kita sedang menunggu waktu sholat berikutnya tapi mendadak ingin ke toilet, atau wudhlu batal, kita bisa kembali ke hotel. Hal ini terutama di Masjid Nabawi. Karena toilet perempuan di masjid Nabawi lokasinya jauh di bawah, dan ada dua tingkat. Terlalu beresiko untuk turun ke sana sendiri, apa lagi di malam hari. Sedangkan di Masjidil Haram, kalau ingin ke toilet saya keluar dari masjid, pergi ke mall yang dipojok
di depan Masjidil Haram. Di lantai 2 ada toilet wanita. Kebetulan setiap saya ke sana petugasnya seorang TKW dari Indonesia, yang ramah, bernama Patma.
Apa yang saya jalani selama umroh…?
Apa yang saya rasakan…?
Saya sharing di postingan berikutnya ya teman-teman..
Ini sudah sangat larut.. Dan saya sedang berada di Pasir Pangaraian,
ibu Kota Kabupaten Rokan Hulu, . ***
Like this:
Like Loading...