Secara gak sengaja, beberapa waktu yang lalu saat ada keperluan ke bagian Kepegawaian di kantor, Tati mendengar seorang pegawai lelaki, masih muda, sedang bicara dengan seorang ibu yang sudah pantas jadi emaknya.. Lelaki muda itu berkata dengan lantangnya “Perempuan itu bodoh… Senengnya dibo’ongin…”
Saat itu Tati hanya diam tak bergeming karena belum ngerti apa konteks pembicaraannya, dan bagaimana awalnya bisa jadi begitu. Tapi Tati jadi pasang kuping karena curious … Lalu terdengar percakapan lanjutan antara si pegawai lelaki muda dengan seorang ibu yang sudah pantas jadi emaknya..
Si Ibu : Ape engkau cakap tuuhhh (bahasa Melayu : kamu bilang apa) ?
Lelaki muda : Iya Bu. Perempuan itu bodoh, senang banget ditipu.. Maunya dikasi tau yang baik2nya aja, meski realitanya gak begitu… Itulah bodohnya perempuan.. Kayak ibu, pasti senangnya dibilang sama suami kalo ibu masih cantik lah, masih sexy lah.. Padahal kenyataannya….? (kurang azar betul mulut nii anak muda…!!! hhhrrrrrrrrrrrrrrrgggggggg….!!!)
Tati lalu nyeletuk : Kok bisa berkesimpulan begitu ?
Lelaki muda : Ya iya lah kak. Kan bodoh namanya, mau ditipu.. Padahal dia tau kok realitanya seperti apa..
Tati : Saya gak sependapat dengan statement kamu. Menurut saya, perempuan itu tidak bodoh. Dia hanya ingin dihargai pasangannya. Dia ingin terlihat cantik dan sexy di mata suaminya, manusia yang pendapat dan pandangannya paling berarti bagi perempuan tersebut. Toh cantik dan sexy adalah sesuatu yang relatif, yang terkait dengan rasa. Gak ada parameternya. Gak ada hubungannya dengan tipu menipu dan kebohongan. Gak ada hubungannya dengan tingkat kecerdasan. Dan menurut saya statement kamu terlalu naif. Coba kamu ucapkan statement kamu tadi di depan Ibumu?
Lelaki muda : Kok kakak jadi mengaitkan dengan ibu saya? Gak ada hubungannya…
Tati : Ya ada lah hubungannya. Mungkin kamu punya pengalaman dengan beberapa perempuan yang senang mendengarkan hal2 yang menyenangkan meski dia tahu kenyataannya gak seperti itu. Tapi pengalaman kamu gak bisa dijadikan dasar untuk membuat statement “perempuan itu bodoh”. Kalo sesuatu yang sifatnya kasus kamu jadikan statement yang general, maka perempuan yang kamu bilang bodoh itu, ya termasuk ibu kamu.. Karena ibu kamu kan juga perempuan.. Padahal apa iya ibu kamu bodoh? Kalo ibu kamu bodoh, saya yakin kamu gak akan sampai di tempat ini…
Si Lelaki muda terdiam dan tercenung… Sementara Tati memutuskan untuk pergi meninggalkan ruangan tersebut sambil tersenyum ramah tanpa lupa menyampaikan permisi pada si lelaki muda dan orang2 lain yang hadir di situ.
Tapi percakapan itu terulang lagi hari ini di ruang kerja Tati, masih dengan si Lelaki muda. Dia masih berkeras dengan pendapatnya, “bahwa perempuan itu bodoh”…
Tati : Sekali lagi menurut pendapat saya, perempuan itu gak bodoh. Kamu lihat berapa banyak bisa perempuan berprestasi ? Kamu lihat berapa banyak perempuan yang mampu mendidik anaknya sehingga menjadi orang2 yang hebat..? Apa bisa mereka melakukan itu semua kalo mereka bodoh ?
Lelaki muda : Iya, itu benar kak. Tapi sepintar2nya perempuan, mereka itu senang banget ditipu sama lelaki. Makanya saya bilang “perempuan itu bodoh”…
Tiba2 seorang teman lelaki yang seruangan dengan Tati nyeletuk : Aku gak setuju kalo perempuan dibilang bodoh.. Perempuan itu banyak sekali yang cerdas, cuma dalam menjalankan hidupnya, dalam mengambil keputusan, perempuan cenderung lebih memakai rasa dari pada akal..
Pernyataan teman seruangan Tati rasanya lebih tepat.. Soal perempuan senang mendengar yang baik meski tahu kenyataannya tidak seperti itu, mungkin terkait dengan sifat dasar perempuan yang merasa bahagia kalo pasangannya mengakui eksistensi dirinya.., mengakui usaha2 yang udah dilakukannya untuk menjadi perempuan terbaik bagi pasangannya.. Bukan karena dia senang dibodoh2in…
Soal lebih menggunakan rasa dari pada pikiran dalam menjalani hidup dan mengambil keputusan.. Tati pikir gak selamanya itu jelek.. Bukan kah perempuan, yang didominasi dimensi rasa dalam menimbang dan bertindak, diciptakan untuk mendampingi laki-laki yang lebih didominasi dimensi akal ? Bukan kah justru perbedaan itu yang menyebabkan keduanya saling melengkapi dan menciptakan keserasian…?
Atau pendapat Tati ini mungkin kurang tepat yaaa…? Secara agak2 kurang pengalaman… Huahahahaha……
Ahh, tolong kau bilang sama lelaki tolol itu kak:
Mau ga kalo dia dibilang: Hey Jelek, Item, botak!
Gak mau kaaaannn? Marah kann?
Tapi coba kalo dipanggil gini: Hey ganteng apakabar?
Bohong kalo dia ga terbang melayang ke angkasa sampe tolol *apalagi kalo yg ngomong Dian Sastro* Padahal coba tengok kenyataan mukanya kaya apa…berarti dia lelaki doyan juga kan dibohongi???
Jadi kesimpulannya, kalo parameter dia perempuan itu bodoh karena suka dibohongi dgn hal2 yg kek gini…maka dia sudah menjadikan dirinya lelaki dengan pikiran cupet dan tolol sedunia….
Gak lelaki ato pun perempuan ga suka dipanggil dengan kekurangannya, tidak perlu di gender kan!….makanya turunlah ayat di Al-Quran: Janganlah kamu memanggil dengan sebutan yang buruk.
Dan Rosulullah pun meneladani bagaimana bersikap, terutama dengan istri….
*sorry ya kalo komennya agak sadis kali ini*
Fitra…
Saya setuju banget ama komen kamu..
Cuma laki2 bodoh yang berpikiran bahwa perempuan adalah makhluk yang bodoh…
Karena kehidupannya kan diisi oleh orang2 terkasih yang sebahagiannya adalah perempuan.. Apa dia berani bilang kalo perempuan2 yang dia kasihi itu bodoh…?
He’s only a stupid jerk.. Tapi memang banyak juga siyy manusia jenis ini berkeliaran di muka bumi… Manusia2 yang memerlukan edukasi…