Nama menurutku adalah pemberian orang tua yang tak hanya melekat pada jazad seorang anak manusia sejak dilahirkan ke muka bumi, tapi nama melekat juga di ruh, bahkan mungkin sampai di hari akhir nanti.
Nama adalah identitas, doa dan harapan orang tua pada anaknya.
Sebagai identitas, untuk mengetahui asal usul keturunan, beberapa suku atau etnis menggunakan family name atau nama keluarga alias marga. Suku Batak, misalnya.
Sebagai keluarga yang berdarah Batak, kami menggunakan family name, Siregar. Family name itu tetap kami pakai, meski terkadang membuat kami diberi cap sebagai pendatang di kota tempat kami menetap lebih dari 45 tahun. Mengapa tetap dipakai, kan akan lebih mudah diterima di semua kalangan kalau gak pakai marga? Ya, karena nama adalah identitas. Tetap memakai marga adalah cara kami menghargai leluhur yang telah membawa kami sampai pada tahap kehidupan yang sekarang ini.
Di dalam keluarga kami juga ada kebiasaan untuk memberikan nama leluhur kepada generasi yang lebih muda. Abang sepupuku, cucu laki-laki paling tua dari Opung kami, diberi nama Pieter. Itu adalah nama Opung Godang kami, alias ayah dari Papaku. Adik perempuanku bernama Uli, mengambil nama dari ibunya Mamaku, Mastora Ulina boru Siregar.
Putra pertama kakakku diberi nama Parlindungan, yang merupakan gelar adat alm ibu. Putra kedua kakakku diberi nama Barumun, itu gelar adat opung kami. Putra ketiganya diberi nama Sornong, itu nama buyut Papaku. Sedangkan putri kakakku diberi nama Ira Menmenita. Menmen itu adalah nama kecil ibunya Papaku.
Kebiasaan itu dilanjutkan adik-adik dan ponakanku. Putra pertama adik laki-lakiku, David, diberi nama Arden Thomann Denaldy Siregar. Arden Toman adalah nama Papa kami. Putra ketiganya diberi nama Abner Harryndra. Harry adalah nama abang Papa kami. Nama Harry juga diberikan ponakanku, Parlindungan, pada putra pertamanya, Harry Muhammad Kartawidjaja.. Sedangkan puteri satu-satunya David, diberi nama Ajere, diambil dari nama saudara perempuan buyut kami, Anjere. Adik perempuanku Uli, memberikan nama buyut kami, Samuel, pada anak lelakinya. Uli juga memberikan nama mama kami pada putrinya.
Nama-nama yang sama berulang-ulang digunakan dalam keluargaku. Untuk mengenang kehadiran orang-orang yang disayangi.
Bagaimana dengan nama diriku? Sondha Monalisa Siregar.
Sondha bukan nama yang umum dipakai dalam keluarga Batak. Yang biasa itu, Sondang. Menurut alm Mama, Sondha itu adalah nama teman sekolahnya, sosok yang cantik, lembut dan baik hati dalam kenangan alm Mama.
Monalisa ? Ya, nama itu diambil alm Mama dari masterpiece karya Leonardo Da Vinci yang saat ini dipamerkan di Denon Wing, di Musèe du Louvre. Sepertinya saat Mama memberikan nama itu padaku beliau belum tahu ada begitu banyak dugaan-dugaan tentang sosok yang menjadi inspirasi sang maestro. Bahkan ada dugaan bahwa Monalisa adalah versi perempuan dari sang maestro.
Sepertinya Mama berharap anak perempuannya yang paling besar ini menjadi perempuan yang cantik, lembut dan baik hati. Semoga diriku bisa. I miss you, Mom. Rest in peace
Sebenarnya, diriku punya nama yang lain. Nama yang diberikan oleh seorang pemilik pesantren di pinggiran Kota Bogor sekitar 30 tahun yang lalu. Tapi nama yang indah itu, Sofia, tak pernah diriku pakai, karena aku menghormati orang tuaku dan tetap memakai nama pemberian orang tuaku. Nama yang digunakan dalam semua dokumen yang ada di sepanjang hidupku. Nama Sofia itu tetap ku simpan di dalam hati.
Lalu, apa sih arti sebuah nama?
Shakespeare bilang, “Apalah arti sebuah nama. Bila setangkai mawar diberi nama yang lain, dia akan tetap mawar karena baunya tetap wangi.”
Jadi menurut Shakespeare, yang penting itu sikap, perilaku manusia, bukan namanya.
Bagiku, nama yang indah, berisi identitas, harapan dan doa itu juga penting. Sama penting dengan sikap dan perilaku. Dan buat ku yang juga penting adalah nama itu sesuatu yang harus dijaga. Perjalanan hidup acap kali tak memungkinkan kita untuk benar-benar bersih, tanpa noda. Semoga Allah memberi kita hidayah dan kekuatan iman di sepanjang perjalanan hidup, sehingga kita mampu memegang nilai-nilai dan mengambil pilihan-pilihan yang bisa membawa kita mendekati keadaan saat kita dilahirkan. Kalau pun ada khilaf, semoga bisa segera kembali dan husnul khotimah. Aamiin ya Rabbalalaamiin ***
I love it… ❤
Terima kasih… salam kenal..
Hai…namanya bagus. Kebiasaan di keluargamu unik juga ya. Beda dng klg di Jawa, nama kecil nenek jarang kami ketahui. Biasanya lebur kebawa nama suami (kakek). Cuma ditambahi Eyang Putri atau Eyang Kakung di depannya.
Hai, mba Hani…
Salam kenal…
Terima kasih atas apresiasinya, mba..
Di budaya Batak nama seorang perempuan atau laki-laki tak lagi disebut setelah mereka punya anak. Mereka akan dipanggil dengan ibu atau bapak si “nama anaknnya yang pertama”. Demikian juga di keluarga kami. Tapi nama asli leluhur tersebut sering diberikan lagi pada turunannya, untuk mengenang..
Tulisan yang apik, mengalir. Enak dibaca kak.
Terima kasih, teh Ani..
Saya masih harus belajar..
Masih banyak salah ketik..
Semoga kita bisa tetap menulis…
Semoga tulisan-tulisan kita makin baik dan bermanfaat…
Ah baru tau kalo nama itu juga berarti penghargaan yg tinggi untuk keberadaaan seseorang dihati org yg lainnya y. Kereen. Aku ngaminin doa baiknya yaaa ^^*salamkenal
Salam kenal, mba Rahma…
Terima kasih sudah singgah..
Dan juga atas apresiasi dan doanya..
Wish u all d best juga mba…
Menarik mb. Oiya,,saya pernah denger apa iya suku batak menamai anaknya langsung sesuai yang ada di pikiran sang orang tua?
Salam kenal.
Salam kenal mba Feriyana.
Terima kasih sudah berkunjung..
Terima kasih juga atas apresiasinya.
Sepertinya yang sering memberi nama anaknya dengan apa yang dia lihat atau pikirkan saat anaknya itu lahir adalah orang Karo. Salah satu etnis Batak yang tinggal di Tanah Karo, di sekitar Sibolangit, Kabanjahe, Tiga Binanga.
“mengambil pilihan-pilihan yang bisa membawa kita mendekati keadaan saat kita dilahirkan.”
Like this… 😆
Hai mba Ayu…
Salam kenal..
Terima kasih sudah singgah ke ceritasondha.com..
Terima kasih juga atas apresiasinya, ya mba..
Semoga kita bisa membuat pilihan-pilihan yang baik di sisa perjalanan hidup kita, baik untuk diri sendiri mau pun untuk orang-orang yang kita sayangi. Aamiin…
Wah kita satu marga yan hanya saja bapak dari papa orang padang maka yang tertera di namanya marga padang “tanjung” walau di hati lebih terlihat “siregar”nya karena besar di sumut.
Nama dikeluargaku juga mengulang bahkan nama anakkupun menyadur dari nama ibu saya
Nama yang berulabg ini sebagai tanda penghormatan orang yg dicintai.
Hai Karin…!!
Papanya Karin bermarga Tanjung ya? Yang Siregar, siapa ya?
Kalau etnis Batak, marga diturunkan melalui garis anak laki-laki.
Tapi dengan mempunyai anak perempuan (meski tidak meneruskan marga), orang tua punya kesempatan menjadi mora (mertua dari pihak laki2), yang dalam struktur masyarakat adat, memounyai posisi tertinggi.
Yang bermarga siregar adalah ibu nya Bapak saya.
Namun dari segi hukum patrilineal jadi yang dipakai marga tanjung dari papanya Papa. Hihi.
Siregarnya juga dari sipirok lho. Mungkin kakau diteliti diatas-atasnya kita masih saudara ya? Hihi
Anak2 perempuan batak yang menikah dengan lelaki minang adalah anak2 asli Indonesia.. 😀 Meski gak pakai family name, yang penting bisa mewarisi value dari leluhur.. Anak2 kakak saya juga anak asli Indonesia. Tapi teteuppp mereka merasa Batak dan Sipirok adalah kampung mereka..
Sudah pernah ke Sipirok, Karin ?
Ternyata keluarga kita hobby nya sama ya, mengambil nama leluhur untuk generasi penerus..
Salam buat Mamanya, ya Karina..
Eh iya, tante temen mama ya? Ihihi.
Waalaikumsalam tan
Iya.. salam buat mama yaaa.. beliau di jkt terus yaa.. gak pulang2 ke Pekanbaru… 😀
Salam Kenal mba, baru pertama BW hee
Ternyata bener , temen kampus juga sama namanya panjang, pas waktu ditanya ternyata pemberian dari keluarga besarnya lupa dari paman gatau kakeknya
salam 1minggu1cerita !
Salam kenal juga mas Ryan…
Klo nama mas Ryan apa artinya?
Salam 1minggu1cerita juga ya?