Komen seorang teman di sini membuat Tati terkenang dengan suatu peristiwa di masa kecil bang Parlin yang berkaitan dengan uang…
Sebagai cucu pertama di keluarga, bang Parlin kecil sangat diperhatikan semua anggota keluarga. Semua orang memanjakan dan menjaga dengan luar biasa.. Apalagi doski lasaknya bukan main… Bang Parlin pernah kekurung di kamar mandi, sehingga pengasuhnya (laki-laki) harus membongkar vetilasi, lalu manjat dan masuk ke kamar mandi dari situ. Bang Parlin juga pernah membakar barang-barang di gudang yang berada di dalam rumah, lalu minta selang sama pengasuhnya buat nyiram api yang mulai membesar… Kepala bang Parlin selalu bertanduk saat doski baru belajar jalan, karena tiap sebentar kejedug… Pokoknya dasyyaaattt deeehhhh anak yang satu ini…
Meski dimanja dan punya mainan buanyak banget…, bang Parlin tuh sebenarnya gak ngerti konsep uang sampai doski kelas dua SD (tahun 1988an). Abang tahunya uang merah (Rp.100.-), uang hijau (Rp.500,-), uang biru (Rp.1.000,-), uang coklat (Rp.5.000,-) dan uang ungu (Rp.10.000) tapi sebenarnya dia gak ngerti itu uang berapa. Apalagi daya beli uang tersebut…, beneran gak ngerti doski…!!!! Makanya bang Parlin bisa dengan “seenak”nya ngomong kalo mainan harga Rp.25.000,- itu murah… Padahal itu mungkin sama nilainya dengan gaji PNS Golongan III zaman itu… Hehehe… Tinggal kita-nya aja yang mesti sabar setengah mati mebujuk2 supaya dia melupakan niatnya pengen beli mainan tersebut…
Suatu hari sebagaimana biasanya kalo mau berangkat ke luar kota, Opung Godang-nya Parlin ngasi bang Parlin uang Rp.10.000,-. Banyak banget kan ya uang segitu di zaman itu…. Tapi uang-uang yang diberikan Opung itu selalu dikumpulkan langsung ke Mama-nya. Lalu setelah terkumpul beberapa lembar uang Rp.10.000,-an, Mama-nya akan membawa bang Parlin ke bank untuk menyetorkan uang itu ke tabungannya. Jadi abang sebenarnya gak pernah megang uang lama-lama.., cuma numpang lewat aja di tangannya…
Naahhhh hari itu, bang Parlin udah kelas 2 SD, Mama-nya lupa ngambil uang yang dikasi Opung ke bang Parlin, yang setelah dapat duit langsung diantar ke sekolah. Sebelumnya, Mamanya udah pesan ke bang Parlin kalo hari itu dia akan dijemput oom Azwar (our driver at that time) saat pulang sekolah, lalu dari sekolah oom Azwar akan ngaterin bang Parlin ke bank buat nyetor uang. Uang2 yang lain akan dititip Mama-nya sama oom Azwar.
Ternyata waktunya abang pulang sekolah, oom Azwar ada kerjaan lain, sehingga Mama-nya minta Tati yang jemput abang pulang sekolah. Mama lalu berpesan ke Tati, yang waktu itu lagi pulang ke Pekanbaru, untuk membawa abang ke bank setelahnya. Dan Mama juga mengingatkan kalo ada selembar uang yang masih di tangan abang.
Dari sekolahan, Tati membawa abang ke bank. Tapi sampai di bank, bang Parlin gak mau turun. Dia bilang uangnya yang selembar lagi gak ada sama dia. Waktu ditanya ada dimana uangnya, bang Parlin bilang ada sama bu guru.
Tati bingung dan heran.. Kok bisa bu Guru yang megang uang muridnya? Tati lalu minta abang untuk mengatakan yang sebenarnya, apakah uang itu jatuh? Tapi abang ngotot bilang enggak, dan dia tetap bilang uangnya sama bu Guru.
Abang lalu mengajak Tati untuk kembali ke sekolah, menemui ibu Guru. Kita jadi kembali deh ke sekolah abang, SD Teladan (sekolah Tati juga, sekolah adik2nya bang Parlin juga…). Sampai di sekolah, Tati lalu menemui ibu guru..
Ternyata ohh ternyata…. uang itu beneran ada di tangan bu guru. Ceritanya…., Bang parlin itu sebenarnya ngiler pengen jajan di kantin sekolah. Tapi dia gak pernah punya uang, secara dia gak pernah dikasi uang jajan sejak mulai sekolah. Bang Parlin selalu dibawain bekal dari rumah..
Karena nyadar ada uang di kantong baju-nya, abang lalu pergi ke kantin sekolah. Di situ dia bilang ke penjaga kantin kalo dia pengen beli 2 bungkus krip-krip, jajanan anak SD zaman itu, keripik berbentuk mie instant yang digerejek… Waktu itu harga sebungkusnya Rp.25,-. Setelah menerima 2 bungkus krip-krip, abang menyerahkan uang Rp.10.000,- yang diterimanya dari Opung sebelum bang Parlin pergi sekolah. Si penjaga kantin lalu memberikan kembalian ke bang Parlin sebanyak Rp.9.950,-, yang terdiri dari beberapa lembar uang kertas dan koin.
Bang Parlin bingung menerima uang sebanyak itu… Dia lalu pergi menghampiri guru kelasnya, bu Evi. Lalu dia bilang ke bu Evi kalo dia barusan beli krip-krip 2 bungkus, lalu dia bayar pakai uang SATU LEMBAR, TAPI KENAPA BALIKNYA JADI BANYAK BANGET…
Bu Evi, lalu bertanya uang Bang parlin itu uang berapa.
Bang Parlinmenjawab : “Uang abang itu uang seratus, bu. Eh kayaknya uang seribu deh, bu. Eh kayaknya uang lima ribu…”. Lalu dengan suara tersendat-sendat karena udah mau nagis bang Parlin ngomong lagi : “Eeeeeeeeee….. Bu guru, abang gak tau uang abang itu uang berapa…”
Bu Evi lalu membawa abang ke kantin sekolah, dan minta penjelasan sama penjaga kantin. Penjaga kantin lalu menceritakan bahwa uang bang Parlin itu Rp.10.000,-. Karena beli 2 bungkus krip-krip, yang sebungkusnya berharga Rp.25,-, maka kembalian uangnya Rp.9.950,- yang terdiri dari beberapa lembar uang kertas dan beberapa buah uang koin…
Bu Evi lalu bilang sama bang Parlin, supaya Mama-nya menghadap bu Guru waktu menjemput abang saat pulang sekolah. Dan untuk sementara uangnya dipegang bu guru, dan nanti akan diserahkan ke Mama saat menjemput.
Bang Parlin bilang ke bu Guru, kalo nanti dia gak dijemput Mama, tetapi akan dijemput oom. Bu Guru lalu pesan, supaya si oom menemui bu guru saat jemput nanti.
Naahhhhh, karena bang Parlin surprise yang jemput dia pulang sekolah adalah Tati, dia jadi lupa pesan bu guru.. Hehehe…
Begitu ketemu, bu Guru menanyakan riwayat uang Rp.10.000,-. Bu guru ngasi tau bahwa anak seumuran bang Parlin gak baik memegang uang sebanyak itu, apalagi kalo dikasi uang jajan Rp.10.000,-.
Tati lalu menjelaskan bahwa uang itu bukan uang jajan, tapi uang pemberian Opung-nya yang akan ditabung, dan biasanya begitu diterima uang itu akan langsung disimpan oleh Mama-nya. Bang Parlin sendiri enggak dikenalkan dengan konsep jajan.
Lalu bu Guru memberi tahu bahwa anak juga perlu dikenalkan dengan konsep jajan, supaya dia bisa belajar tentang nilai uang. Bu guru berpesan agar kami mengenalkan konsep uang pada bang Parlin, dengan cara memberikan uang jajan, namun dalam jumlah sangat terbatas. Maka mulai keesokan harinya Mama-nya setiap hari membekali bang Parlin dengan uang Rp.100,- setiap mau pergi sekolah… Itu cukup untuk membeli 2 bungkus krip-krip dan 2 buah es bungkus. Hehehe…. Daannnn tiap hari gak pernah ada tuh sisanya.. Bahkan setelah Barumun Nanda, adiknya juga sekolah di sana, bang Parlin selalu minta tambahan uang jajan ke Barumun Nanda yang memang orangnya hemat bin medit buanget… Hehehe…
Sampai sekarang aja tuh kalo mo nyimpan duit, bang Parlin tuh gak akan nyimpan sendiri tapi titip ke Olan, adiknya yang sama-sama tinggal di Bandung.. Dasar bang Parlin….!!! Hehehe…
Bilangin sama si Abang, aku terima juga kok penyimpanan duit tanpa bunga….. :p
Yaampuunnnnn~ nyahahahaahahahahahahaha