Masih tentang Dunia Baru

Boss Tati yang baru memang memberi Tati kesempatan untuk belajar supaya bisa tune in dengan dunia baru, dunia tentang kebudayaan dan pariwisata… Dunia Tati sebelumnya adalah dunia perencanaan secara umum. Klo pun dulu mengasistensi, unit2 yang dulu Tati asistensi bukan bidang kebudayaan dan pariwisata … Jadi Tati pindah ke dunia yang benar2 baru…

Sekitar 2 minggu yang lalu, Tati oleh boss diajak untuk hadir dalam suatu pertemuan dengan para penentu keputusan untuk mengekspose suatu rencana kerja tahun depan… Nah di pertemuan itu selain hadir para eksekutif, juga hadir para stake holders dan budayawan…

Di meja utama Tati melihat sesosok wajah yang rasanya pernah Tati lihat tapi gak tahu dimana.. Lalu saat beliau berbicara terdengar logat yang sangat Melayu dengan kosa2 kata yang jarang, bahkan beberapa di antaranya belum pernah, Tati dengar.  Tapi gak sulit memahami apa yang beliau maksud karena disampaikan dalam suatu konteks pembicaraan.. Ternyata beliau adalah salah satu budayawan Melayu yang ternama, Dr. Yusmar Yusuf.  Secara sebelumnya gak pernah terlibat di bidang ini, dan gak terlalu tahu dengan kebudayaan Melayu, nama2 para budayawan Melayu, gak ada dalam semesta pengetahuan Tati kecuali nama Pak Tenas Effendi yang saat ini sedang sakit di Malaysia.

Ternyata beliau juga adalah penggagas Malacca Strait Jazz, suatu konser musik yang mengawinkan musik jazz dan budaya Melayu… Ya ampuunnn, padahal beberapa bulan yang lalu di sepanjang jalan utama kota ini berjejer baliho tentang event yang satu ini. Waktu itu Tati pengen banget nonton tapi gak ada teman… Mudah2an di Malacca Strait Jazz yang akan dilaksanakan lagi di pertengahan tahun ini Tati bisa nonton ya…

Ada satu kata yang beliau sebutkan yang berkesan di kuping Tati..  Kata telajak..  T E L A J A K..  Ya, telajak.  Pernah dengar gak sebelumnya…? Ternyata kata itu berarti KEBABLASAN…  Ternyata kosa kata Melayu banyak yang belum Tati ketahui, meski hampir separuh umur tinggal di Tanah Melayu.., bahkan klo bicara dengan orang tua atau teman2 lama yang berdarah Melayu secara otomatis logat Melayu akan keluar dari mulut Tati…  Perlu belajar banyak niyy… Makanya mungkin dilemparkan ke dunia kebudayaan yang sebelumnya jauh dari semesta kehidupan Tati…  Hehehe.

Dalam diskusi yang dilakukan para orang2 penting yang hadir dalam pertemuan itu, beberapa pemikiran beliau sangat menarik menurut Tati.. Pemikiran bahwa di Riau seharusnya kita kembali mengembangkan konsep Reviera, dimana sungai sebagai nafas kehidupan masyarakat.. Karena memang sejarah di Riau berkembang di sepanjang aliran2 sungai, yaitu sungai Siak, sungai Kampar, sungai Rokan. Dimana seluruh kerajaan2 Melayu yang pernah ada di Riau berada di sepanjang sungai2 tersebut. Antara lain Candi Muara Takus, terdapat tidak jauh dari pinggir sungai Kampar Kanan, kompleks istana kerajaan Siak Sri Indrapura terletak di tepi Sungai Siak.

Kalau konsep ini dikembangkan, dimana sungai dijadikan “halaman depan” rumah, bukan “halaman belakang”, sungai2 kita akan kembali bersih, karena kan gak ada orang yang buang sampah di halaman depan rumahnya. Gak akan ada lagi pencemaran sungai.. Sungai akan kembali menjadi nafas kehidupan masyarakat, menjadi bahagian yang indah dari kehidupan masyarakat di Negeri Melayu ini… Kita akan berkembang tanpa kehilangan jati diri, tanpa lepas dari akar kita

Apakah kita atau anak cucu kita akan bisa melihat sungai yang tidak lagi keruh, dengan perahu2 berlayar indah menyusurinya…? Akan kah kita bisa melihat permukiman penduduk di tepian yang tertata indah, dengan segerombolan anak2 yang bermain air di sana? Akan kah konsep ini bisa diterapkan..? Atau kah akan hanya tinggal konsep yang terlupakan seiring waktu…?