Setelah mengikuti acara Badan Pengawasan Obat dan Makanan di hotel Singhasari sejak hari Senin 6 Maret 2017 yang lalu, hari ini, Kamis 09 Marer 2017, aku harus pulang ke Pekanbaru. Bandara terdekat dari Batu adalah Bandara Abdul Rahman Saleh di Kota Malang. Jaraknya sekitar 16 km, namun waktu tempuh sekitar 1 jam karena lalu lintasnya super padat. Tapi karena gak kebagian pesawat yang connected Malang – Jakarta – Pekanbaru dari satu maskapai, dan gak ingin berlari- lari pindah terminal atau paling pahit ketinggalan.pesawat sambungan karena pesawat pertama delay, aku memilih terbang dari Bandara Juanda Surabaya, di Sidoarjo tepatnya.

Nayfa, Travel Batu – Bandara Juanda Surabaya
Jarak Batu – Sidoarjo kurang lebih hanya 90 km, tapi waktu tempuh di pagi sampai sore sekitar 3 sampai 3.5 jam. Jadi harus dihitung betul jam berapa berangkat dari Batu, agar tidak ketinggalan pesawat, dan gak pakai sport jantung juga sepanjang jalan. Terus mau naik apa ? Hotel menyediakan shuttle, harganya Rp.600.000,- sekali jalan. Kalo ada penumpang dengan tujuan yang sama, silahkan sharing. Kalo sendiri, ya bayar dewe. Mehoooonnnggg !! Meski akan dapat penggantian dari instansi yang membiayai perjalanan, tapi kok ya gak tega. 😀 Terus gimana solusinya ? Tanya mbah Google “travel dari batu ke bandara juanda“. Hasilnya… Tadaaaa…. ! Tuh yang seperti di gambar.
Aku lalu menelpon nomor yang tercantum di website tersebut. Terdengar sapaan, “Nayfa Travel selamat siang !” Aku lalu menyampaikan kepada si mba pengawai travel tentang kebutuhanku akan transportasi dari Batu ke Bandara Juanda pada hari Kamis, 09 Maret 2016 untuk jam keberangkatan 13.30 wib. Si mba tersebut mengatakan ada armada mereka untuk rute tersebut di hari yang ku maksud. Dia menyarankan aku untuk naik travel yang jam 07.30 WIB. Pihak travel akan menjemput di hotel tempatku menginap pada jam tersebut. Saat kutanya berapa ongkosnya? Si mba bilang, untuk jarak Batu – Bandara Juanda, Rp.100.000,- per orang per trip. Murah yaaaa !! Aku lalu melakukan reservation by phone. Si mba meminta nomor telepon dan alamat penjemputan, juga nomor kamar hotelku.
Karena nemu di internet, mesan by phone, gak liat travelnya, ada rasa ragu di hati. Takut mereka gak on time, atau malah gak datang. Bisa hangus tiket Surabaya – Jakarta – Pekanbaruku. Bisa panjang urusannya. 😀
Aku reseevasi di travel tersebut hari Selasa. Untuk meyakinkan diri dan menguatkan reservasi, hari Rabu siang aku telpon lagi itu travel. Begitu aku sebut namaku, dan jam rencana berangkat dari Batu, petugas travel yang meladeniku di telpon merespon dengan menyebutkan lokasi penjemputanku seperti yang sudah aku sampaikan sehari sebelumnya. Berarti travel tersebut punya sistem pencatatan reservasi yang baik. Si petugas juga bilang kalau Rabu malam mereka akan mengirimkan nama dan nomor telepon supir travel yang akan menjemputku di Kamis pagi.
Rabu malam sampai jam sekitar 08an aku belum menerima sms nama dan nomor telepon si supir. Aku kembali menghubungi travel. Mereka memgirimkannya, cuma karena sms itu collect call, aku gak aware kalau ada sms masuk.
Kamis jam 6 pagi aku kembali menelpon travel meminta nama dan nomor telpon supir, serta memastikan jam jemputan. Begitu dapat nama dan nomor telponnya, aku langsung menelpon si supir, dan dia bilang dia akan jemput aku sekitar jam 08an saja, karena penumpangnya hanya diriku sendiri. Kami jadi gak harus mutar-mutar jemput penumpang lain, yang membutuhkan waktu lama.
Jam 08an, si supir menjemput diriku yang sudah menunggu di lobby hotel. Dan ternyata penumpangnya memang cuma diriku. Untuk berjaga-jaga, aku mengirimkan nama dan nomor telpon si supir ke David, adik laki-lakiku.
Si supir travel orang yang santun dan ramah. Saat aku bertanya apakah dia mau singgah di salah satu toko oleh-oleh yang ada di perjalanan menuju bandara, dia bilang dia tidak keberatan selagi tempat yang ingin kusinggahi berada di ruas jalan yang kami tempuh. Kalau keluar dari jalur, akan berdampak pada pengeluaran bahan bakar yang akan semakin merugikan pemilik travel. Karena dengan membawa hanya satu penumpang plus satu titipan paket dari Batu ke Surabaya, pendapatan yabg diperoleh sama sekali tidak cukup untuk menutupi biaya operasional mobil untuk perjalanan Batu – Surabaya pp. Tapi pemilik travel punya komitmen yang kuat terhadap pelanggannya. Mobil tetap berangkat meski penumpang hanya satu. Padahal mereka bisa saja mengalihkan penumpang ke travel lain untuk memcegah kerugian. Atau yang paling ekstrim dengan membatalkan keberangkatan, tanpa mau tahu drngan resiko penumpang. Sungguh aku salut dengan komitmen perusahaan ini. Dua jempol.
Si supir travel, pak Darmaji juga bercerita kalau upah dia bawa mobil adalah Rp.15.000,- per penumpang per trip, tanpa gaji tetap. Jadi dengan hanya membawa diriku sebagai penumpang plus 1 buah paket titipan, dan bila tak ada penumpang atau titipan saat pulang, maka pendapatannya hari itu cuma Rp.30.000,-. Dia juga cerita bahwa perekonomian yang surut sangat berdampak pada pekerjaannya sebagai travel. Dia bisa 5 hari gak bawa mobil, karena jumlah penumpang tak lagi sebanyak dulu. sad Tapi dengan kondisi yang seperti itu, supir lulusan STM itu tetap menyetir dengan santun dan ramah. Beliau membawa diriku singgah ke Strudel Apple, toko oleh-oleh milik Tengku Wisnu. Dia juga menawari aku untuk singgah di Masjid Cheng Ho di daerah Pandaan. Tapi karena aku tertidur saat di daerah Pandaan, dan tak terbangun mesti ditanya apa mau singgah, pak Supir meneruskan perjalanan.
Kami sampai di Bandara Juanda jam 11an. 2.5 jam sebelum waktu keberangkatan. Alhamdulillah. Sebuah perjalanan yang menyenangkan, tak pakai deg-degan dan stress takut ketinggalan pesawat. Mudah-mudahan travel Nayfa dan para supir-supirnya bisa bertahan menghadapi kondisi ekonomi yang sedang berat ini, dan semoga mereka bisa maju dan berkembang. ***