Beberapa bulan yang lalu aku merasakan mabok… Bukan mabok darat laut dan udara yang bisa diatasi dengan Antimo… Trusss mabok apa donk…? Mabok dengan situasi di lingkungan tempat aku berkarya… Mabok karena merasa terkurung dalam situasi yang sangat tidak nyaman…
Rasa mabok itu membuat aku enggan duduk di ruang kerjaku…, aku duduk di gedung lain yang juga menjadi bagian dari unit kerjaku…
Rasa mabok itu juga membuat aku malas datang tepat waktu, sebagaimana peraturan kerja PNS.. Jam 07.30 sd 16.00 M2W, dan 07.30 sd 16.30 Th & F. Aku datang sesuka hatiku… Jam 09an…, biasanya…
Kok sampai separah itu maboknya..? Iyaaaa luar biasa.. Buat aku yang senang bekerja dengan segenap hati karena memang senang bekerja, situasi seperti itu memang ajaib banget… Aku sampai di situasi seperti itu karena rasa marah, marah karena setelah bekerja keras, berusaha memberikan yang terbaik yang bisa aku lakukan, aku justru didorong untuk ke posisi yang membahayakan diriku, masa depanku…
Tapi ada yang berteriak-teriak dalam hati… : “Sondha… don’t give up….!!! Jangan biar kan orang menghancurkan karir yang sudah kamu bangun bertahun2 dengan segenap tenaga dan bahkan acap kali dengan tetesan air mata… Don’t let them grab it out of your hand… Kalau pun kamu harus pergi dan meninggalkannya, kamu harus pergi dengan terhormat.., dengan kepala yang tegak…”
Kali lain hati juga berteriak-teriak : “Apa pun yang terjadi, kamu kan harus berupaya menegakkan 7 Budi Utama yang sudah didengung2kan di telinga mu, dihujamkan di hatimu di kelas2 training ESQ yang sudah kamu ikuti”.
7 Budi Utama….? Iya… Jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli… 7 Budi yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari agar kita bisa tetap beredar dalam garis orbit yang telah diberikan Alloh SWT untuk kita jalani…
Sesuatu di dalam diriku berteriak “Kalau pun sikap jujur, tanggung jawab dan visioner mu tidak dihargai oleh lingkungan, oleh pihak2 yang harusnya mengapresiasi langkah2mu, itu tidak bisa jadi pembenaran buat kamu menjadi tidak disiplin.. meninggalkan salah satu pun dari 7 Budi Utama itu… Karena meninggalkan salah satu budi justru akan mendegradasi diri sendiri, bukan orang lain…”
Sungguh sahabat-sahabatku…., tidak mudah membujuk hati sendiri… Tidak mudah menepiskan rasa sedih dan amarah.. Tapi satu pertanyaan dalam hati “MAU SAMPAI KAPAN BEGINI?”, membuat aku merasa harus bangkit… Harus bisa mengendalikan diri untuk kembali mencoba menegakkan budi-budi yang telah diajarkan tersebut… Karena sesungguhnya kita tidak bisa mengatur orang lain, mengatur pihak2 yang ada di luar diri kita.. Kita hanya bisa mengatur, mengendalikan diri kita…, sesuatu yang dilimpahkan Alloh SWT menjadi wilayah otonomi kita.
Lalu…, aku mencoba kembali masuk kantor sesuai jadwal… Aku kembali duduk bekerja di ruang kerjaku yang fasilitasnya sebenarnya alhamdulillah keren banget… : meja yang bagus, kursi yang empuk, pengatur udara yang berfungsi baik daaaannnnnnn pemandangan kota yang indah dari balik jendela… Pemandangan yang acap kali menyejukkan hati di kala gundah gulana… Bukan kah itu nikmat yang harus disyukuri…? Soal orang2 yang “ajaib”, aku anggap saja tidak ada… Aku berusaha menganggap mereka tidak ada… Mereka mau mundar mandir di ruanganku pun, terserah.. Aku tutup mata saja… Toh, kalo ada orang yang mencoba merusak orang lain, tidak ada yang rusak kecuali dirinya sendiri…
Memang tidak mudah…. Keberadaan makhluk2 “ajaib” itu acap kali membuat aku susah tersenyum dan acap kali merasa tertekan.. Tapi teteuuuuup…, naluri untuk survive mendominasi diri…, sehingga membuat tekad tetap menyala… Alhamdulillah… Perlahan aku bisa kembali bekerja dengan normal..
Dan beberapa waktu kemudian, alhamdulillah Alloh merubah keadaan. Perubahan yang semoga membawa kebaikan bagi aku dan lingkungan… Memang tidak instant menjadi situasi yang nyaman.. Masih ada tonjokan2 kecil… Tapi ini kesempatan untuk belajar mengendalikan situasi, belajar tentang manajemen sumberdaya manusia, belajar tentang leadership…
Yang aku pelajari dari apa yang terjadi kali ini :
Harus tetap teguh memegang prinsi yang didasari oleh kebenaran universal seberapa kuatnya pun tekanan itu, karena sesungguhnya kita tidak sendiri : ada keluarga yang dengan penuh cinta menemani kita, mendampingi kita; ada banyak teman yang sebenarnya mendukung, meski mereka tak bisa menunjukkan dukungannya itu.. Daaaannnn di atas segalanya ada Alloh yang menemani dan Yang Berkuasa Menentukan Hasil Akhir sebuah perjuangan…
Harus tetap positif… jangan melawan tekanan dengan sikap2 negatif…., karena hanya akan merusak diri kita sendiri… Enggak mudah memang teman2ku.. Tapi kita harus yakin kalau kita bisa menghadapi ujian yang diberikan kepada kita.. Insya Alloh kita bisa..
selamat ya….kau telah berhasil mengalahkan sebersit rasa putus asa dengan semangat utk berkarya dg lebih baik… oya, izin share ‘7 Budi Utama’ nya itu ya…kurasa itu sangat bagus pengingat bagi kita….
@ Mechta : Makasiyy ya say… Hal yg seperti ini selalu terjadi dalam kehidupan kita, entah wanita pekerja maupun ibu rumah tangga… Ini semacam ujian keteguhan hati.. Alhamdulillah sudah terlewati, meski selama proses aku berurai air mata, sesak napas dan sebagainya.. Alhamdulillah..
& Budi utama mau dishare…? Monggo atuh, bu… Atau kalau ada kesempatan ikutlah training ESQ.. Insya Alloh baik dan membuka perspektif baru dalam memandang hidup dan pekerjaan kita… Sukses terus ya…
hai, salam kenal
aku lagi googling mau melengkapi gambar aek milas, ketemu foto aek milas sosopan
ternyata sesama boru sipirok ya
boleh kupakai ? linknya tentu saja akan aku masukkan
krn aku hanya punya foto lama, rasanya udah nggak in
trims ya
@ Monda : salam kenal.. Aku juga boru Regar dari Sipirok, tapi lahir di Jakarta dan besar di Pekanbaru, tapi cukup sering pulang ke Sipirok.. Silahkan pakai linknya.. Semoga bermanfaat…
trims Sondha, artikel udah terbit, sengaja nunggu persetujuan darimu dulu
link kuarahkan ke blog lama (btw udah 3 kali pindah blog?), tp akan kubuatkan lagi link ke sini
oh ya ini artikelku http://mondasiregar.wordpress.com/2010/06/16/mandi-cara%c2%a0kampung/
Kenyataannya memang tidak mudah harus berada pada lingkungan kerja yang tidak kondusif. Saya pun kadang mengalami hal yang sama. Dan tentu saja berat sekali menghadap tekanan itu. Tapi mau bagaimana, aku harus kembali menghadapi semua itu keesokan paginya