Saat menyusun ittenerary, menyusuri Tokyo tentu sebuah keharusan bila traveling ke Jepang. Dalam buku travel guide Lonely Planet,Japan dikatakan, buat bisa merasakan Old Tokyo, kawasan yang perlu dikunjungi adalah kawasan Asakusa dan tepian sungai Sumida (Sumidagawa), sungai yang bermuara di Teluk Tokyo.
Di berbagai kota besar dengan sejarah yang panjang, pada tepian sungai (river banks) biasanya terdapat banyak tinggalan sejarah, berupa kawasan pemukiman atau perdagangan lama. Hal ini menyebabkan aktivitas menyusuri sungai merupakan perjalanan yang selalu menarik, buat aku, saat mengunjungi kota-kota yang usianya relatif panjang. Dari hasil baca-baca, aku jadi tahu kalau ada cruise menyusuri sungai Sumida dari Asakusa sampai ke Odaiba, atau sebaliknya. Namanya paketnya Tokyo Cruise. For your information, cruise ini, seperti juga Bateaux-Mouches yang menyusuri sungai Seine, menyediakan layanan untuk dinner. Kebayang gak siyy romatisnya makan malam sambil menyusuri sungai..?? Perlu rogoh kocek dalam-dalam kayaknya klo mau makan malam di kapal tersebut… π

Btw, Odaiba itu dimana..?
Odaiba adalah pulau buatan yang menjadi pusat hiburan teknologi canggih di Teluk Tokyo. Untuk sampai ke Odaiba, dari Tokyo kita harus melintasi Rainbow Bridge. Di Odaiba terdapat kantor pusat Fuji Television Network, dengan bnetuk bangunan yang unik, yang bisa dikunjungi, dengan membeli tiket. Di Odaiba juga terdapat Pallete Town, tempat dimana terdapat Daikanransha, ferish wheel alias bianglala di tepi laut dengan pemandangan gunung Fuji,
So, hari pertama di Jepang tujuan kami adalah naik Tokyo Cruise dari Odaiba ke Asakusa. Kenapa milih berangkat dari Odaiba, bukan dari Asakusa? Pertimbangannya, Asakusa lebih dekat ke area kami menginap, sehingga jarak dan waktu tempuh untuk pulang akan lebih cepat saat tubuh telah lelah berjalan sehaarian. Dan rasanya setelah menyusuri sungai, bisa mencari kuliner halal yang infonya cukup banyak di kawasan Asakusa. Rencananya perjalanan ini bisa dilakukan mulai pukul 10 pagi, tapi karena ada beberapa kejadian yang unpredictable, kami baru bisa memulai perjalanan dari Shinjuku Station sekitar jam 2 siang. Jadi jalannya gak bisa sebanyak yang direncanakan. Gak bisa juga terlalu berleha-leha.

Untuk sampai ke Odaiba, kami naik kereta api, turun di Tokyo Teleport Station. Namun karena salah mengambil pintu keluar, kami bukannya langsung ke dermaga Tokyo Cruise. Kami nyasar ke arah Daikanransha dan Venus Fort. π π π Venus Fort adalah mall dengan arsitektur Eropa Klasik. Mall ini tidak terlalu besar. Sebagaimana umumnya mall, di tempat ini tersedia counter-counter pakaian, tas, sepatu, baik yang branded maupun tidak. Terdapat juga tempat makan, berupa food court dan beberap restoran fine dining.
Setelah rehat dan makan siang yang telat di Venus Fort, kami kembali melanjutkan perjalanan ke dermaga Tokyo Cruise. Sebenarnya aku ingin juga naik Daikanransha, tapi waktunya tidak memungkinkan. Kami harus mengejar jadwal keberangkatan Tokyo Cruise. Lagi pula, waktu yang tepat untuk dapat melihat gunung Fuji agar tidak tertutup awan adalah di pagi hari.
Perjalanan ke dermaga Tokyo Cruise pakai perjuangan. Kami harus jalan kaki sekitar 1.5 kilometer dengan mengikuti petunjuk Google Mapβ¦ π π π Tapi perjuangan tersebut tidak sia-sia, selain sampai ke dermaga Tokyo Cruise, dan alhamdulillah masih dapat trip terakhir untuk hari itu. Bahkan kami bisa menikmati pemandangan menjelang sunset, dan menikmati senja dari atas kapal.

Saat kami naik Tokyo Cruise sore itu, penumpang tidak banyak. Hanya kami 6 orang plus 1 orang penumpang laki-laki. Jadi kami bebas untuk memilih mau duduk atau berdiri dimana saja di kapal tersebut. Bila ingin duduk nyaman dan hangat, bisa duduk di bagian dalam kapal dan melihat pemandangan tepi sungai dari jendela-jendela kapal. Tentu, pandangan terbatas, tidak seluas bila berada di bagian luar kapal..
Diriku dan kak Vivi yang senang menikmati udara bebas, memilih untuk berdiri di bagian atas kapal. Tempat tersebut cukup lebar berpagar, dan memang disediakan buat penumpang agar bisa bebas menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan. Angin di akhir musim dingin yang bbbrrrrrhhhhhh, sama sekali tidak membuat kami gentar, padahal sumpah, dingiiiiinnn banget, sampai jari-jari tangan terasa kaku.. Sarung tangan, gak cukup tebal untuk menghangatkan… Mungkin genggaman dari kekasih hati bisa menghangatkan.. Eaaaa…. !!!!

Apa saja yang terlihat di sepanjang perjalanan? Tepian Sumidagawa diisi dengan jejeran gedung-gedung bertingkat dengan arsitektur modern, dengan iconic building Tokyo Sky Tree. Tak terlihat bangunan tua dengan arsitektur Jepang. Berbeda dengan sungai Seine yang tepiannya dipenuhi bangunan-bangunan tua. Selain itu, di awal perjalanan kami juga melihat dan melintasi Rainbow Bridge yang bentuknya seperti red cable bridge San Fransisco, tapi warnya putih.
Sungguh meski tak melihat kawasan tua di tepiannya, menyusuri sungai Sumida bagiku adalah sebuah perjalanan yang menyenangkan. Pemandangan, angin akhir musim dingin membawa rasa tersendiri..
Buat teman-teman yang akan traveling ke Jepang bila pandemi telah berlalu, bila memungkinkan sediakan waktu sehari penuh untuk mengunjungi Odaiba dan Asakusa. Usahakan sepagi mungkin sampai ke Odaiba agar bisa naik Daikanransha dan menikmati pemandangan gunung Fuji.. Dari searching-searching, infonya harga tiket naik wahana ini Yen1.000 buat orang dewasa, dan Yen500 buat anak-anak. Kira-kira Rp.130.000,- dan Rp.65.000,- Dan jangan lupa…, menikmati pemandangan tepian Sumidagawa dari Tokyo Cruise.. Untuk melihat jadwal dan harga tiket Tokyo Cruise, teman dapat lihat di website Tokyo Cruise, di sini.. ***
