Alloh Yang Menentukan…

Dua tahun terakhir Alloh memberi pelajaran indah untuk ku.. Pelajaran yg tidak diberikan dalam satu paket, tapi dalam beberapa paket… Paket2 yg istimewa… Pelajaran yang istimewa, sangat istimewa..

Paket pertama sampai padaku di suatu hari minggu di bulan Juli tahun 2009..

Sehari setelah pelaksanaan reuni dgn teman2 SD ku, SD Negeri Teladan Tahun 1974 – 1980, aku mengantarkan Yasmine Attailah, sahabatku saat SD.  Dia datang dari Banda Aceh khusus untuk menghadiri reuni.  Aku menemaninya menyusuri kota Pekanbaru. Mulai dari mengunjungi kompleks SD Negeri Teladan di Jl. Hang Tuah, mengunjungi tetua masyarakat Aceh di Pekanbaru, melihat dari kejauhan bekas rumahnya, melihat masjid Annur, dan terakhir mengunjungi Pasar Bawah utk membeli oleh2.

Saat keluar dari keramaian Pasar Bawah, setelah sekitar 1,5 jam di sana, aku baru menyadari kalau kedua hp ku yang disimpan dalam satu case tak lagi ada di dalam tas yang aku sandang. Innalillahi wa innailahi roji’un..  Alhamdulillah tidak ada rasa panik.. Dengan menggunakan hp Yasmin aku menelpon ke kedua nomor hp ku, utk beberapa saat ada nada panggil, tapi  kemudian, tak ada nada lagi.  kedua nomor itu sudah mati.  Ada rasa was-was, takut pihak yg tak berkepentingan menyalahgunakan nomor telpon keluarga dan temanku yg ada di phonebook yg ada di kedua hp tersebut. Mana nomor2 anggota keluarga dibuat jadi satu group pula..

Setelah mengantarkan Yasmin ke bandara SSQ II, aku langsung menuju ke kantor. Aku memang sudah janji dengan Andi, seorang junior di kantor untuk menyelesaikan laporan yang harus diantarkan hari senin pagi.  Begitu sampai di kantor, aku langsung membuka koneksi ke internet dan membuka FB. Lalu meninggalkan pesan di inbox adik ku David.. Memberi tahu kalo kedua hp ku hilang dan minta dia mengingatkan anggota keluarga agar tidak menanggapi kalau ada yg memberi kabar tak baik dari nomor-nomor tersebut. Alhamdulillah adik ku langsung merespon.

Begitu Andi sampai di kantor, aku menanyakan apa kah dia mau menemani ku ke mall Pekanbaru yang banyak toko hp nya.. Karena Andi gak keberatan, kami langsung pergi. Dan gak lama, kami kembali ke kantor dgn membawa 1 hp CDMA dan 1 hp GSM plus kartunya masing2. Kartu2 ini dipakai sementara, sampai aku bisa ke customer service perusahaan seluler untuk menerbitkan kartu pengganti dgn nomor yang lama.  Alhamdulillah, semua lancar.. Hari senin siang berikutnya kedua hp baru dgn nomor lama sudah berfungsi.. Tinggal aku mengumpulkan nomor telpon keluarga, teman dan jaringan kerja kembali… 🙂

Paket Kedua…  Paket ini datang padaku di awal Agustus Tahun 2010, jam 19:40 wib..

Rencananya sehari kemudian aku dengan Yuli, seorang teman kantor akan berangkat ke Batam untuk mengikuti rapat yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI. Sebelum jam kantor usai, bendaharawan kantor menyerahkan uang perjalanan dinasku dan menitipkan uang perjalanan dinas Yuli, karena Yuli hari itu ke Kabupaten Kampar dan gak sempat ke kantor untuk mengambil uamg tersebut.

Saat aku keluar dari kantor, aku bertemu dengan kak Indria, salah seorang senior di kantor. Kak Indria mengajak ku ke Pasar Buah, salah satu super market besar di Pekanbaru. Kami lalu pergi  menggunakan Sparky.  Sebelum ke Pasar Buah kami sempat singgah ke Penjahit Santa untuk mengambil jahitanku.  Di Pasar Buah aku membeli beberapa toiletories untuk dibawa ke Batam. Saat membayar di kasir aku melihat jejeran batere, mengingatkan aku pada remote mobil ku yg sudah tak nyala beberapa hari…  Tapi di super market itu tidak menjual batere untuk remote mobil.. Kak Indria bilang, nanti saat aku akan mengantarkannya pulang, sebaiknya kami singgah di toko jam yang ada di jalan menuju rumahnya…

Keluar dari Pasar Buah, aku meletakkan kantong belanjaan serta tas ku di jok belakang  Sparky.., lalu mengarahkan Sparky ke Jl. Tuanku Tambusai, melalui Jl. Jend Sudirman..  Kami berhenti di depan Toko Jam Abbas Baru, sekitar 100 meter dari jl Jend Sudirman,  dan di seberang terminal  Mayang Terurai.. Setelah memarkirkan mobil secara paralel di tepi jalan, aku turun dan mengambil tas ku dari jok belakang, mencantolkannya di bahu, lalu berhenti sejenak untuk memeriksa pintu mobil apa sudah terkunci atau belum…  Tiba2 tubuhku tertarik, terputar... Innalillahi wa innailahi roji’un...  Tas ku ditarik orang bermotor… Aku dirampok….

Suara ku menjeritkan kata “Rampooooooooooookkkk..!!!!!!!!!” tidak bermakna apa-apa… Tidak ada orang yang mengejar perampok yang menggunakan motor bebek itu….  Mereka hanya melihat…  Bahkan laporan ke aparat keamanan terdekat tak menghasilkan apa-apa kecuali selembar surat Laporan Kehilangan.. 🙂

Apa yang ikut raib bersama tas itu…?  Uang perjalanan dinas ku dan Yuli.. Masing2 sekitar 3,8 jeti..  Lalu ada uang pribadiku sekitar 2 jetian.., kamera, external hard disk yang menyimpan data pekerjaan  dan foto2 perjalananku selama 2 tahun terakhir, buku-buku tabungan, passport…, bahkan juga ada kalung dan liontin berlian kesayanganku..  Iya tas itu sudah ready untuk dibawa berangkat keesokan harinya…

Awalnya aku pikir dompet yang berisikan KTP, kartu2 ATM dan berbagai surat2 penting lainnya ikut hilang, juga tiket pesawat Pekanbaru – Batam pp atas  nama ku dan teman seperjalanan. Ternyata dompet terletak di dashboard di mobil setelah membayar uang parkir, dan lupa dimasukkan kembali dalam tas…  Sedangkan tiket ternyata entah mengapa saat menjelang pulang kantor, aku pindahkan dari tas ke dalam amplop coklat besar yang berisikan surat-surat untuk perjalanan dinas… Amplop coklat itu aku letakkan di jok belakang mobil saatkeluar dari kantor. Aku baru tahu kalau dompet dan tiket tidak hilang saat aku sampai di rumah sepulang dari kantor polisi njelang jam 01 pagi.. Jadi begitu kejadian aku sibuk menelpon customer service beberapa bank yg menerbitkan ATM yang aku miliki untuk meblokir rekeningku…

Apa rasanya kehilangan seperti itu… Rasanya blank…, kosong… Rasanya bagai manusia tanpa identitas.. Gak punya KTP dan surat2 yang menyatakan identitas diri… Gak punya uang, bahkan gak punya akses untuk mengambil uang milik kita yang ada di rekening bank…   It’s really so sad.. Tapi aku tidak menangis sama sekali… Saat itu sempat terpikir ini baru kehilangan materi dan akses, bagaimana kalau kehilangan yang lebih besar lagi…? Kehilangan orang-orang yang kita cintai dengan segenap hati, atau bahkan kehilangan jiwa kita sendiri…? Astagfirullah al adzim… Tapi itu akan terjadi.. akan terjadi pada setiap manusia…  Yang penting adalah bagaimana kita menyikapi kehilangan-kehilangan itu….

Tangis ku baru pecah ketika adikku David yang ku kabari lewat sms, menelpon…  Rasa gamang yang aku simpan dalam hati jebol juga…. Tapi setelah bicara dengan David dan diberikan jalan keluarnya, bebanku rasanya terangkat… David  keesokan harinya mengirimkan sejumlah uang ke rekening Yuli yang melakukan perjalanan bersama aku..  Sehingga semua bisa running well sebagaimana yang direncanakan…Tak tahu lah apa jadinya kalau Alloh tidak mengirimkan David untuk selalu ada di sekitarku, meski sebenarnya secara fisik kami terpisah ribuan kilometer….

Peristiwa dirampok di pinggir jalan juga menimbulkan trauma bagi ku.. Untuk menghilangkan trauma, aku memaksa diriku menyetir sendirian melintasi jalan itu pada waktu yang hampir sama dengan kejadian perampokan itu…  Hasilnya bukannya trauma hilang, tapi tubuhku malah gemetar dan akhirnya aku nangis terhisak-hisak…  Aku merasa tidak lagi aman berada di kota ini.. Kota yang sejak aku kecil rasanya adalah “rumah” ku…  Bagaimana tidak, aku dibesarkan di kota ini sejak usia satu tahun, sejak kota ini belum seramai sekarang, sejak jalan-jalan masih lengang dan aku bisa bersepeda ria ke sana ke mari…  Tapi ternyata tidak lagi.. Kota ini bukan tempat yang aman lagi buat aku.. Kota ini sudah penuh kejahatan, yang salah satunya pun menyentuh aku… Astagfirullah al adzim..

Aku bahkan sempat kehilangan semangat kerja karena banyak surat2 yang harus diulang pembuatannya karena arsip digital ikut lenyap bersama external hard disk.. Aku bahkan memutuskan untuk pulang beberapa hari ke Medan menemui Papa dan Mama untuk memperoleh spirit ku kembali… Cinta dan restu orang tua sungguh obat mujarab dari segala rasa tak berdaya…

Paket ketiga tiba pada ku beberapa hari menjelang Idul Fitri sekitar September tahun 2010 yang lalu…

Setelah menghitung2 berapa uang yang aku terima sebagai hasil kerja ku selama setahun sejak lebaran sebelumnya, aku menelpon mba Puji, seorang teman di FKA Riau.. Kami untuk selang waktu yang lumayan sudah bekerja sama untuk suatu kegiatan sosial.  Aku ingin memberikan uang yang ku sisihkan dari pendapatan ku itu kepada pihak yang menerima rezeki yang kami sisihkan setiap bulan…, dengan harapan bisa menjadi modal usaha mereka kecil-kecilan…  Aku membuat janji dengan mba Puji agar bisa ke sana pada saat yang sama, dan waktu yang ditetapkan adalah beberapa hari menjelang Idul Fitri, ba’da Ashar…

Pada hari yang sudah kami tetapkan, aku datang ke rumah keluarga yang akan kami temui.. Rumah itu berada di kompleks masjid yang besar di Pekanbaru..  Setelah memarkirkan mobil ku di tepi jalan dekat salah satu pintu gerbang halaman masjid, aku memasukkan amplop putih yang berisikan uang yang baru saja aku ambil dari atm ke dalam tas ku…  Aku lalu berjalan dan masuk ke rumah yang mau ku kunjungi.., dan mba Puji sudah menunggu di sana…

Setelah ngobrol-ngobrol sejenak dan menyampaikan apa yang biasa kami sampaikan setiap bulan, aku pun bersiap untuk menyampaikan niat ku.. Tapi saat membuka tas untuk mengeluarkan amplop putih itu…, innalillahi wa innailahi roji’un… Amplop itu tak ada di dalam tas…  Aku langsung lari ke luar, ke tepi jalan ramai tempat aku memarkirkan mobil ku…

Allohu akbar….  Di tengah aspal hitam, di samping mobil ku yang di parkir, tergelak dengan manisnya amplop putih itu… , dengan posisi terbuka, menampakkan lembar-lembar uang berwarna biru…..

Jalan itu jalan yang ramai, di seberang rumah dinas petinggi negeri Melayu ini.., pada jam dimana orang mundar mandir menjelang buka puasa… Kok bisa tak seorang pun melihatnya…? Kok tak seorang pun memungutnya…?  Siapa yang menutup amplop putih di atas aspal hitam dari pandangan orang-orang yang lalu lalang di jalan itu….????  Subhanallah….  Aku benar-benar terdiam, terbungkam…

Uang di dalam amplop ini adalah hak orang miskin sejak aku meniatkannya…, dan Alloh menjaganya sehingga sampai ke tangan yang berhak, meski aku lalai dan ceroboh sehingga amplop itu terjatuh….  Alloh menentukan apa yang masih jadi hak seseorang apa yang tidak…  Kita harus berupaya menjaga segala milik kita, segala yang menjadi tanggung jawab kita untuk menjaganya…  Tapi ada Alloh yang Maha Penentu, apa kah yang kita jaga itu akan tetap bersama kita atau tidak..

Paket keempat… Paket keempat hadir saat aku sedang bergembira ria bersama teman-temanku di akhir Maret 2011 yang lalu…

Aku saat itu sedang travelling bersama dengan teman-teman mainku di Sumatera Barat.. Di hari kedua, setelah makan malam di daerah Jl. Ahmad Yani Bukit Tinggi, kami berjalan kaki menuju Jam Gadang dan berfoto-foto di sekitarnya.. Puas berfoto-ria kami berjalan kaki menuju hotel Bagindo yang berjarak gak sampai 1 km dari Jam Gadang…

Saat menjelang tidur, dan mau mencharge hp, aku tidak menemukan Nokia E71 ku di  dalam ransel..  Seluruh isi ransel ku tumpahkan ke atas tempat tidur, tapi E71 tetap tak nampak. Kesimpulannya E71 jatuh di jalan antara tempat makan, Jam Gadang sampai ke hotel Bagindo.., karena sambil berjalan kaki dari tempat makan menuju Jam Gadang, aku masih sempat menelpon Mama dengan menggunakan Nokia E71 kesayanganku itu….

Ya.., E71 yang telah berusia nyaris 2 tahun itu sangat aku sayang..Meski harganya sudah merosot jauh dari saat aku membelinyaa… :  Fitur-fitur nya sangat mendukung aku yang mobile.  Kapasitas phonebook nya luar biasa, selain jumlah yg disimpan bisa sangat banyak, data personal yang bisa dimuat juga banyak..Untuk  setiap contact, aku bisa menyimpan nomor teleponnya beberapa buah, alamat email, tanggal lahir, alamat rumah, dan lain-lain.. Bahkan aku menyimpan nomor rekening bank keluarga dan teman-teman arisan di situ.  E71 juga menyediakan akses untuk surfing di dunia maya, akses untuk email, Notes untuk membuat catatan-catatan penting, GPS dan Map.. Belum lagi fasilitas untuk musik dan lain-lain.. Pokoknya E71 ok banget buat ku..  Yang parahnya lagi, telepon ini menyimpan nomor telepon sejuta umat…, mulai dari nomor telepon keluarga, teman dan sahabat, sampai nomor telepon networking ku…. Hikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkssssssssssssssssssssss… 😥

Rasanya telpon itu harus dicari.. Aku harus menyusuri kembali jalan yang sudah kulalui sebelumnya…  Tapi hari sudah malam…, sangat malam.. Karena setelah sampai di hotel, sementara menunggu giliran mandi, Linda dan Veny yang menjadi teman sekamarku malam itu duluan, aku sempat ngobrol sama Yulisman dan Nana di teras kamar lebih dari 1 jam…

Aku lalu memandang Veny dan Linda.. Keduanya telah  tertidur dengan nyenyak.. Apalagi Linda yang malam sebelumnya tidak bisa tidur sama sekali…  Aku lalu berjuang untuk memasrahkan diri ku… Pasrah bahwa aku tidak boleh menggangu istirahat teman-temanku yang telah lelah.., pasrah bahwa kalau sudah sampai di akhir jodohku untuk bersama dengan si E71 kesayangan itu, tak ada yang bisa menghalangi.. Kalau masih ada jodoh, insya Alloh akan ada jalan yang mempertemukan ku kembali dengannya…  Alhamdulillah setelah gelisah beberapa menit, aku pun akhirnya tertidur nyenyak….

Saat bangun pagi, aku baru bercerita pada Veny tentang si E71 yang entah kemana..  Veny lalu mengajak aku menyusuri jalan yang telah kami lewati tadi malam…  Tapi tidak ketemu…. Hmmmmmm…, berarti sampai di situ lah jodoh ku dengan E71 itu…

Apa rasanya kehilangan kali ini….???? Sedih..? Pastilah…Yang menyedihkan itu adalah kehilangan data contacts ku….  Tapi saat aku melihat wajah teman-teman ku…, aku rasanya gak sanggup merebut kegembiraan mereka, kebahagiaan mereka, dengan kesedihan ku atas kehilangan E71...

Yaaa… , perjalanan ini adalah reunion travelling.. Sebuah perjalan bersama dari teman-teman main saat kuliah di Sosek IPB sektar  tahun 1987 sampai dengan 1992-an… Sebuah perjalanan yang telah dirancang sejak beberapa bulan sebelumnya…  Rasanya gak pantas dirusak oleh rasa  sedih karena kehilanganku.. Lagi pula ini ketentuan Alloh.., pasti yang terbaik..  Aku pun kembali bergabung bersama teman-teman ku dengan segenap keceriaan yang aku punya..  Menikmati kembali perjalanan yang sudah kami rencanakan ini…  Alhamdulillah.., rasa  sedih karena kehilangan itu menguap…   Bahkan tak tersisa… Aku bisa menikmati tawa canda bersama teman-teman, aku bisa menikmati Lembah Anai, nasi kapau, bahkan aku bisa menikmati semilir angin yang berhembus di Danau Singkarak…  Alhamdulillah…  Semua ternyata tergantung niat kita.. Niat baik menepis kesedihan agar teman-teman bisa menikmati perjalanan, alhamdulilah berbuah kebaikan bagi diriku sendiri…

Setelah kembali ke Pekanbaru, aku membeli hp pengganti dan mengurus ke provider untuk menerbitkan nomor ku kembali, sehingga jaringan ku bisa tetap menghubungi aku…  Alhamdulillah sejauh ini semua baik-baik saja… Aku kembali mengumpulkan satu persatu nomor contact ku, meski  masih jauh dari yang pernah ada, tapi tidak menghalangi kelancaran pekerjaan ku sejauh ini.. Sekali lagi, Alhamdulillah… ***

5 thoughts on “Alloh Yang Menentukan…

  1. ia yg memiliki, ia yg akan kehilangan. dan,rs sakit akibat kehilangan sdhlah tentu bergantung pd,bagaimn cr kt menyikapinya. orang yg dng keimanan dan kecerdasan sekaliber mbak,sondha. sy yakin,insyaallah sgl cobaan yg menghampiri,dng ringannya kan dpt diatasi. amin..

    • @ Mentari Jiwa : terima kasih atas apresiasinya ya.. semoga saya bisa menjadi pribadi yang selalu bersyukur dan memandang positif atas segala yang terjadi… Seperti kata Rendra, bila kita telah memahami hakekat iman, anugrah dan bencana adalah sama..

  2. rendra,dlm sjknya. suto mencr bapak. menunjukan sang penyair tlah sampai pd makrifatNya. dan,ia yg tlah sampai,ia melihat dualisme adalah ibarat dua jari tuhan,yg kt dlm lipatannya..oleh krnnya,ia yg sempurna,bkn ia yg hdp dlm alam samsara atau,nirwana. melainkan,ia yg ada dan hdp melebur,menyatu merealisasikan dr dlm realitas. dan,ia yg mampu menerima kenyataan,yg mh nyata kan menerimanya..

  3. Pingback: Paket Kelima… « Sondha's Notes…

Comments are closed.