Aku merasa ponakan2ku lah yang membuat hidupku berwarna…
Enggak kebayang gimana rasanya kalau gak ada mereka dalam hidupku…
Sebagian besar ponakanku hidup di kota yang berbeda denganku… Tapi, thanks 4 Graham Bell karena telah menciptakan telepon… thanks para penemu dan pembangun fasilitas transportasi canggih sehingga telah mebuat aku bisa mengunjungi ponakan-ponakanku.. dan alhamdulillah atas rezeki yang diberikan Allah SWT yang Maha Pemurah yang membuat aku punya banyak kesempatan bertemu dan berkomunikasi dengan ponakan2ku..
4 dari 13 ponakanku memanggilku TATI.., mereka anak2 kakakku Lintje, mulai dari yang besar :
Parlindungan Ravelino alias Dungan (baca : Dan-gen Mc Leod, the Lord of Durian Land) alias Abang, 26yo gonna be 27 next July.
He’s very very JADUL style maniac…, rambut ikal dan gondrong plus celana ketat… (halah abang….!!!!), so seventies banget!!
Masa awal kuliah di Ars UNPAR tahun 1999an, abang selalu bikin tingkat kecerewetan Tati meroket… Mulai dari urusan bersih2 kamar kosnya yang ancur banget… (sprei warna putih bisa jadi berwarna coklat susu, lalu pakaian dalam, coklat dan kripik sambel kiriman Mamanya berbaur di lemari pakaian…).
Belum lagi Tati mesti berangkat dari Yogya ke Bandung karena abang pacaran melulu. Pokoknya kalo Mamanya udah nelepon dan bilang “Ti…, tengok anak donk…!!!”, maka Tati akan segera mencuri-curi jadwal kuliah di Yogya buat lari ke Bandung…., padahal beberapa kali sampai di Bandung Tati diasemin, karena abang gak terima dibilangin… Ancur Mina…, rasa pegel akibat perjalanan Yogya – Bandung berlipat seribu kali. But… that’s what a Tati are for… , taking care para ponakan… Tapi abang sekarang sudah jauh lebih dewasa… Rasanya senang banget, meski di dalam hati tercetus… “Oh God, How old I am….”
Nanda adalah ponakanku yang paling awal sadar tentang “Apa Yang Dia Mau”. Dari dia masih di SMP dia udah bilang, “Kami nanti mau jadi sutradara”, dan memang itu yang dia upayakan… Dia memilih untuk kuliah di jurusan sinematografi di IKJ, jurusan yang gak pernah ada dalam semesta pembicaraan keluarga kami sebelumnya…
Nanda juga yang paling berani pacaran terang-terangan, dan yang mula-mula membawa pacarnya buat main di rumah… Satu lagi…, Nanda juga yang paling itung2an soal duit… Kalau dia minta duit ke Mamanya dan Mamanya belum sempat transfer itu artinya Mama berhutang pada dia (gimana cara ngitungnya sampai bisa begitu ya…hehehe..)

Ira Menmenita alias Ira, 17yo adalah d only girl in home.. She’s good in cooking.., sehingga kita menyarankan dia untuk kuliah di bidang perhotelan jurusan culinary, supaya suatu saat nanti dia bisa kerja sesuai dengan bakat dan hobbynya…
Saat ini Ira sedang membutuhkan perhatian yang sangat besar… Pengaruh Peer Group sangat kuat pada Ira. Mamanya harus sangat sabar dan berjaga-jaga…. kalau Mama sudah pusing, maka telepon Tati akan berdering…. “Ti, Ira begini… Ira begitu….”.
Ira juga membuat Tati berpikir betapa zaman sudah berubah… Dulu Tati takut banget sama yang namanya orang tua…, Tati patuh banget sama yang namanya aturan keluarga…. Prinsip Tati “Bandel tapi dalam koridor”.. artinya tetap serius dengan yang namanya sekolah, meski sekali-kali bolos buat have fun ama teman2… Kumpul2, party2 iya juga… tapi gak ada ceritanya magrib di luar rumah… Keluar malam, hanya boleh kalau diantar orang rumah, atau dijemput oleh teman yang orang tuanya dikenal baik oleh ortu…, kalo gak jangan harap…
Keluar malam bawa kendaraan sendiri ? Gak ada ceritanya tuh…
Anak sekarang kayaknya lebih “bernyali” buat menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman2nya di luar rumah…
Mudah2an putriku yang satu ini bisa segera mulai dewasa, bisa membedakan yang baik dan buruk…, bisa segera membuat rencana mau kemana tahun depan setelah tamat SMA. Tati berharap suatu saat Ira menjadi perempuan yang bijak, berperilaku terpuji, cerdas, intelek dan punya kegiatan produktif baik dari segi finansial maupun untuk peningkatan wawasannya… ***