Mendadak rasanya ingin curhat… Sama sekali bukan untuk pembenaran diri, tapi untuk melihatkan sisi pandang yang berbeda… Karena memang beberapa tahun ini aku menjadi makhluk yang berbeda sisi pandangnya dengan banyak orang di komunitasku… Hmmmm, seandainya aku boleh memilih aku ingin lebih banyak berada di antara orang-orang yang punya visi hidup yang sama, sehingga lebih mudah untuk saling memahami, menserasikan gerak langkah… Tapi katanya juga, kalau tantangan hidup kita berat, insya Allah akan menunggu juga “upah” yang besar dari Allah SWT…. Semoga yaaa…
Kalau diibaratkan sebagai suatu aliran sungai…, posisiku saat ini bagaikan sebuah hilir, yang mengakomodir aliran-aliran air dari anak-anak dan hulu sungai… Apa yang keluar dari anak-anak dan hulu sungai itulah yang sampai ke hilir…
Di sisi lain hilir adalah bagian terluar sebuah sungai… Bagian yang berinteraksi dengan laut dalam wujud muara… Diharapkan sungai mengeluarkan air yang bersih, agar laut tak tercemar…, agar pantai tetap indah, agar terumbu karang tak rusak, agar ikan dan hewan laut yang hidup di muara bisa lestari dan beranak pinak untuk dipanen nelayan dan bisa dikonsumsi manusia…
Apa yang terjadi ketika anak-anak dan hulu sungai tak melepaskan air yang jernih…? Apa yang terjadi ketika air yang dilepaskan oleh anak-anak dan hulu sungai berisi lumpur dan sampah yang berserakan…? Haruskah kewajiban menghasilkan air jernih untuk dialirkan ke muara dan lautan sepenuhnya menjadi kewajiban hilir sungai….??
Hilir adalah hilir…, sebuah bagian dari sungai yang punya batas kemampuan dan rentang waktu untuk berkerja mengolah apa yang sampai padanya… Apakah wajar bila hilir harus bertanggung jawab sepenuhnya atas kualitas air yang dilepas oleh sebuah sungai…?? Apakah salah ketika hilir menolak untuk bertanggung jawab dan dipersalahkan atas kualitas air yang dihasilkan sungai…???
Namun mungkin anak-anak dan hulu sungai tak sepenuhnya salah… Manusia yang semakin konsumtif dan tak perduli lingkungan lah yang menjadi akar masalah… Sifat greedy yang akhir-akhir ini mendominasi jagat raya telah menyebabkan penebangan hutan secara liar dan besar-besaran... Akibatnya hutan menjadi gundul dan erosi membawa lumpur masuk ke anak-anak dan hulu sungai… Belum lagi sampah yang dicampakkan manusia entah dimana-mana, masuk ke sistem drainase dan akhirnya ke sungai…
Apakah yang harus dilakukan hilir… Posisinya sebagi hilir bukan lah pilihannya…, itu takdirnya.. Bisa kah dia menolak takdir…? Bisa kah dia menentang kehendak dan aturan yang dibuat oleh sebuah kuasa…? Ketika rasa apatis datang, rasanya hilir ingin larut dengan keadaan…, pasrah dan menyerah…. Tapi ketika dia ingat ada sebuah kekuasaan, kekuasaan milik Yang Maha Kuasa yang telah menetapkan takdirnya untuk bertugas sebagai hilir, dia kembali tersenyum…, berupaya untuk bangkit dan menjalankan fungsinya semampunya… Karena dia tahu bahwa menjadi hilir pada saat ini adalah jalan pengabdiannya kepada Sang Pemilik Alama Semesta… Karena dia berharap segala rasa sakit dan pedih ini akan mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta…
Duhai anak-anak dan hulu sungai, tak berkenan kah kalian meringankan beban si hilir…? Bukan kah dia saudara kalian juga…, sama-sama bahagian dari sebuah sistem yang bernama sungai….?***
Like this:
Like Loading...