Suatu hari, sekitar tahun 2005an, Mami Uli dari Samarinda nelpon Tati…
Mami Uli cerita :
“Kak, waktu itu aku ikut Papi Samuel pulang kampung ke kampungnya di Narumonda.
Terus aku diajak Eda2 (Eda = ipar perempuan)ku pergi. Mereka ngajak ke tambak.
Aku heran, kok bisa mereka punya tambak padahal Narumonda itu kan di daerah yang cukup tinggi. Air dari mana?
Tapi dari pada makin heran, ya aku ngikut aja…
Ternyata…. Tambak itu artinya kuburan… Walaaaaah aku gak ngerti, kak…!!!”
“Di tambak itu, tersusun rapi kuburan bapaknya si Papi, lalu abang2 dan saudara2nya lengkap dengan istri2nya yang juga sudah meninggal… Kayak kuburan keluarga kita juga di Sibadoar dan Hanopan..
Aku bengong aja, mengamati…
Tau2, salah seorang Edaku bilang, nanti kalo aku dan Papi Samuel meninggal, juga akan di sini dikuburkan..
Aku kaget mendengarnya, kak…
Aku sempat termangu2, lamaaaaaa….”
Tati : “Kenapa, gitu ?”
Mami Uli : “Aku gak kepikir kalo aku akan di kubur di situ nanti… Aku pikir, aku akan dibawa ke Sibadoar kak.”
Tati : “Mana bisa, Li? Kalo lhoe udah kawin sama Sinambela, artinya elhoe juga udah jadi Sinambela. Lhoe akan jadi bagian keluarga itu. Kalo lhoe meninggal, mereka yang berhak menentukan dimana elhoe akan dimakamkan. Lhoe tau sendiri kan adatnya kita?”
Mami Uli : “Jadi, kita akan terpisah kak? Kita gak akan sama2 di Sibadoar? Aku ingin dikuburkan di Sibadoar kak, sama2 dengan Opung dan semua anggota keluarga kita. Aku gak mau sendirian kak.”
Tati : “Dek…, kakak pun ingin dimakamkan di Sibadoar kalo saatnya tiba. Tapi kita gak bisa menentukan, karena kalau kita meninggal, urusan kubur menguburkan adalah urusan yang masih hidup. Kita gak tau dimana takdir kita akan dikuburkan. Kita harus pasrah aja..”
Sama seperti Mami Uli… karena sejak kecil kita selalu pulang kampung untuk ziarah ke makam keluarga di Sibadoar dan Hanopan, Tati sering kali berpikir bahwa bila saatnya tiba Tati akan dimakamkan di Sibadoar.. Kalaupun tidak di pemakaman keluarga yang berlokasi di belakang gereja, paling tidak di makam kaum muslim, yang ada di bagian depan kampung.
Tapi sekali lagi, urusan kubur mengubur adalah urusan yang masih hidup.
Urusan kita saat ini adalah, hidup sebaik2nya…
Berjuang meraih ridho Sang Pemilik Kehidupan..***